SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
CHUSNUL ARIFIN 0542010068
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
SURABAYA 2010
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL...vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...3
1.3 Tujuan Penelitian...4
1.4 Manfaat Penelitian...4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori……...5
2.1.1 Manajemen produksi...5
2.1.1.1 Pengertian manajemen produksi………….………..5
2.1.1.2 Fungsi dasar manajemen produksi………….…………...6
2.1.1.3 Tujuan manajemen produks………...……...…………..7
2.1.1.4 Ruang lingkup manajemen produksi………….…………8
2.1.2 Proses produksi………...13
2.1.2.1 Pengertian proses produksi………….……..………13
2.1.2.2 Faktor yang dipertimbangkan dalam proses produksi...14
2.1.3.1Tujuan dan fungsi perencanaan dan pengendalian produksi21
2.1.3.2 Tingkatan perencanaan dan pengendalian produksi……..22
2.1.3.3 Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi………22
2.1.3.4 Klasifikasi system manufaktur………...23
2.1.4 Pengertian ramalan... 25
2.1.4.1 Tujuan peramalan... 26
2.1.4.2 Jenis – jenis metode peramalan...26
2.1.4.3 Gerakan dalam taime serie………..27
2.1.4.4 Metode peramalan...28
2.1.4.5 Peramalan perusahaan...28
2.2 Kerangka Berpikir... 31
2.3 Hipotesis...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional...33
3.2 Populasi, sampel dan teknik penarikan sampel………...34
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 35
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 35
3.4.1 Metode dekomposisi………. 35
3.4.2 Pengujian hipotesis……… 41
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1.3 Fasilitas penunjang...51
4.1.4 Pengembangan Usaha... 51
4.2 Hasil penelitian... 52
4.3 Uji hipotesis... 65
4.3.1 Hipotesis uji beda... 65
4.4 Pembahasan... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 70
5.2 Saran... 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Gambar 2 : Struktur Organisasi...47
Gambar 3 : Bidang usaha...48
Tabel 1 : Data penjualan radymake tahun 2004 - 2008...53
Tabel 2 : Tabel ΣX ,ΣXY , dan ΣX2...54
Tabel 3 : Subtitusi nilai trend...55
Tabel 4 : Nilai trend bulanan tahun 2004 – 2008...56
Tabel 5 : Persentase nilai riil terhadap nilai trend dan mediannya...57
Tabel 6 : Table indeks Siklis...61
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul
“Efisiensi Peramalan Penjualan Sebagai Dasar Perencanaan Produksi (Studi komparasi antara metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan) Pada PT Varia Usaha Beton di Gresik”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada Ibu Dra. Ety Dwi Susanti, MSi selaku dosen pembimging
yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Bambang Miyanto, S.T selaku kabag SDM dan umum PT. Varia Usaha
Beton, Gresik yangtelah memberikan informasi dan data yang saya butuhkan.
6. Kedua orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral
maupun materiil sehingga dapat terselesaikannya laporan proposal ini.
7. Saudara dan teman-teman yang sudah memberi semangat dan dukungannya
dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,
sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan
ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surabaya, April 2010
Penulis
CHUSNUL ARIFIN ABSTRAKSI
Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma dalam segalah bidang, salah satunya adalah bidang produksi. Produksi adalah salah satu kegiatan dalam sebuah perusahaan yaitu proses pemenuhan permintaan konsumen. Salah satu kegiatan yang mampu menjadi dasar dalam pembuatan strategi produksi perusahaan adalah peramalan penjualan. Besarnya fluktuasi dan tingginya risiko merupakan karakter yang melekat pada sistem produksi dan distribusi kebanyakan produk bisnis. Hal yang sama juga dapat terjadi pada industri beton, apabila perusahaan yang ada tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tantangan persaingan ini, maka dikhawatirkan produk-produk mereka tidak akan mampu bertahan dalam menghadapi keadaan pasar yang tidak menentu, sehingga akan berdampak pada kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. PT Varia Usaha Beton Gresik menggunakan metode peramalan penjualan dalam melaksanakan kegiatan produksi yaitu dalam menentukan target produksi yang akan diambil. Dalam kegiatan penentuan target produksi dibutuhkan perencanaan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya dengan menggunakan metode perhitungan peramalan penjualan yang didasarkan pada data penjualan sebelumnya. Disamping ada keinginan perusahaan dalam menentukan target produksi sesuai dengan keinginannya agar mendapatkan laba yang sebesar–besarnya yang kurang bisa dipertanggung jawabkan mengingat penjualan produk jadi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kekuatan penjualan, harga, iklan, cakupan daerah pemasaran dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi peramalan penjualan antra metode perusahaan dengan metode dekomposisi pada PT. Varia Usaha Beton Gresik. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah data penjualan tahun sebelumnya, hasil peramalan penjualan dan rencana kegiatan produksi yang terbaru 1) Data rencana penjualan, 2) Data peramalan penjualan, 3) Data realisasi penjualan pada PT. Varia Usaha Beton Gresik.
Dalam penelitian ini yang menjadi Populasi adalah data penjualan radymake mulai dari tahun 2004-2009 dengan satuan per meter kubik ( ) pada PT. Varia Usaha Beton Gresik. Sampel penelitian ini data penjualan mulai dari tahun 2004-2009 dengan menggunakan metode purpusive. Jenis data pada peneitian ini adalah data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data dengan obsevarsi data penjualan perusahaan dari
3
df = 59 dan α = 5% (uji dua sisi) diperoleh nilai t tabel = 2,001. Karena t hitung lebih besar dar t tabel (t hitung=2,687 > t tabel=2,001) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode peramalan yang digunakan oleh PT Varia usaha Beton Gresik dengan peramalan dengan metode dekomposisi, 2) Hasil uji beda antara metode peramalan perusahaan dengan realisasi penjualan diperoleh bahwa nilai t hitung sebesar t hitung = 4,384 dengan signifikansi 0,000, sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan n-1 = 59 dan tingkat signifikansi 5% untuk uji dua sisi diperoleh t tabel = 2,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode peramalan yang dilakukan perusahaan dengan realisasi penjualan, 3) Hasil uji beda antara metode dekomposisi dengan realisasi penjualan diperoleh bahwa hasil t hitung sebesar 0,914 dengan signifikansi sebesar 0,364. Adapun nilai t tabel dengan derajat kebebasan n-1 = 59 dan tingkat signifikansi 5% untuk uji dua sisi diperoleh t tabel = 2,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode peramalan dekomposisi dengan realisasi penjualan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma dalam segalah
bidang, salah satunya adalah bidang produksi. Produksi adalah salah satu kegiatan
dalam sebuah perusahaan yaitu proses pemenuhan permintaan konsumen. Faktor
yang dapat membantu perusahaan untuk melakukan upaya untuk memperkirakan
besarnya permintaan pada periode yang akan datang diperlukan perhitungan
ramalan penjualan dari data penjualan tahun sebelumnya dari kurun waktu
tertentu.
