• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak kegaiatan belajar mengajar dan kinerja sekolah pasca penghapusan rintisan sekolah bertaraf internasional RSBI SMK N 1 Cilacap.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak kegaiatan belajar mengajar dan kinerja sekolah pasca penghapusan rintisan sekolah bertaraf internasional RSBI SMK N 1 Cilacap."

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DAN KINERJA SEKOLAH PASCA PENGHAPUSAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (RSBI) DI SMKN 2 CILACAP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Elektro

Disusun oleh: BENI SUJATMIKO

08501241016

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Beni Sujatmiko

NIM. : 08501241016

Prodi. : Pendidikan Teknik Elektro Fakultas : Teknik

Judul TAS : Dampak Kegiatan Belajar Mengajar Dan Kinerja Sekolah Pasca Penghapusan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Di SMKN 2 Cilacap

Saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir Skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya tulis ilmiah yang telah lazim.

.

Yogyakarta, Juni 2013

(5)

DAMPAK KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DAN KINERJA SEKOLAH PASCA PENGHAPUSAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (RSBI) DI SMKN 2 CILACAP Oleh:

Beni Sujatmiko 08501241016

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar dan kinerja sekolah di SMKN 2 Cilacap setelah status RSBI dihapuskan oleh mahkamah kontstitusi.

Penelitian ini merupakan penelitian mixed method dengan desain penelitian berupa convergent parralel design. Teknik pengambilan data yang digunakan ialah angket, wawancara dan observasi lapangan. Teknik triangulasi data dipilih sebagai cara yang digunakan untuk membandingkan data yang didapat dari masing-masing teknik pengambilan data. Subyek penelitian ini terdiri dari siswa, guru, dan kepala sekolah sedangakan obyek penelitiaanya adalah sekolah SMK Negeri 2 Cilacap itu sendiri. Teknik analisis data angket menggunakan analisis statistik deskriptif sedangkan teknik analisis data wawancara dan observasi lapangan paling tidak memuat tiga kegiatan utama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukan bahwa pasca penghapusan RSBI (1) kegiatan belajar mengajar SMKN 2 Cilacap dinyatakan dalam kategori cukup baik, sebanyak 49% siswa menyatakan hal tersebut ; (2) kinerja sekolah SMKN 2 Cilacap dinyatakan dalam kategori cukup baik, sebanyak 48% siswa menyatakan hal tersebut. Hasil analisis data wawancara dan observasi menunjukan bahwa pasca penghapusan RSBI baik KBM maupun kinerja sekolah relatif sama seperti pada saat masih menyandang RSBI, hal ini ditunjukan dengan kegiatan belajar di kelas yang tetap berjalan normal, fasilitas sekolah yang memadai, pelayanan sekolah tergolong baik, kondisi lingkungan sekolah yang aman serta ditumbuhi pepohonan rindang menambah keasrian sekolah. Selain itu sekolah juga tetap mengedepankan pemanfaatan teknologi seperti tersedianya wifi sekolah serta penggunaan LCD proyektor sebagai alat bantu mengajar. Sehingga disimpulkan bahwa penghapusan status RSBI tidak berdampak terhadap kegiatan belajar mengajar dan kinerja sekolah di SMK N 2 Cilacap.

(6)

MOTTO

Kita hanya perlu mencoba melakukannya dengan baik

dan sisanya biar alam yang berkonspirasi.

Tak perlu tunggu hebat,

Kita hanya perlu memulai apa yang kita impikan.

(7)

Persembahan

Alhamdulillahi robbil alamin. Dengan izin Allah SWT akhirnya penelitian skripsi ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karya ini untuk :

1. Ibuku, Ibu terbaik yang selalu memberikan kasih sayang serta doa restu hingga sampai saat ini

2. Bapaku, Bapak terhebat yang selalu memberi dukungan penuh serta mengajarkan untuk menjadi seorang pria.

3. Mas Dhian dan Chahya yang saya sayangi

4. Keluarga besar Mbah Kirno: Mbah putri, Bu Gedhe, lik Moko, Lik Pety. 5. Teman-teman seperjuangan Pend. Teknik Elektro kelas A 2008, yang

mengajarkan arti teman, persahabatan dan kekeluargaan.

6. Siapa saja yang bertanya Kapan Lulus ? :p

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga atas ijin dan ridhonya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Skripsi dengan judul “DAMPAK KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DAN KINERJA SEKOLAH PASCA PENGHAPUSAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMKN 2 CILACAP”

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan, terutama kepada:

1. Soeharto , M.SOE, Ed.D selaku dosen pembimbing skripsi.

2. Bapak Dr. Moch Bruri Triyanto selaku Dekan Fakultas Teknik UNY. 3. Bapak K Ima Ismara., M.Pd., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro UNY.

4. Moh. Khairudin, M.T, Ph.D selaku Kaprodi Pendidikan Teknik Elektro 5. Dr. Haryanto, M.Pd, MT selaku dosen penguji

6. Dr. Istanto Wahyu Djatmiko, M.Pd selaku dosen koordinator skripsi sekaligus validator instrumen penelitian.

7. Bapak dan Ibu Dosen, Teknisi serta Staf Laboratorium di Lingkungan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY.

8. Kepala Sekolah dan Kepala Bidang Keahlian Teknik Elektro SMK Negeri 2 Cilacap, guru, staff pegawai, dan siswa yang telah membantu kelancaran selama penelitian.

(9)

Candra, Ifa, Pak Dhe, Heri N, Bos Nying-nying serta tak ketinggalan teman-teman yang lain_ Terimakasih.

10.Teman-temanku Jurusan Pendidikan Teknik Elektro angkatan 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010

11.Teman-teman Kost Narodo : Bang Wildan, Mas Bin, Sholeh, Panjul

12.Serta semua pihak tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya selama penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan demi terciptanya karya yang lebih baik lagi dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, Oktober 2013

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Istilah... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori... 7

1. Kegiatan Belajar Mengajar... 7

2. Kinerja Sekolah... 11

3. Standar Nasional Pendidikan... 13

4. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Pikir ... 25

(11)

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 28

C. Desain Penelitian ... 28

D. Subyek dan Obyek Penelitian... 28

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data... 31

G. Instrumen Penelitian ... 33

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 36

I. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A. Hasil Penelitian... 43

1. Hasil Penelitian Kegiatan Belajar Mengajar ... 43

2. Hasil Penelitian Kinerja Sekolah ... 52

B. Pembahasan ... 61

1. Pembahasan Kegiatan Belajar Mengajar... 61

2. Pembahasan Penelitian Kinerja Sekolah ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 74

A. Simpulan ... 74

B. Keterbatasan Penelitian ... 75

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 1 Jumlah Sampel Tiap Kelas ... 30

