r^i
*
-\d il,
c'i-t't/"
f "'/ '+rv./
Jl, Letjen Jamin Ginting
No. 285 - 287 Pd, Bulan Medan Telp, 061 - 8218605, 8218589
Fax,061
- 8218605Email : politeknikmbp@prestasi.ac,id
Homepage : http://www.prestasi.ac.id
C
trr
i!r
t*e
Nirwan Sinuhaji, S.T.,
M.T
Halaman 1 s.d.9 (Buku 1)ANALISA JI]MLATI
BATU BATA TERBUAI\IGPADA PEMBANGUNA}{
RUMAH
Partahi
IL
Lumbangaol Halaman 10 s.d. 19 (Buku 1)Majalah Ilmiah Politeknik
Mandiri
Bina Prestasi ISSN:2301-797XDAFTARISI
PENGAMAN
DATA
STEGAIYOGRAFI DENGAh{KOMBINASI
LEASTSIGNIFICANT BIT
DAN ALGORITMA
RC4PERANCAI\IGAN SMART TELEVISION
MEMAI\FAATKAN
SENSOR PASSIVEINFRA RED BERBASIS
MIKROKONTROLER
AT89S51Saut Matedius Situmorang
Halaman 20 s.d.28 (Buku 1)
PENGARUH JENIS SEBARAI\I SERAT PADA KOMPOSIT SERAT TEBU DAN
RESIN POLIESTER
TERIIADAP
SIFATMEKA}IIS
Charles Manurung, ST.,
MT.')
Dr. Richard Napitupulu, ST., MT.2)Halaman 29 s.d.37 @uku
t)
KONTRIBUSI TENAGA KERJA
DALAM
KELUARGATERIIADAP
PENDAPATAI\IUSAHATANI WORTEL
DI
DESA RAYA,KECAMATAN
BERASTAGI,KABUPATEN
KARO
Donny Ivan Samuel Simatupan& SPn M.Agb. Halaman 38
s.d.4l
(Bukul)
LARUTAN HASIL
FERMENTASILIMBAII
KUBIS SEBAGAI PENGAWETALAMI
IKAN
SEGARIr.
Lestina Tiarma lda Siagian, M.Si.Halaman 42s.d.48 (Buku 1)
ANALISIS TINGKAT
ADOPSI PETANITERIIADAP
PENERAPANPEMANGKASA}I PADA
TANAMAI\ KAKAO DI
KECAMATAI\
STBOLANGITKABUPATEN
DELI
SERDAI{GHelena Tatcher Pakpahan, SP, M.Si
Halaman 49 s.d. 57 (Buku
l)
ISSN:2301-797I(
Volume:
4No.l -
Mei2015ANALISA
JUMLAI{
BATU BATA
TERBUAI\TGPADA
PEMBAIIGT]NAI{ RUMAH
Partahi II. Lumbangaol
Dosen Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen (partahi@yahoo.com)
ABSTRACT
Research on waste level
of
brick material usedfor wall
construction was conductedthrough
field
observations on one housing construction projectin
thecity of Medan.
Wastelevel in this report is defined as the difference between material bought
/
delivered to the pointof
application and the theoretical amountof
material neededfor
1 square meterof
brick wallconstructed. Data collection is carried out by observing a worker who lay brick material on certain part of wall area. 8 (eight) observations have been conducted during the research period.
Percentage of wasted brick material found during this investigation varies from 9 to 24 % . Keywords
:
building wosle, construction wastePEIIDAHULUAN
Industri
konstruksi beserta
industribahan
bangunan
yang
mendukungnyamerupakan pengguna
dominan
sumber-sumber
alam.
Produksi bahan
bangunanmembutuhkan sangat
banyak energt
dankarenanya
juga
meng-hasilkan banyak gasrumah
gas
kaca.
Adanya
kesadaran lingkungan dan gerakan "green construction"(Kibert
1994) merupakan salah satu reaksiterhadap besarnya pengaruh
industri
ini
terhadap tercapainya "pembangunan yang
berkelanjutan" (Sustainable Development) (Spence
&
Mulligan 1995, Ofori 1998 ).Material
bahan bangunan merupakankomponen yang pentng dalam menentukan
ksarnya biaya
suatuproyek.
Lebih
dari separuh biaya proyek diserap oleh materiallang
digunaka.Pada
t
hap
pelaksanaankonstmksi
di
lapangan seringterjadi
sisa m.aterial yang cukup besar.Besarnya
persentase
limbahrnenentukan berapa efisien penggunaan bahan bangunan dalam proyek konshuksi. Dapat dikatakan semakin kecil persentase limbah
ini
:raka akan semakin sustainable kegiatanyang -engha-silkannya.Di
Indonesia
keberadaan
limbah i"''nstruksiini
baru diakui setelah UUNo.
18rhun
2008 tentang '?engelolaan Sampah"::enggolongkannya sebagai'sampah spesifik' herupa'puing bongkaran bangunan'.
Sebelumnya
limbah
konstruksi
ini
.i-:nggap merupakan limbah lain-lain bersifatminor.
Walaupun
telah diakui
sebagai'sampah
spesifik',
penanganan
limbahkonstruksi
ini
secara khususbelum
diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidupsebagaimana disebutkan dalam Pasal
5
UU No. 18 tahun 2008.Dari
segi biaya konstruksi, semakinbesar
persentasematerial
yang
berakhirmenjadi
limbah akan
memperbesar biayakonstruksi.
Dalam
pelaksanaan konstruksi, perkiraan biaya konstruksi akan memasukkanlevel persentase tertentu biaya untuk menutupi
kehilangan
material
ini.
Biasanya setelahsemua
biaya
konstruksi dihitung,
akanditambahkan persentase tertentudari biaya
untuk
menutupi biaya-biaya yang mungkin keluar namun diluar perhitungan. Mengingat material batu bata memiliki harga yang relatifkecil
disbanding materiallain
seperti kayu,ataupun besi, maka sering terjadi persentase batu bata yang berakhir menjadi limbah luput
dari
perhatian
kontraktor
/
pelaksanakonstruksi.
PERUMUSAIT
MASALAH
Banyaknya
material
yang dibutuhkan untuk membangun dinding bata secara teoritis dapat dihitung dengan membagi luas dinding batayang direncanakan dengan luas satu unitbatu-bata ditambah luasan spesi (mortar) yang dibutuhkan untuk merekatkan pasangan bata tersebut.
