ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA
ZONE BARAT KABUPATEN PACITAN TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi
Oleh: Fadli Ardhiansyah NIRM : 04.6.106.09010.5.0010
FAKULTAS GEOGRAFI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Nyoman S Pendit , 2002). Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Seperti diungkapkan oleh James Spilane (1997), beberapa alasan yang mendasari sektor pariwisata dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan nasional, antara lain:
1. Makin berkurangnya minyak bumi sebagai penghasil devisa.
2. Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten.
3. Besarnya potensi yang dimiliki bagi pengembangan pariwisata di Indonesia.
1. Pariwisata sering dianggap sebagai sebuah sumber penting dari pendapatan nilai tukar mata uang asing (hard foreign exchange earning). 2. Sebagai industri ekspor pariwisata tidak menghadapi aturan perdagangan
seperti halnya barang-barang pabrik, bahan mentah dan produk-produk pokok kebutuhan dasar.
3. Wisatawan hanya menggunakan infrastruktur alam. Misalnya kondisi iklim, sejarah, kebudayaan, yang tidak didesain secara khusus. Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan pariwisata terhadap infrastruktur alam mempunyai marginal cost yang rendah.
4. Pariwisata mampu memberikan lapangan kerja baru. Baik di Negara berkembang maupun yang sudah maju.
5. Sebagai sebuah aktivitas campuran untuk memenuhi permintaan akan jasa dan produk pariwisata dapat menjadi pendorong berkembangnya sektor lain. Seperti makanan, cinderamata, dan sebagainya.
Pemberlakuan otonomi daerah dan penyerahan wewenang perencanaan pengembangan wilayah secara penuh kepada pemerintah daerah menjadikan daerah harus segera mempersiapkan diri dalam pengelolaan dan pengembangan daerahnya masing-masing. Bahwa pembangunan bidang pariwisata akan berkembang sempurna dan akan bermanfaat bila ditunjang oleh kekayaan daerah sebagai daerah kunjungan wisata. Penggalian Pandapatan Asli Daerah (PAD) sebagai modul pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya. Baik sumberdaya manusia ataupun sumberdaya alam secara tepat guna. Salah satu sumberdaya yang belum dioptimalkan pengembangannya hingga saat ini adalah “aset wisata”. Meskipun dalam penyusunan kebijaksanaan tiap daerah selalu dirumuskan.
bidang pemasaran dan penelitian terutama applied research sehingga dapat mengelola dan menganalisa data kepariwisataan yang penting bagi pengembang selanjutnya. (Oka A Yoeti, 1996)
Pengembangan kepariwisataan saat ini tidak hanya untuk menambah devisa negara maupun pendapatan pemerintah daerah. Akan tetapi juga diharapkan dapat memperluas kesempatan berusaha disamping memberikan lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran. Jadi pengembangan kepariwisataan tidak akan terlepas dari unsur fisik maupun non fisik (sosial, budaya, dan ekonomi). Maka dari itu perlu diperhatikan peran dari unsur-unsur tersebut. Faktor geografis merupakan faktor penting untuk pertimbangan perkembangan pariwisata. Perbedaan iklim merupakan salah satu faktor geografis yang mampu menumbuhkan dan menimbulkan variasi lingkungan alam dan budaya. Sehingga dalam mengembangkan kepariwisataan, karakteristik iklim perlu diketahui sebelumnya. Faktor geografis lainnya yang dapat digunakan sebagai alternatif penentu kebijakan pembangunan pariwisata adalah tanah, geologi, hidrologi, kemiringan, dan vegetasi (Sujali, 1989). Akan tetapi menurut MC Taggart dalam Effendi (1989) “Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini agak lambat. Ada dua faktor yang menyebabkan keterlambatan itu. Pertama, kurangnya fasilitas untuk mendukung kepariwisataan. Kedua, kurangnya publikasi tentang seluk beluk kepariwisataan”.
Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri.
dikembangkan. Perlu diketahui bahwa Kabupaten Pacitan merupakan sebuah kota kecil di perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah bagian selatan dan merupakan daerah yang sampai saat ini masih natural. Belum banyak potensi alam yang disentuh dengan tangan manusia apalagi teknologi. Keaslian inilah yang merupakan aset Kabupaten Pacitan untuk dapat berkembang menjadi daerah tujuan wisata
(http://www.wisatanet.com/images/review/0000000025_gb2_nch-2.gif). Adapun tujuan pembangunan pariwisata di Kabupaten Pacitan antara lain: 1. Memperluas dan meratakan kesempatan kerja terutama bagi masyarakat
setempat, serta memperkenalkan alam, nilai, dan budaya Kabupaten Pacitan.
2. Mengembangkan dan mendayagunakan industri pariwisata dalam meningkatkan penyerapan wisatawan nusantara maupun mancanegara sebagai sarana pendapatan daerah dan masyarakat serta mendorong perluasan lapangan kerja dan pemerataan berusaha.
3. Meningkatkan usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok seni budaya, industri kerajinan, dan usaha-usaha lainnya guna ikut serta memelihara, memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan dengan tetap menjaga kepribadian dan martabat bangsa.
4. Membina dan mengembangkan pariwisata daerah secara terpadu dan terencana terutama mengenai sadar dikalangan masyarakat serta promosi wisata dalam paket-paket wisata.
a. Zone Barat, meliputi: Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, Kecamatan Pringkuku, dan Kecamatan Pacitan.
b. Zone Utara, meliputi: Kecamatan Nawangan, Kecamatan Arjosari, Kecamatan Bandar, dan Kecamatan Tegalombo.
c. Zone Timur, meliputi: Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Ngadirojo, dan Kecamatan Sudimoro.
[image:6.612.169.514.403.710.2]Penelitian dilakukan di Zone Barat Kabupaten Pacitan. Pemilihan penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur, di zone barat Kabupaten Pacitan, obyek wisata yang tersedia lebih banyak dan lebih bervariasi. Ada obyek wisata alam, buatan, maupun budaya. Selain itu didasarkan pada faktor aksesibilitas yang lebih mudah terjangkau dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur.
Tabel.1.1
Zone, Jenis, dan Nama Obyek Wisata di Kabupaten Pacitan Tahun 2008
No Zone Jenis dan Nama Obyek Wisata Aksesibilitas
1. Utara Alam -
Buatan
Pemandian Air Hangat Kondisi jalannya sedikit mengalami kerusakan, namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan.
Budaya
Monumen Panglima Sudirman Kondisi jalannya berliku-liku. Namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan.
2. Timur Alam
Pantai Taman
Pantai Sidomulyo
Pantai Wawaran
Kondisi jalannya berkelok-kelok, waktu tempuhnya sangat lama. Namun, dapat dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan.
Kondisi jalannya berkelok-kelok, waktu tempuhnya sangat lama. Kendaraan umum menuju lokasi sudah ada, namun tidak bersifat regular (hanya pada hari-hari tertentu sesuai pasaran jawa saja kendaraan bisa lewat).
Jarak dari pusat kota menuju lokasi obyek memerlukan waktu yang lama dan diimbangi dengan jalan yang telah rusak.
Buatan -
Budaya -
3. Barat Alam
Pantai Teleng Ria
Pantai Srau
Pantai Watukarung
Pantai Klayar
Goa Tabuhan
Kondisi jalannya baik, dekat dengan pusat kota, dan dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Kondisi jalannya sedikit bergelombang, namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Kondisi jalannya berkelok-kelok dan sedikit bergelombang, namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Kondisi jalannya sempit berkelok-kelok dan bergelombang, hanya kendaraan tertentu yang dapat melewatinya.
Goa Gong
semua jenis kendaraan.
Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan.
Buatan
Palagan Tumpak Rinjing
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan
Kerajinan Batu Mulia/Batu Akik
Museum Buwono Keling
Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Budaya
Ceprotan Kondisi jalannya bagus,
dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan
Sumber: Litbang kompas diolah dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan 2001 dan modifikasi dengan pengamatan langsung di lapangan.
Potensi obyek wisata yang tersedia di Zone Barat Kabupaten Pacitan sebenarnya cukup tinggi, karena merupakan salah satu kawasan yang menjadi kawasan andalan Kabupaten Pacitan. Yang memiliki obyek wisata dengan panorama yang memukau dan sangat beranekaragam mulai dari obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan obyek wisata buatan.