Tabel 2 Kode-kode Wawancara... 32

Tabel 3 Skala Linkert Empat Alternatif Jawaban ... 33

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Angket Kegiatan Belajar Mengajar ... 34

Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Angket Kinerja Sekolah... 34

Tabel 6 Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Kepala Sekolah ... 35

Tabel 7 Kisi-kisi Intrumen Wawancara untuk Kajur ... 36

Tabel 8 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Angket KBM ... 37

Tabel 9 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Kinerja Sekolah ... 37

Tabel 10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 38

Tabel 11 Persentase Kategori Pencapaian ... 39

Tabel 12 Distribusi Kategori Data ... 40

Tabel 13 Tabel Triangulasi Data... 42

Tabel 14 Hasil Ketercapaian Aspek Kegiatan Belajar Mengajar ... 44

Tabel 15 Nilai Kecenderungan Kegiatan Belajar Mengajar ... 45

Tabel 16 Hasil Ketercapaian Aspek Kinerja Sekolah ... 52

Tabel 17 Nilai Kecenderungan Aspek Kinerja Sekolah ... 53

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Nama Gambar Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir ... 25

Gambar 2 Desain Penelitian... 28

Gambar 3 Ilustrasi Triangulasi... 41

Gambar 4 Diagram Batang Persentase Pencapaian KBM ... 44

Gambar 5 Diagram Pie Nilai Kecenderungan KBM ... 45

Gambar 6 Salah Satu Kondisi Bengkel... 50

Gambar 7 Penempatan Peralatan Praktek ... 50

Gambar 8 Kegiatan Praktik... 51

Gambar 9 Diagram Batang Ketercapaian Aspek Kinerja ... 53

Gambar 10 Diagram Pie Nilai Kecenderungan Aspek Kinerja ... 54

Gambar 11 Halaman SMKN 2 Cilacap... 57

Gambar 12 PosterGo GreenPada Salah Satu Dinding Sekolah ... 58

Gambar 13 Taman Sekolah... 58

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Daftar Hadir Seminar Tugas Akhir Skripsi Lampiran 4. Instrumen Penelitian Angket

Lampiran 5. Instrumen Penelitian Wawancara Lampiran 6. Judgement Instrumen

Lampiran 7. Data Hasil Angket Penelitian Lampiran 8. Validitas Instrumen Angket Lampiran 9. Reliabilitas Instrumen Angket Lampiran 10. Transkrip Wawancara Penelitian Lampiran 11. Data Hasil Wawancara

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zaman terus berkembang, membuat dunia industri menuntut para pencari kerja untuk memiliki skill dan kompetensi yang lebih baik dari era sebelumya. Berkenaan dengan hal tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada pada garda yang paling depan untuk bisa mencetak SDM yang memiliki kompetensi sesuai dunia industri. Sekolah kejuruan diharapkan dapat menjalakan pendidikan yang berkualitas bagi anak didiknya agar nanti lulusanya mampu memenuhi tuntutan dunia industri.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah guna terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mengeluarkan jurus-jurus jitu agar tercapai tujuan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan agar bisa bersaing dengan negara-negara lain yaitu membuat progam pengembangan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3) menyatakan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan

(16)

Kebudayaan sejak tahun 2007 mulai mengembangkan progam RSBI, baik untuk jenjang SD, SMP, dan SMU/SMK.

Sekolah-sekolah yang berniat mengikuti progam RSBI harus memenuhi 8 unsur Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebelum mengajukan diri untuk menjadi sekolah bertaraf internasonal. Selain telah memenuhi syarat 8 SNP tersebut, juga masih harus diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga benar-benar memiliki daya saing di forum internasional.

Konsep awal sekolah RSBI sebenarnya sangat bagus, konsep ini menginginkan standar pendidikan di dalam negeri tidak kalah dengan negara-negara maju anggota OECD diantaranya : Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong. Hasil lulusan dari sekolah RSBI/SBI nantinya diharapkan memiliki kompetensi/daya saing yang diakui internasional.

(17)

sekolah-sekolah berlabel RSBI. Dalam amar putusan nomor 5/PUU-X/2012 yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi menyebutkan penyimpangan yang terjadi diantaranya adanya pungutan dari sekolah yang mengatasnamakan sekolah rintisan bertaraf internasioanal. Sekolah ini menciptakan persepsi adanya “diskriminatif” yang membuat orang tua siswa berkemampuan ekonomi kurang mampu tidak bisa mensekolahkan buah hatinya ke sekolah tersebut, dan memilih untuk mensekolahkan di sekolah reguler.

Seiring dengan hal tersebut, banyak desakan yang muncul di masyarakat mempertanyakan tentang layak-tidaknya progam rintisan sekolah bertaraf internasional tersebut. Hingga pada puncaknya awal januari 2013, Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Mahfud MD selaku ketua MK dalam pembacaan amar putusan mengatakan Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Dengan dikabulkannya uji materi tersebut, akhirnya RSBI dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi (Kompas, 9 Januari 2013).

(18)

menyatakan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, seluruh sekolah di Indonesia seharusnya menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.

Namun sejalan dengan putusan tersebut ada kekhawatiran dengan kembalinya sekolah RSBI/SBI menjadi sekolah bisa menurunkan kualitas dari pendidikan itu sendiri. Ada kekhawtiran yang berkembang dimasyarakat bahwa pelayanan dan mutu ex-RSBI akan menurun. Sehingga pada akhirnya tidak mampu mencetak lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja (Kompas, 10 Januari 2013)

Melihat permasalahan terkait putusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus status sekolah bertaraf RSBI. Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan menjadikan masalah tersebut menjadi pokok permasalahan penelitian.

B. Fokus Penelitian

Dalam latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas, terdapat masalah yang dihadapi oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Permasalahan yang ada di lembaga pendidikan SMK karena begitu luas dan komplek, maka peneliti memfokuskan penelitian kepada hal yang berkaitan dengan kualitas pelayanan pendidikan di SMKN 2 Cilacap. Penelitian ini akan difokuskan pada 2 objek penelitian, yaitu :

(19)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kualitas Kegiatan Belajar Mengajar pasca dihapusnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMKN 2 Cilacap

2. Mengetahui kinerja sekolah pasca dihapusnya rintisan sekolah bertaraf internasional di SMKN 2 Cilacap

3. Mengetahui kualitas sekolah pasca dihapusnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dari sudut pandang Kepala Sekolah, Guru, Pegawai TU, dan siswa

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat bagi beberapa pihak yang terkait, antara lain:

1. Bagi Penulis

a. Untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama menempuh bangku kuliah.

b. Menambah wawasan tentang keadaan diluar bangku kuliah. 2. Bagi SMK RSBI di Kabupaten Cilacap

a. Memberi gambaran langsung terkait persepsi penghapusan status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dari beberapa sudut pandang.

