• Tidak ada hasil yang ditemukan

DPM1 OJK – Beranda 35 POJK.04 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DPM1 OJK – Beranda 35 POJK.04 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR 35 /POJK.04/2014

TENTANG

SEKRETARIS PERUSAHAAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong kinerja Emiten

atau Perusahaan Publik, melindungi kepentingan

pemangku kepentingan dan meningkatkan

kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, diperlukan penerapan tata kelola

perusahaan yang baik;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan keterbukaan,

layanan, dan komunikasi kepada para pemangku

kepentingan sebagai penerapan prinsip tata kelola

perusahaan yang baik oleh Emiten atau

Perusahaan Publik, kualifikasi dan peran

sekretaris perusahaan perlu ditingkatkan melalui

penyempurnaan peraturan mengenai sekretaris

perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

Sekretaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan

Publik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

(2)

Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3608);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SEKRETARIS PERUSAHAAN EMITEN ATAU

PERUSAHAAN PUBLIK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang

dimaksud dengan:

1. Sekretaris Perusahaan adalah orang perseorangan

atau penanggung jawab dari unit kerja yang

menjalankan fungsi sekretaris perusahaan.

2. Situs Web adalah kumpulan halaman web yang

memuat informasi atau data yang dapat diakses

melalui suatu sistem jaringan internet.

Pasal 2

(1) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki

fungsi sekretaris perusahaan.

(2) Fungsi sekretaris perusahaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:

a. orang perseorangan; atau

b. unit kerja.

(3)

(3) Unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b dipimpin oleh seorang penanggung jawab.

Pasal 3

(1) Sekretaris Perusahaan diangkat dan

diberhentikan berdasarkan keputusan Direksi.

(2) Sekretaris Perusahaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dirangkap oleh seorang

anggota Direksi.

(3) Sekretaris Perusahaan dilarang merangkap

jabatan apapun di Emiten atau Perusahaan Publik

lain.

Pasal 4

(1) Dalam hal terjadi kekosongan Sekretaris

Perusahaan, Emiten atau Perusahaan Publik wajib

menunjuk penggantinya dalam jangka waktu

paling lama 60 (enam puluh) hari sejak terjadinya

kekosongan Sekretaris Perusahaan.

(2) Selama terjadi kekosongan Sekretaris Perusahaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris

Perusahaan dirangkap oleh seorang anggota

Direksi atau orang perseorangan yang ditunjuk

sebagai Sekretaris Perusahaan sementara tanpa

memperhatikan persyaratan Sekretaris

Perusahaan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan ini.

BAB II

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 5

Fungsi sekretaris perusahaan melaksanakan tugas

paling kurang:

a. mengikuti perkembangan Pasar Modal khususnya

(4)

peraturan perundang-undangan yang berlaku di

bidang Pasar Modal;

b. memberikan masukan kepada Direksi dan Dewan

Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik untuk

mematuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang Pasar Modal;

c. membantu Direksi dan Dewan Komisaris dalam

pelaksanaan tata kelola perusahaan yang

meliputi:

1. keterbukaan informasi kepada masyarakat,

termasuk ketersediaan informasi pada Situs

Web Emiten atau Perusahaan Publik;

2. penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa

Keuangan tepat waktu;

3. penyelenggaraan dan dokumentasi Rapat

Umum Pemegang Saham;

4. penyelenggaraan dan dokumentasi rapat

Direksi dan/atau Dewan Komisaris; dan

5. pelaksanaan program orientasi terhadap

perusahaan bagi Direksi dan/atau Dewan

Komisaris.

d. sebagai penghubung antara Emiten atau

Perusahaan Publik dengan pemegang saham

Emiten atau Perusahaan Publik, Otoritas Jasa

Keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya.

Pasal 6

(1) Sekretaris Perusahaan dan pegawai dalam unit

kerja yang menjalankan fungsi sekretaris

perusahaan wajib menjaga kerahasiaan dokumen,

data dan informasi yang bersifat rahasia kecuali

dalam rangka memenuhi kewajiban sesuai dengan

peraturan perundang-undangan atau ditentukan

lain dalam peraturan perundang-undangan.