Akan tetapi pada kenyataannya dari data yang ada menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisata dari tahun 2001-2006 yang selalu mengalami penurunan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 1.2 dibawah ini :
Tabel 1.2
Jumlah Wisatawan yang Datang ke Obyek Wisata di Kabupaten Pacitan
Tahun Wisman Wisnus Jumlah
2001 843 569.088 569.931
2002 753 513.623 514.376
2003 702 424.161 424.863
2004 603 396.150 396.753
2005 334 291.613 291.947
2006 297 253.420 253.717
2007 306 301.828 302.134
Sumber:Lakip Tahun 2007
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan sektor pariwisata. Dari tabel diatas nampak bahwa tahun 2007 hasil kegiatan sektor pariwisata di Kabupaten Pacitan mulai ada geliat untuk bangkit kembali setelah mengalami penurunan sejak tahun 2001 hingga tahun 2006.
Sebagai daerah tujuan wisata yang sedang mengalami kemunduran daya tarik wisata maupun fasilitasnya, adanya pengembangan kepariwisataan sangat diperlukan mengingat potensi yang dimiliki sebenarnya cukup kuat. Namun dengan adanya keterbatasan sumberdaya, sumber dana dan kemampuan perencanaan serta pengelolaan, perkembangan pariwisata tidak selalu dapat dilaksanakan secara serentak di segenap kawasan. Padahal pengembangan pariwisata sangat diperlukan karena pengembangan tersebut dimaksudkan untuk menyuguhkan obyek wisata yang menarik. Untuk dapat mengembangkan kegiatan pariwisata maka perlu dilakukan penggalian bahan dasar pariwisata yang berupa potensi-potensi obyek wisata yang dimiliki.
Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul:
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah sebaran tingkat potensi obyek wisata di zone barat Kabupaten Pacitan?
b. Bagaimanakah arah pengembangan dan pengelolaan pariwisata di zone barat Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat potensi?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan suatu sasaran yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan yang dilakukannya. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sebaran tingkat potensi obyek wisata di zone barat Kabupaten Pacitan.
2. Untuk mengetahui arah pengembangan dan pengelolaan pariwisata di zone barat Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat potensi.
4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir tingkat sarjana Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Sebagai sumber informasi dan masukan bagi perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Pacitan.
5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Telaah Pustaka
kunjungan mereka. Sistem pariwisata terdiri dari lima komponen yakni: (1) atraksi, (2) promosi dan pemasaran, (3) pasar wisata, (4) transportasi, dan (5) adalah masyarakat penerima wisatawan yang menyediakan akomodasi dan jasa pendukung wisata.
Pariwisata ditinjau dari ekonomi pada dasarnya merupakan industri yang menjual produk berupa lingkungan. Lingkungan tersebut meliputi 3 aspek, yaitu: lingkungan fisik, lingkungan biologi, dan lingkungan sosial budaya. Menurut Direktorat Jenderal Pariwisata Republik Indonesia 1985 dalam Sujali (1989), industri pariwisata perlu memiliki tiga bentuk bahan dasar, yakni:
a. Obyek wisata alam (Natural Resources).
Bentuk atau wujud dari obyek ini berupa pemandangan alam. Seperti bentuk lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa kehidupan flora dan fauna atau bentuk yang lain.
b. Obyek wisata budaya atau manusia (Human Resources)
Obyek wisata budaya lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia. Dan wujud dari obyek wisata budaya antara lain berbentuk museum, candi, tarian tau kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman, dll.
c. Obyek wisata buatan manusia (Man Made Resources)
Obyek wisata ini dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu bentuknya sangat tergantung pada kreatifitas manusianya. Obyek wisata buatan manusia misalnya museum, tempat ibadah, peralatan musik, kawasan wisata yang dibangun seperti kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah, kawasan wisata Ancol.
dikembangkan. Perencanaan dan pengembangan pariwisata bukanlah sistem yang berdiri sendiri, melainkan terkait erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara inter sektoral dan inter regional. Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan diantara pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung lingkungan di masa mendatang (Wiendu Nuryani, 1995 dalam Cafid Fandeli, 1995).
Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata apabila mempunyai potensi untuk dapat menarik pengunjung. Baik itu potensi yang dimiliki oleh alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Obyek wisata yang memiliki potensi tinggi dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengembangan obyek wisata pada suatu daerah tidak lepas dari campur tangan pemerintah setempat. Oleh sebab itu kebijakan pembangunan pemerintah daerah harus diperhatikan dalam pengembangan obyek wisata.
Penelitian Sebelumnya.
1. Nama Peneliti : Wahyu Putranto (2001)
Judul : Potensi Pariwisata di Wilayah Kabupaten Dati II Karanganyar
Tujuan : Untuk mengetahui kondisi dan potensi pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
Metode : Analisis data sekunder
Candi Sukuh, Candi Ceto, Candi Palanggatan, Watu Kandang, Tanah Kritis, Deligan, dan Plalar.
2. Nama Peneliti : Heri Setyo Wibowo (2006)
Judul :Analisis Potensi Pariwisata Di Kabupaten Pemalang
Tujuan :
• Untuk mengetahui potensi pariwisata di
Kabupaten Pemalang.
• Untuk mengetahui arah pengembangan obyek
berdasarkan tingkat potensi. Metode : Analisis data sekunder
Hasil :
• Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi
adalah obyek wisata Pantai Widuri dan Kolam Renang Hotel Moga. Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah obyek wisata Pantai Joko Tingkir. Pantai Blendung, Curug Sibedil, Curug Bengkawah, Curug Lawang, Curug Barong, Curug Sipendok, Telaga Silating,Telaga Rengganis, Cempaka Wulung, Bukit Mendelem, Makam Syech Pandan Jati, dan Makam Mbah Keramat. Untuk obyek wisata Gunung Gajah, Goa Gunung Wangi, Makam Pangeran Benowo, Makam Syech Maulana Maghribi serta Makam Sumur Pandan memiliki potensi rendah.
• Obyek wisata yang diprioritaskan untuk
wisata yang dimaksud adalah Pantai Blendung, Telaga Silating dan Cempaka Wulung.
Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti
Wahyu Putranto Heri Setyo Wibowo Fadli Ardhiansyah
1. Judul Potensi Pariwisata di Wilayah Kabupaten Dati II Karanganyar.
Analisis Potensi Pariwisata Di Kabupaten Pemalang
Analisis Potensi Objek Wisata Zone Barat Kabupaten Pacitan Tahun 2008
2. Tujuan Untuk merumuskan suatu arahan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan penilaian terhadap potensi yang dimiliki, segmentasi dan karakteristik permintaan wisatawan sehingga didapatkan sistem pariwisata yang lebih mengarah pada pasar yang prospektif.
1. Untuk mengetahui potensi pariwisata di Kabupaten Pemalang.
2. Untuk mengetahui arah pengembangan obyek berdasarkan tingkat potensi
1. Untuk mengetahui sebaran potensi obyek wisata di zone barat Kabupaten Pacitan. 2. Untuk mengetahui sejauh
mana arah pengembangan dan pengelolaan pariwisata di zone barat Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat potensi.
3. Metode Penelitian
Metode observasi dan metode pengamatan data primer dengan cara random sampling.
Analisis data sekunder Analisis data sekunder
4. Hasil Penelitian
Menunjukkan bahwa obyek wisata potensial untuk dikembangkan lebih dulu adalah obyek wisata Danau Toba (KPP Palangkaraya) dan obyek wisata Jembatan Gantung Pulau Telo. Kedua obyek wisata potensial tersebut memiliki tingkat potensi gabungan tinggi dengan karakteristik kunjungan rangking I
1. Obyek wisata yang
mempunyai potensi tinggi adalah obyek wisata Pantai Widuri dan Kolam Renang Hotel Moga. Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah obyek wisata Pantai Joko Tingkir. Pantai Blendung, Curug Sibedil, Curug Bengkawah, Curug Lawang, Curug Barong, Curug Sipendok, Telaga Silating,Telaga Rengganis, Cempaka Wulung, Bukit Mendelem, Makam Syech Pandan Jati, dan Makam Mbah Keramat. Untukobyek wisata Gunung Gajah, Goa Gunung Wangi, Makam Pangeran Benowo, Makam Syech Maulana Maghribi serta Makam Sumur Pandan memiliki potensi rendah.
