• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA ZONE BARAT KABUPATEN PACITAN TAHUN 2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA ZONE BARAT KABUPATEN PACITAN TAHUN 2008."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA

ZONE BARAT KABUPATEN PACITAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

Fakultas Geografi

Oleh: Fadli Ardhiansyah NIRM : 04.6.106.09010.5.0010

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Nyoman S Pendit , 2002). Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Seperti diungkapkan oleh James Spilane (1997), beberapa alasan yang mendasari sektor pariwisata dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan nasional, antara lain:

1. Makin berkurangnya minyak bumi sebagai penghasil devisa.

2. Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten.

3. Besarnya potensi yang dimiliki bagi pengembangan pariwisata di Indonesia.

(3)

1. Pariwisata sering dianggap sebagai sebuah sumber penting dari pendapatan nilai tukar mata uang asing (hard foreign exchange earning). 2. Sebagai industri ekspor pariwisata tidak menghadapi aturan perdagangan

seperti halnya barang-barang pabrik, bahan mentah dan produk-produk pokok kebutuhan dasar.

3. Wisatawan hanya menggunakan infrastruktur alam. Misalnya kondisi iklim, sejarah, kebudayaan, yang tidak didesain secara khusus. Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan pariwisata terhadap infrastruktur alam mempunyai marginal cost yang rendah.

4. Pariwisata mampu memberikan lapangan kerja baru. Baik di Negara berkembang maupun yang sudah maju.

5. Sebagai sebuah aktivitas campuran untuk memenuhi permintaan akan jasa dan produk pariwisata dapat menjadi pendorong berkembangnya sektor lain. Seperti makanan, cinderamata, dan sebagainya.

Pemberlakuan otonomi daerah dan penyerahan wewenang perencanaan pengembangan wilayah secara penuh kepada pemerintah daerah menjadikan daerah harus segera mempersiapkan diri dalam pengelolaan dan pengembangan daerahnya masing-masing. Bahwa pembangunan bidang pariwisata akan berkembang sempurna dan akan bermanfaat bila ditunjang oleh kekayaan daerah sebagai daerah kunjungan wisata. Penggalian Pandapatan Asli Daerah (PAD) sebagai modul pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya. Baik sumberdaya manusia ataupun sumberdaya alam secara tepat guna. Salah satu sumberdaya yang belum dioptimalkan pengembangannya hingga saat ini adalah “aset wisata”. Meskipun dalam penyusunan kebijaksanaan tiap daerah selalu dirumuskan.

(4)

bidang pemasaran dan penelitian terutama applied research sehingga dapat mengelola dan menganalisa data kepariwisataan yang penting bagi pengembang selanjutnya. (Oka A Yoeti, 1996)

Pengembangan kepariwisataan saat ini tidak hanya untuk menambah devisa negara maupun pendapatan pemerintah daerah. Akan tetapi juga diharapkan dapat memperluas kesempatan berusaha disamping memberikan lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran. Jadi pengembangan kepariwisataan tidak akan terlepas dari unsur fisik maupun non fisik (sosial, budaya, dan ekonomi). Maka dari itu perlu diperhatikan peran dari unsur-unsur tersebut. Faktor geografis merupakan faktor penting untuk pertimbangan perkembangan pariwisata. Perbedaan iklim merupakan salah satu faktor geografis yang mampu menumbuhkan dan menimbulkan variasi lingkungan alam dan budaya. Sehingga dalam mengembangkan kepariwisataan, karakteristik iklim perlu diketahui sebelumnya. Faktor geografis lainnya yang dapat digunakan sebagai alternatif penentu kebijakan pembangunan pariwisata adalah tanah, geologi, hidrologi, kemiringan, dan vegetasi (Sujali, 1989). Akan tetapi menurut MC Taggart dalam Effendi (1989) “Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini agak lambat. Ada dua faktor yang menyebabkan keterlambatan itu. Pertama, kurangnya fasilitas untuk mendukung kepariwisataan. Kedua, kurangnya publikasi tentang seluk beluk kepariwisataan”.

Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri.

(5)

dikembangkan. Perlu diketahui bahwa Kabupaten Pacitan merupakan sebuah kota kecil di perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah bagian selatan dan merupakan daerah yang sampai saat ini masih natural. Belum banyak potensi alam yang disentuh dengan tangan manusia apalagi teknologi. Keaslian inilah yang merupakan aset Kabupaten Pacitan untuk dapat berkembang menjadi daerah tujuan wisata

(http://www.wisatanet.com/images/review/0000000025_gb2_nch-2.gif). Adapun tujuan pembangunan pariwisata di Kabupaten Pacitan antara lain: 1. Memperluas dan meratakan kesempatan kerja terutama bagi masyarakat

setempat, serta memperkenalkan alam, nilai, dan budaya Kabupaten Pacitan.