(20)

3. Bagi masyarakat kabupaten Cilacap

Sebagai jawaban akan komitmen sekolah yang akan terus memberikan pendidikan yang berkualitas bagi putra-putrinya.

E. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang dijumpai dalam tulisan tugas akhir skripsi ini, antara lain.

1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) : suatu progam pendidikan yang dibuat oleh pemerintah dengan berdasar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3)

2. Delapan Standar Nasional Pendidikan (8 SNP) : aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah terkait standar-standar yang harus dipenuhi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan

3. Organization for econonic Co-operation an Development (OECD) : Organisasi beranggotakan negara-negara maju yang tingkat pendidikannya mempunyai keunggulan tertentu atau telah diakui oleh dunia.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kegiatan Belajar Mengajar

a. Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam bidang pendidikan, kegiatan belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat vital guna mencetak lulusan yang berkompeten. Kegiatan ini merupakan komponen utama dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Apabila dilihat dari suku katanya, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terdapat 2 macam aktivitas, yaitu belajar dan mengajar.

Belajardapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Burton ;

“Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and make him more capable of dealing adequately with his environment” (Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 1993: 4)

(22)

yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Hal tersebut merupkam suatu kriteria keberhasilan belajar yang ditengarai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatan tidak berhasil atau gagal.

Ernest R.Hilgard yang dikutip oleh Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993:5) berpendapat : “We may define learning as the process by which an activity ariginates or is changed through responding to asituation, provide the change cannot be attributed to growth or temporary state of the organism (as fatigue or under drugs”.Kurang lebih apabila diterjemahkan ialah “Belajar adalah

suatu proses dimana ditimbulkan atau perubahan karena mereaksi suatu keadaan, perubahan tersebut tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan organisme yang sementara (seperti kelelahan atau karena pengaruh obat)”.

H.C Witherington yang dikutip oleh Uzer usman dan Lilis Setiawati (1993:5) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagi suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau seuatu pengertian”.

(23)

pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik atau siswa. (M. Uzer Usman dan Lilis Setawati, 1993:5)

Aktivitas lainya dalam proses pendidikan ialahmengajar. Menurut Bruner yang dikutip oleh Uzer Usman dan Lilis setiawati (1993:5) mengemukakan bahwa “Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang

sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa”.

Teknik untuk menyederhnakan bahan yang disajikan tersebut menurut Bruner adalah dengan cara enactive, iconic, dan symbolic. Penyajian enactive adalah penyajian suatu bahan pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Cara penyajian ini amat sederhana, konkret, bahakan dapak dikatakan primitif. Penyajian iconic melibatkan penggunaan grafik dalam penyajian suatu ide, objek atau prinsip. Cara penyajian ini lebih abstrak bila dibandingkan dengan penyajian enactive. Sedang penyajian symbolic adalah dengan menggunakan bahasa dan penyajian hendaknya mengikuti perkembangan jiwa anak. Dengan demikian, guru dapat memilih cara penyajian mana yang akan diterapkan dalam menyampaikan materi pelajarannya kepada siswanya, dengan memperhatikan tingkat perkembangan jiwa anak tersebut.

Oemar Hamalik (2010 : 44) dalam bukunya Proses Belajar Mengajar menuliskan setidaknya ada 6 kriteria / pengertian mengajar, yaitu :

1) Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid disekolah

(24)

3) Mengajar adalah usah mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa

4) Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid 5) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara

yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat

6) Mengajar adalah proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari

Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar. Dapat pula dikatan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat didalam kelas maupun di luar kelas. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Burton bahwa “Teaching is the Guidance of Learning Activities.”

b. Indikator KBM di Sekolah

Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar erat kaitanya dengan proses pendidikan yang terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dalam pelaksanaan KBM harus mengikuti peraturan/standar yang sudah dibuat oleh Pemerintah.

(25)

pembelajaran menjadi teladan bagi sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur ; diperkaya model proses OECD dan/atau negara maju lainnya ; Menerapkan pembelajaran berbasis TIK ; mata pelajaran kelompok Sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa pengantar bahasa inggris.

2. Kinerja Sekolah

a. Pengertian Kinerja Sekolah

Difinisis kinerja erat kaitannya dengan performa (performance). Menurut Ahuya yang dikutip oleh I Gusti Agung Rai (2008:44)“Performance is the way of job or task is done by an individual, a group of an organization”. Terjemahan bebasnya ialah ; Kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan.

Sedang menurut Stephen P. Robbins kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pandangan lain seperti dikemukakan Patricia King (Hamzah, 2001:100) bahwa kinerja adalah aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya. Sedangkan menurut Mitchall Terence (Hamzah, 2001 : 101) memandang kinerja atau performance merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang.

(26)

hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. Robbin (Hadari Nawawi, 2006: 62) mengatakan bahwa kinerja adalah jawaban atas pertanyaan “apa hasil yang dicapai seseorang sesudah mengerjakan sesuatu”. Selanjutnya Shermerson, Hunt

dan Osborn (Hadari Nawawi, 2006: 62) mengatakan bahwa kinerja adalah kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan individu, kelompok, maupun organisasi.

Kinerja tidak terbatas pada kinerja individu semata tetapi juga pada kinerja kelompok dan kinerja organisasi yang pada dasarnya bersumber dari kinerja individu dalam kelompok/organisasi tersebut. Dari beberapa definisi kinerja yang telah dijabarkan sebelumnya, terlihat bahwa kinerja mengarah kepada 2 hal, yaitu proses dan hasil yang dicapai.

Sehingga kinerja sekolah dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai oleh sekolah menurut ukuran yang berlaku baik ukuran kantitas maupun ukuran kualitas hasil pekerjaan, yang dilakukan oleh komponen sekolah dengan cara melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

b. Indikator Kinerja Sekolah

Indikator kinerja di tingkat sekolah dapat dilihat pada beberapa aspek. Salah satunya dilihat dari sisi manajemen. Kinerja sekolah sebagai suatu unit atau bisa dikatakan seperti organisasi sehingga memerlukan manajemen yang baik pula guna mencapai visi-misi-nya.

(27)

1) Minimal memenuhi standar pengelolaan 2) Minimal memenuhi standar pembiayaan

3) Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator Kunci Tambahan

4) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnnya ISO 14000 5) Merupakan sekolah multi-kultural

6) Menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional dari luar negeri

7) Bebas narkoba dan rokok 8) Bebas kekerasan (bullying)

9) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah

10) Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni dan olahraga.