2. Obyek wisata yang
diprioritaskan untuk dilakukan pengembangan adalah obyek wisata yang mempunyai potensi internal tinggi dan potensi eksternalnya sedang atau rendah. Obyek wisata yang dimaksud adalah Pantai Blendung, Telaga Silating dan Cempaka Wulung. Karena pada dasarnya potensi internal merupakan potensi yang sifatnya alami dan sulit
untuk dilakukan pengembangan, sehingga pengembangan dilakukan pada potensi eksternalnya
1. Obyek wisata yang tersedia sangatlah bervariasi, meliputi obyek wisata alam, obyek wisata buatan, maupun obyek wisata budaya. Untuk mengetahui obyek wisata yang berpotensi tinggi, sedang maupun rendah perlu dilakukan penilaian obyek wisata. 2. Adapun langkah dalam
6. Kerangka Pemikiran
Pengembangan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia sangat diperlukan dalam rangka pengembangan pariwisata nasional dan dapat berfungsi sebagai sarana pemerataan pembangunan di daerah yang sekaligus untuk menciptakan kesempatan berusaha atau kesempatan bekerja serta meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata perlu dilakukan secara terpadu dan lintas sektoral guna mempercepat perkembangannya. Dimaksudkan agar tidak tertinggal oleh perkembangan usaha jasa dan sarana pariwisata. Obyek dan daya tarik wisata merupakan salah satu mata rantai dari produk wisata yang sangat penting dan mempunyai kedudukan yang strategis dalam pembangunan pariwisata sebagai penarik kunjungan wisatawan ke daerah tujuan untuk lebih mengetahui dan menikmati keunikan obyek dan daya tarik wisata tersebut.
Obyek wisata yang tersebar di zone barat Kabupaten Pacitan mempunyai potensi untuk berkembang. Untuk mengetahui perkembangan masing-masing obyek wisata, maka perlu dibuat klasifikasi tingkat perkembangan obyek wisata berdasarkan potensinya. Dengan demikian, akan terlihat mana yang mempunyai tingkat perkembangan tinggi, sedang atau rendah. Selain itu, dapat diketahui obyek wisata mana yang diprioritaskan untuk dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran
16
Identifikasi Potensi Wisata
Identifikasi Potensi Internal
• Kondisi Obyek • Kualitas Obyek
Identifikasi Potensi Eksternal
• Aksesibilitas
• Fasilitas penunjang obyek • Fasilitas pelengkap • Dukungan bagi
pengembangan
Klasifikasi tingkat potensi gabungan
• Obyek wisata potensi tinggi • Obyek wisata potensi sedang • Obyek wisata potensi rendah
Arah pengembangan obyek wisata potensial Peta potensi
internal obyek wisata zone barat Kabupaten Pacitan
Peta potensi eksternal obyek wisata zone barat kabupatenn Pacitan
Peta potensi gabungan obyek wisata zone barat kabupaten Pacitan
Klasifikasi tingkat potensi eksternal
obyek • Obyek wisata
potensi tinggi • Obyek wisata potensi sedang • Obyek wisata
potensi rendah Klasifikasi tingkat
potensi internal obyek
• Obyek wisata
potensi tinggi • Obyek wisata potensi sedang • Obyek wisata
potensi rendah
7.
Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Potensi obyek wisata yang terdapat di zone barat Kabupaten Pacitan tersebar dalam 3
obyek wisata. Diantaranya adalah:
a.
Obyek wisata alam
•
Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi adalah: Pantai Teleng Ria, Gua
Gong.
•
Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah: Pantai Srau, Pantai Klayar,
Pantai Watu Karung, dan Gua Tabuhan.
•
Obyek wisata yang mempunyai potensi rendah tidak ada.
b.
Obyek wisata buatan
•
Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi tidak ada
•
Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah: Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Tamperan.
•
Obyek wisata yang mempunyai potensi rendah adalah: Palagan Tumpak Rinjing,
Kerajinan Batu Mulia/Batu Akik, dan Museum Buwono Keling.
c.
Obyek wisata budaya
Obyek wisata Ceprotan merupakan obyek wisata yang mempunyai potensi sedang
2.