ISSN:2301-797X
Volume:
4No.1
-
Mei2015Penelitian
ini
akan
membandingkanjumlah batu
bata teoritis
tersebut denganjumlah bata yang
dibeli
/
didatangkan oleh kontraktor untuk pekerjaan pasangan dinding bata tersebut.Rasio
antara material
yang
tidakterpasang dengan material yang dibutuhkan secara
teoritis
dianggap sebagai persentasematerial
batu bata yang
berakhir menjadi limbah.Faktor-faktor penyebab
timbulnyalimbah
ini
akan diamati dan dibandingkandengan
studi
literatur
yang
telah
adasebelumnya (Nagapan et
al20l2,
Skoyles danSkoyles 1987, Wulandari 2001).
Ruang
lingkup
penelitianini
dibatasipada
pekerjaan
dinding
bata
proyekkonstruksi
bangunan
perumahan (bukan gedung).Penelitian bertujuan
mengetahui persentase material batu bata yang menjadilimbah pada pekerjaan pemasangan dinding proyek bangunan rumah bukan gedung. STUDI PUSTAKA
Latar
belakang penelitianini
adalahpenelitian
sebelumnya
terkait
limbahkonstruksi
oleh
Lumbangaol(2013)
yangmembahas
kontribusi
industri
konstruksi dalam aliran sampahperkotaan.
Selain itu perhatian pada bidang limbah konstruksi di lndonesia masih sangatterbatas.
Material yang dibeli dan didatangkan ke lokasi proyekkonstruksi
tidak
semuaterpakai
menjadibagian dari bangunan.
Material
yang
digunakan
dalamkonstruksi
dapat
digolongkandalam
dua bagian besar yaitu:a.
Consumable
materiol,
merupakanmaterial yang pada akhimya akan menjadi
bagian
dan
struktur
fisik
bangunan,misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata,
besi tulangan, baja, dan lain-lain.
b.
Non-consumablematerial,
merupakanmaterial
penunjang
dalam
proses konstruksi dan bukan merupakan bagianfisik
dad
bangunan setelah bangunantersebut
selesai, misalnya:
perancah,bekisting,
dan
dinding
penahan sementara.Besarnya kuantitas sisa material yang
terjadi
sangat
berkaitan
erat
denganmanajemen
material.
Kehilangan
banyakterjadi karena bahan yang
dikirim ke
lokasikonstruksi
tidak
digunakan sesuai tujuan semula. Halini
disebut sebagai limbah. Bagikontraktor,
hal ini
akan
mengurangi keuntungan.Limbah konstruksi dapat timbul akibat
berbagai macam kegiatan yang berlangsung
pada
suatuproyek. Material
dapat hilangakibat diletakkan begitu saja
di
tanah atau dapat rusak karena cara penyimpanannya yangkurang baik, sehingga material tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Proye
konstruksi
juga
dapatmenimbulkan dampak
tidak baik
bagilingkungan.
Hal
ini
berkaitan
denganpenggun&rn
material
yang
tidak
ramahlingkungan.
Ofori
(1992)
mengkategorikan dampak-dampak tersebut sebagai :(a)
Kemunduran sumber daya alam sepertikehabisan
sumber daya
hutan
yangdiakibatkan
oleh
penggunaankayu
;kerusakan
tanah
karenan pengambilanpasir, lempung
dan
kandungan lainnya seperti batu kapur;
penggun:um energiuntuk produksi dan mengangkut bahan-bahan serta untuk melancarkan kegiatan
di suatu proyek konstmrksi.
(b) Gangguan
fisik
seperti
Dam
yang menyebabkan pengalihan aliran air alami,hilangnya
beberapa
jenis
tumbuhandisekitar lokasi, rusaknya keseimbangan
ekologi yang membahayakan kesehatan ; pembangunan gedung
di
area perumahanmenyebabkan kebisingan
;
konstruksijalan raya mengurangi kestabilan daerah berbukit-bukit yang rapuh ; secara umum,
pembangunan mengarah
ke
rusaknya daerah pertanian, hilangnya kemungkinanpenghutanan
kembali,
erosi
tanah,berkurangnya
daerah
resapan
ak,gangguan ekosistem dan perubahan iklim.
(c) Polusi
bahan
kimia
disebabkan olehpartikel-partikel yang dilepaskan ke udara
akibat
produksi
dan
pengangkutanmaterial-material seperti semen
;
polutan yang terbentuk selama proses konstruksibangunan
;
serat-seratyang
terlepasselama proses
pengerjaan
yang menggunakan asbes;
tumpahan bahankimia dan pembuangan bahan sisa yang sembarangan.
IEMS JEMS LIMBAH KONSTRUKSI
Skoyles
dan
Skoyles
(1987) menggolongkan limbah konstruksi dalam 4ISSN:2301-797X
Volume:
4No.1
-
Mei2015kategori, yaitu Limbah Alami (natural waste),
Limbah
Langsung(direct
waste), Limbah Tidak Langsung (indirect woste), dan LimbahKonsekuensi (cons equential w aste).
Limbah
Alami
(naturalwaste)
terkait dengan pembentukan limbah yang kadangkalatidak dapat dihindarkan, seperti pemotongan
kayu untuk penyambungan ataupun cat yang
menempel
pada
kalengnya.
Ada
suatu tingkatan dimana suatu limbatrtidak
dapatdikurangi
jika
biaya
pencegahannya lebihbesar dari harga material yang dihemat. Oleh
karena
itu
ada
suatulevel
dimana suatulimbah harus
terjadi
dalam batas toleransi.Batasan
yang
disebutkan
inilah
yangdinamakan
limbah alami.
Permasalahannya adalah tingkat alami dari limbah yang timbultergantung
pada
keefektifan
biaya
yangdigunakan
dalam
pendekatan
untukmengontrolnya.
Untuk
menggambarkanlimbah
alamidapat kita ambil contoh kasus kantong semen
yang diletakkan
di
tempat tertutup. Jumlah semen yang terbuang masih dapat ditoleransijika
dibandingkan dengan meletakkannya ditempat terbuka
denganresiko
kerusakansemen
yang
tersedia
dan
selanjutnya berhubungan dengan harga yang paling efektifyang
masih dapat terkontrol. Contoh ini
menggambarkan maksud dari tingkat limbah yang masih dapat ditoleransijika
ada controlmaterial
di
lokasi
proyek. Sehin$g4 biayauntuk
menghindari kemungkinan timbulnya limbah lebih sedikitjika dibandingkan dengan biaya untuk memperbaiki akibat yang terjadi karena timbulnya limbah.Limbah Langsung (direct waste) dapat
terjadi pada setiap tahap proses pembangunan.