3. Standar Nasional Pendidikan

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tersirat dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah menetapkan 8 standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menjadi pedoman bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam menjalankan tugas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Diartikan oleh BSNP, Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

a. Standar Kompetensi Lulusan

(28)

minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

Standar Kompetensi Lulusan diatur oleh Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional (Permendiknas) :

1. Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ;

2. Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah

b. Standar Isi

Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

Standar Isi diatur oleh Peraturan Pemerintah :

1. Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ;

2. Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah ;

(29)

c. Standar Proses

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Standar Proses diatur oleh Peraturan Pemerintrah sebagai berikut:

1. Nomor 41 thn 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ;

2. Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus ;

3. Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(30)

usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.

Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur oleh Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional (Permendiknas) berikut ini.

1. Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar pengawas Sekolah/Madrasah 2. Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

3. Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

4. Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah 5. Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah 6. Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah 7. Nomor 40 Tahun 2009 tentang Standar Penguji Pada Kursus dan Pelatihan 8. Nomor 41 Tahun 2009 tentang Standar Pembimbing Pada Kursus & Pelatihan 9. Nomor 43 Tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Program paket A ,

Paket B, dan Paket C

10. Nomor 42 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus

11. Nomor 44 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Pendidikan pada Program Paket A, Paket B dan Paket C

(31)

e. Standar Sarana dan Prasarana

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Standar Sarana dan Prasarana diatur oleh Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional (Permendiknas) berikut ini :

1. Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA

2. Nomor 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB

3. Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SMK/MAK

f. Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.

(32)

g. Standar Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Standar Pengelolaan Pendidikan diatur oleh Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 69 tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)

h. Standar Penilaian Pendidikan

(33)

pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Standar Pengelolaan Pendidikan diatur oleh Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

4. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional

Selaras dengan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2008), Sekolah/Madrasah yang menyandang status Bertaraf Internasional merupakan Sekolah yang telah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development dan/atau negara maju lainya yang mempunyai keunggulan tertentu, sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 1 Nomor 35 juga mengamini hal yang sama seperti penjelasan tersbut. Sehingga jika dilihat dari pengertiannya, SBI dapat dirumuskan dengan SBI = SNP + X.

(34)

Sehingga dengan konsep sepeti diatas, Sekolah Bertaraf Internasional tidak hanya sekedar memenuhi 8 Standar Nasional namun Sekolah Bertaraf Internasional diharuskan memperkaya, memperkuat, dan mengembangkan, memperdalam, memperluas 8 unsur tersebut. Sehingga bisa dikatakan Sekolah Bertaraf Internasional memiliki level diatas sekolah nasional.

Untuk memenuhi standar sebagai Sekolah Bertaraf Internasional, sekolah tersebut dapat melakukan minimal 2 cara , yaitu adaptasi dan adopsi. Adaptasi merupakan pengayaan/ pendalaman/ penguatan/ perluasan/ penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu negara angggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunngulan tertentu dalam bidang pendidikan, yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki daya saing internasional.

Berbeda dengan adaptasi, Adopsi adalah penambahan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

(35)

berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Beberapa ciri esensial dari SBI ditinjau dari komponen pendidikan yang berdaya saing tinggi yaitu (Dit PSMP, 2008):

a) Output/outcomesSBI dikatakan memiliki daya saing internasional antara lain bercirikan: (1) lulusan SBI dapat melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) lulusan SBI dapat bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain, dan (3) meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga. Proses penyelenggaraan dan pembelajaran dikatakan memiliki daya saing internasional antara lain cirinya telah menerapkan berbagai model pembelajaran yang berstandar internasional, baik yang bersifat pembelajaran teori, eksperimen maupun praktek;

(36)

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan (6) dalam penyelenggaraannnya bercirikan utama kepada standar manajemen internasional yaitu secara bertahap dalam jangka panjang mampu mengimplementasikan dan meraih ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000, dan menjalin hubungansister schooldengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri.

(37)

pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kinerja kunci tambahan.

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang tema/metodenya hampir sama dengan penelitian ini , diantaranya :

1) “Performansi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di BLPT Yogyakarta” oleh Riaya Listianing Rahmawati pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana (1) penerapan peraturan tentang K3, (2) tingkat pengetahuan, (3) perilaku/kebiasaaan yang dilakukan oleh guru, teknisi serta siswa untuk menerapkan budaya K3 selama pembelajaran praktek, (4) kondisi fisik ruangan, lingkungan, peralatan bengkel praktek yang mendukung terciptanya K3 di BLPT Yogyakarta.

2) “Implementasi Progam Sekolah bertaraf Internasional (Studi Kasus di Progam Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 2 Yogyakarta)”

(38)

3) “Evaluasi Kinerja Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMK Negeri 2 Ketapang Kalimantan Barat” Tesis oleh Edy Santoso tahun 2008. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) SMK Negeri 2 Ketapang Kalimantan Barat ditinjau dari : (1) komponen manajemen sekolah; (2) komponen proses belajar mengajar; (3) komponen profil ketenagaan/pendidik; (4) komponen kurikulum; (5) komponen peserta didik; (6) komponen institusi pasangan; (7) komponen unit produksi; (8) komponen lingkungan sekolah; (9) tenaga kependidikan. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan evaluasi formatif dan data penelitian diperoleh dari pengelola sekolah serta siswa dengan metode angket model skala likert, analisis data menggunakan statistik deskriptif.

(39)

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti keberdampakan yang dirasakan oleh sekolah setelah dihapusanya sekolah bertaraf internasional oleh Mahkamah Konstitusi. Penelitian ini memfokuskan kepada kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah, dengan 2 fokus / obyek penelitiannya yaitu : Kegiatan Belajar Mengajar dan Kinerja Sekolah.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, suatu sistem pendidikan yang telah dirintis sejak tahun 2007 secara tiba-tiba dinyatakan dihentikan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) karena dianggap melanggar konstitusi. Putusan MK terkait sisdiknas tersebut berlaku sejak dikeluarkannya putusan nomor 5/PUU-X/2012 pada tanggal 8 januari 2013. Secara logika sadar, hal ini akan menimbulkan masalah yang mungkin akan berdampak kepada sekolah sebagai garda terdepan pendidikan di Indonesia.

Untuk memudahkan pemahaman akan permasalahan yang terjadi, dibuatlah kerangka pikir penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut.

(40)

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimakah pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di SMKN 2 Cilacap

setelah dihapusnya RSBI/SBI ?