2. Mengembangkan dan mendayagunakan industri pariwisata dalam meningkatkan penyerapan wisatawan nusantara maupun mancanegara sebagai sarana pendapatan daerah dan masyarakat serta mendorong perluasan lapangan kerja dan pemerataan berusaha.

3. Meningkatkan usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok seni budaya, industri kerajinan, dan usaha-usaha lainnya guna ikut serta memelihara, memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan dengan tetap menjaga kepribadian dan martabat bangsa.

4. Membina dan mengembangkan pariwisata daerah secara terpadu dan terencana terutama mengenai sadar dikalangan masyarakat serta promosi wisata dalam paket-paket wisata.

(6)

a. Zone Barat, meliputi: Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, Kecamatan Pringkuku, dan Kecamatan Pacitan.

b. Zone Utara, meliputi: Kecamatan Nawangan, Kecamatan Arjosari, Kecamatan Bandar, dan Kecamatan Tegalombo.

c. Zone Timur, meliputi: Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Ngadirojo, dan Kecamatan Sudimoro.

[image:6.612.169.514.403.710.2]

Penelitian dilakukan di Zone Barat Kabupaten Pacitan. Pemilihan penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur, di zone barat Kabupaten Pacitan, obyek wisata yang tersedia lebih banyak dan lebih bervariasi. Ada obyek wisata alam, buatan, maupun budaya. Selain itu didasarkan pada faktor aksesibilitas yang lebih mudah terjangkau dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur.

Tabel.1.1

Zone, Jenis, dan Nama Obyek Wisata di Kabupaten Pacitan Tahun 2008

No Zone Jenis dan Nama Obyek Wisata Aksesibilitas

1. Utara Alam -

Buatan

Pemandian Air Hangat Kondisi jalannya sedikit mengalami kerusakan, namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan.

Budaya

Monumen Panglima Sudirman Kondisi jalannya berliku-liku. Namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan.

2. Timur Alam

(7)

Pantai Taman

Pantai Sidomulyo

Pantai Wawaran

Kondisi jalannya berkelok-kelok, waktu tempuhnya sangat lama. Namun, dapat dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan.

Kondisi jalannya berkelok-kelok, waktu tempuhnya sangat lama. Kendaraan umum menuju lokasi sudah ada, namun tidak bersifat regular (hanya pada hari-hari tertentu sesuai pasaran jawa saja kendaraan bisa lewat).

Jarak dari pusat kota menuju lokasi obyek memerlukan waktu yang lama dan diimbangi dengan jalan yang telah rusak.

Buatan -

Budaya -

3. Barat Alam

Pantai Teleng Ria

Pantai Srau

Pantai Watukarung

Pantai Klayar

Goa Tabuhan

Kondisi jalannya baik, dekat dengan pusat kota, dan dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Kondisi jalannya sedikit bergelombang, namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Kondisi jalannya berkelok-kelok dan sedikit bergelombang, namun dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Kondisi jalannya sempit berkelok-kelok dan bergelombang, hanya kendaraan tertentu yang dapat melewatinya.

(8)

Goa Gong

semua jenis kendaraan.

Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan.

Buatan

Palagan Tumpak Rinjing

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan

Kerajinan Batu Mulia/Batu Akik

Museum Buwono Keling

Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Kondisi jalannya bagus, dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Budaya

Ceprotan Kondisi jalannya bagus,

dapat dilalui dengan berbagai jenis kendaraan

Sumber: Litbang kompas diolah dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan 2001 dan modifikasi dengan pengamatan langsung di lapangan.

Potensi obyek wisata yang tersedia di Zone Barat Kabupaten Pacitan sebenarnya cukup tinggi, karena merupakan salah satu kawasan yang menjadi kawasan andalan Kabupaten Pacitan. Yang memiliki obyek wisata dengan panorama yang memukau dan sangat beranekaragam mulai dari obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan obyek wisata buatan.