Dengan harapan dapat diketahui nilai perkiraan permintaan konsumen untuk
produk yang didistribusikan.Semakin tingginya tingkat persaingan di bisnis lokal
maupun global dan kondisi ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai
keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar mampu memenangkan
persaingan di bisnis global. Kekuatan-kekuatan yang paling besar dalam
persaingan industri akan menentukan serta menjadi sangat penting dari sudut
pandang perumusan strategi, hal tersebut pada akhirnya juga akan menentukan
kegiatan yang perlu bagi suatu perusahaan untuk berprestasi, seperti inovasi,
budaya yang mengimplementasikan strategi produksi yang baik.
Strategi produksi merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang sangat penting dalam suatu
perusahaan. Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan
perusahaan untuk merespon perubahan yang terjadi. problem sentral yang
dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah bagaimana perusahaan tersebut
mampu menciptakan strategi terbaik agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan
berkembang. Tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses
produksi secara tepat.
Salah satu kegiatan yang mampu menjadi dasar dalam pembuatan strategi
produksi perusahaan adalah peramalan penjualan. Besarnya fluktuasi dan
tingginya risiko merupakan karakter yang melekat pada sistem produksi dan
distribusi kebanyakan produk bisnis. Hal yang sama juga dapat terjadi pada
industri beton, apabila perusahaan yang ada tidak dapat mempersiapkan diri
dengan baik untuk menghadapi tantangan persaingan ini, maka dikhawatirkan
produk-produk mereka tidak akan mampu bertahan dalam menghadapi keadaan
pasar yang tidak menentu, sehingga akan berdampak pada kelangsungan
perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengkaji secara mendalam tentang industri beton pada PT Varia Usaha Beton
tersebut dan pengaruhnya terhadap peramalan yang dilakukan untuk membentuk
strategi produksi dalam menentukan target produksi.
Pada PT Varia Usaha Beton juga dituntut melakukan kegiatan produksi
dengan benar untuk menghadapi persaingan dan menjaga eksistensi perusahaan
dalam menghadapi keadaan pasar yang tidak menentu. Dalam menyikapi hal ini
PT Varia Uasaha Beton menggunakan metode peramalan penjualan dalam
melaksanakan kegiatan produksi yaitu dalam menentukan target produksi yang
akan diambil.
Dalam kegiatan penentuan target produksi dibutuhkan perencanaan yang tepat
dan dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya dengan menggunakan metode
perhitungan peramalan penjualan yang di dasarkan pada data penjualan
sebelumnya. Disamping ada keinginan perusahaan dalam menentukan target
produksi sesuai dengan keinginannya agar mendapatkan laba yang sebesar –
besarnya yang kurang bisa dipertanggung jawabkan mengingat penjualan produk
jadi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kekuatan penjualan, harga,
iklan, cakupan daerah pemasaran dan lain sebagainya.
Dengan demikian atas uraian diatas penulis tertarik mengadakan penelitian
tentang Efisiensi peramalan penjualan sebagai dasar perencanaan produksi
(Studi komparasi antara metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan).
Perencanaan produksi merupakan titik awal dalam kegiatan peramalan
permintaan produksi yang didasarkan dari data produksi waktu sebelumnya demi
untuk memperoleh satu jangka waktu perencanaan.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apakah terdapat perbedaan efisiensi peramalan penjualan dengan
menggunakan metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan
sebagai dasar perencanaan produksi.
1.3 Tujuan penelitian
Untuk mengetahui tingkat efisiensi peramalan penjualan antra metode
perusahaan dan metode dekomposisi pada PT Varia Usaha Beton.
1.4Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
tentang peramalan penjualan dan pelaksanaannya dalam menentukan
target produksi
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi perusahaan agar
dapat digunakan dalam usaha memajukan perusahaan dengan
meningkatkan produktifitas perusahaan serta pengendaliannya dalam
bidang produksi
c. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang lain yang akan
mengadakan penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan masalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 landasan teori
2.1.1 Manajemen Produksi
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Produksi
Telah banyak dikatakan bahwa tujuan umum perusahaan adalah membuat
produk atau jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya, menjual dengan harga
wajar. Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi tidak hanya
menyangkut pemprosesan atau manufacturing berbagai barang saja, akan tetapi
dalam kenyataannya berkembang pula perusahaan - perusahaan lain yaitu
dibidang jasa. Usaha-usaha tersebut adalah asuransi, transportasi, bisnis
perbankan dan sebagainya yang bergerak di bidang jasa.
Manajemen produksi menurut Ahyari (2000 : 11) merupakan proses
kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasiaan serta pengawasan dari produksi dan proses produksi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka semua kegiatan dan semua aktifitas
didalam proses produksi harus disertai dengan proses manajemen.
Manajemen produksi menurut Assauri (2004: 12) adalah kegiatan untuk
mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya alat dan
sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam
barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung atau menunjang usaha
untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Sedangkan menurut Handoko (2000: 3), manajemen produksi dan operasi
merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan faktor-faktor
produksi dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi
berbagai produk dan jasa.
2.1.1.2 Fungsi Dasar Manajemen Produksi
Umumnya sistem produksi dikelola sebagai perpaduan antara
fungsi-fungsi lini dan staf. Fungsi operatif lini sering disebut organisasi garis yaitu secara
langsung berhubungan dengan sasaran utama organisasi, sedangkan fungsi staf
memberikan pelayanan kepada fungsi-fungsi operatif diatas dengan cara
memberikan nasehat mengembangkan rencana, kordinasi atau melaksanakan
tugas–tugas khusus lainnya. Seorang staf tidak dapat memberikan perintah fungsi
lini untuk melaksanakan tugas-tugas spesifik.
Menurut Komarudin (2001: 22) dipandang dari sudut lain fungsi dasar
manajemen produksi itu dapat dikelompokkan menjadi :
a. Fungsi perencanaan produksi, yaitu perencanaan produksi merupakan proses
penjabaran rencana perusahaan kedalam rencana pelaksanaan melalui
teknik-teknik seperti peramalan, penjadwalan induk, perencanaan bentuk dan kualitas
produk akhir.
b. Fungsi perencanaan proses produksi, yaitu berhubungan dengan kegiatan
mengkombinasikan dan mengintegrasikan serta mengsinkronisasikan
sumber-sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk akhir yang telah lebih
dulu ditetapkan dalam perencanaan produksi diatas.
c. Fungsi pengawasan produksi, yaitu teknik-teknik untuk mengorganisasi dan
konseptualisasi informasi mengenai rencana dan status pelaksanaan untuk
mencapai sasaran. Fungsi ini merupakan kegiatan dalam manajemen produksi
untuk menentukan target pelaksanaan sesuai dengan rencana produksi.
d. Fungsi pengawasan biaya, yaitu atas biaya produk merupakan sebagian dari
fungsi akunting modern yang meneliti biaya-biaya untuk bahan mentah, bahan
penolong, tenaga personalia, bunga modal, dan biaya-biaya lainnya yang
dipergunakan untuk menghasilkan produk yang menjadi sasaran manajemen
produksi.
e. Fungsi persediaan, yaitu aktivitas persediaan bahan-bahan yang diperlukan
dengan jumlah, kualitas, waktu dan tempat yang tepat.
f. Fungsi kelengkapan, yaitu merupakan fungsi dasar manajemen produksi yang
terakhir ini bertujuan agar proses produksi dapat terlaksana dengan baik dan
dengan biaya perlengkapan yang serendah dan serasional mungkin.