2. Bagaimanakah Kinerja Sekolah SMK Negeri 2 Cilacap setelah dihapusnya RSBI/SBI?

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Dampak Kegiatan Belajar Mengajar Dan Kinerja Sekolah Pasca Penghapusan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di SMKN 2 Cilacap merupakan jenis penelitian mixed method berdasarkan cara menganalisis datanya. Penelitian mixed method ialah penelitian yang menggunakan dua jenis atau lebih metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Penelitian ini bisa dikatakan penelitian deskriptif-studi kasus apabila dilihat dari pendekatan penelitian yang digunakan. Pendekatan deskriptif ditujukan untuk mengambarkan suatu fakta penelitian ke dalam bentuk angka-angka atau diagram. Sedangka-angkan pendekatan studi kasus bertujuan untuk memperoleh data yang lebih mendalam dan terperinci mengenai permasalahan yang sedang diteliti

(42)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian : SMKN 2 Cilacap

Alamat : Jl Budi Utomo no.8 Cilacap 2. Waktu penelitian : 27 Maret–30 Mei 2013

C. Desain Penelitian

Desain penelitian bertujuan memudahkan pemahaman akan metode peneltian yang digunakan. Desain penelitian yang digunakan ialah Convergent Parralel Design,sesuai Gambar 2 berikut.

D. Subyek dan Obyek Penelitian

Pengambilan subyek dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Pengertian dari teknik ini adalah peneliti dalam memilih responden menggunakan “alasan tertentu” yang telah diperhitungkan peneliti (Sukardi, 2006:41). Dengan menggunakan teknik ini diharapkan bisa memperoleh responden yang dapat memberikan informasi relevan di lapangan. Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staff TU selain itu juga dari guru, teknisi dan siswa Progam Studi Keahlian

(43)

Obyek penelitian dalam Penelitian ini adalah kondisi lingkungan SMK Negeri 2 Cilacap khususnya untuk lingkungan Progam Studi Keahlian Teknik Ketenaga Listrikan.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Mengingat penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian kuantitatif dan kualitatif. Maka dalam penelitian ini juga terdapat populasi dan sampel penelitian. Populasi adalah wilayah genelarisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteritik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI Progam Studi Keahlihan Teknik Ketenaga Listrikan SMKN 2 Cilacap tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 173 siswa. Terdiri dari tiga kelas kelas X dan dua kelas kelas XI.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil haruslah yang mampu mewakili populasi itu sendiri. Penentuan sampel penelitian dilakukan secara acak (random sampling). Teknik random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak sehingga semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama besar untuk bisa menjadi sampel. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Solvin.

n=

. ……….. (1)

Keterangan : n = Ukuran sampel

N = Jumlah Populasi = 173 Siswa

(44)

Bedasarkan persamaan (1) diperoleh jumlah sampel sebesar :

n=

. = . . = 120.76 121 siswa

Jumlah sample sebanyak 121 siswa tersebut kemudian menentukan jumlah masing-masing sampel menurut tingkat siswa setiap kelasnya secara proportionate sampling. Teknik proportionate sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang memiliki anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proposional, dengan persamaan sebagai berikut.

ni= . ……….. (2)

Keterangan :

ni = Jumlah sampel tiap kelas n = Ukuran sampel (121 siswa) N = Jumlah Populasi (173 Siswa) Ni = Jumlah siswa tiap kelas

Dengan menggunakan persamaan (2) diatas, maka dapat diperoleh jumlah sampel pada setiap kelasnya sebagai berikut :

Kelas X TITL 1= . 121= 24.5 25 siswa Kelas X TITL 2= . 121= 24.5 25 siswa Kelas X TITL 3= . 121= 24

Kelas XI TITL 1= . 121= 24

Kelas XI TITL 2= . 121= 23.08 23 siswa

Perhitungan diatas dirangkum ke dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Jumlah Sampel Tiap Kelas

Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel

X TITL 1 35 25

X TITL 2 35 25

X TITL 3 35 24

XI TITL 1 35 24

XI TITL 2 33 23

(45)

Perlu diingat juga bahwa dalam pengambilan sampling tidak dilakukan bedasarkan urutan abjad atau absensi siswa di kelasnya namun menggunakan teknik incidential sampling. Maksudnya ialah siapa saja (siswa) yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari responden siswa. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup dengan bentuk jawaban skala 4 dari Likert. Tiap-tiap butir pernyataan memiliki 4 pilihan jawaban, yang masing-masing jawaban memiliki bobot yang berbeda.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam yang mungkin tidak terambil oleh metode angket. Wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan metode semiterstruktur. Peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, namun peneliti juga bisa berimprofisasi pertanyaan tergantung dari jawaban responden. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik dan Kepala Jurusan Teknik Ketenaga Listrikan. Data yang didapat berupa rekaman percakapan yang perlu diubah kedalam bentuk transkrip wawancara yang nantinya diberi kode-kode untuk mempermudah analisis data.

(46)

analisis data wawancara nantinya. Kode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kode-kode Wawancara

No Kode Keterangan/Tema

1 KS Kepala Sekolah

2 WKS Wakil Kepala Sekolah

3 G Guru

4 LL Lulusan

5 BHS Bahasa Pengantar

6 KLS Ruang Kelas/Bengkel

7 TIK Teknologi Informasi Komputer

8 BIA Biaya

9 ISO ISO

10 KLN Kerja Sama Luar Negeri

11 KBM Kegiatan Belajar Mengajar

12 KRK Kurikulum

13 GR Guru

3. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap kondisi teknis yang ada dilapangan. Hal yang akan diobservasi adalah lingkungan sekolah, kelengkapan sarana prasarana dan aktifitas sekolah seperti memperhatikan cara guru mengajar serta keaktifan siswa di kelas.

(47)

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mencari data yang telah ada di lapangan. Teknik ini merupakan pendukung dan pelengkap data primer yang diperoleh melalui metode angket, wawancara dan observasi. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen yang memuat info-info terkait SMKN 2 Cilacap. Selain itu peneliti juga melakukan dokumentasi dengan cara mengambil gambar menggunakan media kamera digital

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini terdiri dari. 1. Instrumen Angket

Setiap pernyataan dalam instrumen angket memiliki 4 alternatif jawaban dalam bentuk skala likert, sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang paling mewakili kondisi lingkungan sekolahnya. Keterangan 4 alternatif jawaban yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Instrumen angket disusun bedasarkan definisi operasional masing-masing aspek penelitian. Instrumen aspek kegiatan belajar mengajar disusun bedasarkan standar yang ada pada Peraturan Pemerintah (Perpu) No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kisi-kisi

Tabel 3. Skala Likert Empat Alternatif Jawaban

No Alternatif Jawaban Skor Item Pernyataan

1 Sangat Sesuai/Sangat Setuju 4

2 Sesuai/Baik/Setuju 3

3 Tidak Sesuai/Tidak Setuju 2

(48)

instrumen angket untuk aspek penelitian Kegiatan Belajar Mengajar ditunjukan pada Tabel 4 seperti berikut.

