1
I.
PENDAHULUAN
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia di sepanjang aliran sungai seperti hutan, persawahan, permukiman, dan penambangan pasir akan menimbulkan rona lingkungan yang berbeda pada sungai. Sungai Banjaran merupakan salah satu sungai yang berada di daerah Kabupaten Banyumas. Sungai Banjaran memiliki variasi dalam tata guna lahan yaitu hutan, pemukiman, pertanian, penambangan pasir, persawahan, dan lain-lain. Air limpasan dari hujan akan membawa material-meterial, baik tersuspensi maupun terlarut yang ada dari area penggunaan lahan yang dilewatinya (Asdak, 1995). Air limpasan tersebut membawa masuknya bahan organik dan anorganik ke dalam badan perairan berupa material-material tersuspensi dan terlarut. Total Suspended Solid (TSS) adalah semua zat padat yang tersuspensi di perairan yang terdiri dari bahan organik dan anorganik partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat dan sel-sel mikroorganisme. Total Dissolved solid (TDS) adalah semua zat padat terlarut baik berupa bahan organik, anorganik, mineral maupun ion di dalam air. Sumber senyawa tesuspensi maupun terlarut dalam perairan berasal dari limbah rumah tangga, erosi lahan dari pertanian, dan limbah industri (Situmorang, 2007). Hal tersebut dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak positif dapat meningkatkan kandungan unsur hara di perairan, sedangkan dampak negatif pada kualitas air yaitu penurunan nilai penetrasi cahaya.
Besarnya konsentrasi TDS akan mempengaruhi organisme perairan, khususnya kadar nutrient yang terlarut dalam TDS seperti nitrat (NO3) dan ortofosfat (PO4). Nutrien tersebut digunakan untuk pembentukkan pigmen fotosintesis (klorofil dan fikobilin) serta pertumbuhan sel mikroorganisme (Basmi, 1995). Salah satu organisme yang terpengaruh oleh adanya senyawa terlarut di sungai adalah mikrobenthos, karena hidupnya yang melekat pada substrat dasar perairan dan tidak mengikuti arus.
Mikrobenthos adalah mikroorganisme yang hidupnya menempel pada substrat di perairan (Jailani & Nur, 2012). Mikrobenthos terdiri dari mikrozoobenthos dan mikrofitobenthos. Mikrozoobenthos adalah mikrobenthos yang bersifat seperti hewan, sedangkan mikrofitobenthos adalah mikrobenthos yang bersifat seperti tumbuhan. Mikrofitobenthos beperan sebagai produsen pada sistem rantai makanan dalam komunitas perairan, karena dapat memanfaatkan bahan
2
anorganik menjadi bahan organik dalam fotosintesis. Menurut Hill dan Webster (1982), mikrofitobenthos merupakan produsen primer di perairan sehingga memiliki peranan yang besar dalam menentukan produktivitas periaran dibanding fitoplankton yang hidupnya yang tidak mengikuti arus sungai.
Mikrofitobenthos merupakan produsen pada sistem rantai makanan dan sebagai sumber makanan bagi ikan, apabila jumlah mikrofitobenthos berkurang akan berdampak pada sistem rantai makanan. Berubahnya kondisi faktor lingkungan secara alami maupun pengaruh aktivitas manusia, dapat mempengaruhi struktur komunitas organisme, yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem rantai makanan. Struktur komunitas merupakan penggambaran suatu komunitas ditinjau dari keanekaragaman spesies dalam suatu ruang lingkup dan kelimpahan relatif masing-masing terhadap komunitas total (Goldman and Horne, 1983). Perubahan kondisi suatu perairan dapat mengganggu struktur komunitas biota di dalamnya. Kelimpahan dan struktur komunitas dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan (Muharram, 2006). Kondisi perairan dapat diketahui melalui keberadaan komunitas mikrofitobenthos, yang dihubungkan dengan kondisi fisika dan kimia sungai. Hawkes (1979) menyatakan bahwa faktor fisika yang mempengaruhi kehidupan benthos adalah penetrasi cahaya, suhu air dan substrat dasar, sedangkan faktor kimia seperti DO, pH, dan nutrien. Penelitian tentang struktur komunitas mikrobenthos Sungai Banjaran sudah pernah dilakukan, tetapi masih belum banyak diketahui tentanng hubungan TDS, NO3, PO4 terhadap struktur komunitas mikrofitobenthos Sungai Banjaran yang hidupnya tidak mengikuti oleh arus sungai tetapi melekat pada substrat.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana konsentrasi TDS, NO3, PO4 di Sungai Banjaran.
2. Bagaimana struktur komuitas mikrofitobenthos di Sungai Banjaran.
3. Bagaimana hubungan antara TDS, NO3, PO4 dengan kelimpahan mikrofitobenthos di Sungai Banjaran.
Atas permasalahan tersebut, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui konsntrasi TDS, NO3, PO4 di Sungai Banjaran. 2. Mengkaji struktur komuitas mikrofitobenthos di Sungai Banjaran.
3. Mengkaji hubungan antara TDS, NO3, PO4 dengan kelimpahan mikrofitobenthos di Sungai Banjaran.