2.1.1.3 Tujuan Manajemen Produksi
Menurut Sukanto, Indriyo (2000: 2) adalah memproduksi atau mengatur
produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu
Sedangkan menurut Assauri (2004: 23) adalah kegiatan atau usaha yang
dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehinggga masukan atau input dapat
diolah menjadi pengeluaran yang berupa barang atau jasa, yang akhirnya dapat
dijual kepada para konsumen untuk memungkinkan perusahaan dapat
memperoleh keuntungan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan manajemen produksi ialah
memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu
serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.1.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Menurut Assauri (2004: 17), manajemen produksi merupakan kegiatan
yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisaan dan
penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi, yang umumnya
bersifat keputusan jangka panjang, serta keputusan pada waktu penyiapan dan
melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasian yang umummya bersifat
keputusan jangka pendek. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen produksi meliputi kegiatan penyiapan sistem produksi, dan kegiatan
pengoperasian sistem produksi.
Seperti yang diuraikan di atas, maka ruang lingkup manajemen produksi
mencakup perencanaan atau penyiapan sistem produksi, sertapengoperasian dari
sistem produksi. Pembahasan dalam perancangan meliputi :
Kegiatan produksi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau jasa
secara efektif dan efisien yang mempunyai mutu dan kualitas yang baik. Oleh
karena itu, setiap kegiatan produksi harus dimulai dari penyeleksian dan
perancangan yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus dimulai dengan
kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan produk, maka seleksi dan
diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan desain produk itu, untuk
penyeleksian dan perancangan produk, standarisasi, simplifikasi dan
spesialisasi. Akhirnya dalam pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal
balik yang erat antara seleksi produk dan rancangan dengan kapasitas produksi
dan operasi.
2. Seleksi dan Perancangan Proses dan Peralatan
Setelah proses desain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan usaha untuk menghasilkan dan menetukan jenis proses yang
akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai
dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan,
yang tidak terlepas dari produk yang dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah
menetukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan
kegiatan produksi tersebut, penyeleksian dan menentukan peralatan yang
dipilih tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tapi juga mencakup
bangunan dan lingkungan kerja.
3. Pemilihan Lokasi Perusahaan dan Unit Produksi
Kelancaran produksi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran
kelancaran dan biaya penyampaian atau supply product yang akan dihasilkan
berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena itu, untuk menjamin
kelancaran maka sangat penting peranan dari pemilihan lokasi atau site
tersebut. Perlu diperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengangkutan
dari sumber-sumber bahan dan pemasukan, serta biaya pengangkutan dari
barang jadi ke pasar.
4. Rancangan tata Letak (Lay- out) dan Arus Kerja atau Proses
Kelancaran proses produksi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang
terpenting dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata letak
atau arus kerja atau proses. Rancangan tata letak harus dipertimbangkan
sebagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu
pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena
pergerakan dalam proses akan meminimalisasikan biaya yang timbul dari
pergerakan tersebut.
Macam-macam Lay-out :
a. Lay-out by product (line lay-out)
Lay-out ini adalah yang terbaik bagi proses produksi yang terus menerus dan
besar-besaran. Dalam penyusunan ini mesin-mesin ditempatkan menurut
urutan yang dikehendaki oleh proses produksi, yaitu urutan yang merupakan
suatu garis.
Keuntungan lay-out ini adalah :
- Sedikit menggunakan alat-alat pengakut, dan ruangan tempat bekerja
- Boleh dikatakan tidak ada barang yang dikembalikan kepada proses
sebelumnya.
- Besar kemungkinan akan dapat menghilangkan bottle neck bila
benar-benar diatur.
- Dapat mempersingkat waktu pembuatan barang.
- Memudahkan pengawasan produksi.
- Tidak banyak diperlukan persediaan barang-barang yang sedang
dikerjakan.
Keburukan dari lay-out ini :
- Berkurangnya flesibilitas, sedangkan sesuatu perubahan didalam barang
yang dibuat dapat menimbulkan keharusan untuk menyusun kembali
semua lay-out yang sudah dibuat.
- Memperbesar investasi untuk mesin-mesinnya.
- Sukar untuk menambah kapasitas produksi dari susunan mesin yang sudah
ada.
b. Lay-out by process (department lay-out)
Lay-out ini digunakan dalam job-lot manufacture, dimana aliran materialnya
terputus-putus dan mesin-mesinnya disusun menurut grup atau departemen.
Keuntungan dari lay-out ini :
- Cukup flexibel, karena dapat menampung bermacam-macam produk dan
fluktuasi permintaan.
- Kemungkinan penggunaan mesin-mesin secara maksimum.
- Pengawasan oleh orang-orang yang mempunyai keahlihan khusus.
Keburukannya :
- Lebih banyak makan ruangan.
- Barang-barang yang sedang dikerjakan bertumpuk-tumpuk sehingga
terjadi kelambatan dalam proses produksi.
- Lebih sulit untuk mengadakan pengawasan produksi.
- Banyak pekerjaan yang kembali pada proses sebelumnya.
c. Lay-out Stationary
Lay-out ini digunakan untuk produksi bagian atau assembly besar.
Keuntungannya :
- Mempekerjakan seseorang atau beberapa orang pekerja saja sejak
permulaan sampai selesai.
- Memberikan flexibilitas yang aksimum bagi semua perubahan produk dan
proses, dan adanya kesempatan untuk mengerjakan berbagai macam
produk dengan lay-out yang sama.
Kerugiannya :
- Karena cara ini didasarkan atas material yang tidak bergerak maka dengan
cara ini akan dialami kesulitan dalam pemakaian mesin-mesin yang tepat
serta penggunaan kecakapan pegawai yang khusus.
- Efisiensi yang rendah.
5. Rancangan Tugas Pekerjaan
Rancangan tugas dan pekerjaan merupakan bagian integral dari rancangan
disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan,
merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu
pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi tersebut. Rancangan tugas
pekerjaan harus membentuk satu kesatuan dari human engineering, dalam
rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal.
6. Strategi Produksi Serta Pemilihan Kapasitas
Rancangan sistem produksi harus disusun dengan landasan strategi produk.
Dalam strategi produksi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan
dari produksi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar untuk lima bidang
yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu atau kualitas.
Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi.
Berdasarkan strategi produksi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang
akan dijalankan dalam bidang produksi.
2.1.2 Proses Produksi
2.1.2.1Pengertian Proses Produksi
Menurut Assauri (2004: 75), proses adalah cara, metode, dan teknik
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana)
yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil.
