• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda Nomor 17 Tahun 2013 Retribusi Perizinan Terterntu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perda Nomor 17 Tahun 2013 Retribusi Perizinan Terterntu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR 06 TAHUN 2011

TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah perlu ditinjaukembali dan dilakukan penyesuaian; b. bahwa Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Retrubusi Perizinan Tertentu belum cukup menampung seluruh kebutuhan yang ada sehingga perlu ditinjau kembali dan dilakukan penyesuaian;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tentang Retribusi Perizinan Tertentu;

(2)

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578 ) ;

(3)

DenganPersetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

dan

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT MEMUTUSKAN:

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang Perizinan Tertentu, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga bunyinya sebagai berikut : BAB II

NAMA, OBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI SERTA CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNANAAN JASA

Bagian Kesatu

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Pasal 2

Dengan Nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi atas pemberian izin untuk mendirikan Bangunan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 3

(1) Obyek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah pemberian izin untuk mendirikan bangunan.

(4)

(3) Tidak termasuk objek retribusi Izin Mendirikan bangunan adalah pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pasal 5

Tingkat penggunaan jasa Izin Mendirikan Bangunan diukur berdasarkan jenis bangunan dan jenis kegiatan.

Bagian Keempat Retribusi Izin Trayek

Pasal 12

Dengan Nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi atas Pemberian Izin Trayek oleh Pemerintah Daerah.

Pasa13

Obyek Retribusi Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

Pasal 14

Tingkat penggunaan jasa Izin Trayek diukur berdasarkan jenis, jarak, jangka waktu dan jumlah trayek.

Bagian Kelima

Retribusi Izin Usaha Perikanan Pasal 15

(5)

Pasal 16

(1) Obyek retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pemberian izin usaha perikanan oleh Pemerintah Daerah kepada setiap orang atau badan hukum Indonesia yang melakukan usaha perikanan di daerah, yang terdiri dari :

a. Surat Izin Usaha Perikanan Tangkap, untuk usaha perikanan tangkap dengan menggunakan kapal perikanan yang berukurang 5 (lima) GT sampai dengan 10 (sepuluh) GT yang berdomisili di wilayah daerah dan beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan daerah, serta tidak menggunakan modal dan/atau tenaga kerja asing, dengan kegiatan usaha meliputi :

1) Penangkapan Ikan;

2) Penangkapan dan pengangkutan ikan dalam satu kesatuan armada;

3) Pengangkutan ikan;

b. Surat Izin Usaha Perikanan Budidaya, untuk setiap orang yang melakukan usaha di bidang pembudidayaan ikan yang berdomisili di wilayah administrasinya serta tidak menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing, dengan lokasi pembudidayaan ikan sampai dengan 4 (empat) mil laut;

c. Surat Izin Penangkapam Ikan (SIPI), untuk setiap kapal penangkapan ikan yang berukuran 5 (lima) GT sampai dengan 10 (sepuluh) GT;

d. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), untuk setiap kapal pengangkut ikan yang berukuran 5 (lima) GT sampai dengan 10 (sepuluh) GT.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :

(6)

b. Kegiatan pembudidayaan ikan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan kecil dengan luas lahan atau perairan tertentu, yaitu :

1) Usaha Pembudidayaan Ikan di Air Tawar :

a) Pembenihan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,75 hektar; b) Pembesaran dengan areal lahan di :

- Kolam air tenang tidak lebih dari 2 (dua) hektar ;

- Kolam air deras tidak lebih dari 5 (lima) unit dengan ketentuan 1 unit = 100 m2;

- Keramba jaring apung tidak lebih dari 4 (empat) unit dengan ketentuan 1 unit = 4 x (7x7x2,5 m3);

- Keramba tidak lebih dari 50 (lima puluh) unit dengan ketentuan 1 unit = 4x2x1,5 m3;

2) Usaha pembudidayaan Ikan di air payau:

a) Pembenihan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,5 hektar; b) Pembesaran dengan areal lahan tidak lebih dari 5 (lima) hektar: 3) Usaha pembudidayaan ikan di laut;

a) Pembenihan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,5 hektar; b) Pembesaran:

- Ikan bersirip

 Kerapu Bebek/Tikus dengan menggunakan tidak lebih dari 2 (dua) unit keramba jaring apung, dengan ketentuan 1 unit = 4 kantong ukuran 3 x 3x 3m3 / kantong, kepadatan antara 300-500 ekor per kantong;  Kerapu lainnya dengan menggunakan tidak lebih dari

4 (empat) unit keramba jaring apung, dengan ketentuan 1 unit = 4 kantong ukuran 3 x 3 x 3 m3/kantong, kepadatan antara 300-500 ekor per kantong;