Biasanya
limbah
ini
terjadi
pada
saat penyimpanan, pemindahan material, maupunpada saat pengerjaan.
Hal
ini
dapat jugate{adi sebelum
material mencapai lokasi kerja atau sesudah sesuatu pekerjaan selesai.Jika pengecekan pada lokasi
tidak
berjalandengan
baik,
kerusakan ataupun penurunanstandar
material dapat terjadi.
Hal
ini
mengakibatkan
tambahan
biaya
untukmembeli
material
pengganti.
Beberapakategori limbah
langsung
adalah
akibat kegiatan-kegiatan sebagai berikut:-
Limbah akibat adanya kegiatan pengiriman ;Semua kehilangan
pada
saat
terjadinya pengiriman ke lokasi, penurunan barang danpada saat penempatan ke gudang.
-
Penyimpanandi
gudang dan penyimpanansementara di sekitar bangunan ; Diakibatkan
oleh
penyimpananyang burulq
termasuk perpindahan dan proses penurunan materialdi
sekitarlokasi dan
peletakannya padatempat tujuan.
-
Limbah akibat
proses perubahan bentukmaterial ; Yang termasuk dalam kategori ini
adalah akibat pemotongan menjadi bentuk
yang
tidak
ekonomis,
seperti
prosespemotongan
kuyo,
penyerutan
dansebagainya.
- Limbah
selama proses perbaikan
;Diakibatkan
tercecernya
bahan
yang digunakan, tumpah ataupun dibuang selama proses perbaikan berlangsung.-
Limbah akibat
proses
pemotongan
;Diakibatkan pemotongan material menjadi ukuran standar, sambungan maupun
bentuk-bentuk yang tidak beraturan.
-
Limbah sisa;
Bahan-bahan dalam kalengseperti mortar
untuk
pekerjaan pasanganbatu
bata,
bahanplester
dan cat
yangtumpah, serta bahan-bahan dalam kaleng
yang
tidak
ditutup
kembali
setelahdigunakan.
-
Penggunaan bahan yangtidak
ekonomis ;Meliputi
bahanyang
ditinggalkan begitu saja saattidak
digunakan, ataupun bahanyang tidak digunakan seoptimum mungkin.
-
Manajemen yang kurangbaik
;
Kerugiandapat terjadi akibat keputusan yang kurang tepat dan tidak berhubungan dengan yang lainnya akibat pengorganisasian yang buruk.
-
Limbah akibat pengguruum yang salah ; Halini
timbul
akibat digunakannyatipe
ataukualitas material yang salah.
-
Limbah akibat
spesifikasi material yang salah;
Hal
ini
berkaitan dengan adanyakesalahan, khususnya pada rencana kerja
dan spesifikasi.
-
Timbulnya
limbah
akibat
kurangnya pelatihan;
Biasanya dilakukan oleh orangbaru, buiuh yang tidak terlatih, serta buruh pada proses operasi yang baru.
Limbah tidak langsung (indirect woste)
unfuk
seorang kontraktor berkaitan denganmasalah pembelian bahan.
Material
tidakhilang secara
fisik.
Uang yang digunakanuntuk membeli material akan terbuang
jika
digunakan untuk satu kepentingan dimana ada material yang ternyata lebih murah. Kerugian
diakibatkan
oleh
adanya perbedaan hargaantara
material
yang
digunakan
denganISSN:2301-797)( Volume:
4No.l -
Mei2015material
yang mungkin
dapat digunakan.Penyebab timbulnya limbah tidak langsung :
-
Adanya penggantian material (substitutionwaste\;
Terkadang penggantian
suatumaterial
merupakanhal
yang
disengaja. Biasanya halini
akibat menghindari limbahlangsung terkait kerusakan material ataupun
untuk menghindarkan keterlambatan waktu pengerjaan karena
umur
material murahyang pendek. Oleh sebab
itu,
biaya akanlebih
efektif
jika
menggunakan material yang tersediadi
pasaran daripada mencarimaterial
lain
yang
lebih
murah
tetapimengakibatkan
tingginya
ongkospengangkutan, keterlambatan pekerjaan dan
kesulitan
lain
denganbiaya
lebih
besardaripada selisih harga material itu sendiri.
-
Limbah produksi Qtroduction waste); Ada beberapamaterial
yang
digunakan oleh kontraktor yang tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Halini
dikarenakan pada saatpengukuran
tidak
diperhitungkan biayauntuk
ukuran lahan
yang digali,
tidakratanya permukaan yang perlu diplester dan
sebagainya.
Metode
pengukuran
yan9digunakan kurang peka terhadap prakteknya
di
lapangan, dalamhal
ketidak
sesuaian antara ukuran bucket dan penggalian yang dibutuhkan akan menuju kearah kelebihanmaterial.
-
Limbah yang
terbentuk
selama proseskonstruksi (operational woste)
;
Hal
ini
lebih
mengacu
kepada material
yang digunakan untuk operasi pelaksanaan tetapitidak
disebutkanberapa
jumlah
yangdibutuhkan
di
dalam
dokumen kontrak. Material-materialini
biasanya merupakanbagian
dari
pekerjaan sementara sertamaterial
yang
tidak
disebutkan sepertibedeng tempat tinggal sementara pekerja.
-
Akibat adanya kelalaian (negligence waste); Disebabkan karena adanya kesalahan pada
lokasi
(site
errors),
contohnya
adalahpenggunaan material yang tidak diperlukan.