Jadi yang dimaksud proses produksi menurut Ahyari (2001 : 97)
adalah suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau
Dapat disimpulkan produksi seperti itu diketahui adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Jadi proses
produksi dapat diartikan sebagai cara, metode, dan teknik untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana).
2.1.2.2 Faktor – Faktor Yang Dipertimbangkan dalam Proses Produksi
Menurut Handoko (2000: 128). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan proses produksi untuk mencapai volume produksi adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Modal
Modal adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan volume
produksi. Besar kecilnya usaha sangat tergantung pada modal yang tersedia,
dan modal yang disediakan untuk menyediakan berbagai persediaan.
2. Kondisi Pasar atau Permintaan Pasar
Meskipun modal banyak dan bahan baku tersedia, tenaga kerja dan kapasitas
mesin mencukupi, tetapi bila permintaan akan produk yang dihasilkan tidak
diterima oleh pasar, maka produk yang dihasilkan akan menumpuk,
sehingga proses produksi tidak akan berjalan secara lancar.
3. Tersedianya Bahan Baku
Bahan baku adalah merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan,
ketersediaan bahan baku yang terbatas akan menghambat jalannya proses
produksi.
4. Tenaga Kerja
Di dalam proses produksi, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat
penting terutama pada perusahaan yang menggunkan mesin yang secara
manual.
5. Kapasitas Mesin atau Teknologi yang Dimiliki
Perusahaan yang bergerak di bidang produksi tentunya harus
mempertimbangkan teknologi dalam kemampuan proses produksi, karena
suatu perusahaan tidak dapat memproduksi produk yang melebihi
kemampuan kapasitas mesin yang dimiliki, karena akan sangat berdampak
buruk bagi mesin itu sendiri.
2.1.2.3 Jenis – Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi menurut Assauri (2004: 75) dapat dibedakan
atas dua jenis yaitu :
1. Proses Produksi yang Terus-menerus (Continous Process)
Pada proses produksi terus-menerus ini terdapat waktu yang panjang tanpa
adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta
peralatannya. Adapun sifat atau ciri-ciri dan proses produksi yang
terus-menerus yaitu :
a. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah besar (produk massa)
b. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau penyusunan
peralatan berdasarkan pekerjaan dan produk yang dihasilkan yang
disebut produk lay out.
c. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-mesin
yang bersifat khusus untuk menghasilkan suatu produk.
d. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis
maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan
kecil sekali.
e. Apabila salah satu mesin atau peralatan terhenti atau rusak maka seluruh
proses produksi akan terhenti.
f. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan bersifat khusus dan variasi
produksinya sedikit, maka tenaga kerjanya tidak banyak.
g. Persediaan bahan baku lebih rendah dari intermittent process.
h. Membutuhkan tenaga keahlian khusus yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang cukup.
i. Pemindahan bahan-bahan menggunakan peralatan handling yang
menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan.
2. Proses Produksi Terputus-putus (Intermittent Process)
Pada proses produksi terputus-putus ini terdapat waktu yang pendek dalam
persiapan peralatan untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi
variasi produk yang berganti. Sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi
a. Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi
yang berbeda dan berdasarkan atas pesanan.
b. Proses ini menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan
berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama
dikelompokkan pada tempat yang sama.
c. Mesin yang digunakan dalam proses produksinya adalah mesin-mesin
yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan beberapa
macam produk dengan variasi yang hampir sama.
d. Karena mesin-mesin yang digunakan bersifat umum, maka diperlukan
individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar
sehingga diperlukan keahlian yang cukup untuk mengoperasikannya.
e. Proses produksi tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau
terhentinya salah satu mesin peralatan.
f. Tingkat pengawasannya lebih tinggi karena variasi produk dan pekerjaan
yang berbeda-beda.
g. Pemindahan bahan-bahan menggunakan peralatan handling yang dapat
menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong.
h. Perlu adanya ruang gerak yang cukup besar karena dalam proses ini
sering dilakukan pemindahan bahan.
2.1.2.4Unsur-unsur Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran proses produksi merupakan salah satu tujuan yang sangat
produksi. Suatu proses produksi dapat dikatakan lancar apabila proses produksi
tersebut tidak mengalami hambatan dalam memproduksi suatu barang, sehingga
dapat menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas
yang direncanakan serta hasil dari proses produksi dapat selesai pada waktunya.
Menurut Assauri (2004: 18) proses produksi dapat dikatakan lancar bila
ditunjang oleh unsur-unsur proses produksi. Pengoperasian sistem produksi dan
operasi tersebut mencakup :
1. Penyusunan rencana produksi dan operasi.
2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
4. Pengendalian mutu.
5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Berikut ini merupakan uraian dari unsur-unsur kelancaran proses
produksi di atas :
1. Penyusunan rencana produksi dan operasi.
Kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi harus dimulai dengan
penyusunan produksi dan operasi. Dalam rencana produksi dan operasi
harus tercakup penetapan target produksi, sheduling, routing, dispatching
dan follow-up. Perencanaan kegiatan produksi dan operasi merupakan
kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi.
2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh kelancaran
tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi produksi dan
operasi ditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan serta rencana dan
pengendalian persediaan yang dilakukan.
3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
Mesin dan peralatan digunakan dalam proses produksi dan operasi harus
selalu terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga dibutuhkan
adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan. Dalam pembahasan
pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan ini akan dicakup tentang
penting dan peranan dari kegiatan pemeliharaan atau perawatan,
macam-macam kegiatan pemeliharaan dan perawatan, syarat-syarat bagi
terlaksananya bagi kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang efektif dan
efisien, serta proses pelaksaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin
atau peralatan.
4. Pengendalian mutu.
Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi
menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi.
Dalam rangka ini maka perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang
harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya. Pembahasan yang
tercakup dalam pengendalian mutu adalah maksud dan tujuan dari kegiatan
pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu,
peran pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan produk dalam
pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta
5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan oleh
kemampuan dan ketrampilan para tenaga kerja atau sumber daya
manusianya. Dalam pembahasan manajemen tenaga kerja atau sumber daya
manusia akan mencakup pengelolaan tenaga kerja dalam produksi dan
operasi, desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja (work
measurement).
Jadi dengan adanya unsur-unsur kelancaran proses produksi diatas
diharapkan dapat memenuhi kuantitas produk yang diperlukan pada waktu yang
tepat sesuai rencana dengan total biaya minimum serta kualitas yang diminta oleh
konsumen.
2.1.3 Perencanaan dan pengendalian produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan
kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
Perencanaan produksi yaitu aktivitas untuk menetapkan produk yang
diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan
sumber-sumber yang dibutuhkan.
Pengendalian produksi yaitu aktivitas yang menetapkan kemampuan
sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan
2.1.3.1 Tujuan dan fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
A. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi :
1. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan
efektif.
2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal
mungkin.
3. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
4. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
B. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi :
1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk
sebagai fungsi dari waktu.
2. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan
permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika
terjadi penyimpangan.
3. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku
yang akan dibeli.
4. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
5. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
6. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana
persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang
7. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan
tenaga kerja yang terperinci.
2.1.3.2 Tingkatan perencanaan dan pengendalian produksi
1. Perencanaan jangka panjang
Kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan
penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan
perencanaan finansial.
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan kebutuhan kapasitas, perencanaan kebutuhan material,
jadwal induk produksi, dan perencanaan kebutuhan distribusi.
3. Perencanaan jangka pendek
Kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir, perencanaan dan
pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan
dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
2.1.3.3 Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi :
a. Peramalan kuantitas permintaan
b. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
c. Perencanaan persediaan: jenis, jumlah, dan waktu
d. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
f. Penjaminan kualitas
g. Monitoring aktivitas produksi
h. Pengendalian produksi
i. Pelaporan dan pendataan
2.1.3.4 Klasifikasi Sistem Manufaktur
1. Klasifikasi berdasar tipe produksi
a. Make to Stock (MTS)
b. Assemble to Order (ATO)
c. Make to Order (MTO)
d. Engineering to Order (ETO)
2. Klasifikasi berdasar volume produksi
a) Produksi massa
- Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya tinggi,
- Permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi,
- Peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus,
- Keahlian tenaga kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi
peralatan yang khusus.
b) Produksi batch
- Tujuan: untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap
produk-produk yang diperlukan secara kontinu,
- Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang untuk
tingkat produksi yang tinggi.
c) Produksi job shop
- Tingkat produksi rendah,
- Peralatan mempunyai fungsi umum,
- Keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi,
- Biasanya membuat berdasarkan pesanan.
3. Klasifikasi berdasarkan aliran produksi
a. Fixed Site (Project)
b. Job Shop (Jumbled Flow)
c. Flow Shop
- Small-Batch Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop, tetapi
tidak semua memproses produk yang sama secara terus menerus.
Memproses beberapa produk dengan ukuran batch kecil, dengan
kebutuhan setup per batch. Digunakan ketika biaya proses bisa
dipertimbangkan, permintaan part rendah, dan non-diskrit. Contohnya
adalah farmasi.
- Large-Batch (Repetitive) Line Flow, memproduksi produk diskrit
- Continuous Line Flow merefer pada proses kontinu dari fluida, bedak,
logam, dan lain-lain. Biasa digunakan pada industri gula, minyak, dan
logam lainnya.
4. Klasifikasi berdasar tata letak (lay out)
a. Fixed position layout
b. Process layout
c. Product flow layout
2.1.4 Pengertian ramalan (forcasting)
Ramalan pada dasarnya merupakan dugaan atau perkiraan mengenai
terjadinya suatu kejadian atau peristiwa diwaktu yang akan datang. Ramalan bisa
bersifat kualitatif, artinya tidak berbentuk angka dan peramalan juga bisa bersifat
kuantitatif, artinya berbentuk angka.
Ramalan kuantitatif dapat berbentuk ramalan tunggal (point forcast) dan
ramalan selang (interfal forcast). Ramalan tunggal terdiri dari satu nilai saja dan
ramalan selang adalah ramalan berupa berupa suatu selang (interval) yang dibatasi
oleh batas bawah (ramalan rendah) dan batas atas (ramalan tinggi).
Ramalan ada yang jangkah panjang (long term forcast), ada yang jangka
menengah, ada yang jangka pendek. Makin jauh kedepan (makin lama) harus
disadari makin besar kesalahan ramalan, karna makin besar unsure ketidakpastian.
Maka ebaiknya dilakukan pembaharuan atau Up dating setiap kali ada data baru
Ramalan merupakan dugaan atau pikiran mengenai terjadinya kejadian
atau peristiwa dari waktu yang akan datang. Forecasting adalah peramalan yang
akan terjadi pada masa yang akan datang, sedangkan rencana merupakan
penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang akan dilakukan pada waktu
yang akan datang. (Pangestu, 2001: 3).
2.1.4.1 Tujuan Peramalan
Peramalan dan rencana mempunyai hubungan yang cukup erat, karena
rencana itu disusun berdasarkan ramalan yang dimungkinkan terjadi di masa
mendatang. Dalam beberapa hal terutama dalam ilmu social ekonomi, sering
terkait dengan sesuatu yang serba tidak pasti dan sukar untuk diperkirakan secara
tepat, oleh karena itu dalam hal ini kita membutuhkan adanya forecast. Ramalan
secara kuantitatif yang dilakukan pada umumnya didasarkan pada data-data masa
lampau yang tersedia kemudian dianalisis dengan menggunakan cara-cara
tertentu. Dalam membuat ramalan diupayakan untuk dapat meminimumkan
pengaruh ketidakpastian tersebut, dengan kata lain forecast bertujuan
mendapatkan ramalan (forecast) yang bisa meminimumkan kesalahan meramal
(forecast error) yang biasanya diukur dengan Mean Square Error (MSE). Mean
Absolute Error (MAE) dan sebagainya. (Pangestu, 2001: 1)
2.1.4.2 Jenis – jenis metode peramalan
Peramalan dapat dibebankan atas peramalan kualitatif dan peramalan
memperkiarakan sesuatu yang akan terjadi di masa depan secara kuantitatif. Pada
dasarnya metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan atas :
1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis suatu
variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu. Biasa disebut
metode hubungan deret waktu. Data yang digunakan adalah data deret
waktu (time series)
2. Metode peramalan yang didasarkan atas pengunaan analisis pola hubungan
antara variabel yang akan di perkirakan dengan variabel atau variabel –
variabel lain yang mempengaruhinya (yang bukan waktu). Metode ini
sering disebut metode korelasi atau hubungan sebab akibat (causal
method). Data yang digunakan dapat berupa data time series maupun data
cross section.
2.1.4.3 Gerakan dalam taime series
Metode trend digunakan untuk meramal keadaan di masa yang akan
datang. Jadi data yang digunakan adalah yang berupa deret waktu (data time
series). Time series adalah susun data menurut waktu terjadinya.
Data time series sebenarnya data yang mengandung minimal satu diantara
4 gerakan berikut :
1. Gerakan sekuler (gerakan jangka panjang = gerakan trend)
Gerakan trend merupakan gerakan jangka panjang, yaitu suatu gerakan
yang menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan
2. Gerakan musim (seasonal movement)
Gerakan musim adalah gerakan yang hampir teratur dalam jangka
waktu 1 tahun, yang umumnya disebabkan karena perubahan musim
3. Gerakan siklis (Cyclical movement)
Gerakan siklis adalah gerakan naik turun yang menunjukkan keadaan
prosperitas, resesi, depresi, recovery.
4. Gerakan tidak teratur
Adalah gerakan yang terjadi akibat gangguan luar biasa seperti perang,
gempa bumi, banjir, pemogokan da sebagainya.
