Lampiran II
Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.44/ 80 /KUM/2015 Tanggal 27 Pebruari 2015
TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN USAHA PRIMER HASIL INDUSTRI HUTAN KAYU (SAWMILL) UD. KARYA BERSAMA DI DESA TABATAN BARU RT.IX KECAMATAN KURIPAN, KABUPATEN BARITO KUALA, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TELAAHAN SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.
UD. Karya Bersama merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang kehutanan, yang berencana akan berpartisipasi untuk meningkatkan pemanfaatan hasil hutan kayu dan memasarkan produk hasil hutan kayu ke pasar lokal dengan kapasitas produksi kurang dari < 6.000 m3 kayu gergajian per tahun.
Pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) UD. Karya Bersama di Jalan Desa Tabatan Baru RT.IX Kecamatan Kuripan, di Kabupaten Barito Kuala diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik langsung maupun tak langsung dan dapat bersifat positif maupun negatif.
Upaya pengelolaan lingkungan akibat dampak yang ditimbulkan dari komponen kegiatan, dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan. Dampak positif dimaksudkan untuk meningkatkan dan memelihara dampak tersebut terhadap lingkungan. Upaya pengelolaan lingkungan hanya dilakukan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) yang berdampak negatif.
Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanaan ini berdasarkan rona lingkungan dan dampak yang ditimbulkan maka pengelolaan yang dilakukan berdasarkan sumber dampak dan jenis dampak baik pada tahap pra konstruksi, tahap kontruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi, maka program kegiatan yang dilakukan adalah :
A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI, KONSTRUKSI, OPERASI DAN PASCA OPERASI
1. Pengelolaan Dampak Terhadap Perencanaan dan Sosialisasi
Untuk Kegiatan pada tahap pra kontruksi Perencanaan dan Sosialisasi pada pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) UD. Karya Bersama, merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan yang berlaku, hal ini bisa berdampak positif bagi pengembangan Kabupaten dan dapat menimbulkan persepsi positif dari masyarakat dan kelompok masyarakat. Dari besaran dampak Sosial ekonomi, sikap dan persepsi masyarakat serta kamtibmas setelah Kegiatan Perencanaan dan Sosialisasi dibandingkan dengan rona awal. Mengingat Kegiatan Perencanaan dan Sosialisasi masih dalam tahapan proses, maka dampak kegiatan mempunyai intensitas yang kecil dan dapat menimbulkan persepsi positif dari masyarakat. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat areal dampak.
2. Pengelolaan Dampak Terhadap Penerimaan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi
Penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi dilakukan untuk proses pembersihan lahan dan pembangunan fasilitasfasilitas idustri. Diperlukan + 15 orang pekerja pada tahap konstruksi guna bekerja secara efisien.
Penerimaan tenaga kerja dilakukan secara bertahap mulai Dari tahap konstruksi sampai tahap operasi. Dengan luasan tanaman yang cukup luas tentunya akan membuka kesempatan kerja dan peluang berusaha. Penerimaan tenaga kerja dilakukan untuk kegiatan tahap konstruksi dan operasi.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar melalui papan papan pengumuman desa dan mediamedia masa daerah lainnya tentang rencana kegiatan penerimaan tenaga kerja.
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja.
• Melakukan pengembangan SDM dengan jalan memberikan pelatihan/pendidikan terhadap tenaga kerja di bidang industri penggergajian kayu.
• Dalam melakukan seleksi penerimaan tenaga kerja dilakukan secara transparan dan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
• Memberikan upah atau gaji sesuai dengan ketentuan yang berlaku (UMR dan UMP).
3. Pengelolaan Dampak Terhadap Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat keperluan dan kemajuan pembangunan fasilitas dan sarana penunjang.
Dari jenis dampak yaitu Pemanfaatan Ruang dan lahan, Penurunan Keanekaragaman Flora Darat, Penurunan Tingkat Kehadiran, Kelimpahan dan Diversifikasi Fauna Darat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengalokasikan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau.
• Menyisakan vegetasi pada kanankiri sempadan sungai sebagai buffer zone.
• Melakukan konservasi jenisjenis flora endemik, langka dan dilindungi jika ada yang dijumpai pada tapak maupun pada alur sungai sebagai bagian dari program pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
• Membuat buffer zone sempadan sungai 50100 m kanan kiri sungai.
• Melarang adanya penangkapan atau perburuan satwa melalui pembuatan papan larangan penangkapan atau perburuan satwa dan larangan perusakan habitat satwa liar.