Akan tetapi pada kenyataannya dari data yang ada menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisata dari tahun 2001-2006 yang selalu mengalami penurunan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 1.2 dibawah ini :

(9)
[image:9.612.166.510.169.300.2]

Tabel 1.2

Jumlah Wisatawan yang Datang ke Obyek Wisata di Kabupaten Pacitan

Tahun Wisman Wisnus Jumlah

2001 843 569.088 569.931

2002 753 513.623 514.376

2003 702 424.161 424.863

2004 603 396.150 396.753

2005 334 291.613 291.947

2006 297 253.420 253.717

2007 306 301.828 302.134

Sumber:Lakip Tahun 2007

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan sektor pariwisata. Dari tabel diatas nampak bahwa tahun 2007 hasil kegiatan sektor pariwisata di Kabupaten Pacitan mulai ada geliat untuk bangkit kembali setelah mengalami penurunan sejak tahun 2001 hingga tahun 2006.

Sebagai daerah tujuan wisata yang sedang mengalami kemunduran daya tarik wisata maupun fasilitasnya, adanya pengembangan kepariwisataan sangat diperlukan mengingat potensi yang dimiliki sebenarnya cukup kuat. Namun dengan adanya keterbatasan sumberdaya, sumber dana dan kemampuan perencanaan serta pengelolaan, perkembangan pariwisata tidak selalu dapat dilaksanakan secara serentak di segenap kawasan. Padahal pengembangan pariwisata sangat diperlukan karena pengembangan tersebut dimaksudkan untuk menyuguhkan obyek wisata yang menarik. Untuk dapat mengembangkan kegiatan pariwisata maka perlu dilakukan penggalian bahan dasar pariwisata yang berupa potensi-potensi obyek wisata yang dimiliki.

Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul:

(10)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah sebaran tingkat potensi obyek wisata di zone barat Kabupaten Pacitan?

b. Bagaimanakah arah pengembangan dan pengelolaan pariwisata di zone barat Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat potensi?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan suatu sasaran yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan yang dilakukannya. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sebaran tingkat potensi obyek wisata di zone barat Kabupaten Pacitan.

2. Untuk mengetahui arah pengembangan dan pengelolaan pariwisata di zone barat Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat potensi.

4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir tingkat sarjana Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Sebagai sumber informasi dan masukan bagi perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Pacitan.

5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Telaah Pustaka

(11)

kunjungan mereka. Sistem pariwisata terdiri dari lima komponen yakni: (1) atraksi, (2) promosi dan pemasaran, (3) pasar wisata, (4) transportasi, dan (5) adalah masyarakat penerima wisatawan yang menyediakan akomodasi dan jasa pendukung wisata.

Pariwisata ditinjau dari ekonomi pada dasarnya merupakan industri yang menjual produk berupa lingkungan. Lingkungan tersebut meliputi 3 aspek, yaitu: lingkungan fisik, lingkungan biologi, dan lingkungan sosial budaya. Menurut Direktorat Jenderal Pariwisata Republik Indonesia 1985 dalam Sujali (1989), industri pariwisata perlu memiliki tiga bentuk bahan dasar, yakni:

a. Obyek wisata alam (Natural Resources).

Bentuk atau wujud dari obyek ini berupa pemandangan alam. Seperti bentuk lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa kehidupan flora dan fauna atau bentuk yang lain.

b. Obyek wisata budaya atau manusia (Human Resources)

Obyek wisata budaya lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia. Dan wujud dari obyek wisata budaya antara lain berbentuk museum, candi, tarian tau kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman, dll.

c. Obyek wisata buatan manusia (Man Made Resources)

Obyek wisata ini dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu bentuknya sangat tergantung pada kreatifitas manusianya. Obyek wisata buatan manusia misalnya museum, tempat ibadah, peralatan musik, kawasan wisata yang dibangun seperti kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah, kawasan wisata Ancol.

(12)

dikembangkan. Perencanaan dan pengembangan pariwisata bukanlah sistem yang berdiri sendiri, melainkan terkait erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara inter sektoral dan inter regional. Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan diantara pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung lingkungan di masa mendatang (Wiendu Nuryani, 1995 dalam Cafid Fandeli, 1995).

Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata apabila mempunyai potensi untuk dapat menarik pengunjung. Baik itu potensi yang dimiliki oleh alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Obyek wisata yang memiliki potensi tinggi dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengembangan obyek wisata pada suatu daerah tidak lepas dari campur tangan pemerintah setempat. Oleh sebab itu kebijakan pembangunan pemerintah daerah harus diperhatikan dalam pengembangan obyek wisata.

Penelitian Sebelumnya.

1. Nama Peneliti : Wahyu Putranto (2001)

Judul : Potensi Pariwisata di Wilayah Kabupaten Dati II Karanganyar

Tujuan : Untuk mengetahui kondisi dan potensi pariwisata di Kabupaten Karanganyar.