2.1.4.4 Metode peramalan
Metode peramalan dapat terdiri dari :
1) Metode hubungan deret waktu
a. Metode pertimbangan
b. Metode kecenderungan (trend method)
c. Metode penghalusan (smooting method)
2) Metod hubungan sebabakibat
a. Metode regresi
b. Metode ekonometrika
3) Metode Dekomposisi
Dalam melakukan forecasting cukup banyak metode yang dapat
Dekomposisi adalah metode pemecahan data menjadi sub pola yang
menunjukkan tiap-tiap komponen deret berkala secara terpisah.
Masing-masing pola perubahan akan dipelajari dan dicari satu
persatu, setelah ditemukan akan digabungkan lagi menjadi nilai, taksiran
ataupun ramalan. Penggabungnya ada yang dengan menambahkan dan ada
yang mengalikan. Dalam hal ini cara yang digunakan untuk
menggabungkannya yaitu dengan mengalikannya.
Komponen-komponen perubahan dalam Metode Dekomposisi adalah
sebagai berikut :
a. Trend
Trend (Secular Trend) adalah rata-rata dalam jangka panjang. Metode trend linier least squares, trend parabolik dan trend eksponensial
adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat trend.
Gerakan trend jangka panjang menunjukkan arah perkembangan
secara umum yaitu kecenderungan data, apakah naik atau turun.
b. Gelombang atau fluktuasi musim
Gelombang musim adalah gelombang pasang surut yang
berulangulang kembali dalam waktu tidak lebih dari satu tahun.
c. Variasi siklis
Variasi siklis adalah perubahan atau gelombang pasang surut suatu hal
yang berulang kembali dalam waktu lebih dari satu tahun.
Variasi random adalah gelombang pasang surutnya seuatu hal yang
biasanya terjadi secara kebetulan dan sukar diperkirakan, biasanya
terjadi secara kebetulan dan sukar diramalkan.
Peramalan dengan Metode Dekomposisi dilakukan dengan
menggabungkan keempat komponen, yaitu trend dan indeks musim,
seharusnya dengan indeks siklis dan perubahan-perubahan tetapi gerak
siklis sukar diperkirakan polanya karena faktor yang mempengaruh
banyak sekali, demikian juga dengan gerak random. Oleh 19 karena itu
peramalan hanya akan menggunakan trend (T) dan gerak musim (M) saja,
dan dapat dibuat dengan rumus: F = ( T x M )/100. (Pangestu, 2001: 61).
2.2 Kerangka berfikir
Gambar 1 : Kerangka berfikir
Peramalan metode perusahaan
Peramalan metode dekomposisi
Efisiensi perencanaan produksi Perencanaan
Kerangka berfikir di atas menjelaskan bahwa dalam perencanaan produksi
perusahaan harus dilaksanakan dengan efisien sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai oleh karena itu peneliti membandingkan metode peramalan
penjualan perusahaan dengan metode peramalan penjualan dekomposisi
sebagai dasar perencanaan produksi perusahaan.
2.3Hipotesis
Berdasarkan uraian dan gambar yang ada di kerangka berfikir, hipotesis
penelitian ini sebagai berikut
Terdapat perbedaan efisiensi peramalan penjualan dengan menggunakan
metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan sebagai dasar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam rangka memperoleh dan mengumpulkan bahan-bahan
keterangan yang mempunyai kegunaan mengelola sampai dengan
pemberian kesimpulan dalam laporan skripsi ini, maka pada hakekatnya
diperlukan penelitian. Maksud dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh data guna memadukan kebenaran yang hendak diselidiki.
Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah data penjualan
tahun sebelumnya, hasil peramalan penjualan dan rencana kegiatan
produksi yang terbaru. Definisi operasional variabel-variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Data rencan penjualan
Data penjualan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan
peramalan penjualan adalah data penjualan tahun sebelumnya yaitu
dimulai dari tahun 2004 – 2009 dengan satuan per meter kubik ( 3).
m
b. Data peramalan penjualan
Data peramalan yang telah di hitung dengan menggunakan metode
dekomposisi.
c. Data rencana produksi
Data rencana produksi yaitu dari tahun 2004 - 2009 dengan satuan per
d. Data realisasi penjualan
Data realisasi penjualan yaitu dari tahun 2004 – 2009 dengan satuan
per meter kubik (m3).
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel a) Populasi
Menurut Sugiyono (2005 : 72) populasi adalah wilayah yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah data penjualan mulai dari
tahun 2004 – 2009 dengan satuan per meter kubik ( 3).
m
b) Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Menurut Sugiyono (2005 : 73) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili).
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode
Penulis menentukan bahwa besarnya sampel yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode sampling purpusive, yaitu
memilih data penjualan karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu -
mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis
oleh sebab itu mengambil sampel data penjualan mulai dari tahun 2004
-2009.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data pada peneitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan atau diperoleh secara langsung dari perusahaan. Data yang akan
digunakan adalah data penjualan perusahaan dari tahun 2004 – 2009 dengan
satuan per meter kubik ( 3).
m
3.4 Teknik Analisis data dan pengujian hipotesis 3.4.1 Metode Dekomposisi
Dalam melakukan forecasting cukup banyak metode yang dapat
digunakan, salah satu metode yang digunakan yaitu metode dekomposisi.
Dekomposisi adalah metode pemecahan data menjadi sub pola yang menunjukkan
tiap-tiap komponen deret berkala secara terpisah.
Masing-masing pola perubahan akan dipelajari dan dicari satu persatu,
setelah ditemukan akan digabungkan lagi menjadi nilai, taksiran ataupun ramalan.
hal ini cara yang digunakan untuk menggabungkannya yaitu dengan
mengalikannya. (Pangestu, 2001: 31).
Komponen-komponen perubahan dalam Metode Dekomposisi adalah sebagai
berikut :
1. Metode Trend
Trend (Secular Trend) adalah rata-rata dalam jangka panjang. Metode
trend linier least squares, trend parabolik dan trend eksponensial adalah beberapa
metode yang dapat digunakan untuk membuat trend. Gerakan trend jangka
panjang menunjukkan arah perkembangan secara umum yaitu kecenderungan
data, apakah naik atau turun. (Pangestu, 2001: 32).
Pada tugas akhir ini digunakan metode trend linier least squares, karena
persamaan yang diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan forecast kuadrat
paling kecil dibandingkan dengan persamaan yang dihasilkan oleh metode lain.
a. Mencari persamaan trend
Pada metode ini tahun dasar yang berada di tengah, persamaan trend metode
linier least squares adalah sebagai berikut.
Yˆ = a + bX
b = slope atau koefisien kecondongan garis trend
X = mewakili waktu
Y = data berkala
(Pangestu, 2001:32)
b. Merubah bentuk persamaan trend
“Y” pada persamaan trend yang telah ditentukan dapat menyatakan
pengunjung setiap bulanan. Persamaan tersebut dapat diubah dengan cara sebagai
berikut.
1) Memindah origin
Tahun yang merupakan origin dapat dipindah, di dalam memindah origin,
yang diganti hanya konstannya saja, dan nilai a yang baru sebesar nilai trend pada
tahun yang menjadi origin baru.