(7)

- Rumput laut dengan menggunakan metode :

 Lepas dasar tidak lebih dari 8 (delapan) unit dengan ketentuan 1 unit berukuran 100 x 5 m2;

 Rakit Apung tidak lebih dari 20 (dua puluh) unit dengan ketentuan 1 unit = 20 rakit, 1 rakit berukuran 5 x 2,5 m2;

 Long Line tidak lebih dari 2 (dua) unit dengan ketentuan 1 unit berukuran 1 (satu) hektar;

- Abalone dengan menggunakan :

 Kurungan pagar (penculture) 30 unit dengan ketentuan 1 unit = 10 x 2 x 0,5 m3;

 Keramba Jaring Apung (5 mm) 60 unit dengan ketentuan berukuran 1 x 1 x 1 m3.

Pasal 17

Tingkat penggunaan jasa Izin Usaha Perikanan diukur berdasarkan jenis dan jangka waktu penggunaan.

(1) Berdasarkan Prinsip dan Sasaran, maka ditetapkan struktur dan besaran tarif sebagai berikut :

2. Retrubusi Izin Mendirikan Bangunan diubah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

I. TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

(1) Tarif Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

a. Retribusi pembangunan bangunan gedung baru :L x Itx 1,00 x HSbg b. Retribusi rehabilitasi/renovasi bangunan gedung :L x Itx Tk x HSbg c. Retribusi prasarana bangunan gedung : V x I x 1,00 x HSpbg

d. Retribusi rehabilitasi prasarana bangunan gedung :V x I x Tk x HSpbg Dimana :

L = Luas lantai bangunan gedung

V = Volume/besaran (dalam satuan m2,m’, unit) I = Indeks;

(8)

Tk = Tingkat Kerusakan, sebagai berikut 0,45 untuk tingkat kerusakan sedang 0,65 untuk tingkat kerusakan berat

HSbg = Harga satuan retribusi bangunan gedung adalah Rp. 45.000,-HSpbg= Harga satuan retribusi prasarana bangunan gedung adalah Rp.

15.000,-3. Retribusi Izin Trayek ditambahkan sehingga bunyinya sebagai berikut : IV. RETRIBUSI IZIN TRAYEK

a. Izin Trayek :

1). Angkutan Perdesaan :

a). Mobil Penumpang Umum :

-. 1 s/d 8seat Rp. 350.000-/Kendaraan; b). Bus Kecil :

-. 9 s/d 16 seat Rp. 400.000-/Kendaraan;

2). Angkutan Kota :

a). Mobil Penumpang Umum :

-. 1 s/d 8 seat Rp. 350.000-/Kendaraan; b). Bus Kecil :

-. 9 s/d 16 seat Rp. 400.000-/Kendaraan; c). Bus Sedang :

-. 16 s/d 28 seat Rp. 450.000-/Kendaraan; d). Bus Besar :

-. 29 s/d 36 seat Rp. 600.000-/Kendaraan; e). Izin Operasi :

1). Angkutan Taksi :

-. Sedan/Station wagon Rp. 400.000-/Kendaraan;

-. Van Rp. 400.000-/Kendaraan;

f).Izin Operasi

(9)

f). -. Truck/Pick Up Rp. 400.000-/Kendaraan; -. Mobil Tangki Rp. 400.000-/ Kendaraan; V. RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

1. Terkait Perizinan Usaha Perikanan Tangkap meliputi :

a. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)dipungut Retribusi sebesar:

Nilai Investasi Tarif Retribusi

Rp.100.000.000;-Rp.200.000.000,- Rp.

875.000,-Rp.200.000.000;-Rp.Rp.500.000.00. Rp.

1.750.000,-Rp.500.000.000,-Rp.1.000.000.000. Rp.

3.750.000,-Rp.1.000.000.000,- Ke Atas Rp.

5.000.000,-b. Surat Izin penangkapan Ikan (SIPI)dipungut setiap tahun dengan tarif retribusi sebesar Rp. 100.000/GTx jumlah GT Kapal.

Harus dicantumkan GT (Gros Ton), sehingga kalau dihitung menjadi jumlah GT kapal X Rp. 100.000,-/ Tahun.

a. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) harus diberlakukan tarif dengan jumlah GT kapal X Rp. 100.000,-/Tahun.

4. Perizinan Usaha Perikanan untuk Nilai Investasi Rp.100.000.000,-Rp.200.000.000. diubah sehingga nilai retribusinya sebagai berikut:

2. Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Ikan meliputi : a. SIUP dipungut Retribusi sebesar;

Nilai Investasi Tarif Retribusi

Rp.100.000.000;-Rp.200.000.000,- Rp.