(5)

(2) Sekretaris Perusahaan dan pegawai dalam unit

kerja yang menjalankan fungsi sekretaris

perusahaan dilarang mengambil keuntungan

pribadi baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang merugikan Emiten atau

Perusahaan Publik.

Pasal 7

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman untuk membantu pelaksanaan tugasnya,

Sekretaris Perusahaan harus mengikuti pendidikan

dan/atau pelatihan.

Pasal 8

(1) Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab kepada

Direksi.

(2) Setiap informasi yang disampaikan oleh sekretaris

perusahaan kepada masyarakat merupakan

informasi resmi dari Emiten atau Perusahaan

Publik.

BAB III

PERSYARATAN SEKRETARIS PERUSAHAAN

Pasal 9

(1) Sekretaris Perusahaan harus memenuhi

persyaratan paling kurang:

a. cakap melakukan perbuatan hukum;

b. memiliki pengetahuan dan pemahaman di

bidang hukum, keuangan, dan tata kelola

perusahaan;

c. memahami kegiatan usaha Emiten atau

Perusahaan Publik;

d. dapat berkomunikasi dengan baik; dan

e. berdomisili di Indonesia.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(6)

wajib dipenuhi Sekretaris Perusahaan selama

menjabat.

BAB IV

PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN

Pasal 10

(1) Emiten atau Perusahaan Publik wajib:

a. menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa

Keuangan mengenai pengangkatan dan

pemberhentian Sekretaris Perusahaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1);

b. memuat dalam Situs Web Emiten atau

Perusahaan Publik mengenai pengangkatan

dan pemberhentian sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) dan kekosongan

Sekretaris Perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4,

dengan disertai informasi pendukung.

(2) Pelaporan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan

pemuatan informasi dalam Situs Web

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja

setelah terjadinya pengangkatan dan

pemberhentian.

Pasal 11

(1) Sekretaris Perusahaan wajib membuat laporan

secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 1

(satu) tahun mengenai pelaksanaan fungsi

sekretaris perusahaan kepada Direksi dan

ditembuskan kepada Dewan Komisaris.

(2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib

mengungkapkan uraian singkat pelaksanaan

fungsi sekretaris perusahaan dan informasi

(7)

mengenai pendidikan dan/atau pelatihan yang

diikuti Sekretaris Perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 dalam laporan tahunan

Emiten atau Perusahaan Publik.

BAB V

KETENTUAN SANKSI

Pasal 12

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di

bidang Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan

berwenang mengenakan sanksi administratif

terhadap setiap pihak yang melakukan

pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan ini, termasuk pihak-pihak yang

menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut,

berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar

sejumlah uang tertentu;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pencabutan izin usaha;

f. pembatalan persetujuan; dan

g. pembatalan pendaftaran.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f,

atau huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa

didahului pengenaan sanksi administratif berupa

peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a.

(3) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan

secara tersendiri atau secara bersama-sama

dengan pengenaan sanksi administratif

(8)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.

Pasal 13

Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat

melakukan tindakan tertentu terhadap setiap pihak

yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan ini.

Pasal 14

Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan

pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1) dan tindakan tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 kepada

masyarakat.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 15

Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyesuaikan

dengan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Ketentuan peraturan perundang-undangan lain terkait

sekretaris perusahaan tetap berlaku bagi Emiten atau

Perusahaan Publik sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan ini.

Pasal 17

Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai

berlaku, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal Nomor: KEP-63/PM/1996 tanggal 17 Januari

(9)

1996 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan

beserta Peraturan Nomor IX.I.4 yang merupakan

lampirannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku

pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 Desember 2014

KETUA DEWAN KOMISIONER

OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 8 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 377

Salinan sesuai dengan aslinya Direktur Hukum 1

Departemen Hukum,

Ttd.

(10)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR 35/POJK.04/2014

TENTANG

SEKRETARIS PERUSAHAAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

I. UMUM

Sebagaimana didefinisikan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Perseroan merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta

peraturan pelaksanaannya. Dalam hal ini, Emiten atau Perusahaan

Publik perlu mengelola modalnya dengan baik yang didasarkan

melalui mekanisme tata kelola perusahaan yang baik. Diharapkan

dengan pelaksanaan tata kelola tersebut akan membawa dampak

positif bagi keberlangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik,

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan

para pemangku kepentingan lainnya.

Emiten atau Perusahaan Publik sebagai badan hukum memiliki

3 (tiga) organ yang berfungsi untuk menjalankan Emiten atau

Perusahaan Publik, yakni Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan

Komisaris, dan Direksi. Direksi sebagai organ Emiten atau

Perusahaan Publik bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial

dalam mengelola Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam

pengelolaan dimaksud, Direksi harus memastikan kelancaran

komunikasi antara Emiten atau Perusahaan Publik dengan

pemangku kepentingan, dan salah satu caranya adalah dengan

memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan. Dengan

berkembangnya perekonomian, khususnya di bidang Pasar Modal,

peran sekretaris perusahaan semakin dibutuhkan tidak hanya

berkaitan dengan fungsi administrasi dan komunikasi, namun juga

(11)

untuk memastikan kepatuhan Emiten atau Perusahaan Publik

terhadap peraturan perundang-undangan, dan meningkatkan

pelaksanaan tata kelola Emiten atau Perusahaan Publik. Sekretaris

perusahaan juga diharapkan mampu senantiasa memutakhirkan

informasi tentang peraturan yang dipatuhi oleh Emiten atau

Perusahaan Publik dan menyediakan informasi penting bagi Direksi

dan Dewan Komisaris dalam membuat keputusan.

Sekretaris perusahaan dituntut untuk memiliki kualifikasi yang

sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk mendukung

dalam pelaksanaan tugasnya. Keberadaan sekretaris perusahaan

memberikan nilai positif dalam membantu pengelolaan Emiten atau

Perusahaan Publik, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

pemegang saham, serta pemangku kepentingan lainnya.

Mengingat pentingnya peran dan fungsi sekretaris perusahaan

dimaksud, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Nomor IX.I.4,

Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:

KEP-63/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Pembentukan

Sekretaris Perusahaan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Kekosongan Sekretaris Perusahaan dapat disebabkan

antara lain berakhirnya masa tugas, pemberhentian,

pengunduran diri, atau berhalangan tetapnya Sekretaris

Perusahaan.

(12)

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 5

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Pemberian masukan kepada Direksi misalnya masukan

dalam melaksanakan ketentuan kewajiban rapat Direksi

dan Dewan Komisaris, sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur

mengenai Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau

Perusahaan Publik.

Hurufc

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Program orientasi pada praktiknya dikenal dengan

istilah induction program bagi anggota Direksi

dan/atau Komisaris yang baru diangkat.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Pendidikan atau pelatihan yang dimaksud dapat diperoleh

(13)

antara lain melalui pelatihan, sosialisasi, atau seminar yang

diselenggarakan pihak yang berkompeten.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Pengetahuan dan pemahaman antara lain dapat

dibuktikan dengan latar belakang pendidikan,

pengalaman kerja, dan/atau pelatihan tertentu.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Informasi pendukung sebagaimana dimaksud dapat

berupa daftar riwayat hidup, alasan pemberhentian atau

kekosongan dan/atau informasi pengunduran diri

Sekretaris Perusahaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

(14)

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Yang dimaksud dengan “tindakan tertentu” antara lain dapat

berupa:

a. penundaan pemberian pernyataan efektif, misalnya

pernyataan efektif untuk penggabungan usaha, peleburan

usaha; dan

b. penundaan pemberian pernyataan Otoritas Jasa Keuangan

bahwa tidak ada tanggapan lebih lanjut atas dokumen yang

disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka

penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu Perusahaan Terbuka.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Proses penanganan kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KTP) melalui jalur hukum atau secara litigatif ini dalam banyak kasus belum memenuhi aspirasi korban (perempuan),

[r]

Bahwa terhadap tidak adanya pertanyaan dari peserta maka peserta dianggap mengetahui, memahami dan bersedia mengikuti prosedur dan aturan yang tertuang dalam

Grafik 6 menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Daerah Istimewa Yogyakarta cenderung menurun dan merupakan angka yang paling rendah tidak saja dibandingkan dengan provinsi lain

[r]

[r]

[r]