2) Trend rata-rata
Dari persamaan trend tahunan yang telah diperoleh dapat diubah menjadi
persamaan trend rata-rata tiap bulan, yaitu dengan membagi a dengan 12 dan b
dengan 12 didapatkan nilai trend (Y) yang merupakan trend rata-rata. jika akan
dijadikan trend rata-rata tiap kuartal maka a dibagi 4 dan b dibagi 4. Jika
disubstitusikan nilai X pada tahun yang bersangkutan akan didapatkan nilai trend
(Y) yang merupakan trend rata-rata.
3) Persamaan trend bulanan dan kuartalan
Trend kuartalan adalah trend yang menunjukkan perubahan dari kuartal ke
kuartal. Jika persamaan trend tahunan dengan satuan x satu tahun akan diubah
persamaan trend tahunan yang satuan X-nya setengah tahun dan akan dirubah
menjadi trend bulanan a dibagi 12 dan b dibagi ( )/2, sedang kalau akan di
ubah menjadi trend kuartalan a dibagi 4 dan b dibagi( )/2. (Pangestu, 2001: 38).
2
12
2
4
2. Gelombang atau fluktuasi musim
Gelombang musim adalah gelombang pasang surut yang berulang - ulang
kembali dalam waktu tidak lebih dari satu tahun. (Pangestu, 2001: 51)
Dalam forecasting biasanya gelombang musim ini dinyatakan dalam
bentuk indeks musim untuk menghitung indeks musim dapat digunakan beberapa
metode antara lain sebagai berikut.
A. Metode rata-rata sederhana
Dalam metode ini, dihitung berdasarkan rata-rata tiap periode musim setelah
dibebaskan dari pengaruh trend. Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh adalah sebagai berikut.
1) Data tiap kuartal (sesuai kebutuhan) disusun untuk masingmasing tahun.
Kuartalan disusun menurut kolom dan tahun disusun menurut baris.
2) Cari rata-rata kuartalan pada tahun tersebut.
3) Pengaruh trend ini harus dihilangkan dengan menguranginya dengan b
pada persamaan trend kuartalan secara komulatif, karena rata-rata tersebut
masih mengandung unsur kenaikan (trend).
4) Cari rata-rata dan jumlahnya dibagi dengan 4.
5) Nyatakan angka-angka tersebut dengan persentase dari rata - ratanya, dan
B. Metode persentase terhadap trend
Indeks musim dicari, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Carilah nilai trend pada setiap periode.
2) Carilah persentase nilai real terhadap nilai trend.
3) Cari median tiap kuartal dengan tidak memandang kapan terjadinya.
4) Hitung rata-rata median-median tersebut.
5) Hitung Indeks musim dengan cara membagi median rata-rata lalu
dikalikan 100.
C. Metode rata-rata terhadap rata-rata bergerak
Indeks musimnya dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Susunlah data historis ke dalam tabel yang terdiri dari tujuh kolom. Pada
kolom pertama menyatakan tahun, kedua periode musim, dan ketiga berisi
data yang sudah ada.
2) Hitung jumlah bergerak selama satu tahunnya (4 kuartal), lalu letakkan
pada pertengahan data pada kolom 4.
3) Hitung jumlah bergerk dua periode dari jumlah bergerak kolom 4,
letakkan pada kolom kedua periode pada kolom 5.
4) Hitung rata-rata bergerak dengan membagi angka pada kolom 5 dengan 8,
letakkan hasilnya pada kolom 6.
5) Hitug persentase yaitu dengan cara data asli dibagi dengan ratarata
bergerak lalu dikalikan 100, hasilnya diletakkan pada kolom 7.
6) Dibuat tabel baru untuk persentase data asli dari jumlah rata-rata bergerak
7) Hitung persentase data asli dari rata-rata bergerak tersebut dibagi menurut
tahun dan periode musiman yang dikehendaki.
8) Lihat semua persentae kuartal 1, dengan tidak memperhatikan tahun
terjadinya untuk mencari mediannya, hasilnya letakkan di tabel baru
kolom median kuartalnya.
9) Indeks musim dapat dihitung dengan median dibagi dengan ratarata
median dikalikan 100, untuk tiap kuartal. (Pangestu, 2001: 51).
3. Variasi siklis
Variasi siklis adalah perubahan atau gelombang pasang surut suatu hal
yang berulang kembali dalam waktu lebih dari satu tahun. Adapun
langkah-langkah utuk memperolehnya adalah sebagai berikut.
a) Susunlah data tiap kuartal ke bawah.
b) Cari nilai trend tiap kuartal dengan mendistribusikan nilai-nilai X sesuai
dengan kuartal dan tahun yang bersangkutan.
c) Cantumkan indeks musimnya pada kolom 3.
d) Kalikan trend dengan indeks musim (dalam %), hasilnya disebut normal,
seperti pada kolom 4.
e) Kolom 5 diperoleh dari data (pada kolom 1) dibagi dengan indeks musim
dikalikan 100. Ini menunjukkan perubahan siklis dan perubahan random.
( T x M x S x R ) / ( T x M ) = S x R.
f) Untuk menghilangkan pengaruh perubahan random, cari jumlah tertimbang
g) Hitung rata-rata bergerak tertimbang yaitu dengan cara angka-angka pada
jumlah bergerak tertimbang ( pada kolom 6 ) dibagi dengan jumlah rata-rata
tertimbangnya (1 + 2 + 1 = 4 ). Hasilnya merupakan rata-rata tertimbang
bergerak seperti pada kolom 7. (Pangestu, 2001: 58)
4. Variasi random
Variasi random adalah gelombang pasang surutnya seuatu hal yang
biasanya terjadi secara kebetulan dan sukar diperkirakan, biasanya terjadi secara
kebetulan dan sukar diramalkan ( Pangestu, 2001: 61).
3.4.2 Pengujian Hipotesis
A. Uji beda metode peramalan perusahaan dengan realisasi penjualan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode uji t untuk uji
beda dengan rumus :
1 2
(samsubar saleh, 2001 : 232)
Dimana :
1
x : Rata – rata dari peramalan penjualan dengan menggunakan
2
1. Hipotesis statistic :
H0 : x1 =x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode
perusahaan sama dengan realisasi penjualan.
H1 :x1 ≠ x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode
perusahaan tidak sama dengan raelisasi penjualan )
1
3. Keputusan menerima atau menolak Ho :
a. Bila , maka Ho diterima. Artinya tidak ada
perbedaan dalam menggunakan metode peramalan penjualan
perusahaan dengan realisasi penjualan.
b. Bila thitung < −
( )
ttabelatau thitung >ttabel, maka H1 diterima, artinyaterdapat perbedaan peramalan penjualan dengan metode
perusahaan dengan realisasi penjualan.
B. Uji beda peramalan metode dekomposisi dengan realisasi penjualan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode uji t untuk uji
beda dengan rumus :
1 2
(samsubar saleh, 2001 : 232)
Dimana :
1
x : Rata – rata dari peramalan penjualan dengan menggunakan
metode dekomposisi.