• Melakukan konservasi jenisjenis fauna endemik, langka dan dilindungi jika ada yang dijumpai pada tapak maupun pada alur sungai, sebagai bagian dari program pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
4. Pengelolaan Dampak Terhadap Tenaga Kerja Tahap Operasi
Kegiatan tenaga kerja di industri penggergajian kayu yang akan dibangun ini, dalam tahap awal akan dikombinasikan antara tenaga kerja sekitar kabupaten Barito Kuala dan dari luar kabupaten. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja ini, semaksimal mungkin akan melibatkan penduduk daerah sekitar dengan standar kualitas yang ditetapkan dan jika perlu akan dilakukan pelatihan. Untuk kualifikasi tenaga terampil dan kasar sekitar 60% dapat di penuhi oleh masyarakat atau penduduk sekitar. Khusus tenaga ahli akan didatangkan dari luar Kabupaten Barito Kuala. Jumlah tenaga kerja sebagai karyawan industry ini untuk sementara sekitar 54 orang yang keseluruhan merupakan tenaga kerja dari Indonesia.
• Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar melalui papan papan pengumuman desa dan mediamedia masa daerah lainnya tentang rencana kegiatan penerimaan tenaga kerja.
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja.
• Melakukan pengembangan SDM dengan jalan memberikan pelatihan/pendidikan terhadap tenaga kerja di bidang industri penggergajian kayu.
• Dalam melakukan seleksi penerimaan tenaga kerja dilakukan secara transparan dan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
• Memberikan upah atau gaji sesuai dengan ketentuan yang berlaku (UMR dan UMP).
5.Pengelolaan Dampak Terhadap Proses Pengolahan Kayu
Pengolahan kayu dari bahan baku berupa kayu gelondongan menjadi hasil akhir berupa papan dan balok berukuran kecil akan menghasilkan limbah padat, yaitu limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain berupa kayu yang tidak berkualitas, sebetan dan serbuk gergajian.
Sebelum diolah kayu ditampung atau disimpan pada lokasi penyimpanan yang berpotensi besar berhubungan langsung dengan badan air, dalam proses Pengolahan kayu terdapat sisa penggergajian berupa serbuk yang akan jatuh atau tercecer dan selanjutnya akan mengenai badan air, mengakibatkan air mengalami perubahan sifat akibat perpindahan komponen lignin atau zat kayu dan bahan terlarut dalam kayu. Air limbah pengolahan kayu mempunyai kualitas warna merah, mengandung padatan tersuspensi dan terlarut baik yang bersifat organik maupun anorganik, sehingga dapat menurunkan kualitas air sungai khususnya parameter BOD dan COD.
• Mencegah timbulnya hamburan debu penggergajian ke lingkungan sekitar dengan melakukan penyiraman air disekitar lokasi penggergajian dan sekiling saw mill ditanami dengan pohon agar dapat mereduksi debu.
• Disekeliling kegiatan produksi yang menghasilkan debu/serbuk terbang dibuat kandang keliling atau rumah penangkap debu. • Pekerja diwajibkan memakai alat pelindung berupa masker atau
respirator selama bekerja.
• Penggergajian kayu tidak menunggu kayu mengering, sehingga kayu masih segar, untuk mengurangi debu gergajian yang masuk ke udara.
• Membuat barrier hidup dengan melakukan penanaman dengan tanaman penghijauan disekeliling areal Saw Mill.
• Membuat drainase di sekitar lokasi penumpukan kayu.
• Pekerja diwajibkan memakai alat pelindung berupa masker atau respirator selama bekerja.
• Bekerja sesuai dengan SOP.
6. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Penanganan Limbah Pengelolaan limbah dilakukan terhadap limbahlimbah yang dihasilkan dari proses industri ini berupa :
- Limbah padat
Limbah padat adalah limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain berupa kayu yang tidak berkualitas, sebetan dan serbuk gergajian. Limbah serbuk kayu setelah dikumpulkan langsung diangkut oleh pengepul untuk diolah kembali. Potensi limbah dari proses penggergajian yang begitu besar sangat cocok untuk digunakan menjadi energi alternatif seperti briket serbuk gergajian kayu, dengan pemanfaatan limbah sisa dari industri pengolahan kayu tersebut.
- Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan yaitu buangan oli imesin yang sudah tidak terpakai. Oli tersebut kemudian ditampung kedalam drum untuk disimpan di gudang. Proses pengolahan oli limbah diangkut ke luar area selanjutnya menggunakan jasa perusahaan pengolahan limbah.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pengelolaan limbah domestik dengan menampung limbah dalam tempat sampah, mengumpulkan limbahlimbah tersebut dalam bak yang lebih besar dan menyimpan bersamasama dengan limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan sawmill.
• Sebetan dan serbuk kayu diserahkan kepada pihak lain yang mampu mengelola.
• Limbah cair dan MCK diproses dengan septic tank.
• Oli baru dari pemasok diterima dalam bentuk sudah tersimpan dalam drum, sedangkan solar disimpan dalam tangki besar.
• Sawmill menghasilkan limbah B3 berupa oli bekas dan diserahkan kepada pihak lain yang telah memiliki izin pengumpulan limbah B3, penyimpanan limbah B3 kurang dari 90 hari dan membuat neraca limbah B3.
• Melakukan penempelan label dan simbol pada tangki dan drum untuk menyimpan limbah B3 dan B3.
• Membuat drainase di sekitar lokasi penumpukan kayu.
7. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat/CSR
Pelaksanaan program CSR (corporate social responsibility) atau tanggung jawab perusahaan yang baik akan memberikan dampak terhadap peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha yang selanjutnya akan berdampak pada perubahan matapencaharian dan pendapatan sehingga menimbulkan pandangan atau sikap maupun persepsi positif dari masyarakat terhadap perusahaan.
Kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarkat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahanperubahan yang ada sekaligus memeliharanya. Dengan kata lain CSR merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat.
implementasi dan apa yang menjadi harapan serta kebutuhan masyarakat sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Merekrut tenaga kerja lokal di sekitar proyek dengan system pengupahan yang layak sesuai standar Upah minimum Provinsi (UMP).
• Memberikan pelatihan keterampilan tertentu kepada masyarakat sekitar. Melakukan pembinaan kelembagaan ekonomi masyarakat melalu program CSR dan pola kemitraan.
8. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan pemutusan hubungan kerja (PHK) tenaga kerja operasional
Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan hal yang tidak bisa dihindari pada saat berakhirnya kegiatan industry Saw Mill. PHK akan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan operasional di lapangan. Terhadap karyawan UD. Karya Bersama akan diberikan dua pilihan alternatif yaitu :
pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undangundang ketenagkerjaan yang berlaku;
pemanfaatan tenaga kerja untuk kegiatan pasca operasi yang masih membutuhkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti kegiatan reklamasi, revegetasi dan pemantauan lingkungan lainnya, atau penempatan karyawan yang ada ke lokasi hutan tanaman yang dimiliki oleh perusahaan dengan mempertimbangkan skala prioritas pekerjaan yang tersedia dan kualifikasi karyawan itu sendiri
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Memberikan hakhak pekerja sesuai dengan perjanjian saat penerimaan tenaga kerja sebelumnya.
• Meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui program CSR sehingga saat PHK, sudah terjadi kemandirian usaha masyarakat.
• Melakukan sosialisasi secara berkala dan terprogram kepada masyarakat mengenai keberadaan perusahaan dan manfaatnya bagi masyarakat.
B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN
Dari hasil analisis prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting, maka rencana Pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) UD. Karya Bersama di Jalan Desa Tabatan Baru RT.IX Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, dapat dinilai layak dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Dari aspek ketataruangan, keberadaan rencana Pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) UD. Karya Bersama di Jalan Desa Tabatan Baru RT.IX Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala tidak menyalahi aturan pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan nomor 9 tahun 2000 tentang RTRW Kalimantan Selatan Tahun 20002015 dan Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala nomor 6 tahun 2012.
2. Aspek teknis rencana Pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) UD. Karya Bersama di Jalan Desa Tabatan Baru RT.IX Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala telah didesain sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan yang akan diperoleh.
4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat di wilayah Desa Tabatan Baru RT.IX Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala menjadi wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah dapat dilakukan komunikasi dan pendekatan atau sosialisasi bersama yang menguntungkan kedua belah pihak sehingga proses pengelolaan dampak pada aspek adanya gesekan atau ketidaksepahaman dengan masyarakat sekitar dapat segera diminimalisir.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka rencana Pembangunan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (sawmill) UD. Karya Bersama di Jalan Desa Tabatan Baru RT.IX Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, layak bagi lingkungan.
BUPATI BARITO KUALA