Metode : Analisis data sekunder

(13)

Candi Sukuh, Candi Ceto, Candi Palanggatan, Watu Kandang, Tanah Kritis, Deligan, dan Plalar.

2. Nama Peneliti : Heri Setyo Wibowo (2006)

Judul :Analisis Potensi Pariwisata Di Kabupaten Pemalang

Tujuan :

• Untuk mengetahui potensi pariwisata di

Kabupaten Pemalang.

• Untuk mengetahui arah pengembangan obyek

berdasarkan tingkat potensi. Metode : Analisis data sekunder

Hasil :

• Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi

adalah obyek wisata Pantai Widuri dan Kolam Renang Hotel Moga. Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah obyek wisata Pantai Joko Tingkir. Pantai Blendung, Curug Sibedil, Curug Bengkawah, Curug Lawang, Curug Barong, Curug Sipendok, Telaga Silating,Telaga Rengganis, Cempaka Wulung, Bukit Mendelem, Makam Syech Pandan Jati, dan Makam Mbah Keramat. Untuk obyek wisata Gunung Gajah, Goa Gunung Wangi, Makam Pangeran Benowo, Makam Syech Maulana Maghribi serta Makam Sumur Pandan memiliki potensi rendah.

• Obyek wisata yang diprioritaskan untuk

(14)

wisata yang dimaksud adalah Pantai Blendung, Telaga Silating dan Cempaka Wulung.

(15)
[image:15.612.130.514.134.689.2]

Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti

Wahyu Putranto Heri Setyo Wibowo Fadli Ardhiansyah

1. Judul Potensi Pariwisata di Wilayah Kabupaten Dati II Karanganyar.

Analisis Potensi Pariwisata Di Kabupaten Pemalang

Analisis Potensi Objek Wisata Zone Barat Kabupaten Pacitan Tahun 2008

2. Tujuan Untuk merumuskan suatu arahan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan penilaian terhadap potensi yang dimiliki, segmentasi dan karakteristik permintaan wisatawan sehingga didapatkan sistem pariwisata yang lebih mengarah pada pasar yang prospektif.

1. Untuk mengetahui potensi pariwisata di Kabupaten Pemalang.

2. Untuk mengetahui arah pengembangan obyek berdasarkan tingkat potensi

1. Untuk mengetahui sebaran potensi obyek wisata di zone barat Kabupaten Pacitan. 2. Untuk mengetahui sejauh

mana arah pengembangan dan pengelolaan pariwisata di zone barat Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat potensi.

3. Metode Penelitian

Metode observasi dan metode pengamatan data primer dengan cara random sampling.

Analisis data sekunder Analisis data sekunder

4. Hasil Penelitian

Menunjukkan bahwa obyek wisata potensial untuk dikembangkan lebih dulu adalah obyek wisata Danau Toba (KPP Palangkaraya) dan obyek wisata Jembatan Gantung Pulau Telo. Kedua obyek wisata potensial tersebut memiliki tingkat potensi gabungan tinggi dengan karakteristik kunjungan rangking I

1. Obyek wisata yang

mempunyai potensi tinggi adalah obyek wisata Pantai Widuri dan Kolam Renang Hotel Moga. Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah obyek wisata Pantai Joko Tingkir. Pantai Blendung, Curug Sibedil, Curug Bengkawah, Curug Lawang, Curug Barong, Curug Sipendok, Telaga Silating,Telaga Rengganis, Cempaka Wulung, Bukit Mendelem, Makam Syech Pandan Jati, dan Makam Mbah Keramat. Untukobyek wisata Gunung Gajah, Goa Gunung Wangi, Makam Pangeran Benowo, Makam Syech Maulana Maghribi serta Makam Sumur Pandan memiliki potensi rendah.

2. Obyek wisata yang

diprioritaskan untuk dilakukan pengembangan adalah obyek wisata yang mempunyai potensi internal tinggi dan potensi eksternalnya sedang atau rendah. Obyek wisata yang dimaksud adalah Pantai Blendung, Telaga Silating dan Cempaka Wulung. Karena pada dasarnya potensi internal merupakan potensi yang sifatnya alami dan sulit

untuk dilakukan pengembangan, sehingga pengembangan dilakukan pada potensi eksternalnya

1. Obyek wisata yang tersedia sangatlah bervariasi, meliputi obyek wisata alam, obyek wisata buatan, maupun obyek wisata budaya. Untuk mengetahui obyek wisata yang berpotensi tinggi, sedang maupun rendah perlu dilakukan penilaian obyek wisata. 2. Adapun langkah dalam