4. Hipotesis statistic :
H0 : x1 =x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode
H1 :x1 ≠ x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode
dekomposisi tidak sama dengan realisasi penjualan.
1
x : (peramalan penjualan dengan metode perusahaan)
2
x : (realisasi penjualan)
5. Nilai kritis t : 1
2α ±
α =0, 05
df = + −n1 n2 2
n = jumlah sampel
6. Keputusan menerima atau menolak Ho :
c. Bila , maka Ho diterima. Artinya tidak ada
perbedaan dalam menggunakan metode peramalan penjualan
perusahaan dengan realisasi penjualan.
( )
− ttabel <thitung <ttabeld. Bila thitung < −
( )
ttabelatau thitung >ttabel, maka H1 diterima, artinyaterdapat perbedaan peramalan penjualan dengan metode
5.1. Kesimpulan.
1. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara ramalan penjualan metode
yang digunakan perusahaan dengan metode dekomposisi. Hal ini terllihat
dari nilai koefisien korelasi yaitu sebesar 0,874 dengan signifikansi
0,000.
2. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
ramalan penjualan metode yang digunakan perusahaan dengan metode
dekomposisi. Ini diketahui dari nilai t hitung = 2,687 lebih besar dari t
tabel = 2,001.
3. Terdapat perbedaan signifikan antar metode peramalan yang digunakan
oleh perusahaan dengan realisasi penjualan. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai t hitung sebesar 4,384 dengan signifikansi 0,000, dimana nilai
tersebut lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,001.
4. Tidak terdapat perbedaan signifikan antar metode peramalan dengan
metode dekomposisi dengan realisasi penjualan. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai t hitung sebesar 0,914 dengan signifikansi 0,364, dimana nilai
tersebut lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2,001.
5.2. Saran.
dekomposisi guna meramalkan penjualan, hal ini dibuktikan bahwa
metode dekomposisi tidak berbeda signifikan dengan realisasi penjualan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mempertimbangkan penggunaan
Jakarta:LPFE-UI.
Ahyari, Agus, 2001. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem
Produksi.Buku I Edisi 8, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Indriyo dan Sukanto, 2000. Tata Laksana Produksi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta
Subagyo, Pangestu. 2001. Forecasting konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
T. Hani Handoko, 2000. Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT.Gramedia,
Forecast Perush 3071.3257 60 640.18034 82.64693 Pair
1 Forecast
Dekomposisi
2857.2347 60 1091.99601 140.97608
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Forecast Perush & Forecast Dekomposisi
60 .874 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
Pair 1 Forecast
Perush - Forecast Dekomposisi
214.0910 0
617.10119 79.6674
2
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
Th Bulan Penjuala n (S)
Januari 2.105,10 1.094,9 1
Maret 2.113,95 1.215,4 7
April 2.426,91 1.275,7 5
Mei 2.559.77 1.336,0 2
Juni 2.642,44 1.396,3 0
Juli 2.645,40 1.456,5 8
Agustus 2.291,10 1.516,8 6
Oktober 1.564,80 1.637,4 1
November 2.149,38 1.697,6 9
Desember 2.187,77 1.757,9 7
Januari 2,546.91 1.818,2 5
Maret 2.531,53 1.938,8 0
April 2.696,57 1.999,0 8
Mei 2.844,19 2.059,3 6
Juni 2.936,05 2.119,6 4
Juli 2.939,33 2.179,9 2
Agustus 2.545,67 2.240,1 9
Oktober 1.738,67 2.360,7 5
November 2.388,20 2.421,0 84,42 204.383,3 2.828,9 10.498,6 2.624,6
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
3 5 5 9 7
Desember 2.430,85 2.482,3 1
Januari 2.858,77 2.541,5 8
Maret 2.609,82 2.662,1 4
April 3.162,65 2.722,4 2
Mei 3.160,22 2.782,7 0
Juni 3.262,28 2.842,9 7
Juli 3.265,92 2.903,2 5
Agustus 2,828,52 2.963,5 3
Oktober 1.931,85 3.084,0 9
November 2.653,56 3.144,3 6
Desember 2.700,93 3.204,9 3
Th Bulan Penjualan (S)
Januari 3.176,42 3.264,92 112,51 367.336,15 2.823,23 11.666,72 2.916,68 3.673,36 Februari 3.080,16 3.325,20 94,37 313.799,12 3.263,92 12.472,53 3.118,13 3.137,99 Maret 3.060,90 3.385,48 98,06 331.980,17 3.121,46 12.499,14 3.124,78 3.319,80 April 3.477,06 3.445,75 116,20 400,396,15 2.992,31 12.437,46 3.109,36 4.003,96 Mei 3.874,46 3.506,03 113,60 398.285,01 3.331,39 13.058,71 3.264,68 3.982,85 Juni 3.906,68 3.566,31 114,78 409.341,06 3.403,62 13.507,00 3.376,75 4.093,41 Juli 3.790,08 3.626,59 112,52 408.063,91 3.368,36 13.713,19 3.428,30 4.080,64 Agustus 3.457,08 3.686,87 96,76 356.741,54 3.572,84 13.639,61 3.409,90 3.567,42 2007
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
Oktober 2.361,15 3.807,42 73,67 280.492,63 3.205,04 13.222,20 3.305,55 2.804,93 November 3.112,20 3.867,70 84,42 326.511,23 3.686,57 13.947,04 3.486,76 3.265,11 Desember 3.301,16 3.927,98 97,99 384.902,76 3.368,87 12.397,03 3.099,26 3.849,03 Januari 2.219,50 3.988,26 112,51 448.719,13 1.972,71 9.273,35 2.318,34 4.487,19 Februari 1.848,75 4.048,53 94,37 382.059,78 1.959,04 8.408,44 2.102,11 3.820,60 Maret 2.468,80 4.108,81 98,06 402.909,91 2.517,64 10.016,57 2.504,14 4.029,10 April 3.511,85 4.169,09 116,20 484.448,26 3.022,25 12.141,72 3.035,43 4.844,48 Mei 4.066,41 4.229,37 113,60 480.456,43 3.579,59 13.389,82 3.347,45 4.804,56 Juni 3.682,60 4.289,65 114,78 492.366,03 3.208,40 13.364,45 3.341,11 4.923,66 Juli 3.789,75 4.349,92 112,52 489.453,00 3.368,07 14.353,59 3.588,40 4.894,53 Agustus 4.266,20 4.410,20 96,76 426.730,95 4.409,05 16.655,26 4.163,82 4.267,31 September 3.802,30 4.470,48 85,08 380.384,44 4.469,09 20.906,21 5.226,55 3.803,48 Oktober 5.568,70 4.530,76 73,67 333.781,09 7.558,98 23.498,86 5.874,71 3.337,81 November 3.302,35 4.591,04 84,42 387.575,60 3.911,81 20.606,50 5.151,62 3.875,76 2008