Arah pengembangan terhadap obyek wisata di zone barat kabupaten Pacitan didasarkan
pada faktor kendala atau faktor penghambat dari hasil penilaian potensi internal dan
potensi eksternal pada masing-masing obyek wisata.
8.
Metodologi Penelitian
8.a. Metode Pemilihan Daerah Penelitian
Daerah penelitian zone barat Kabupaten Pacitan dipilih dengan metode purposive
sampling. Adapun pertimbangannya adalah:
Dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur, di zone barat Kabupaten
Pacitan,obyek wisata yang tersedia lebih banyak dan lebih bervariasi. Ada obyek
Tingkat aksesibilitas di zone barat Kabupaten Pacitan rata-rata lebih mudah dan
obyeknya lebih bervariasi (lengkap) dibandingkan di zone timur dan zone utara.
8.b. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data
Salah satu masalah yang penting dalam pengumpulan data adalah penentuan sumber
data. Tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian meskipun macam datanya
sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diteliti terlebih dahulu apakah data tersebut
mempunyai kriteria baku atau tidak, apakah petugas pengumpul data benar-benar orang
yang terdidik dalam bidangnya. Untuk menghindari kesulitan diatas, lebih baik jika data
yang diambil benar-benar dari instansi atau badan resmi yang mempunyai wewenang
dibidangnya.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari dua macam data. Yaitu data
primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui obsevasi di lapangan.
Yang digunakan adalah lembar pengamatan atau lembar observasi. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengamatan tentang kualitas dan kondisi obyek wisata,
dukungan bagi pengembangan obyek, fasilitas dasar, fasilitas penunjang dan
aksesibilitas menuju lokasi obyek wisata.
Data Sekunder
Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait.
Antara lain dari Kantor Biro Pusat Statistik (BPS), Kantor BAPPEDA, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan. Data yang diperlukan yaitu: Peta sebaran obyek wisata di zone bagian barat
Kabupaten Pacitan, data curah hujan Kabupaten Pacitan, Peta administratif
(yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau kelas jalan serta jenis-jenis
angkutan yang bisa melewati daerah yang bersangkutan).
8.c. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder
dengan teknik klasifikasi. Data sekunder adalah hasil survai yang belum diproses, oleh
karena itu analisa lanjutan akan menghasilkan sesuatu yang berguna (Masri
Singarimbun dan Effendi, 1985). Data diperoleh secara langsung melalui pengamatan
di lapangan. Sedangkan analisis klasifikasi digunakan untuk menentukan klasifikasi
tingkat potensi masing-masing onjek wisata. Yang dimulai dengan tahapan:
a)
Pemilihan indikator dan variabel penelitian
Indikator dan variabel penelitian berdasarkan kriteria penilaian potensi obyek dan
daya tarik wisata yang ada pada RIPPDA Kabupaten Pacitan yang
dikombinasikan dengan alat ukur sendiri dan menyesuaikan kondisi
kepariwisataan daerah.
b)
Skoring
Yaitu memberikan nilai skor relatif 1 sampai 3 untuk beberapa variabel penelitian
seperti: keragaman atraksi atau daya tarik pendukung, kondisi fisik obyek wisata,
waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten, ketersediaan angkutan umum untuk
menuju lokasi obyek wisata, prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata,
ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan,
ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan, dan ketersediaan
fasilitas pelengkap. Adapun skor 1 sampai 2 digunakan untuk beberapa variabel
penelitian yang lain, seperti: daya tarik utama obyek wisata, kekuatan atraksi
komponen obyek wisata, kegiatan wisata di lokasi obyek wisata, kebersihan
lingkungan obyek wisata, keterkaitan antar obyek, dukungan paket wisata, serta
c)
Menjumlahkan total skor pada setiap variabel penelitian.
d)
Klasifikasi masing-masing obyek wisata.