(16)

6. Kerangka Pemikiran

Pengembangan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia sangat diperlukan dalam rangka pengembangan pariwisata nasional dan dapat berfungsi sebagai sarana pemerataan pembangunan di daerah yang sekaligus untuk menciptakan kesempatan berusaha atau kesempatan bekerja serta meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata perlu dilakukan secara terpadu dan lintas sektoral guna mempercepat perkembangannya. Dimaksudkan agar tidak tertinggal oleh perkembangan usaha jasa dan sarana pariwisata. Obyek dan daya tarik wisata merupakan salah satu mata rantai dari produk wisata yang sangat penting dan mempunyai kedudukan yang strategis dalam pembangunan pariwisata sebagai penarik kunjungan wisatawan ke daerah tujuan untuk lebih mengetahui dan menikmati keunikan obyek dan daya tarik wisata tersebut.

Obyek wisata yang tersebar di zone barat Kabupaten Pacitan mempunyai potensi untuk berkembang. Untuk mengetahui perkembangan masing-masing obyek wisata, maka perlu dibuat klasifikasi tingkat perkembangan obyek wisata berdasarkan potensinya. Dengan demikian, akan terlihat mana yang mempunyai tingkat perkembangan tinggi, sedang atau rendah. Selain itu, dapat diketahui obyek wisata mana yang diprioritaskan untuk dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki.

(17)
[image:17.792.130.717.98.468.2]

Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran

  16

 

Identifikasi Potensi Wisata

Identifikasi Potensi Internal  

• Kondisi Obyek  • Kualitas Obyek   

Identifikasi Potensi Eksternal  

• Aksesibilitas 

• Fasilitas penunjang obyek  • Fasilitas pelengkap   • Dukungan bagi 

pengembangan   

Klasifikasi tingkat potensi gabungan    

• Obyek wisata potensi tinggi  • Obyek wisata potensi sedang  • Obyek wisata potensi rendah 

Arah pengembangan obyek wisata potensial  Peta potensi 

internal obyek  wisata zone barat  Kabupaten Pacitan 

Peta potensi eksternal  obyek wisata zone barat  kabupatenn Pacitan 

Peta potensi gabungan obyek wisata zone barat kabupaten Pacitan 

Klasifikasi tingkat  potensi eksternal 

obyek    • Obyek wisata 

potensi tinggi  • Obyek wisata  potensi sedang  • Obyek wisata 

potensi rendah  Klasifikasi tingkat 

potensi internal  obyek 

  • Obyek wisata 

potensi tinggi  • Obyek wisata  potensi sedang  • Obyek wisata 

potensi rendah 

(18)

7.

Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1.

Potensi obyek wisata yang terdapat di zone barat Kabupaten Pacitan tersebar dalam 3

obyek wisata. Diantaranya adalah:

a.

Obyek wisata alam

Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi adalah: Pantai Teleng Ria, Gua

Gong.

Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah: Pantai Srau, Pantai Klayar,

Pantai Watu Karung, dan Gua Tabuhan.

Obyek wisata yang mempunyai potensi rendah tidak ada.

b.

Obyek wisata buatan

Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi tidak ada

Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah: Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP) Tamperan.

Obyek wisata yang mempunyai potensi rendah adalah: Palagan Tumpak Rinjing,

Kerajinan Batu Mulia/Batu Akik, dan Museum Buwono Keling.

c.

Obyek wisata budaya

Obyek wisata Ceprotan merupakan obyek wisata yang mempunyai potensi sedang

2.

Arah pengembangan terhadap obyek wisata di zone barat kabupaten Pacitan didasarkan

pada faktor kendala atau faktor penghambat dari hasil penilaian potensi internal dan

potensi eksternal pada masing-masing obyek wisata.

8.

Metodologi Penelitian

8.a. Metode Pemilihan Daerah Penelitian

Daerah penelitian zone barat Kabupaten Pacitan dipilih dengan metode purposive

sampling. Adapun pertimbangannya adalah:

ƒ

Dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur, di zone barat Kabupaten

Pacitan,obyek wisata yang tersedia lebih banyak dan lebih bervariasi. Ada obyek

(19)

ƒ

Tingkat aksesibilitas di zone barat Kabupaten Pacitan rata-rata lebih mudah dan

obyeknya lebih bervariasi (lengkap) dibandingkan di zone timur dan zone utara.