500.000,-Rp.200.000.000;-Rp.Rp.500.000.00. Rp.

1.000.000,-Rp.500.000.000,-Rp.1.000.000.000. Rp.

2.500.000,-Rp.1.000.000.000,- Ke Atas Rp.

5.000.000,-b. SIKPI (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan) dengan tariff jumlah Gt X Rp. 100.000,-/Tahun.

3. Terhadap 2 kredit point diatas harus dirincikan didalam Draft Perizinan Usaha Perikanan.

(10)

sebagai berikut:

B A B XII

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN Pasal 30

(1) Pelaksanaan pemungutan Retribusi ditangani langsung oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Pendapatan Asli Daerah.

(2) Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian secara fungsional dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah bekerja sama dengan instansi teknis lainnya.

Pasal II Pasal 37

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lemabaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Ditetapkan di : Saumlaki

pada tanggal : 2013 BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT,

BITZAEL SALVESTER TEMMAR

Diundangkan di : Saumlaki pada tanggal : 2013 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

MATHIAS MALAKA

(11)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2013

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

PERIZINAN TERTENTU

I. PENJELASAN UMUM

(12)

membrikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sitem penyelenggaaraan pemerintahan negara.

Bahwa pemberian otonomi tersebut diharapkan daerah mampu menjalankan secara penuh tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dengan memaksimalkan segala potensi yang merupakan keunggulan komparatif daerah. Terkait dengan diberlakukannnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 beserta penggantinya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Derah, maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam kebiajakan otonomi daerah agar mampu memberikan kontribusi yang positif dalam rangka pembangunan di daerah. Oleh karena itu retribusi di bidang perizinan tertentu yang merupakan sumber-sumber pendapatan daerah perlu dikembangkan secara bertanggungjawab dan berkelanjutan demi memperbesar pendapatan daerah.

II.PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas Pasal 2

Cukup Jelas Pasal 3

Cukup Jelas Pasal 4

Cukup Jelas Pasal 5

(13)

Cukup Jelas Pasal 7

Cukup Jelas Pasal 8

Cukup Jelas Pasal 9

Cukup Jelas Pasal 10

Cukup Jelas Pasal 11

Cukup Jelas Pasal 12

Cukup Jelas Pasal 13

Cukup Jelas Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas Pasal 16

Cukup Jelas Pasal 17

Cukup Jelas Pasal 18

Cukup Jelas Pasal 19

Cukup Jelas Pasal 20

(14)

Pasal 22

Cukup Jelas Pasal 23

Cukup Jelas Pasal 24

Cukup Jelas Pasal 25

Cukup Jelas Pasal 26

Cukup Jelas Pasal 27

Cukup Jelas Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

(15)

besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

Pasal 30

Cukup Jelas Pasal 31

Cukup Jelas Pasal 32

Cukup Jelas Pasal 33

Cukup Jelas Pasal 34

Cukup Jelas Pasal 35

Cukup Jelas Pasal 36

Cukup Jelas Pasal 37

Cukup Jelas

Referensi

Dokumen terkait

Dimana mutu tempe yang diamati adalah kandungan protein, sifat organoleptik (aroma, warna, tekstur, dan rasa), dan jenis substrat yang digunakan adalah kacang buncis

Pada plot penelitian di bawah tajuk pohon yang jumlah pohonnya lebih banyak, suhu udara menjadi lebih dingin dan kelembaban udara relatif menjadi lebih tinggi,

Sistem Pemberian Nama Orang dalam Budaya Sunda: Sebuah Kajian Diakronis.. Bandung:

Berdasarkan berita acara hasil evaluasi dokumen penawaran nomor KU.03.10.93.11.11.5103 dan berita acara hasil pelelangan (BAHP) nomor KU.03.10.93.11.11.5104, kami

Dana alokasi umum adalah semua pengeluaran Negara yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah, sebagaimana dimaksud dalam

Fadjroel Rachman President Commissioner Bobby Achirul Awal Nazief Commissioner Wicipto Setiadi Commissioner Rildo Ananda Anwar Commissioner Muchlis Rantoni Luddin

Many Americans feel that Marijuana is helping fund the war on terror, but making a war on drugs and keeping Marijuana illegal has not stopped millions of Americans from smoking

Berdasarkan hasil Evaluasi dan Pembuktian Kualifikasi serta Penetapan Hasil Kualifikasi, Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pokja Non Konstruksi II Kabupaten Sukamara Tahun 2014,