Jumlah total skor tertinggi dikurangi jumlah total skor terendah sehingga
diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3, yaitu klasifikasi tinggi,
sedang, dan rendah. Pengklasifikasian dilakukan berdasar pada skor variabel
penelitian dan skor masing-masing obyek wisata. Pengklasifikasian berdasar skor
variabel penelitian digunakan untuk mengetahui potensi obyek wisata yang
Tabel 1.4
Variabel Penelitian Potensi Obyek Wisata
Potensi Internal Variabel Kriteria Skor
1. Kualitas Obyek
Wisata
a. Daya tarik utama obyek wisata
Daya tarik penangkap wisatawan. Daya tarik penahan wisatawan
1
2
b. Kekuatan atraksi
komponen obyek wisata
Kombinasi komponen alami atau buatan yang dimiliki kurang mampu mempertinggi kualitas dan kesan obyek Kombinasi komponen alami atau
buatan yang dimiliki obyek mampu mempertinggi kualitas dan kesan obyek
1
2
c. Kegiatan wisata di lokasi obyek wisata
Hanya kegiatan yang bersifat pasif (menikmati yang sudah ada).
Kegiatan yang bersifat aktif (lebih banyak berinteraksi dengan obyek).
1
2
d. Keragaman atraksi atau daya tarik pendukung
Obyek wisata yang tidak atau belum memiliki daya tarik pendukung. Obyek wisata yang memiliki 1-2 daya
tarik pendukung.
Obyek wisata yang memiliki daya tarik pendukung lebih dari 2.
1
2
3
2. Kondisi Obyek Wisata e. Kondisi fisik obyek wisata.
Obyek wisata yang mengalami kerusakan dominan
Obyek wisata yang sedikit mengalami kerusakan
Obyek wisata belum mengalami kerusakan
1
2
3
f. Kebersihan lingkungan obyek wisata
Obyek wisata yang kurang bersih dan kurang terawat (lokasi obyek wisata yang tidak terbebas dari sampah)
Obyek wisata dengan kondisi lingkungan yang cukup terawat dan bersih (lokasi obyek wisata yang bebas dari sampah. Baik sampah plastik, sampah kaleng, dsb).
1
2
Sumber: Heri Setyo Wibowo dengan beberapa modifikasi dari pengamatan langsung di lapangan.
Potensi
Eksternal
Variabel
Kriteria
Skor
1. Dukungan
Pengembangan Obyek
g. Keterkaitan antar obyek Obyek wisata yang tidak memiliki keterkaitan dengan obyek wisata lain disekitarnya
Obyek wisata yang memiliki keterkaitan dengan obyek wisata lain disekitarnya
1
2
h. Dukungan paket wisata Obyek wisata yang belum termasuk dalam agenda kunjungan wisatawan dari suatu paket wisata
Obyek wisata yang telah termasuk dalam agenda kunjungan dari suatu paket wisata
1
2
i. Pengembangan dan
promosi obyek wisata
Obyek wisata yang belum dikembangkan dan belum terpublikasi
Obyek wisata yang sudah dikembangkan dan sudah terpublikasikan
1
2
2. Aksesibilitas j. Waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten
Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten lebih dari 30 menit
Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten 15-30 menit Waktu tempuh antara obyek wisata
dengan ibukota kabupaten kurang dari 15 menit
1
2
3
k. Ketersediaan angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata
Tidak tersedia angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata
Tersedia angkutan umum menuju obyek wisata, namun belum regular
Tersedia angkutan umum menuju obyek wisata, bersifat regular
1
2
3
l. Prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata
Tidak tersedia prasarana jalan menuju obyek wisata
Tersedia prasarana jalan menuju lokasi obyek, namun kondisi jalannya kurang baik
Tersedia jalan menuju lokasi obyek dengan kondisi jalan yang baik (beraspal)
1
2
3
3. Fasilitas Penunjang Obyek Wisata
m.Ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan di lokasi obyek wisata:
1. Makan/minum 2. Penginapan 3. Bangunan untuk
menikmati obyek
Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan
Obyek wisata yang memiliki 1-2 fasilitas Obyek wisata yang memiliki lebih dari 2
fasilitas
1
2 3
n. Ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan di lokasi obyek wisata:
1. Taman terbuka 2. Fasilitas seni
budaya
Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan
Obyek wisata yang hanya memiliki 1 jenis fasilitas
Obyek wisata yang telah memiliki 2 jenis fasilitas
1
2
3
4. Ketersediaan Fasilitas Pelengkap
o. Ketersediaan fasilitas pelengkap yang terdiri dari:
• Tempat parkir
• Toilet/WC
• Pusat informasi
• Souvenir shop, dll
Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pelengkap
Obyek wisata yang hanya memiliki 1-2 jenis fasilitas pelengkap
Obyek wisata yang memiliki lebih dari 2 jenis fasilitas pelengkap
1
2
3
e)
Pengklasifikasian berdasarkan skor variabel potensi internal yaitu nilai skor
maksimum (14) yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap
skor variabel, dikurangi nilai skor minimum (6) yang diperoleh dari jumlah angka
minimum dari tiap skor variabel sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval
dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi dengan formula sebagai berikut:
•
Kelas potensi rendah bila nilai total skor obyek wisata < 8
•
Kelas potensi sedang bila nilai total skor obyek wisata 8-11, dan
•
Kelas potensi tinggi bila nilai total skor obyek wisata > 11.