8.b. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data

Salah satu masalah yang penting dalam pengumpulan data adalah penentuan sumber

data. Tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian meskipun macam datanya

sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diteliti terlebih dahulu apakah data tersebut

mempunyai kriteria baku atau tidak, apakah petugas pengumpul data benar-benar orang

yang terdidik dalam bidangnya. Untuk menghindari kesulitan diatas, lebih baik jika data

yang diambil benar-benar dari instansi atau badan resmi yang mempunyai wewenang

dibidangnya.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari dua macam data. Yaitu data

primer dan data sekunder.

ƒ

Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui obsevasi di lapangan.

Yang digunakan adalah lembar pengamatan atau lembar observasi. Kegiatan yang

dilakukan meliputi pengamatan tentang kualitas dan kondisi obyek wisata,

dukungan bagi pengembangan obyek, fasilitas dasar, fasilitas penunjang dan

aksesibilitas menuju lokasi obyek wisata.

ƒ

Data Sekunder

Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait.

Antara lain dari Kantor Biro Pusat Statistik (BPS), Kantor BAPPEDA, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan. Data yang diperlukan yaitu: Peta sebaran obyek wisata di zone bagian barat

Kabupaten Pacitan, data curah hujan Kabupaten Pacitan, Peta administratif

(20)

(yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau kelas jalan serta jenis-jenis

angkutan yang bisa melewati daerah yang bersangkutan).

8.c. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder

dengan teknik klasifikasi. Data sekunder adalah hasil survai yang belum diproses, oleh

karena itu analisa lanjutan akan menghasilkan sesuatu yang berguna (Masri

Singarimbun dan Effendi, 1985). Data diperoleh secara langsung melalui pengamatan

di lapangan. Sedangkan analisis klasifikasi digunakan untuk menentukan klasifikasi

tingkat potensi masing-masing onjek wisata. Yang dimulai dengan tahapan:

a)

Pemilihan indikator dan variabel penelitian

Indikator dan variabel penelitian berdasarkan kriteria penilaian potensi obyek dan

daya tarik wisata yang ada pada RIPPDA Kabupaten Pacitan yang

dikombinasikan dengan alat ukur sendiri dan menyesuaikan kondisi

kepariwisataan daerah.

b)

Skoring

Yaitu memberikan nilai skor relatif 1 sampai 3 untuk beberapa variabel penelitian

seperti: keragaman atraksi atau daya tarik pendukung, kondisi fisik obyek wisata,

waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten, ketersediaan angkutan umum untuk

menuju lokasi obyek wisata, prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata,

ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan,

ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan, dan ketersediaan

fasilitas pelengkap. Adapun skor 1 sampai 2 digunakan untuk beberapa variabel

penelitian yang lain, seperti: daya tarik utama obyek wisata, kekuatan atraksi

komponen obyek wisata, kegiatan wisata di lokasi obyek wisata, kebersihan

lingkungan obyek wisata, keterkaitan antar obyek, dukungan paket wisata, serta

(21)

c)

Menjumlahkan total skor pada setiap variabel penelitian.

d)

Klasifikasi masing-masing obyek wisata.

Jumlah total skor tertinggi dikurangi jumlah total skor terendah sehingga

diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3, yaitu klasifikasi tinggi,

sedang, dan rendah. Pengklasifikasian dilakukan berdasar pada skor variabel

penelitian dan skor masing-masing obyek wisata. Pengklasifikasian berdasar skor

variabel penelitian digunakan untuk mengetahui potensi obyek wisata yang

(22)
[image:22.612.67.478.104.629.2]

Tabel 1.4

Variabel Penelitian Potensi Obyek Wisata

Potensi Internal Variabel Kriteria Skor

1. Kualitas Obyek

Wisata

a. Daya tarik utama obyek wisata

ƒ Daya tarik penangkap wisatawan. ƒ Daya tarik penahan wisatawan

1

2

b. Kekuatan atraksi

komponen obyek wisata

ƒ Kombinasi komponen alami atau buatan yang dimiliki kurang mampu mempertinggi kualitas dan kesan obyek ƒ Kombinasi komponen alami atau

buatan yang dimiliki obyek mampu mempertinggi kualitas dan kesan obyek

1

2

c. Kegiatan wisata di lokasi obyek wisata

ƒ Hanya kegiatan yang bersifat pasif (menikmati yang sudah ada).

ƒ Kegiatan yang bersifat aktif (lebih banyak berinteraksi dengan obyek).

1

2

d. Keragaman atraksi atau daya tarik pendukung

ƒ Obyek wisata yang tidak atau belum memiliki daya tarik pendukung. ƒ Obyek wisata yang memiliki 1-2 daya

tarik pendukung.