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Angket Kegiatan Belajar Mengajar

Aspek Dimensi Indikator Deskriptor Butir

Kegiatan 2. Buku Teks Pelajaran 2 3. Pengelolaan kelas 3, 4, 5 Pelaksanaan

Pembelajaran

1. Metode 6

2. Suasana belajar 7, 8, 9 3. Pembelajaran Praktek 10, 11 Ciri SBI Penggunaan

Sedangkan kisi-kisi untuk kinerja sekolah bedasarkan standar yang ada pada Peraturan Pemerintah (Perpu) No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan ditunjukan pada Tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Angket Kinerja Sekolah

Aspek Dimensi Indikator Deskriptor Butir

Kinerja Fasilitas ruang bengkel 2, 3

Bidang Budaya dan Lingkungan Sekolah

Lingkungan Sekolah 4, 5, 6 Bidang Keuangan

dan Pembiayaan

Biaya individu 7, 8, 9

Ciri SBI Kemitraan Sekolah Hubungan dengan sekolah lain

10, 11 Hubungan dengan instansi 12 Sekolah

Multikultural

Siswa dari daerah lain 13 Pengajar dari luar negeri 14

Persamaan hak 15

(49)

2. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan dengan metode semiterstruktur. Peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara namun bisa juga melontarkan pertanyaan improvisasi tergantung dari jawaban responden. Kisi-kisi instrumen wawancara untuk responden Kepala Sekolah ditunjukan dalam Tabel 6 sebagai berikut.

(50)

Sedangkan kisi-kisi wawancara untuk Kajur Progam Studi Keahlian Ketenaga Listrikan ditunjukan dalam Tabel 7 sebagai berikut.

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu memberikan data yang tepat. Agar memenuhi hal tersebut perlu dilakukan uji validitas dan uji konsistensi butir instrumen. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) dengan cara mengkonsultasikan instrumen kepada para ahli (expert judgment). Cara ini bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi butir-butir pernyataan atau pertanyaan instrumen apakah telah memenuhi (mewakili) hal yang akan diteliti.

Konsistensi butir diketahui dengan cara analisis product moment dari Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Kajur

Aspek

(51)

r hitung dengan r tabel. Butir dianggap layak jika r hitung lebih besar daripada r tabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil daripada r tabel butir pernyataan dinyatakan tidak valid. Bedasarkan tabel korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 5%, nilai r tabel sebesar 0,176. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software komputer. Hasil perhitungan uji validitas butir instrumen (angket) penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Angket KBM

Butir r hitung Keterangan Butir r hitung Keterangan

1 0.478 Valid 10 0.644 Valid

2 0.457 Valid 11 0.467 Valid

3 0.421 Valid 12 0.344 Valid

4 0.536 Valid 13 0.480 Valid

5 0.499 Valid 14 0.494 Valid

6 0.654 Valid 15 0.414 Valid

7 0.526 Valid 16 0.301 Valid

8 0.647 Valid 17 0.560 Valid

9 0.459 Valid

Sedangkan untuk aspek penelitian Kinerja Sekolah, hasil uji validitas butir instrumen (angket) dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Angket Kinerja Sekolah

Butir r hitung Keterangan Butir r hitung Keterangan

1 0.730 Layak 10 0.366 Layak

2 0.684 Layak 11 0.473 Layak

3 0.597 Layak 12 0.710 Layak

4 0.563 Layak 13 0.593 Layak

5 0.491 Layak 14 0.424 Layak

6 0.658 Layak 15 0.489 Layak

7 0.684 Layak 16 0.597 Layak

8 0.733 Layak 17 0.695 Layak

(52)

2. Reliabilitas Instrumen

Suatu intrumen memiliki tingkat reliabilitas apabila instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur aspek penelitian yang sama hasilnya tetap sama atau relatif sama. Perhitungan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan bantuan software komputer. Analisis reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan formula alpha-cronbach. Instrumen dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila nila r sama dengan atau lebih besar dari 0,7. Hasil perhitungan analisis relibilitas intrumen dapat dilihat pada Tabel 10 seperti berikut ini.

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No Aspek Penelitian Jml

Butir

r’hitung Batas Reliabilitas

Keterangan

1 Kegiatan Belajar Mengajar 17 0.801 0.70 Reliable

2 Kinerja Sekolah 18 0.890 0.70 Reliable

I. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan (mixed) dari dua macam jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Sehingga data yang didapat juga terdiri dari dua macam jenis data, data kuantitatif dan data kualitatif. Masing-masing jenis data dianalisis sesuai dengan aturan jenis penelitiannya.

1. Data Kuantitatif

(53)

cara mengalikan hasil bagi skor riil dengan skor ideal dalam seratus persen (Sugiyono, 2010), dengan rumus seperti di bawah ini :

Pencapaian = 100%

Perhitungan persentase yang didapat selanjutnya dijelaskan ke dalam uraian kalimat yang bersifat deskriptif. Dengan cara mengkategorikan skala persentase menjadi baik, cukup, kurang, dan tidak baik seperti ditunjukan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Persentase Kategori Pencapaian

Persentase Kategori

76 % - 100 % Baik

56 % - 75 % Cukup

40 % - 55 % Kurang

< 40 % Tidak Baik

Guna memberikan gambaran secara umum mengenai penelitian yang dilakukan. Data statistik deskriptif yang antara lain terdiri dari nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode)¸dan simpangan baku (Standart deviation). Selanjutnya akan bisa dicari nilai kecenderungan aspek penelitian. Pengkategoriannya bedasarkan Mean Ideal dan Standar Deviation Idealyang diperoleh.

(54)

Tabel 12. Distribusi Kategori Data

No Rentang Skor (i) Kategori

1 (Mi + 1,5 SDi) sampai dengan (ST) Tinggi

2 (Mi + 0,0 SDi) sampai dengan (Mi _ 1,5 SDi) Cukup 3 (Mi–1,5 SDi) sampai dengan (Mi + 0,0 SDi) Kurang

4 (SR) sampai dengan (Mi–1,5 SDi) Rendah

Keterangan :

= Rerata / Mean ideal = Standar Deviasi Ideal

= 1/2 (Skor ideal tertinggi + skor ideal terendah) = 1/6 (Skor ideal tertinggi–skor ideal terendah) = Skor Tertinggi

= Skor Terendah

2. Data Kualitatif

Data yang bersifat kualitatif didapat dari metode pengumpulan data wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan paling tidak memuat tiga kegiatan utama, yaitu : reduksi data , penyajian data, penarikan kesimpulan.

Data yang didapat dari metode pengumpulan data wawancara, observasi lapangan masih sangat luas dan banyak sehingga dibutuhkan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, menemukan tema dan polanya dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Setelah itu dilakukan pengkodean (coding) untuk setiap indikator penelitian yang ada. Namun sebelum hal itu dilakukan haruslah data yang akan diolah telah siap, seperti hasil wawancara harus dibuat ke dalam transkrip wawancara.

(55)

grafik atau semacamnya sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian ini penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk tabel.