Bahkan kadang-kadang terjadi penggunaan
material
yang
melebihi
spesifikasinyaseperti kelebihan dalam memperhitungkan tinggi pondasi yang diperlukan. Hal ini akan
menyebabkan
terjadinya
penyesuaiandengan ukuran
yang
diperlukan sehinggaperlu pembongkaran pada pekerjaan yang sudah
jadi,
oleh
karenanya material akan terbuang.Limbah
Konsekuensi (consequentialwaste)
;
Dalam limbah
langsung (directwaste)
telah
disebutkan bahwa salah satupenyebabnya adalah karena adanya kerusakan
yang
disebabkan
oleh
kesalahan penyimpanan. Kerusakanini
harus diperbaikiatau
perlu
diadakan penempatan kembalidengan
yang lebih
baik
dan tentu
saja membutuhkan biaya. Oleh sebabitu,
limbahjenis
ini
disebutjuga
limbah
konsekuensi(consequential waste). Salah satu contoh dari
penyebab timbulnya limbah ini adalah karena adanya keterlambatan kerja yang disebabkan
oleh
tidak
cukupnya material
tersedia sehingga produktivitas kerja menjadi rendah.Akibatnya
terjadi
braya
ekstra
karena keterlambatan tersebut.Limbah
tidak
hanya
dilihat
sebagai kehilangan material s4ia atau sebagai jumlahtenaga
kerja yang
dibutuhkan
untukmengangkut material,
tetapi
juga
sebagaikehilangan sumber
daya
yang
digunakan dalam berproduksi, biaya pengiriman materialbaru
ke
lokasi
dan
keuangan. Limbahlangsung
yarrg
ditimbulkan
oleh
sub-kontraktor dapat
mengakibatkan'consequential waste' bagi kontraktor utama.
Hal ini
timbul karena adanya keterlambatanpengiriman ataupun akibat adanya material yang ditinggalkan begitu saja di sekitar lokasi
pekerjaan
yang
membuatlokasi
menjadisemakin berbahaya.
FAKTOR
PE}IYEBAB
TIMBULNYALIMBAH
Faktor
penyebabterjadinya
limbah ataupunsisa
material dapatdilihat
dalamTabel
1
dibawah. Diantara beberapa faktortersebut
yang
merupakan penyebab utamaterjadinya limbah terkait dengan faktor desain
dimana 'perubahan desain'
dan
'kesalahandalam
dokumen
kontrak'
merupakan penyebab yang dapat mengakibatkan besamyapersentase material yang menjadi limbah.
Tabel 1. Faktor Penyebab Timbulan Limbah Konstruksi
Io. iumber Penvebab
I Desain - Kesalahan dalam dokumen kontrak.
- Ketidak lengkapan dokumen kontrak.
- Perubahan desain.
- Memilih spesifikasi produk.
- Memilih produk yang berkualitas rendah.
- Kurang memperhatikan ukuran dar
produk yang digunakan.
- Desainer tidak meneenal densan bail
ISSN:2301-797){
Volume:
4No.1
-
Mei2015jenis-jenis produk lain.
Pendatailan gambar yang rumit. Informasi gambar yang kurang.
Kurang berkoordinasi dengan kontrakto
&
kurang berpengalaman tentanlkonstruksi.
2 Penga daan
- Kesalahan pemesanarl kelebihau kekurangan, dsb.
- Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil.
- Pembelian material yang tidak sezuai
dengan spesifikasi
- Pemasok mengirim barang tidak sesuai
dengan spesifikasi, Kemasan kurang
baik, menyebabkan terjadi kerusakan dalam perialanan.
J Pena- ngan-an
Material yang tidak dikemas dengan
baik.
Material yang terkirim dalam keadaan
tidak padat / kurang.
Membuang atau melempar material.
Penanganan material yang tidak hati-hati
pada saat
pembongkaran untuk dimasukkan ke dalam gudang.Penyimpanan material yang tidak benar menyebabkan kerusakan.
Kerusakan material akibat transportasi ke/di lokasi orovek
4 Pela-ksana an
- Kesalahan yang diakibatkan tenagl
keda-- Peralatan tidak berfungsi dengan baik. - Cuaca yang buruk.
- Kecelakaan pekeda di lapangan. - Penggunaan material
yang
salahsehingga perlu diganti.
- Metode untuk menempatkan pondasi. - Jumlah material yang dibutuhkan tidak
diketahui karena perencanaan yang tidak
sempuma-- Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat disampaikan
kepada kontraktor.
- Kecerobohan mencampur, mengolah
dan
kesalahan dalam penggunaanmaterial sehingga perlu diganti.
- Pengukuran
di
lapangan tidak akuratsehinssa teriadi kelebihan volume.
5
Resi-dual
Sisa pemotongan material tidak dapat
dipakai lagi.
Kesalahan
pada saat
memotong material.Kesalahan pesanao barang, karena tidak
menguasai spesiflkasi.
Kemasan.
Sisa material katena nroses oemakaian.
a
L-ain-lain
- Kehilangan akibat pencurian
- Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanarm manajemen terhadap sisa material
-i,i-Jer : Bossinkdan Brorwer
P E \-E
LITIAN
SEBELUMI{YA
Penelitian sebelumnya berkaitan dengan
sumber
dan
banyaknya
material
yang rerhrang menjadi limbah dapat dilihat dalamDovia
et
al
Q0l0),
Gavilandan
Bernold (1994), Nagapan et al (2012a),Nagapan etal
(2012b), Poon e, al (2001), Shen el al (2002),Tam
(2010),
Wulandari
(2001).
Daripenelitian tersebut dapat
dilihat
banyaknyamaterial bata yang terbuang berkisar antara
5% hngga
lebih
dari
55%o dan bervariasisesuai dengan
jenis
bangunan yang diteliti.Penelitian tersebut
menunjukkan
bahwa penyebab utarna adanya limbah, antara lain :kesalahan dalam dokumen kontralq perubahan
desain, kesalahan pemesanan, kecelakaan,
lrurangnya kontrol lokasi proyek, kurangnya
manajemen
limbah,
kerusakan
selamapengangkutan dan pemotongan bahan.
METODOLOGI
PU\MLITIAN
Pengamatan pemakaian
bata
untukkeseluruhan
proyek
pembangunan rumahtinggal memerlukan waktu yang panjang. Dari sejak proyek pertama
kali
dikerjakan hinggaselesainya seluruh pekerjaan.
Hal ini
tidakmungkin
dilakukan karena batasan waktupenelitian
yang
hanyasekitar
12
minggu.Oleh karenany4 maka penelitian
ini
dibatasipada
proses
pembuatan
dinding
danbanyaknya limbah yang timbul terkait proses
pembuatan dinding bata.
Penelitian dilakukan dengan mengamati
langsung kegiatan proses pembuatan dinding
yang menggunakan batu bata konvensional berukuran standar. Berapa jumlah bata yang dibawa ke
titik
lokasi pemasangan batadicatatdan selanjutnya dibagi dengan luas dinding
yang dikerjakan (didapat dengan mengukur
langsung
di
lapangan).