ƒ Obyek wisata yang memiliki daya tarik pendukung lebih dari 2.

1

2

3

2. Kondisi Obyek Wisata e. Kondisi fisik obyek wisata.

ƒ Obyek wisata yang mengalami kerusakan dominan

ƒ Obyek wisata yang sedikit mengalami kerusakan

ƒ Obyek wisata belum mengalami kerusakan

1

2

3

f. Kebersihan lingkungan obyek wisata

ƒ Obyek wisata yang kurang bersih dan kurang terawat (lokasi obyek wisata yang tidak terbebas dari sampah)

ƒ Obyek wisata dengan kondisi lingkungan yang cukup terawat dan bersih (lokasi obyek wisata yang bebas dari sampah. Baik sampah plastik, sampah kaleng, dsb).

1

2

Sumber: Heri Setyo Wibowo dengan beberapa modifikasi dari pengamatan langsung di lapangan.

(23)

Potensi

Eksternal

Variabel

Kriteria

Skor

1. Dukungan

Pengembangan Obyek

g. Keterkaitan antar obyek ƒ Obyek wisata yang tidak memiliki keterkaitan dengan obyek wisata lain disekitarnya

ƒ Obyek wisata yang memiliki keterkaitan dengan obyek wisata lain disekitarnya

1

2

h. Dukungan paket wisata ƒ Obyek wisata yang belum termasuk dalam agenda kunjungan wisatawan dari suatu paket wisata

ƒ Obyek wisata yang telah termasuk dalam agenda kunjungan dari suatu paket wisata

1

2

i. Pengembangan dan

promosi obyek wisata

ƒ Obyek wisata yang belum dikembangkan dan belum terpublikasi

ƒ Obyek wisata yang sudah dikembangkan dan sudah terpublikasikan

1

2

2. Aksesibilitas j. Waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten

ƒ Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten lebih dari 30 menit

ƒ Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten 15-30 menit ƒ Waktu tempuh antara obyek wisata

dengan ibukota kabupaten kurang dari 15 menit

1

2

3

k. Ketersediaan angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata

ƒ Tidak tersedia angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata

ƒ Tersedia angkutan umum menuju obyek wisata, namun belum regular

ƒ Tersedia angkutan umum menuju obyek wisata, bersifat regular

1

2

3

l. Prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata

ƒ Tidak tersedia prasarana jalan menuju obyek wisata

ƒ Tersedia prasarana jalan menuju lokasi obyek, namun kondisi jalannya kurang baik

ƒ Tersedia jalan menuju lokasi obyek dengan kondisi jalan yang baik (beraspal)

1

2

3

3. Fasilitas Penunjang Obyek Wisata

m.Ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan di lokasi obyek wisata:

1. Makan/minum 2. Penginapan 3. Bangunan untuk

menikmati obyek

ƒ Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan

ƒ Obyek wisata yang memiliki 1-2 fasilitas ƒ Obyek wisata yang memiliki lebih dari 2

fasilitas

1

2 3

n. Ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan di lokasi obyek wisata:

1. Taman terbuka 2. Fasilitas seni

budaya

ƒ Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan

ƒ Obyek wisata yang hanya memiliki 1 jenis fasilitas

ƒ Obyek wisata yang telah memiliki 2 jenis fasilitas

1

2

3

4. Ketersediaan Fasilitas Pelengkap

o. Ketersediaan fasilitas pelengkap yang terdiri dari:

• Tempat parkir

• Toilet/WC

• Pusat informasi

• Souvenir shop, dll

ƒ Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pelengkap

ƒ Obyek wisata yang hanya memiliki 1-2 jenis fasilitas pelengkap

ƒ Obyek wisata yang memiliki lebih dari 2 jenis fasilitas pelengkap

1

2

3

(24)

e)

Pengklasifikasian berdasarkan skor variabel potensi internal yaitu nilai skor

maksimum (14) yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap

skor variabel, dikurangi nilai skor minimum (6) yang diperoleh dari jumlah angka

minimum dari tiap skor variabel sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval

dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi dengan formula sebagai berikut:

Kelas potensi rendah bila nilai total skor obyek wisata < 8

Kelas potensi sedang bila nilai total skor obyek wisata 8-11, dan

Kelas potensi tinggi bila nilai total skor obyek wisata > 11.

f)

Pengklasifikasian berdasarkan skor variabel potensi eksternal yaitu nilai skor

maksimum (24) yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap

skor variabel, dikurangi skor minimum (9) yang diperoleh dari jumlah angka

minimum dari tiap skor variabel, sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval

dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi dengan formula sebagaiberikut:

Kelas potensi rendah, bila nilai total skor obyek wisata < 15

Kelas potensi sedang, bila nilai total skor obyek wisata 15-19, dan

Kelas potensi tinggi,bila nilai total skor obyek wisata > 19.

g)

Klasifikasi gabungan berdasarkan variabel penelitian menggunakan

penggabungan perhitungan antara skor maksimal potensi internal dan skor

maksimal potensi eksternal dikurangi dengan penggabungan skor minimum,

sehingga akan diperoleh interval. Selanjutnya interval tersebut dibagi menjadi 3

(tiga) klasifikasi dengan formula sebagai berikut:

Kelas potensi rendah, bila nilai total skor obyek wisata < 23,

Kelas potensi sedang, bila nilai total skor obyek wisata 23-31, dan

(25)

9.

Batasan Operasional

a.

Pariwisata

Pengertian pariwisata yang bersifat umum menurut A. Hari Karyono (1997) adalah

keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,

mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan. Sedangkan pengertian pariwisata yang

lebih teknis adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara

perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain.

b.

Kepariwisataan

Adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya

semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan,

pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta

dan masyarakat (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I

Pasal 1).

c.

Wisata

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ;

dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya

tarik wisata.

Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2)

Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau

sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

d.

Wisatawan

Adalah seseorang yang sedang atau melakukan suatu kegiatan wisata.

e.

Jumlah wisatawan

Banyaknya orang yang datang mengunjungi obyek wisata.

f.

Obyek wisata

Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk

mengunjungi suatu daerah tertentu (Oka A Yoeti, 1996). Sedangkan menurut Suwantoro

(1997: 18-19), “Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran

(26)

ƒ

Keindahan alam (natural amenities), iklim pemandangan, fauna dan flora yang aneh

(uncommon vegetation dan animals), hutan (the forest elements) dan sumber

kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, mandi lumpur, dan

lain-lain.

ƒ

Ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi-candi, art

gallery dan lain-lain.

g.

Karakteristik obyek wisata

Adalah gambaran mengenai kondisi dan ciri yang dimiliki oleh suatu obyek wisata.

h.

Potensi obyek wisata

Adalah segala hal dan keadaan, baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak

teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat

atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang

diperlukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu

berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa (Damardjati, 1995).

i.

Potensi eksternal obyek wisata

Yaitu potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu obyek wisata. Terdiri dari

dukungan pengembangan obyek, aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas

pelengkap.

j.

Potensi internal obyek wisata

Adalah potensi wisata yang dimiliki oleh obyek itu sendiri. Yang meliputi komponen

kondisi obyek wisata dan kualitas obyek wisata.

k.

Obyek wisata potensi tinggi

Yaitu obyek wisata yang memiliki klasifikasi potensi internal tinggi dan memiliki

klasifikasi potensi eksternal tinggi.

l.

Industri pariwisata

Kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan

(27)

dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan travelier pada umumnya selama dalam

perjalanan (Oka A Yoeti, 1985).

m.

Pengembangan pariwisata

Pengembangan pariwisata dapat diartikan sebagai segala kegiatan dan usaha yang

terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana, barang

dan jasa, fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan (Musanef,

Gambar

Tabel.1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.1  Diagram Alir Kerangka Pemikiran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika mengukur dari tiga bentuk sikap tersebut dikaitkan dengan apa yang disampaikan informan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap pegawai BKBPP Kota Palu sudah

The purpose of this research is to examine how training transfer is influenced by management support, training motivation, intention to transfer, affective reaction, utility

Programming languages always have commands for getting data into and out of variables and for doing computations with data. For example, the following “assignment statement,”

Dalam perkuliahan ini dibahas Teori Perbandingan Bahasa, Metode Penyelidikan Linguistik Komparatif, Klasifikasi Bahasa, Metode Klasifikasi Bahasa, Asal-usul Bahasa

paragraph 4 letter a, in conjunction with article 10 paragraph 5. Approval upon the usage of Net Profit of the Company for the financial year ends on 31 December 2015. The 2 nd

Dalam penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu pada modal kerja dan perilaku kewirausahaan. Bagaimana gambaran modal kerja, perilaku

Data rekam medis rumah sakit jiwa Banyumas di Ruang Nakula saja pada tahun 2016 schizofrenia terinci merupakan diagnosa pertama terbesar setelah schizofrenia paranoid

guru dalam pembinaan perilaku siswa di SMP Swasta Washliyani Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Perilaku siswa di SMP Swasta Washliyani Medan ini