Penarikan kesimpulan adalah melakukan verifikasi dari metode wawancara, observasi dan kajian dokumen sekunder lalu digabungkan satu sama lain. Verifikasi data dapat dilakukan dengan metode trianggulasi data dengan cara membandingkan hasil data yang didapat suatu metode pengumpulan data dengan metode lainnya.

3. Trianggulasi Data

Trianggulasi data dibutuhkan mengingat penelitian ini merupakan penelitian mixed method dengan desain penelitian Convergent Parralel Design. Dengan trianggulasi, data hasil instrumen angket, data hasil wawancara dan data observasi lapangan dapat dibandingkan (compare) satu sama lain untuk menghasilkan suatu kesimpulan dari penelitian ini. Apabila diilustrasikan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

Kesimpulan Angket

Wawancara

Observasi

(56)

dalam tabel triangulasi dengan mengkategorikan menjadi indikator-indikator penelitian. Tabel triangulasi data ditunjukan pada Tabel 13 sebagai berikut ini.

Tabel 13. Tabel Trianggulasi Data

Indikator Data

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian Dampak Kegiatan Belajar Mengajar dan Kinerja Sekolah Pasca Penghapusan RSBI menggunakan 3 metode pengumpulan data, yaitu angket, wawancara, dan observasi. Angket ditujukan kepada responden siswa dengan jumlah sampel sebanyak 121 siswa. Wawancara dilakukan kepada 2 responden yang dirasa mengetahui lebih dalam mengenai kondisi sekolah, Kajur Prodi TITL dan Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah SMKN2 Cilacap. Observasi dilakukan guna mencari data pendukung atau sebagai pembanding nantinya saat dilakukan triangulasi data.

1. Hasil Penelitian Kegiatan Belajar Mengajar

a. Kegiatan Belajar Mengajar Bedasarkan Data Angket

Aspek penelitian kegiatan belajar mengajar pasca dihapusnya RSBI di SMKN 2 Cilacap dengan responden siswa memiliki 17 butir pernyataan. Angket penelitian diberikan kepada siswa kelas X dan kelas XI, setelah dilakukan perhitungan didapat besar sampel sebanyak 121 siswa.

(58)

Gambar 4. Diagram Batang Persentase Pencapaian KBM

Bedasarkan diagram batang persentase pencapaian KBM , pencapaaian tertinggi diperoleh butir pernyataan nomor 5. Butir pernyataan ini terkait sikap Tabel 14. Hasil Ketercapaian Aspek Kegiatan Belajar Mengajar

No Butir Nilai %Pencapaian Kategori

(59)

menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku jenis kelamin dan status sosial. Ketercapaian butir pernyataan nomor 5 sebesar 85% dapat dikategorikan penerapan sikap tersebut ketika kegiatan belajar mengajar di

kelas termasuk kedalam kategori “Baik”.

Sedangkan bedasarkan hasil pehitungan statistik diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam pengisian angket kuesioner kegiatan belajar mengajar sebesar 46 dengan skor minimum sebesar 30 , skor maksimum sebesar 62 dan standar deviasi sebesar 5.33. Dengan nilai rata-rata dan nilai standar deviasi, nilai kecenderungan dapat diketahui seperti yang ditampilkan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Nilai Kecenderungan Kegiatan Belajar Mengajar

No Interval Frekuensi Presentase (%) Kategori

1 54-62 22 18 % Tinggi

2 46-54 59 49 % Cukup

3 38-46 35 29 % Kurang

4 30-38 5 4 % Rendah

Jumlah 121 100

Data pada Tabel 15 tersebut dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram pie seperti Gambar 5 berikut.

Tinggi 18%

Cukup 49% Kurang

29% Rendah

(60)

b. Kegiatan Belajar Mengajar Bedasarkan Hasil Wawancara

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMKN 2 Cilacap khususnya untuk Progam Studi Teknik Instalasi Tenaga listrik dapat dilihat dari beberapa faktor yang mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ditambah dengan ciri sekolah RSBI. Faktor-faktor dan ciri tersebut diantaranya ada yang dijadikan indikator dalam pengajuan pertanyaan wawancara.

Wawancara diajukan kepada responden yang dirasa mengenal kondisi lingkungan sekolah dengan baik. Responden yang dimaksud ialah guru jurusan teknik instalasi listrik dan wakil kepala sekolah. Selanjutnya transkrip wawancara yang didapat diberi kode masing masing.W.G.Aspek Penelitianmerupakan kode yang digunakan untuk wawancara dengan responden guru dan W.WKS.Aspek Penelitian merupakan kode yang digunakan untuk wawancara dengan responden wakil kepala sekolah.

Secara umum kegiatan belajar mengajar di SMKN 2 Cilacap relatif tak berubah pasca dihapusnya status RSBI oleh pemerintah sebagaimana dijelaskan oleh guru jurusan teknik instalasi listrik. Guru tersebut menjelaskan bahwa :

(61)

Lebih lanjut, kegiatan belajar mengajar akan mampu berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang baik pula. Berkenaan dengan hal tersebut Guru jurusan teknik instalasi listrik menjelaskan bahwa :

….Klo ruang praktek dibelakang semua, ada 5 ruang praktek. Untuk 8 rombel.Wah.. cukup sekali. Tiap hari hari 2-2. Klo ada kelas tiga ya 3-3. Masih bisa mencukupi.(W.G.KLS/31-35)

Penjelasan guru tersebut juga didukung oleh penjelasan wakil kepala sekolah pada wawancara terpisah, dalam wawancara tersebut dijelaskan bahwa :

….Cukup. Untuk jumlah kelas cukup. kita kan punya 44 kelas. Kita sistemnya sudah moving class. sudah kaya kuliah. Ga ada kelas itu miliknya kelas apa, Kelas itu miliknya mata pelajaran. klo maw pelajaran bahasa Indonesia ya, ya larinya ke ruang bahasa. Rombel itu, singkatan dari Rombongan Belajar. ya sama saja dengan kelas lah (W.WKS.KLS/48-56).

Salah satu keunggulan sekolah RSBI ialah dalam pemanfaatan teknologi konputer. Seperti penggunaan sarana LCD proyektor untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Berkenaan dengan hal ini, guru jurusan teknik instalasi listrik menjelaskan bahwa :

….Ya menggunakan, semuanya menggunakan. Menggunakan semua.

Lah wong sekarang sudah disediakan, alat disediakan. Makasnya klo di SBI itu anggarannya ke Fisik, alat bantu mengajar. Kesana larinya Klo bahan praktek ya tetap. Sama.(W.G.TIK/36-41)

Masih terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi komputer, dalam wawancara terpisah dengan wakil kepala sekolah menjelaskan bahwa :

….Owh.. itu udah lama. Sebelum RSBI kita sudah ada itu (bertahap).