f)
Pengklasifikasian berdasarkan skor variabel potensi eksternal yaitu nilai skor
maksimum (24) yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap
skor variabel, dikurangi skor minimum (9) yang diperoleh dari jumlah angka
minimum dari tiap skor variabel, sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval
dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi dengan formula sebagaiberikut:
•
Kelas potensi rendah, bila nilai total skor obyek wisata < 15
•
Kelas potensi sedang, bila nilai total skor obyek wisata 15-19, dan
•
Kelas potensi tinggi,bila nilai total skor obyek wisata > 19.
g)
Klasifikasi gabungan berdasarkan variabel penelitian menggunakan
penggabungan perhitungan antara skor maksimal potensi internal dan skor
maksimal potensi eksternal dikurangi dengan penggabungan skor minimum,
sehingga akan diperoleh interval. Selanjutnya interval tersebut dibagi menjadi 3
(tiga) klasifikasi dengan formula sebagai berikut:
•
Kelas potensi rendah, bila nilai total skor obyek wisata < 23,
•
Kelas potensi sedang, bila nilai total skor obyek wisata 23-31, dan
9.
Batasan Operasional
a.
Pariwisata
Pengertian pariwisata yang bersifat umum menurut A. Hari Karyono (1997) adalah
keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,
mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan. Sedangkan pengertian pariwisata yang
lebih teknis adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara
perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain.
b.
Kepariwisataan
Adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya
semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan,
pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta
dan masyarakat (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I
Pasal 1).
c.
Wisata
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ;
dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata.
Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2)
Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau
sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
d.
Wisatawan
Adalah seseorang yang sedang atau melakukan suatu kegiatan wisata.
e.
Jumlah wisatawan
Banyaknya orang yang datang mengunjungi obyek wisata.
f.
Obyek wisata
Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu (Oka A Yoeti, 1996). Sedangkan menurut Suwantoro
(1997: 18-19), “Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
Keindahan alam (natural amenities), iklim pemandangan, fauna dan flora yang aneh
(uncommon vegetation dan animals), hutan (the forest elements) dan sumber
kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, mandi lumpur, dan
lain-lain.
Ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi-candi, art
gallery dan lain-lain.
g.
Karakteristik obyek wisata
Adalah gambaran mengenai kondisi dan ciri yang dimiliki oleh suatu obyek wisata.
h.
Potensi obyek wisata
Adalah segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak
teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat
atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang
diperlukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu
berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa (Damardjati, 1995).
i.
Potensi eksternal obyek wisata
Yaitu potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu obyek wisata. Terdiri dari
dukungan pengembangan obyek, aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas
pelengkap.
j.
Potensi internal obyek wisata
Adalah potensi wisata yang dimiliki oleh obyek itu sendiri. Yang meliputi komponen
kondisi obyek wisata dan kualitas obyek wisata.
k.
Obyek wisata potensi tinggi
Yaitu obyek wisata yang memiliki klasifikasi potensi internal tinggi dan memiliki
klasifikasi potensi eksternal tinggi.
l.
Industri pariwisata
Kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan
dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan travelier pada umumnya selama dalam
perjalanan (Oka A Yoeti, 1985).
m.
Pengembangan pariwisata
Pengembangan pariwisata dapat diartikan sebagai segala kegiatan dan usaha yang
terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana, barang
dan jasa, fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan (Musanef,