Kegiatan
inimenghasilkan
jumlah
bata yang dihabiskanuntuk
1 m2 dinding yang diamati.Nilai
ini
dibandingkan denganjumlah teoritis
batayang dibutuhkan
oleh dinding
seluas yangdikerjakan selama pengamatan langsung.
Jumlah
teoritis
batu bata
yangdibutuhkan
setiap
mZ
dinding
dihitung sebagai berikut :Ukuran batu bata yang digunakan : p =
18cm,l=9cm,t=5cm
Jarak spesi antar bata sebesar
2
cm.Maka
luas
pennukaan
dinding
yangdihasilkan pasangan
1
batu
bata
meqiadi(0, 1 8+0,02) x (0,05+0,02) m2
:
0,014 m2Dengan demikian setiap meter persegi
dinding bata
membutuhkan sebanyakI
:0,014
=
71,43 keping
batu
bata.
Jikadibulatkan
menjadi
72
keping
bata.ISSN:2301-797)(
Volume:
4No.1
-
Mei2015Perhitungan teoritis
ini
mengasumsikan tidak ada batu bata yang terbuang menjadi limbah.Dengan
kata
lain
efisiensi
pemakaianmendekati 100%.
Penulis mengambil lokasi pengamatan
lapangan pada proyek pembangunan rumah
tinggal yang
berlokasidi
daerah Helvetia Medan, yakni Jalan BeringinI
no.30.
Padasaat pengamatan pembangunan rumah sudah mencapai
konstuksi
bangunanlantai
duadimana sebahagian dinding pada lantai satu sudah terpasang. Pengamatan hanya sempat
dilakukan untuk pekerjaan dinding lantai2.
PENGAMATAI\I
Proses
pembangunanyang
akandiuraikan
hanya
dipusatkanpada
prosespembuatan dinding. Secara garis besar, proses
pembuatan dinding dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini :
Gambar 2. Bagan alir proses pembuatan
dinding
Bahan-bahan
yang
digunakan
pada proses pembuatan dan penyelesaian dinding terdiri dari: bata merah, semen, pasir, air, cat.Berdasarkan wawancara dengan pihak
kontraktor,
kebutuhanbata
merah
yangdigunakan dalam pembuatan dinding untuk satu meter persegi pekerjaan bata adalah 85
buah. Bata
tersebut diangkut
dari
toko material ke lokasi dengan menggunakan truk. Setelah sampaidi
lokasi, bata dipindahkansecara
manual
dan
ditempatkan
secaraterbuka.
Semen yang digunakan pada umumnya
menggunakan semen type
I.
Semen yang tibadi
lokasi
langsung dimasukkanke
dalamtempat
penyimpanantersendiri
(semacamgudang)
yang
sudahdiberi
alas.
Hal
inidilakukan agar semen tidak mudah mengeras dan tidak merubah mutu.
Pasir digunakan sebagai agregat halus
dalam campuran semen
untuk
merekatkanbata, sebagai campuran plester serta sebagai bahan
untuk
pembentukkolom
(digunakanbersama dengan semen). Pasir yang datang ke
lokasi biasanya diletakkan secara terbuka di
lahan kosong tanpa alas.
Air
yang dipakai berasal dari air tanah(sumur
dangkal)yang
dilengkapi pompalistrik.
Sumur
dibuat
khusus
untukkepentingan proyek pembangunan ini.
Proses
akhir dari
pembuatan dindingadalah
pengecatan.Cat
yang
digunakantergantung letak dinding yang akan dicat. Cat
untuk
dinding
yang
terlindung
(dindingdalam) berbeda
dari
cat untuk dinding luary ang terpapar cahay a matahai dan afu hujan.
PENGADUKAN SPESI
Untuk merekatkan bafir bata dibutuhkan
suatu campuran yang terdiri dari semen pasir dan air. Komposisi campuran dapat bervariasi sesuai dengan peruntukan ruangan, misalnya
saja untuk kamar mandi dan WC dibutuhkan campuran
yang rapat
air
agar
air
tidak merembeske
ruangan sebelahnya. Variasi campuran semen berbanding pasir biasanya berkisar antaral:2
,l:3 ,l:4 ,l:5
.PEMASANGAN BATA
Pemasangan dinding yang diamati dan
diambil
datarrya menggunakan pasangan 1/zbatu yang diperkuat kolom praktis sejarak 3 meter bila panjang dinding melebihi 3 meter.
Bata yang
digunakanadalah
bata
yangtersedia di pasaran dengan ukuran panjang 18
-
19
cm
dan
lebar9
cm
serta ketebalanberkisar antara
4
sampai5
cm.
Sebelumdipasang,
batu bata disiram
air
terlebih dahulu.Hal
ini
bertujuan untuk mengurangipenyerapan
air
campuran
semen
yangdigunakan sebagai perekat.
Dinding dipasang sesuai ketebalan dan
ketinggian
rancangan.Setiap
pemasangandinding baru,
maka tingginyatidak
boleh lebih dariI
meter dan baru boleh dilanjutkan setelah bata dan spesi telah betul-betul terekatdengan keras. Jarak antara satu bata dengan
bata lainnya berkisar antara 2
-3
cm. PLESTER KASARSetelah dinding selesai dipasang maka pekerjaan selanjutnya adalah melapisi dinding tersebut dengan campuran semen, pasir dan
air.
Komposisi
ini
sama
halnya
dengankomposisi spesi yaitu tergantung peruntukkan
nrangannya. Ketebalan plesteran biasanya 1,5
ISSN:2301-797X
Volume:4No.1-
Mei2015cm dengan demikian ketebalan dinding yang akan terbentuk menjadi 12 cm.
Plesteran
dilaksanakan
denganmenggunakan
alat
hampardari kayu
dandisebar
ke
pinggir-pinggir dengan memakai alat perata adukan sampai permukaan rata danlurus.
Ketika
udara
kering
dan
panas, plesteranharus
drjaga
agar
tidak
terjadi penguapan terlalu banyak dan tidak rata. PLESTER HALUSUntuk
memperhalus
permukaandinding, maka dinding perlu dilapisi dengan campuran semen
dan
air
(aci).
Sebelumdinding
diaci,
plesteran
harus
dibasahi secukupnya. Plester halus dapat dilaksanakansetelah
dinding dan
plester kasar berumur kurang lebih 7 hari. Permukaan dinding yangdihasilkan pada pekerjaan plesteran dan acian
harus rata permukaannya, tidak melengkung
atau bergelombang.
PLAMUR
Setelah
plester
halus,
pekerjaanselanjut-nya adalah
plamur.
Pekerjaan inibertujuan memperhalus permukaan dinding
agar pada saat pengecatan diperoleh hasil yang merata. Sebelum pengecatan dilakukan, mula-mula dilakukan pembersihan perrnukaan
tembok
terhadap
pengkristalan
atau pengapurm yang biasanya ditemukan padatembok baru. Pembersihan dilakukan dengan
amplas, kemudian dengan lap hingga
benar-benar bersih.
Setelahitu,
dinding
diberi lapisan plamur. Setelah kering,dinding
diampelasulang
dengan ampelashalus.
PENGECATAN
Proses terakhir dari pembuatan dinding
adalah
pengecatan. Pengecatan
dapatdilakukan dengan menggunakan
alat
bantu seperti kuas dan roll.Setelah proses
plamur
selesai, dapatdilakukan pengecatan untuk lapisan pertama.
Selanjutnya,
jika
ada
bagian-bagian yangmasih kurang
bail
maka
bagian tersebutdiplamur
lagi
dan
diampelas halus setelah kering. Kemudian dilakukan pengecatan akhir hingga2
atau3 kali
untuk mencapai warna dinding yang dikehendaki.Cat yang
digunakanuntuk
dindingbagian dalam
biasanya berbeda
dengandinding bagian luar, dimana untuk bagian luar
dipergunakan cat yang lebih tahan terhadap
panas matahari
dan
air
hujan
(lebihmemperhatikan faktor cuaca).
PENANGANAN
BA}IAN
BUANGAN Limbah yang mungkintimbul
selamaproses pengerjaan
dinding
adalah
akibatproses
penyimpananbahan,
pengadukan,pemasangan bata serta pengecatan.
LIMBAH
BAI{AN
PROSES
PENTNMPANANLimbah dari proses penyimpanan bahan terkait dengan penyimpanan yang kurang baik antara lain sebagai berikut :
-
Peyimpanan pasir;
biasanya disimpan dilahan
terbuka
tanpa
diberi
alas.Penyimpanan
seperti ini
dapatmenyebabkan kehilangan
jika
pada saatpembangunan sering turun hujan, sehingga
butir-butir
pasir
akan
turut
terbawa airhujan.
-
Penyimpanansemen
;
pendistribusiansemen
dari
penyimpanannyayang
tidak menggunakan carafirst
in
first
out
bisa menyebabkansemen
yang lebih
duluditerima
tetapi
tidak
segera digunakanmengeras
dan
tidak
dapat
digunakankembali.
-
Penyimpanan batu bata;
Batu
bata yangdiletakkan sembarangan (tumpukan tidak
rapi)
akan meningkatkanjumlah
materialyang rusak menjadi limbah.
LIMBAH PROSES PLESTER
Pada saat melapisi
dinding
denganplester, akan
ada
sebagian adukan yang tumpah. Adukanini
akan dikumpulkan danakan
digunakan
kembali
sebagai bahanurugan.
LIMBAH PROSES PEMASANGAN
BATA
Selama masa pemasangan bata, material
ini
dipindahkan dari tempat penyimpanannyadengan menggunakan kereta dorong untuk menuju lokasi pemasangan. Pada saat proses pengangkutan bata ke dalam kereta dan pada
saat penurunan
di
lokasi, ada kemungkinan terjadi kerusakan bata akibat perilaku pekerjayang
memindahkansecara
sembarangan.Selain
pada saat
pemindahan tersebut,pemasangan
juga
menghasilkan
limbah berupa sisa-sisa pemotongan material yangdilakukan
pada
pertemuandua
dinding (sudut). Sisa limbah yang timbul dalam prosesISSN:2301:797X
Volume:
4No.1
-
Mei2015ini
biasanya
dapat
digunakan
untuk membentuk dinding pada bagian sudut yangmemerlukan potongan % bata.
LIMBAH PROSES PENGECATAN
Limbah proses pengecatan tergantung
pada keahlian tukang dan penggunaan alat pada proses tersebut. Selain
itu
kandunganbahan
pembentuk
cat juga
turut mempengaruhi apakahcat yaog
digunakan termasuk ke dalam kategori bahan berbahaya arau tidak.DATA DAI\i
NALISA
Batu bata yang digunakan untuk seluruh
dinding adatah batu bata lokal yang umum
di
pasaran, terbuat dari tanah liat dengan ukuran:
p: 18-19 cm; l: 9 cm;
t:4-5
cmDinding
dipasang/
didirikan
denganketebalan
dan
ketinggian sesuai
gambar rencana serta diperkuat dengan kolom praktis apabila diperlukan. Masing-masing batu bata dipasang dengan jarak sekitar 2-
3 cm yangCiberi adukan pengikat (campuran semen,
pasir dan
air).
Pemasangandinding
dibagi menjadi beberapa tahap, dimana ketinggian naksimal pada setiap tahap adalah 1 meter. Contoh perhitungan kebutuhan batu bata tiap1 m2 : Ukuran batu bata
p:
18 cm;l=
9 cm;r
5 cm. Jarak spesi antar bata sebesar 2 cm.\{aka
luas
permukaan
dinding
yangdihasilkan pasangan
1
bata
menjadir0.18+0,02) x (0,05+0,02)
n2
= 0,014 m2Dengan demikian setiap meter persegi
dinding bata
membutuhkan sebanyak1
:0.014
=
71,43 keping
batu
bata.
Jikadibulatkan menjadi 72 keping bata.
Jumlah kebutuhan teoritis diatas didapat
dengan
asumsi
tidak
ada
limbah
yanglihasilkan. Efisiensi
pemakaian
bahanmendekati 100 o/o.
Pengamatan pekerjaan pemasangan bata
lang
dilakukan pada proyek pembangunan rumah ini menghasilkan data sebagai berikut:Tabel2. Hasil Pengamatqn Pemakaian Batu
Selama pengamatan
terlihat
sumberterjadinya limbah terkait hal-hal berikut:
-
Penangananbatubata-
Pelaksanaan pemasangan batu bata-
ResidualPenanganan
batu
bata
merupakankategori
penghasil
terbanyak.
Faktor penyebab adalah pemindahan batu bata darilokasi penumpukan
/
penyimpananke
titik
lokasi kerja pada ketinggian dimana pekerja
harus bekerja diatas scaffolding (perancah).
Batu
bata harus dipindahkansedikit
demisedikit
ke
atas perancah. Lokasi kerja yangsempit mengakibatkan batu bata tedatuh dan pecah.
Pelaksanaan pemasangan
batu
batamerupakan
kategori
berikutnya
dalammenghasilkan
volume
limbah.
Faktor penyebab adalah ku.ang terlatihnya pekerjamemasang
dan
memperlakukan materialselama pekerjaan. Akibatnya, batu bata sering
terjatuh
dan rusak.
Selain
itu,
beberapapekerja tidak terlihat berusaha memungut batu
bata yang tedatuh untuk digunakan kembali. Batu bata yang terjatuh lama kelamaan rusak dengan sendirinya walau sebenarnya batu bata
tersebut tidak pecah ketika baru saja terjatuh.
Residual adalah kategori terakhir yang
dapat diamati. Residual terkait dengan sisa potongan material yang mau tidak mau harus
terjadi
padalokasi
pertemuandua
bidangdinding. Meskipun sisa potongan
ini
masihdapat
dipergunakan,
usaha
untukmenggunakan
potongan
ini
terkadangmembutuhkan
biaya
yang
lebih
mahalketimbang membiarkannya menjadi limbah sisa material.
Hal
ini
terkait dengan waktu yang diperlukan untuk menyimpannya denganbaik hingga
tiba
saatnya digunakan kembali pada tempat yang sesuai.Faktor-faktor
lain
sebagaimana disebutdalam Tabel
I
diatas luput dari pengamatankarena metode pengamatan yang dilakukan
hanya pada segmen-segmen pekerjaan dinding dan bukannya keseluruhan pekerjaan dinding
bangunan.
Setiap
segmen
hanya menghabiskan waktu sekitarI
hingga 4 jam.Pemakaian per
m2 (dihituns) 80 83 79 83 81 95 86 80
Selisih dengan kebutuhan teoritir T2keolrlrelrn2
8 1I 7 11 9 23 t4 8
Persentase
limbah (%) l0 l3 9 l3
ll
24 l6 l0Bota:
Luas dinding
lang dikerjakan
Jrrmlah batu bata lang dibawa ke dnt lokasi kerja
ISSN:2301-797X
Volume:
4No.1
-
Mei2015Pekerjaan bongkar akibat perubahan mBupun kesalahan pemasangan
tidak
dapat teramatidengan metode
ini.
Selain
itu,
terjadinyalimbah akibat kesalahan penyimpanan juga luput dari pengamatan.
Secara umum, metode pengamatan yang
dilakukan
tidak
memungkinkan
unhrkmengamati
sumber-sumber
limbahsebagaimana dalam Tabel
I
diatas-
terkaitdengan
kategori
pertama (Desain), kedua (Pengadaan), dan terakhir keenam (Lain-lain).ANALISA
Berdasarkan
data dalam Tabel
2diatas dapat
dilaporkanbahwa
persentase limbah teoritis berkisar antara 9Yo hingga 24o/o.
Hal
ini
sesuai dengan
pengamatan-pengamatan
sebelumnya
sebagaimana dilaporkan dalam Devie etal
Q010), Gavilandan Bernold (1994), Nagapan et
al
(2012a),Nagapan
et
al
(2012b), Poonet
al
(2001),Shen
er
al
(2002), Tam (2010), Wulandari(2001) yang
mengindikasikanlimbah
baraberkisar antara 5o/o hingga 5 5Yo.
Selisih perhitungan antara teoritis dan
pelaksanaan disebabkan karena :
-
Tidak mungkin menggunakan jumlah batubata yang tepat seperti kebutuhan, karena
pada sudut bangunan hanya dibutuhkan % batu bata saja, sehingga ada sebahagian batu
bata yang
terbuang
meskipun
adasebahagian lagi yang bisa terpakai.
-
Batu
batayang
dibawake
lokasi
tidak semuanya dalam keadaan baik.-
Dalam pencegahan limbah, terdapat level persentaselimbah
yang
apabila
ingindikurangi maka biaya
yang
timbul
akanlebih
besar
dari
nilai
batu bata
yang terselematkan.-
Membandingkan
dengan
penelitian sebelumnya dimanalimbah yang
timbuldapat mencapai level 55Yo, maka persentase limbah pada proyek
ini
relative terkendali,hal
ini
terjadi sedikit banyak
karena pengamatan yang dilakukan terbatas pada segmen-segmen pekerjaandinding
yangtidak mencerminkan keseluruhan pemakaian
bata
dalam proyek
dan
tidak
meliputiadanya kemungkinan perubahan ftmcangan
(design
changes) pembangunan ataupun kesalahan rancangan pembangunan (designerror)
yang
menurut
studi
pustakamerupakan sumber dominan limbah batu
bata dalam proyek konstruksi.
KESIMPULAN
Banyaknya
limbah
konstruksi
yangtimbul
dalam
pekerjaan
konstruksiberpengaruh pada keuntungan proyek. Selain
itu,
Iimbah
konstruksijuga
menjadi
isulingkungan
yang terkait
dengan 'sustainabilitas' industri konstruksi. Semakinrendah persentase
limbah
yang
dihasilkanmaka
industi
konstnrksi menjadi semakin 'sustainable'.Hal
ini
dikarenakan produksimaterial bahan bangunan seperti batu bata membutuhkan proses pembakaran yang akan
menghasilkan
gas rumah kaca.
Semakinefisien
penggunaanbatu
bata
maka akan semakin sedikit produksi gas rumah kacayang terbentuk sia-sia.Persentase
limbah bata yang
terjadidalam proyek
pembangunan
rumahdipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya
yang
merupakanfaktor
dominan
adalah'perubahan rancangan' (design changes) dan
'kesalahan
rancangan/dokumen kontrak'(design error).
Penelitian
ini
menemukan persentasematerial
batu
bata
yang mer{adi
limbah berkisar antara 9% hngga 24o/o. Hal ini relatif rendah dibandingkan temuandalam
studi pustaka yang dapat mencapai lebih dari 55%.Faktor
penyebabtimbulnya limbah
dalampenelitian ini hanya bersumber dari :
-
Penaganan:
pemindahan batu bata ketitik
lokasi perancah pemasangan dinding
-
Pelaksanaan:
kesalahanpekerja
yang kurang terlatih-
Residual : sisa potonganFaktor-faktor
lain
sebagaimana dapatdilihat
dalam
Tabel
I
diatas
tidak memungkinkan untuk diamati karena metodepengamatan hanya dilakukan pada
segmen-segmen
pekerjaan
dinding
yang
tidak menyeluruh.Penelitian selanjutnya disarankan untuk meliput semua tahap pembangunan dari awal
hingga
akhir
pekerjaan.Selain
itu
juga disarankan untuk melakukan survey tentangfaktor
penyebabtimbulnya
limbah
sesuaidengan pengalaman para pekerja konshuksi di
daerah
ini.
Informasi yang dihasilkan akansangant
bermanfaatunfuk
meningkatkanefisiensi penggunaan material pada indushi konstruksi.
ISSN:23A1-797)(
Volume:
4No.1
-
Mei2015DAFTAR PASTAKA
Bossink, B.A.G., dan Brouwers,H.J.H. (1996)
'Construction
waste:
quantificationand
source evaluation',Jottrnal
of
Construction Engineering
ondManagement, vol.l22, no. 1, pp.55-60
Devia,Y.P., Unas,S.E., Safrianto,R.W., dan
Nariswari,W. (2010)'Identifikasi Sisa
Material
KonstruksiDalam
Upaya Memenuhi Bangunan Berkelaqiutan',Jurnal
RekayasaSipil,
vol.4,
no.3,pp.t95-203
Gavilan,R.M.
dan
Bernold,L.E.
(1994) 'Source Evaluationof
Solid Waste inBuilding
Construction',Journal
of
Construction Engineering
ondMonogemenr,vol. I 20,pp .536-5 52 Kibert
C.J. (ed)
(1994)
SustainableConstruction
-
Proceedingsof
the First International Conference of CIBTG
16,
Gainesville
:
Center
forConstruction and Environment. Lumbangaol,P. (2013)'Pengelolaan Limbah
Konskuksi
di
Jakarta',
JurnalP olipropes i,vol.VII,no.2,pp.5 6-67
Nagapan,S.,
Rahman,A.L,
dan
Asmi,A.(2012a) 'Factors
Contributing
toPhysical
and
Non
Physical WasteGeneration
in
Construction Industry' International Journol oJ Advances inApplied
Sciences
(UAAS),vol.1,no.1,pp1-10
Nagapan,S., Rahman,A.I.,
Asmi,A., Memon,A.H., dan Zin,R.M. (2012b)'
Identifring
Causesof
Construction Waste-
Caseof
Central Regionof
Peninsula
Malaysia'
InternationalJournal
of
Integrated Engineering,vol.4,no.2,pp.22-28
Ofori,G. (1998) 'Sustainable Construction :
principles
and
a
framework
forattainment
-
comment', ConstructionManagement
and
Econontics,vol.16,pp.141-145
Poon,C.S., Yu,T.W., dan
Ng,L.H.
(200L) AGuide
for
Monaging and MinimizingBuilding and Demolition Waste. T}lre
Hong Kong Polytechnic University. Shen,L.Y., Tam,W.Y.V., Tam,C.M., dan Sam
Ho
(2002) 'Material
wastage in construction activities-
a Hong Kongsurvey',
CIB
W107
:
Creoting
a Sustainoble Construction Industry inDeveloping Countries. South Africa.
I l-13 November 2002.Pp.125-132 Skoyles,E.R., dan Skoyles,J.R. (1987) Woste
Prevention on Site, London: Mitchell
Spence,R.,
dan
Mulligan,H.
(1995) 'Sustainable Developmentand
theConstruction
Industry,
Hobitat Internat ional, vol. I 9,no.3, pp.27 9 -292Tam,W.Y.V. (2010) 'Rate
of
Reusable andRecyclable Waste
in
Construction', Second International Conference onSustainable Construction Materials
and Technologies. 28-30
hme
2010.Universita Politecnica delle Marche,
Ancona,
Italy.
Special
TechnicalProceedings, ed.: P.Claise, E.Ganjian, F.Canpolat, dan T.Naik.
Tchobanoglous,G., Theisen,H., dan Vigil,S.A.
(1993)
Integrated
Solid
Waste It[anagement, McGraw-Hill International Editions, SingaporeUU no.
18 tahun 2008 tentang PengelolaanSampah
Wilson,E.J.,
McDougall,
F.R.,
danWillmore,J.
(2001)
'Euro-trash:searching
Europe
for a
moresustainable approach
to
wastemanagement'
ResourcesConservation
&
Recycling.vol.3l,
pp.327-346Wulandari,R.
(2001)'Minimisasi
LimbahKonstruksi
pada
Proyek
Rumah'
Tinggal',
unplubishedfinal
project report,Civil
Engineering Department,Faculty of Engineering, University
of
Indonesia.W
LEMBAGA PENELITIAN DAN
JURI{AL
ILMIAH
POLITEKNIK
PET{GABDIAN
MBP
MASYARAKAT
Jl. Le{iend. D-jarnin Ginting 285-287,
Telp. (061) 8218605-8218589 Medan 20I55Fax. (061) 8218605
*
8218589" E-mail : politeknikrnbp@prestasi.ac.idJudul
Penulis
SUR,A.T
KETERANGAN
Ncmor
.
129 /LPPM/.IiP/SK.T,A/I/20 15Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat cq. Penanggung Jawab
Ma.jalah Ilmiah Politeknik MBP, dengan
ini
menerangkan bahwa artikel ilmiah::
Analisa Jumlah Batu Bata Terbuang
pada PernbangunanRumah
:
Partahi II.
Lumtlangaol
benar telah diterbitkan pada:
Nama
Jurnal
:
Majalah Ilmiah Politeknik
N{BP{SSN
:
2307-797XVo.,Nornor
:
4/
1
Mei
2015Demikian surat keterangan
ini
diperbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya'Iembusan:
-
Yang bersangliutan-
ArsipMedan, 12 Juni 2015
Ketua LPPM
Penanggung Jawatr Majalah
Ilmiah
Politeknik
MBP