RUMUSAN LOKAKARYA
PENGEMBANGAN MODEL DESA KONSERVASI (MDK) DI JAWA TENGAH Semarang; Selasa 6 Juli 2010
A. MEMPERHATIKAN :
1. Pengantar pertemuan kegiatan dari Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan dan arahan Gubernur Jawa Tengah yang dibacakan oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah,
2. Pokok pikiran dari Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan; Asdep Urusan Pengarusutamaan Kebijakan dan Anggaran Deputi bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Koordinator Kesejahteran Rakyat dan Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah serta pendalaman materi dari peserta.
B. POKOK BAHASAN :
1. Desa merupakan satu kesatuan masyarakat dan atau kesatuan ekologi yang ada dalam satu sistem pemerintahan desa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pilihan Desa Konservasi adalah desa-desa yang berada di dalam dan sekitar kawasan konservasi (taman nasional, cagar alam, taman wisata alam, suaka margasatwa dan taman hutan raya) yang ada Jawa Tengah dan atau desa-desa lainnya yang masih dalam satu kesatuan ekologi (setidaknya satu Daerah Aliran Sungai/DAS). Desa yang diusulkan dari masing-masing kawasan taman nasional dan pemerintah kabupaten di sekitar kawasan terlampir.
3. Arah pengembangan konservasi adalah aspek-aspek lingkungan, sosial budaya dan ekonomi masyarakat dengan pendayagunaan sumberdaya; dengan strategi yang berbeda untuk desa di dalam dan desa di luar kawasan konservasi dengan mengacu pada peraturan perundangan yang ada.
4. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam MDK secara umum adalah pemerintah (Kementerian/Lembaga), pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), BUMN dan BUMD, swasta nasional dan atau daerah, lembaga swadaya masyarakat serta masyarakat yang ada di desa tersebut dan atau di luar desa namun menaruh perhatian untuk MDK (Deskripsi peran untuk masing-masing unsur pemangku kepentingan terlampir).
5. Langkah operasional yang dilakukan untuk mewujudkan MDK di Jawa Tengah melalui identifikasi desa (kapasitas sumberdaya manusia, sosial budaya dan kebiasaan yang telah terbangun, konsep pengembangan yang ditawarkan, kelembagaan yang dimiliki), penetapan pemberdayaan yang akan dilakukan dengan diawali pemahaman yang sama akan konsep, ruang, arah serta tatalaksananya.
7. Dipahamkan bersama bahwa mekanisme perencanaan MDK untuk Jawa Tengah dilakukan diluar mekanisme perencanaan regular (Musrenbang); untuk itu Bappeda Provinsi akan mengkompilasi usulan daerah yang diajukan kepada Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, untuk dipilah dan dipilih serta diteruskan kepada Kementerian Kehutanan di Jakarta.
8. Priority setting dalam rangka penetapan lokasi atau desa dilakukan dengan
mendalami secara rinci potensi desa sasaran baik aspek kelembagaan, sumberdaya masyarakat, sosial budaya termasuk modal sosial, potensi ekonomi yang dapat dikembangkan serta keterlibatan dan komitmen yang dibangun pemangku kepentingan untuk mewujudkan MDK.
C. TINDAK LANJUT
1. Pemerintah Kabupaten beserta Balai KSDA Jawa Tengah dan atau pengelola Taman Nasional, mengusulkan rencana pengembangan MDK baik yang berada maupun yang diluar kawasan dalam bentuk proposal usulan; selanjutnya diajukan ke Gubernur cq Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.
2. Pemerintah Provinsi, dengan koordinator Bappeda melakukan seleksi dan mengusulkan penetapan lokasi MDK kepada Kementerian Kehutanan untuk usulan tahun 2011 dan 2012 sesuai dengan prioritas daerah.