(62)

Ciri sekolah RSBI lainya ialah penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar. Terkait hal ini guru jurusan teknik instalasi listrik menjelaskan bahwa :

….Saya kira ada yang melakukan ada yang tidak. Ya sama. Paling dijurusan listrik ya. Gimana yah?. Kan kita lihat SDM-nya, gimana? Trus tuntutan lagi. Tapi klo kejuruan saya rasa no problem. Klo teknik kita menggunakan bahasa inggris teknik. Iya. Ya campur. Bahasa inggris

teknik. Ada. Ada.. ya seperti itu… Iya. Ini kan masih peralihan. Baru berapa berapa bulan sih. Jadi tidak terlalu mencolok.

Cuman untuk mengatasi itu, karena SBI ada kelas Khusus itu apa namanya itu.. sing HL, apa AHL untuk bahasa inggris.(W.G.BHS/19-30) Terkait penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar, wakil kepala sekolah memberi penjelasan sebagai berikut :

….Ya pernah dulu, sewaktu menyandang SBI kita menerapkan. pembelajaran produktif, sama pembelajaran SAINS. Matematika, kimia. artinya ya bilingual, ya tidak penuh. Kadang kadang pengantarny, pendahuluannya. Tidak sepanjang 3 jam pelajaran penuh.Apalagi kalau produktif kan Tools-tool nya, alatnya itu kan bahasanya dari luar. Klo mesinnya dari jerman, malah manualnya booknya bahasa jerman, bahasa inggris.

Iya, iya masih diterapkan.(W.WKS.BHS/28-38)

(63)

c. Kegiatan Belajar Mengajar Bedasarkan Hasil Observasi

Kegiatan observasi dilakukan semenjak pertama kali datang di SMKN 2 Cilacap, sekitar tanggal 20 Februari 2013. Lebih intensif, pengumpulan data penelitian dengan metode observasi dilakukan dari tanggal 21-30 Mei 2013. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data pendukung dari 2 metode pengumpulan data yang lain, selain itu observasi juga dapat digunakan sebagai data pembanding (kroscek) akan kebenaran data yang didapat dari metode lainnya.

Observasi penelitaian terkait kegiatan belajar mengajar dilakukan di blok Jurusan Teknik Instalasi Listrik. Letak Blok ini letaknya berada pada sisi dalam sekolah, untuk sampai di blok ini dari pintu gerbang sekolah ambil jalan lurus melewati beberapa lorong lalu melewati jalan disamping lapangan sepakbola setelah itu belok kanan. Blok jurusan Teknik Instalasi Listrik berada pada pojok kanan sekolah apabila dilihat dari atas. Blok ini berhadapan dengan blok Jurusan Mesin/Otomotif.

Observasi kegiatan belajar dikelas lebih kepada memperhatikan segala kegiatan yang berlangsung selama KBM, baik itu dari pihak guru maupun siswa itu sendiri. Selain itu observasi ini juga memperhatikan kondisi lingkungan kelas serta alat-alat penunjang lainnya.

(64)

dikarenakan intonasi suara yang kurang namun lebih karena siswa tersebut yang kurang memperhatikan pelajaran. Kadang kala intonasi suara ditinggikan sebagai tanda agar siswanya kembali fokus memperhatikan pelajaran yang berlangsung di dalam kelas atau bengkel. Kondisi lingkungan bengkel dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 sebagai berikut.

Gambar 6. Salah Satu Kondisi Bengkel

(65)

Kegiatan praktek dilakukan di ruang bengkel. Jurusan teknik instalasi listrik memiliki 5 ruang bengkel dengan fungsinya masing-masing. Jumlah bengkel ini telah sesuai (mencukupi) dengan kurikulum yang berlangsung. Ruang bengkel berbentuk persegi dengan lantai tehel. Posisi meja dan kursi berada di tengah ruang, dengan sisinya digunakan untuk lemari penyimpan peralatan praktek atau tempat praktek itu sendiri. Cahaya yang masuk ke dalam kelas sudah cukup terang untuk kegiatan belajar berlangsung, sehingga tidak membutuhkan cahaya tambahan ketika cuaca sedang cerah.

(66)

2. Hasil Penelitian Kinerja Sekolah

a. Kinerja Sekolah Bedasarkan Data Angket

Aspek penelitian kinerja sekolah pasca dihapusnya RSBI di SMKN 2 Yogyakarta dengan responden siswa memiliki 18 butir pernyataan. Angket penelitian diberikan kepada siswa kelas X dan kelas XI, setelah dilakukan perhitungan didapat besar sampel sebanyak 121 siswa.

Angket penelitian menggunakan skala empat (skala linkert). Sehingga nilai maksimal yang mampu didapat untuk masing-masing pernyataan sebesar 484. Nilai ketercapain yang didapat setiap butir pernyataan akan dibandingkan dengan nilai maksimal tersebut sehingga didapatkan nilai ketercapaian. Hasil ketercapaian aspek kinerja sekolah dapat dilihat dalam Tabel 16 dan Gambar 9 berikut.

Tabel 16. Hasil Ketercapaian Aspek Kinerja Sekolah

No Butir Nilai %Pencapaian Kategori

1 374 77 % Baik

2 375 77 % Baik

3 387 80 % Baik

4 348 72 % Cukup

5 371 77 % Baik

6 314 65 % Cukup

7 345 71 % Cukup

8 264 55 % Kurang

9 329 68 % Cukup

10 386 80 % Baik

11 281 58 % Cukup

12 392 81 % Baik

13 396 82 % Baik

14 234 48 % Kurang

15 394 81 % Baik

16 342 71 % Cukup

17 301 62 % Cukup

(67)

Gambar 9. Diagram Batang Ketercapaian Aspek Kinerja

Bedasarkan diagram batang di atas , pencapaaian terendah diperoleh butir pernyataan nomor 14. Butir pernyataan ini terkait ketersediaan tenaga kerja yang berasal dari luar negeri. Dengan pencapaian sebesar 48% dapat dikategorikan bahwa ketersediaan tenaga pengajar yang berasal dari luar negeri dalam kategori kurang.

Bedasarkan hasil pehitungan statistik diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam pengisian angket kuesioner kegiatan belajar mengajar sebesar 48.5 dengan skor minimum sebesar 30 , skor maksimum sebesar 67 dan standar deviasi sebesar 6.17. Dengan nilai rata-rata dan nilai standar deviasi, nilai kecenderungan dapat diketahui seperti yang ditampilkan dalam Tabel 17.

Tabel 17. Nilai Kecenderungan Aspek Kinerja

No Interval Frekuensi Presentase (%) Kategori

Gambar

Tabel 2. Kode-kode Wawancara
Tabel 3. Skala Likert Empat Alternatif Jawaban
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Angket Kinerja Sekolah
Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Kepala Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait