• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi (Slide) Pelatihan P3K.pptx (9 MB).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi (Slide) Pelatihan P3K.pptx (9 MB)."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pengertian

Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit ataupun cedera (kecelakaan) yang memerlukan

penanganan medis dasar.

Medis Dasar

(3)

Dasar Hukum

Dasar hukum mengenai pertolongan pertama belum diatur secara

khusus, namun umumnya merujuk pasal 531 KUHP yang

menyebutkan bahwa :

“ Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan

bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan

kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau

diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri

atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan

selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-.

Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP

45, 165, 187, 304s, 478, 535, 566 “

Dasar hukum mengenai pertolongan pertama belum diatur secara

khusus, namun umumnya merujuk pasal 531 KUHP yang

menyebutkan bahwa :

“ Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan

bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan

kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau

diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri

atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan

(4)

Tujuan

1. Menyelamatkan jiwa

penderita.

2. Mencegah kecacatan.

3. Memberikan rasa nyaman

dan menunjang proses

penyembuhan.

1. Menyelamatkan jiwa

penderita.

2. Mencegah kecacatan.

3. Memberikan rasa nyaman

dan menunjang proses

(5)

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang lain di sekitarnya.

2. Dapat menjangkau penderita baik dalam kendaraan, kerumunan massa maupun bangunan.

3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.

4. Meminta bantuan ataupun rujukan apabila diperlukan. 5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat

berdasarkan keadaan korban.

6. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya. 7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.

8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat. 9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan.

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang lain di sekitarnya.

2. Dapat menjangkau penderita baik dalam kendaraan, kerumunan massa maupun bangunan.

3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.

4. Meminta bantuan ataupun rujukan apabila diperlukan. 5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat

berdasarkan keadaan korban.

6. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya. 7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.

8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat. 9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan.

(6)

Peralatan

Alat Pelindung Diri : 1. Sarung tangan

lateks.

2. Kacamata pelindung. 3. Baju pelindung.

4. Masker.

5. Helm (untuk

melindungi apabila menolong di tempat yang rawan akan jatuhnya benda dari atas seperti runtuhan bangunan,dsj).

Alat Pelindung Diri : 1. Sarung tangan

lateks.

2. Kacamata pelindung. 3. Baju pelindung.

4. Masker.

5. Helm (untuk

melindungi apabila menolong di tempat yang rawan akan jatuhnya benda dari atas seperti runtuhan bangunan,dsj).

1. Penutup luka :

o Kasa steril.

o Bantalan Kasa. 2. Pembalut luka :

o Pembalut gulung (pita).

o Pembalut segitiga (mitella).

o Pembalut tubuller (tabung).

o Pembalut rekat (plester). 3. Cairan antiseptik :

o Alkohol 70%.

o Betadine.

o Cairan pencuci mata (boorwater).

4. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya. 5. Gunting pembalut.

6. Pinset. 7. Senter. 8. Kapas. 9. Selimut. 10. Oksigen. 11. Tensimeter. 12. Stetoskop. 13. Tandu.

14. Alat Tulis.

1. Penutup luka :

o Kasa steril.

o Bantalan Kasa. 2. Pembalut luka :

o Pembalut gulung (pita).

o Pembalut segitiga (mitella).

o Pembalut tubuller (tabung).

o Pembalut rekat (plester). 3. Cairan antiseptik :

o Alkohol 70%.

o Betadine.

o Cairan pencuci mata (boorwater).

4. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya. 5. Gunting pembalut.

6. Pinset. 7. Senter. 8. Kapas. 9. Selimut. 10. Oksigen. 11. Tensimeter. 12. Stetoskop. 13. Tandu.

(7)

Pemeriksaan

A. Penilaian Keadaan

1. Bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kejadian kecelakaan.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung ataupun mendukung pelaksanaan pertolongan pertama.

3. Menilai mengenai bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap penderita, penolong maupun orang lain di sekitar tempat

kejadian.

4. Pada tahap ini penolong juga perlu melakukan langkah-langkah pengamanan lokasi, penderita, diri sendiri maupun orang lain di tempat kejadian. Selain hal tersebut penolong juga menilai

bantuan apa saja yang diperlukan jika dianggap perlu dan memungkinkan.

A. Penilaian Keadaan

1. Bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kejadian kecelakaan.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung ataupun mendukung pelaksanaan pertolongan pertama.

3. Menilai mengenai bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap penderita, penolong maupun orang lain di sekitar tempat

kejadian.

4. Pada tahap ini penolong juga perlu melakukan langkah-langkah pengamanan lokasi, penderita, diri sendiri maupun orang lain di tempat kejadian. Selain hal tersebut penolong juga menilai

(8)

Pemeriksaan (Lanjutan)

B. Penilaian Dini

1. Kesan Umum :

o Kasus Trauma.

o Kasus Medis. 2. Respon :

o Awas.

o Suara.

o Nyeri.

o Tidak Respon.

3. Jalan Nafas (dewasa : 12 - 20 kali per menit, pada anak-anak : 15 - 30 kali/menit dan pada bayi : 25 - 50 kali/menit).

4. Sirkulasi dan Perdarahan Berat (dewasa : 60 - 90 kali/menit, pada anak : 80 - 150 kali/menit, bayi : 120 - 150 kali/menit).

B. Penilaian Dini

1. Kesan Umum :

o Kasus Trauma.

o Kasus Medis. 2. Respon :

o Awas.

o Suara.

o Nyeri.

o Tidak Respon.

3. Jalan Nafas (dewasa : 12 - 20 kali per menit, pada anak-anak : 15 - 30 kali/menit dan pada bayi : 25 - 50 kali/menit).

(9)

Pemeriksaan (Lanjutan)

C. Pemeriksaan Fisik

1. Perubahan Bentuk. 2. Luka Terbuka.

3. Nyeri Tekan. 4. Bengkak. 5. Lainnya :

o Suhu Tubuh : 37 derajat Celcius.

o Tekanan Darah (normal dewasa : 60/100 mmHg - 90/140 mmHg).

C. Pemeriksaan Fisik

1. Perubahan Bentuk. 2. Luka Terbuka.

3. Nyeri Tekan.

4. Bengkak.

5. Lainnya :

o Suhu Tubuh : 37 derajat Celcius.

o Tekanan Darah (normal dewasa : 60/100 mmHg - 90/140 mmHg).

D. Riwayat Penderita

1. Keluhan utama.

2. Obat-obatan yang diminum. 3. Makanan/Minuman terakhir

sebelum kejadian. 4. Penyakit yang

sedang/pernah diderita. 5. Riwayat alergi.

6. Kejadian yang dialami sebelum terjadinya gejala/kecelakaan.

D. Riwayat Penderita

1. Keluhan utama.

2. Obat-obatan yang diminum. 3. Makanan/Minuman terakhir

sebelum kejadian. 4. Penyakit yang

sedang/pernah diderita. 5. Riwayat alergi.

(10)

Pemeriksaan (Selesai)

(11)

Perdarahan

A. Pengertian

Rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) ataupun penyakit.

B. Derajat Berat Perdarahan

Kehilangan darah sebanyak 1000 cc pada manusia dewasa merupakan hal yang serius, sedangkan pada anak kehilangan 500 cc darah juga merupakan hal yang serius. Pada bayi, kehilangan 150 cc darah dapat mengancam

nyawa.

C. Penolong

1. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan penyakit melalui kontak dengan darah.

2. Hindari menyentuh mulut, hidung, mata dan makanan sewaktu

menolong penderita karena dapat menjadikan media penularan penyakit melalui kontak darah.

A. Pengertian

Rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) ataupun penyakit.

B. Derajat Berat Perdarahan

Kehilangan darah sebanyak 1000 cc pada manusia dewasa merupakan hal yang serius, sedangkan pada anak kehilangan 500 cc darah juga merupakan hal yang serius. Pada bayi, kehilangan 150 cc darah dapat mengancam

nyawa.

C. Penolong

1. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan penyakit melalui kontak dengan darah.

2. Hindari menyentuh mulut, hidung, mata dan makanan sewaktu

(12)

Perdarahan (Lanjutan)

D. Macam Perdarahan

1. Perdarahan Luar : rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang memungkinkan darah keluar dari tubuh.

a) Perdarahan Arteri : pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut pada nadi dan darah berwarna merah terang karena darah kaya akan oksigen.

b) Perdarahan Vena : ditandai dengan darah yang keluar dari pembuluh balik (vena) yang berwarna agak gelap.

c) Perdarahan Rambut (Kapiler) : berasal dari pembuluh rambut (kapiler), dimana darah merembes keluar perlahan. Darah yang keluar bervariasi antara merah terang ataupun merah gelap. Umumnya membeku sendiri perlahan.

2. Perdarahan Dalam : penyebab umum perdarahan dalam ialah benturan keras dengan benda tumpul, terjatuh, ledakan dan sejenisnya. Perdarahan di bawah kulit dan dapat beresiko tinggi.

Tanda-tanda :

o Cedera ataupun memar disertai nyeri dan pembengkakan.

o Muntah darah, batuk darah, berak darah, kencing disertai darah, keluar darah atau cairan dari hidung atau telinga baik berupa darah segar maupun darah hitam

seperti kopi.

D. Macam Perdarahan

1. Perdarahan Luar : rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang memungkinkan darah keluar dari tubuh.

a) Perdarahan Arteri : pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut pada nadi dan darah berwarna merah terang karena darah kaya akan oksigen.

b) Perdarahan Vena : ditandai dengan darah yang keluar dari pembuluh balik (vena) yang berwarna agak gelap.

c) Perdarahan Rambut (Kapiler) : berasal dari pembuluh rambut (kapiler), dimana darah merembes keluar perlahan. Darah yang keluar bervariasi antara merah terang ataupun merah gelap. Umumnya membeku sendiri perlahan.

2. Perdarahan Dalam : penyebab umum perdarahan dalam ialah benturan keras dengan benda tumpul, terjatuh, ledakan dan sejenisnya. Perdarahan di bawah kulit dan dapat beresiko tinggi.

Tanda-tanda :

o Cedera ataupun memar disertai nyeri dan pembengkakan.

o Muntah darah, batuk darah, berak darah, kencing disertai darah, keluar darah atau cairan dari hidung atau telinga baik berupa darah segar maupun darah hitam

(13)

Perdarahan (Lanjutan)

Perdarahan Arteri

Perdarahan Vena

(14)

Perdarahan (Lanjutan)

E. Penanganan Perdarahan

1. Perdarahan Luar

a) Tekanan Langsung : Menekan bagian yang berdarah tepat di atas luka,

umumnya perdarahan akan berhenti 5 - 15 menit kemudian. Beri pembalut tekan untuk menghentikan perdarahan.

b) Elevasi : meninggikan daerah luka lebih tinggi dari jantung disertai dengan teknik penekanan langsung di atas. Berguna untuk memperlambat

perdarahan. Untuk luka di anggota gerak.

c) Titik tekan : menekan pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami

perdarahan. Terdapat 2 (dua) titik tekan yaitu nadi brakialis (pembuluh nadi di lengan atas) dan nadi femoralis (pembuluh nadi di lipat paha).

d) Cara lain :

o Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.

o Kompres dingin.

o Torniket.

E. Penanganan Perdarahan

1. Perdarahan Luar

a) Tekanan Langsung : Menekan bagian yang berdarah tepat di atas luka,

umumnya perdarahan akan berhenti 5 - 15 menit kemudian. Beri pembalut tekan untuk menghentikan perdarahan.

b) Elevasi : meninggikan daerah luka lebih tinggi dari jantung disertai dengan teknik penekanan langsung di atas. Berguna untuk memperlambat

perdarahan. Untuk luka di anggota gerak.

c) Titik tekan : menekan pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami

perdarahan. Terdapat 2 (dua) titik tekan yaitu nadi brakialis (pembuluh nadi di lengan atas) dan nadi femoralis (pembuluh nadi di lipat paha).

d) Cara lain :

o Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.

o Kompres dingin.

(15)

Perdarahan (Selesai)

2. Perdarahan Dalam

a) Baringkan penderita.

b) Jangan memberikan makanan ataupun minuman pada penderita. c) Berikan oksigen bila ada.

d) Rawat sebagai syok. 2. Perdarahan Dalam

a) Baringkan penderita.

b) Jangan memberikan makanan ataupun minuman pada penderita. c) Berikan oksigen bila ada.

d) Rawat sebagai syok.

(16)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

A. Sistem Otot dan Rangka

o Sistem muskuloskeletal (otot-rangka) memungkinkan manusia berdiri tegak dan bergerak.

o Juga berfungsi untuk melindungi organ dalam tubuh vital.

o Erat kaitannya dengan anggota gerak, setiap cedera ataupun gangguan pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara ataupun selamanya.

B. Macam-Macam Cedera Sistem Otot dan Rangka

1. Patah Tulang.

a) Tanda-tanda : perubahan bentuk anggota badan, nyeri dan kaku pada daerah yang cedera (patah), suara derik pada daerah patahan karena gesekan antar tulang yang patah, pembengkakan (robeknya jaringan lunak sekitar daerah patahan), memar (perubahan warna kulit karena cedera bawah kulit) dan gangguan peredaran darah dan persyarafan.

A. Sistem Otot dan Rangka

o Sistem muskuloskeletal (otot-rangka) memungkinkan manusia berdiri tegak dan bergerak.

o Juga berfungsi untuk melindungi organ dalam tubuh vital.

o Erat kaitannya dengan anggota gerak, setiap cedera ataupun gangguan pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara ataupun selamanya.

B. Macam-Macam Cedera Sistem Otot dan Rangka

1. Patah Tulang.

(17)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Lanjutan)

b) Jenis-Jenis Patah Tulang.

o Patah Tulang Terbuka : ditandai dengan adanya luka di permukaan kulit di atas/dekat bagian tulang yang patah sehingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung dengan udara, akan tetapi

patahan tulang tidak selalu terlihat menonjol keluar. Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat dikarenakan adanya resiko perdarahan serta kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar karena terpapar lingkungan.

o Patah Tulang Tertutup : permukaan kulit di dekat daerah patahan masih utuh sehingga patahan tulang tidak berhubungan dengan kontak udara luar.

2. Urai/Cerai Sendi (Dislokasi).

Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya yang bisa diakibatkan karena sendi yang teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung tulang persendian terpisah tidak pada

tempatnya. Jaringan ikat sendi tertarik dan kemungkinan sampai terobek. Tanda-tandanya hampir sama dengan tanda-tanda patah tulang di atas, namun lokasinya di daerah persendian secara khusus.

b) Jenis-Jenis Patah Tulang.

o Patah Tulang Terbuka : ditandai dengan adanya luka di permukaan kulit di atas/dekat bagian tulang yang patah sehingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung dengan udara, akan tetapi

patahan tulang tidak selalu terlihat menonjol keluar. Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat dikarenakan adanya resiko perdarahan serta kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar karena terpapar lingkungan.

o Patah Tulang Tertutup : permukaan kulit di dekat daerah patahan masih utuh sehingga patahan tulang tidak berhubungan dengan kontak udara luar.

2. Urai/Cerai Sendi (Dislokasi).

Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya yang bisa diakibatkan karena sendi yang teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung tulang persendian terpisah tidak pada

(18)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Lanjutan)

(19)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Lanjutan)

3. Terkilir/Keseleo.

a) Terkilir Sendi (Sprain) : robek/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal yang bisa disebabkan karena

salah gerakan atau pun terpeleset. Gejala dan tanda terkilir sendi antara lain : nyeri, bengkak dan warna kulit merah kebiruan di sekitar

persendian.

b) Terkilir Otot (Strain) : robek/putusnya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot) karena otot teregang melebihi batas normal. Cedera ini

umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot

tertentu. Bisa juga terjadi karena pembebanan berat tanpa pemanasan otot terlebih dahulu ataupun pemanasan dengan gerakan yang salah

dan teregang melebihi batas normal. Tanda-tanda terkilir otot antara lain : nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu, nyri

menyebar keluar disertai kejang dan kaku (kaku otot) dan bengkak pada daerah cedera.

3. Terkilir/Keseleo.

a) Terkilir Sendi (Sprain) : robek/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal yang bisa disebabkan karena

salah gerakan atau pun terpeleset. Gejala dan tanda terkilir sendi antara lain : nyeri, bengkak dan warna kulit merah kebiruan di sekitar

persendian.

b) Terkilir Otot (Strain) : robek/putusnya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot) karena otot teregang melebihi batas normal. Cedera ini

umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot

tertentu. Bisa juga terjadi karena pembebanan berat tanpa pemanasan otot terlebih dahulu ataupun pemanasan dengan gerakan yang salah

dan teregang melebihi batas normal. Tanda-tanda terkilir otot antara lain : nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu, nyri

(20)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Lanjutan)

C. Penanganan Cedera Sistem Otot dan Rangka

1. Lakukan penilaian dini (respon, tanda nafas dan nadi).

2. Lakukan penilaian fisik (perubahan bentuk, luka, nyeri tekan dan bengkak). 3. Stabilkan bagian yang patah.

4. Atasi perdarahan dan luka (bila ada).

5. Persiapkan alat dan bahan untuk pembidaian kemudian lakukan pembidaian. Sesuaikan ukuran bidai sesuai ukuran daerah cedera dan jangan terlalu kuat sehingga peredaran darah terganggu.

6. Kurangi rasa sakit dengan kompres dingin, jika bukan cedera patah tulang terbuka.

7. Baringkan penderita pada posisi nyaman. 8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

C. Penanganan Cedera Sistem Otot dan Rangka

1. Lakukan penilaian dini (respon, tanda nafas dan nadi).

2. Lakukan penilaian fisik (perubahan bentuk, luka, nyeri tekan dan bengkak). 3. Stabilkan bagian yang patah.

4. Atasi perdarahan dan luka (bila ada).

5. Persiapkan alat dan bahan untuk pembidaian kemudian lakukan pembidaian. Sesuaikan ukuran bidai sesuai ukuran daerah cedera dan jangan terlalu kuat sehingga peredaran darah terganggu.

6. Kurangi rasa sakit dengan kompres dingin, jika bukan cedera patah tulang terbuka.

(21)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Lanjutan)

(22)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Lanjutan)

D. Macam-Macam Bidai

1. Bidai Keras.

Secara umum terbuat dari bahan yang keras dan kaku. Bahan yang sering dipakai ialah kayu, aluminium, karton, plastik ataupun bahan lain yang kuat. Contoh : bidai kayu, bidai dan bidai vakum.

2. Bidai yang dapat dibentuk.

Bidai yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi sesuai dengan daerah cedera. Contoh : bidai vakum, bantal, selimut, karton dan kawat.

3. Bidai Traksi.

Bidai bentuk jadi yang bervariasi tergantung dari pembuatannya. Umumnya digunakan oleh tenaga ahli (khusus) dan dipakai untuk patah tulang paha. Tujuannya ialah untuk menjaga kelurusan dari tulang yang patah.

4. Bidai Gendongan/Bebat.

Umumnya menggunakan pembalut mitela (pembalut segi tiga). Menggunakan prinsip memanfaatkan tubuh penderita untuk menghentikan pergerakan pada daerah cedera. Merupakan bidai yang sering digunakan untuk cedera anggota gerak bagian atas.

Contoh : bidai gendongan lengan.

D. Macam-Macam Bidai

1. Bidai Keras.

Secara umum terbuat dari bahan yang keras dan kaku. Bahan yang sering dipakai ialah kayu, aluminium, karton, plastik ataupun bahan lain yang kuat. Contoh : bidai kayu, bidai dan bidai vakum.

2. Bidai yang dapat dibentuk.

Bidai yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi sesuai dengan daerah cedera. Contoh : bidai vakum, bantal, selimut, karton dan kawat.

3. Bidai Traksi.

Bidai bentuk jadi yang bervariasi tergantung dari pembuatannya. Umumnya digunakan oleh tenaga ahli (khusus) dan dipakai untuk patah tulang paha. Tujuannya ialah untuk menjaga kelurusan dari tulang yang patah.

4. Bidai Gendongan/Bebat.

Umumnya menggunakan pembalut mitela (pembalut segi tiga). Menggunakan prinsip memanfaatkan tubuh penderita untuk menghentikan pergerakan pada daerah cedera. Merupakan bidai yang sering digunakan untuk cedera anggota gerak bagian atas.

(23)

Cedera Sistem Otot dan Rangka

(Selesai)

Bidai Lengan Bawah & Gendongan

Bidai Pergelangan Kaki Bidai Fleksibel Bidai Kawat

Bidai Karton Bidai Vakum

(24)

Luka Bakar

A. Pengertian

Semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.

B. Penyebab

1. Thermal (suhu di atas 60 derajat Celcius). 2. Kontak Bahan Kimia (asam kuat).

3. Teraliri Listrik Tegangan/Arus Tinggi. 4. Radiasi.

C. Derajat Luka Bakar

1. Luka Bakar Derajat I (Satu) / Permukaan.

Luka bakar hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja. Ditandai dengan kulit kemerahan, nyeri dan terkadang bengkak pada daerah yang terkena. Contoh : luka bakar karena sengatan matahari.

A. Pengertian

Semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.

B. Penyebab

1. Thermal (suhu di atas 60 derajat Celcius). 2. Kontak Bahan Kimia (asam kuat).

3. Teraliri Listrik Tegangan/Arus Tinggi. 4. Radiasi.

C. Derajat Luka Bakar

1. Luka Bakar Derajat I (Satu) / Permukaan.

(25)

Luka Bakar (Lanjutan)

(26)

Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Derajat II (Dua).

Luka bakar meliputi lapisan kulit paling luar sehingga lapisan kulit di

bawahnya terganggu. Luka bakar ini termasuk luka bakar yang paling sakit. Ditandai dengan gelembung pada kulit yang menggelembung berisi cairan, bengkak, kulit kemmerahan ataupun putih, lembab dan rusak. Contoh : luka bakar terkena minyak panas.

3. Luka Bakar Derajat II (Tiga)

Lapisan yang terkena tidak terbatas. Luka bakar juga bisa sampai ke tulang dan organ tubuh dalam. Ditandai dengan kulit tampak kering, pucat atau putih dan gosong atau hitam diikuti dengan mati rasa karena kerusakan syaraf sehingga rasa nyeri hanya timbul di daerah sekitar luka saja.

- Luka bakar derajat yang lebih tinggi selalu dikelilingi oleh luka bakar derajat lebih rendah di sekitarnya.

-2. Luka Bakar Derajat II (Dua).

Luka bakar meliputi lapisan kulit paling luar sehingga lapisan kulit di

bawahnya terganggu. Luka bakar ini termasuk luka bakar yang paling sakit. Ditandai dengan gelembung pada kulit yang menggelembung berisi cairan, bengkak, kulit kemmerahan ataupun putih, lembab dan rusak. Contoh : luka bakar terkena minyak panas.

3. Luka Bakar Derajat II (Tiga)

Lapisan yang terkena tidak terbatas. Luka bakar juga bisa sampai ke tulang dan organ tubuh dalam. Ditandai dengan kulit tampak kering, pucat atau putih dan gosong atau hitam diikuti dengan mati rasa karena kerusakan syaraf sehingga rasa nyeri hanya timbul di daerah sekitar luka saja.

(27)

-Luka Bakar (Lanjutan)

Luka Bakar Derajat II

(28)

Luka Bakar (Lanjutan)

D. Tingkat Keparahan Luka Bakar

1. Luka Bakar Ringan.

o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.

o Luka bakar derajat III (tiga) kurang dari 2% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 15% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat I (satu) kurang dari 50% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 10% luas permukaan tubuh (bayi/anak).

2. Luka Bakar Sedang.

o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.

o Luka bakar derajat III (tiga) 2% - 10% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) 15% - 30% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat I (satu) lebih dari 50% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) 10% - 20% luas permukaan tubuh (bayi/anak).

D. Tingkat Keparahan Luka Bakar

1. Luka Bakar Ringan.

o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.

o Luka bakar derajat III (tiga) kurang dari 2% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 15% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat I (satu) kurang dari 50% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) kurang dari 10% luas permukaan tubuh (bayi/anak).

2. Luka Bakar Sedang.

o Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran nafas.

o Luka bakar derajat III (tiga) 2% - 10% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) 15% - 30% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat I (satu) lebih dari 50% luas permukaan tubuh.

(29)

Luka Bakar (Lanjutan)

3. Luka Bakar Berat.

o Mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran pernafasan.

o Luka bakar derajat III (tiga) lebih dari 10% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) lebih dari 30% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar yang disertai nyeri, bengkak dan perubahan bentuk alat gerak.

o Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada.

o Luka bakar derajat III (tiga) atau derajat II (dua) lebih besar 20% luas permukaan tubuh (bayi/anak).

3. Luka Bakar Berat.

o Mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran pernafasan.

o Luka bakar derajat III (tiga) lebih dari 10% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar derajat II (dua) lebih dari 30% luas permukaan tubuh.

o Luka bakar yang disertai nyeri, bengkak dan perubahan bentuk alat gerak.

o Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada.

(30)

Luka Bakar (Lanjutan)

(31)

Luka Bakar (Lanjutan)

E. Penanganan Luka Bakar

1. Hentikan proses luka bakar, alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila proses luka bakar dikarenakan bahan kimia, maka alirkan air dingin terus-menerus selama 20 menit.

2. Lepaskan pakaiaan ataupun perhiasan penderita. Gunting pakaian apabila pakaian penderita lengket pada luka bakar.

3. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi). 4. Berikan oksigen bila ada.

5. Tentukan derajat dan tingkat keparahn luka bakar penderita.

6. Tutup luka bakar menggunakan penutup (kassa) steril. Jangan pecahkan gelembung serta jangan gunakan salep, antiseptik maupun es pada luka bakar. Jika luka bakar mengenai mata, maka pastikan kedua mata ditutup. Jika luka bakar mengenai jari-jemari, maka balut masing-masing jari secara terpisah.

7. Jaga suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain bila ada. 8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

E. Penanganan Luka Bakar

1. Hentikan proses luka bakar, alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila proses luka bakar dikarenakan bahan kimia, maka alirkan air dingin terus-menerus selama 20 menit.

2. Lepaskan pakaiaan ataupun perhiasan penderita. Gunting pakaian apabila pakaian penderita lengket pada luka bakar.

3. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi). 4. Berikan oksigen bila ada.

5. Tentukan derajat dan tingkat keparahn luka bakar penderita.

6. Tutup luka bakar menggunakan penutup (kassa) steril. Jangan pecahkan gelembung serta jangan gunakan salep, antiseptik maupun es pada luka bakar. Jika luka bakar mengenai mata, maka pastikan kedua mata ditutup. Jika luka bakar mengenai jari-jemari, maka balut masing-masing jari secara terpisah.

(32)

Luka Bakar (Lanjutan)

F. Penanganan Luka Bakar Khusus

1. Luka Bakar Kimia.

o Aliri daerah luka bakar dengan air yang banyak secara terus-menerus selama 20 menit dan jangan menyiram luka bakar dengan dengan air apabila diketahui bahan kimia tersebut bereaksi kuat apabila berkontak dengan air.

o Bila terkena mata, maka aliri terus luka bakar dengan air yang banyak lebih dari 20 menit dan selama perjalanan menuju fasilitas kesehatan terdekat apabila diperlukan.

o Posisikan tubuh agak jauh dari tubuh penderita yang terkontaminasi bahan kimia untuk keselamatan penolong.

o Apabila diketahui bahan kimia berupa serbuk padat, maka sapu daerah luka bakar dengan sikat halus, kemudian aliri air pada daerah luka bakar selama 20 menit.

o Amankan bekas pakaiaan penderita yang terkontaminasi.

o Tutup luka bakar dengan kasa steril.

o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

F. Penanganan Luka Bakar Khusus

1. Luka Bakar Kimia.

o Aliri daerah luka bakar dengan air yang banyak secara terus-menerus selama 20 menit dan jangan menyiram luka bakar dengan dengan air apabila diketahui bahan kimia tersebut bereaksi kuat apabila berkontak dengan air.

o Bila terkena mata, maka aliri terus luka bakar dengan air yang banyak lebih dari 20 menit dan selama perjalanan menuju fasilitas kesehatan terdekat apabila diperlukan.

o Posisikan tubuh agak jauh dari tubuh penderita yang terkontaminasi bahan kimia untuk keselamatan penolong.

o Apabila diketahui bahan kimia berupa serbuk padat, maka sapu daerah luka bakar dengan sikat halus, kemudian aliri air pada daerah luka bakar selama 20 menit.

o Amankan bekas pakaiaan penderita yang terkontaminasi.

o Tutup luka bakar dengan kasa steril.

(33)

Luka Bakar (Lanjutan)

(34)

Luka Bakar (Lanjutan)

2. Luka Bakar Listrik.

o Matikan sumber listrik dan pindahkan penderita secara hati-hati dari sumber listrik yang mengalir (gunakan papan dan galah supaya tidak ikut teraliri listrik apabila aliran listrik masih ada).

o Lakukan penilaian dini (respon, nadi dan nafas).

o Cari luka bakar di daerah yang teraliri listrik dan tutup dengan kasa steril.

o Persiapkan resisutasi jantung paru (RJP) apabila ada resiko henti nafas atau henti jantung pada penderita.

o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. 2. Luka Bakar Listrik.

o Matikan sumber listrik dan pindahkan penderita secara hati-hati dari sumber listrik yang mengalir (gunakan papan dan galah supaya tidak ikut teraliri listrik apabila aliran listrik masih ada).

o Lakukan penilaian dini (respon, nadi dan nafas).

o Cari luka bakar di daerah yang teraliri listrik dan tutup dengan kasa steril.

o Persiapkan resisutasi jantung paru (RJP) apabila ada resiko henti nafas atau henti jantung pada penderita.

(35)

Luka Bakar (Lanjutan)

(36)

Luka Bakar (Selesai)

3. Luka Bakar Inhalasi (Menghirup Uap Panas / Bahan Kimia).

o Pindahkan penderita ke tempat sejuk dan aman.

o Berikan oksigen, jika perlu oksigen yang dilembabkan.

o Jaga jalan nafas dan pernafasan.

o Lakukan nafas buatan bila perlu.

o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

3. Luka Bakar Inhalasi (Menghirup Uap Panas / Bahan Kimia).

o Pindahkan penderita ke tempat sejuk dan aman.

o Berikan oksigen, jika perlu oksigen yang dilembabkan.

o Jaga jalan nafas dan pernafasan.

o Lakukan nafas buatan bila perlu.

(37)

Keracunan

A. Istilah Racun

Racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan

kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh ataupun mengganggu fungsi tubuh. Berbeda dengan penggunaan obat dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsj.

B. Contoh Zat Racun

1. Insektisida (pembasmi serangga).

2. Sianida (sering ditemui pada singkong beracun).

3. Logam berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor). 4. Bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj).

5. Bahan kimia yang bersifat korosif (dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam jika masuk ke dalam tubuh).

A. Istilah Racun

Racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan

kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh ataupun mengganggu fungsi tubuh. Berbeda dengan penggunaan obat dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsj.

B. Contoh Zat Racun

1. Insektisida (pembasmi serangga).

2. Sianida (sering ditemui pada singkong beracun).

3. Logam berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor).

4. Bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj).

(38)

Keracunan (Lanjutan)

C. Kejadian Keracunan

1. Sengaja Bunuh Diri.

Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun menyuntikkan suatu ibat dalam junlah melebihi dosis pengobatan atau benda lain yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dikonsumsi dengan cara-cara tersebut di atas. Sering menyebabkan kematian jika tidak segera mendapat pertolongan. Contoh : minum racun serangga, obat tidur berlebihan, dsj.

2. Keracunan Tidak Disengaja.

Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja, contoh :

o Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang tercemar oleh kuman ataupun zat kimia tertentu.

o Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia yang sudah pikun (misal obat kutu anjing disangka susu, dsj).

o Makan singkong yang memiliki kadar sianida tinggi.

o Udara yang tercemar gas beracun, dsj.

C. Kejadian Keracunan

1. Sengaja Bunuh Diri.

Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun menyuntikkan suatu ibat dalam junlah melebihi dosis pengobatan atau benda lain yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dikonsumsi dengan cara-cara tersebut di atas. Sering menyebabkan kematian jika tidak segera mendapat pertolongan. Contoh : minum racun serangga, obat tidur berlebihan, dsj.

2. Keracunan Tidak Disengaja.

Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja, contoh :

o Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang tercemar oleh kuman ataupun zat kimia tertentu.

o Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia yang sudah pikun (misal obat kutu anjing disangka susu, dsj).

(39)

Keracunan (Lanjutan)

3. Penyalahgunaan Obat.

Obat yang dikonsumsi selain untuk pengobatan.

D. Jalur Masuk Racun

1. Mulut / Alat Pencernaan.

Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga.

o Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam

jumlah banyak atau diminum dengan bahan lain sehingga menimbulkan keracunan.

o Makanan yang mengandung racun (misal : singkong beracun), makanan kadaluarsa serta makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik/tercemar.

o Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.

o Makanan/minuman yang mengandung alkohol (minuman keras). 3. Penyalahgunaan Obat.

Obat yang dikonsumsi selain untuk pengobatan.

D. Jalur Masuk Racun

1. Mulut / Alat Pencernaan.

Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga.

o Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam

jumlah banyak atau diminum dengan bahan lain sehingga menimbulkan keracunan.

o Makanan yang mengandung racun (misal : singkong beracun), makanan kadaluarsa serta makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik/tercemar.

o Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.

(40)

Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.

Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.

o Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak tanah, dsj.

o Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsj. 3. Kulit / Kontak (Absorsi).

Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan terserap aliran darah.

o Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif.

o Tanaman.

o Tersentuh binatang yang mengandung racun pada kulitnya ataupun bagian tubuhnya yang lain (umumnya pada binatang yang hidup di air). 2. Pernafasan.

Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.

o Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak tanah, dsj.

o Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsj.

3. Kulit / Kontak (Absorsi).

Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan terserap aliran darah.

o Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif.

o Tanaman.

(41)

Keracunan (Lanjutan)

3. Suntikan / Gigitan.

Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui sistem peredaran darah.

o Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan narkotika.

o Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa racun, misal : kalajengking, ubur-ubur, dsj.

E. Gejala Umum Keracunan

1. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj) 2. Gangguan pernafasan

3. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan. 4. Mual ataupun muntah.

5. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan. 6. Pucat ataupun kulit kebiruan.

7. Kejang. 8. Syok.

9. Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan. 3. Suntikan / Gigitan.

Zat racun menembus kulit langsung ke dalam tubuh melalui sistem peredaran darah.

o Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan narkotika.

o Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa racun, misal : kalajengking, ubur-ubur, dsj.

E. Gejala Umum Keracunan

1. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj) 2. Gangguan pernafasan

3. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan. 4. Mual ataupun muntah.

5. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan. 6. Pucat ataupun kulit kebiruan.

7. Kejang. 8. Syok.

(42)

Keracunan (Lanjutan)

F. Gejala Khusus Keracunan

1. Mulut / Alat Pencernaan.

o Mual ataupun muntah.

o Nyeri perut.

o Diare.

o Nafas ataupun mulut yang berbau.

o Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).

o Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.

o Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut menjadi berbusa.

F. Gejala Khusus Keracunan

1. Mulut / Alat Pencernaan.

o Mual ataupun muntah.

o Nyeri perut.

o Diare.

o Nafas ataupun mulut yang berbau.

o Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).

o Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.

(43)

Keracunan (Lanjutan)

2. Pernafasan.

o Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.

o Kulit kebiruan.

o Nafas berbau.

o Batuk ataupun suara parau. 3. Kontak / Kulit (Absorsi).

o Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.

o Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat

menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah, naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah, menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit, mual dan anggota gerak yang hangat).

4. Suntikan / Gigitan.

o Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas gigitan.

o Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan dan kemerahan. 2. Pernafasan.

o Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.

o Kulit kebiruan.

o Nafas berbau.

o Batuk ataupun suara parau. 3. Kontak / Kulit (Absorsi).

o Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.

o Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat

menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah, naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah, menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit, mual dan anggota gerak yang hangat).

4. Suntikan / Gigitan.

o Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas gigitan.

(44)

Keracunan (Lanjutan)

Pada Kasus Gigitan Ular :

o Demam.

o Mual dan muntah.

o Pingsan.

o Lemah.

o Nadi cepat dan lemah.

o Kejang.

o Gangguan pernafasan. Pada Kasus Gigitan Ular :

o Demam.

o Mual dan muntah.

o Pingsan.

o Lemah.

o Nadi cepat dan lemah.

o Kejang.

(45)

Keracunan (Lanjutan)

G. Penanganan Keracunan Umum

1. Amankan tempat kejadian.

2. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa gas.

3. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.

4. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru (RJP) bila perlu.

5. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita muntah.

6. Berikan oksigen bila ada.

7. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi jenis racun.

8. Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan nadi) dan rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

G. Penanganan Keracunan Umum

1. Amankan tempat kejadian.

2. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa gas.

3. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.

4. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru (RJP) bila perlu.

5. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita muntah.

6. Berikan oksigen bila ada.

7. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi jenis racun.

(46)

Keracunan (Lanjutan)

H. Penanganan Keracunan Khusus

1. Mulut / Pencernaan.

o Turunkan kadar kekuatan racun dengan pengenceran dengan cara

memberi minum susu ataupun air sebanyak-banyaknya maupun memberi anti racun umum yaitu norit ataupun putih telur (JANGAN BERIKAN SUSU PADA KERACUNAN YANG DIKETAHUI KARENA ZAT YANG MENGANDUNG FOSFAT !!!).

o Lakukan rangsangan-rangsangan muntah untuk mengeluarkan racun dari dalam lambung dimana cara ini hanya efektif 2 (dua) jam pertama saat kejadian. Namun jangan lakukan rangsangan muntah pada keracunan yang menelan asam/basa kuat, menelan minyak, penderita kejang ataupun ada riwayat kejang dan penderita yang tidak sadar atau mengalami gangguan kesadaran.

H. Penanganan Keracunan Khusus

1. Mulut / Pencernaan.

o Turunkan kadar kekuatan racun dengan pengenceran dengan cara

memberi minum susu ataupun air sebanyak-banyaknya maupun memberi anti racun umum yaitu norit ataupun putih telur (JANGAN BERIKAN SUSU PADA KERACUNAN YANG DIKETAHUI KARENA ZAT YANG MENGANDUNG FOSFAT !!!).

(47)

Keracunan (Selesai)

2. Kontak / Kulit (Absorsi).

o Buka baju penderita yang terkena.

o Siram bagian yang terkena racun dengan air sekurang-kurangnya selama 20 menit (bila racun berupa serbuk maka sikat dahulu sebelum menyiram dengan air dan jangan lakukan penyiraman jika diketahui racun bereaksi kuat dengan air). Posisikan penolong agak jauh dari bagian tubuh

penderita yang terkena racun untuk menghindari kontaminasi. 3. Gigitan Ular.

o Amankan diri penolong dan tempat kejadian.

o Tenangkan penderita.

o Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).

o Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan.

o Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan.

o Jika tidak berbahaya bawa ular yag menggigit untuk identifikasi jenis racun.

o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. 2. Kontak / Kulit (Absorsi).

o Buka baju penderita yang terkena.

o Siram bagian yang terkena racun dengan air sekurang-kurangnya selama 20 menit (bila racun berupa serbuk maka sikat dahulu sebelum menyiram dengan air dan jangan lakukan penyiraman jika diketahui racun bereaksi kuat dengan air). Posisikan penolong agak jauh dari bagian tubuh

penderita yang terkena racun untuk menghindari kontaminasi. 3. Gigitan Ular.

o Amankan diri penolong dan tempat kejadian.

o Tenangkan penderita.

o Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).

o Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan.

o Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan.

o Jika tidak berbahaya bawa ular yag menggigit untuk identifikasi jenis racun.

(48)

Pemindahan Penderita

A. Pemindahan Darurat

Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita ataupun penolong dan juga jika penderita menghalangi akses ke penderita

lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa dimulai dengan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) mengingat faktor bahaya dan resiko di tempat kejadian.

Pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera penderita terutama penderita yang mengalami cedera spinal (tulang belakang mulai dari tulang leher sampai tulang ekor).

Yang dimaksud dengan darurat di sini bukan pada masalah peralatan, namun pada masalah keadaan dan situasi di tempat kejadian.

A. Pemindahan Darurat

Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita ataupun penolong dan juga jika penderita menghalangi akses ke penderita

lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa dimulai dengan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) mengingat faktor bahaya dan resiko di tempat kejadian.

Pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera penderita terutama penderita yang mengalami cedera spinal (tulang belakang mulai dari tulang leher sampai tulang ekor).

(49)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

1. Tarikan Lengan.

Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan kedua lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi kejadian.

1. Tarikan Lengan.

Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan kedua lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi kejadian.

(50)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

2. Tarikan Bahu.

Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke belakang. 3. Tarikan Baju.

Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain

(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik

penderita ke tempat aman. 4. Tarikan Selimut.

Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain

(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik

penderita ke tempat aman. 5. Tarikan Selimut.

Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu dengan menggendong penderita di belakang punggung penolong dengan cara

mengangkat lalu membopong penderita. 2. Tarikan Bahu.

Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke belakang. 3. Tarikan Baju.

Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain

(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik

penderita ke tempat aman. 4. Tarikan Selimut.

Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain

(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah bahu dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik

penderita ke tempat aman. 5. Tarikan Selimut.

Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu dengan menggendong penderita di belakang punggung penolong dengan cara

(51)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

Tarikan Selimut

Tarikan Selimut Tarikan MenjulangTarikan Menjulang

(52)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

B. Pemindahan Biasa (Tidak Darurat)

Pemindahan biasa (tidak darurat) dapat dilakukan ketika :

Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan.Denyut nadi dan pernafasan stabil.

Perdarahan sudah dikendalikan.Tidak ada cedera leher.

Semua patah tulang sudah diimobilisasi.

1. Teknik Angkat Anggota Gerak (dilakukan 2 orang penolong).

o Masing-masing penolong berjongkok berhadap-hadapan, penolong pertama di ujung kepala penderita, penolong kedua di antara kaki penderita.

o Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua tangannya.

o Penolong ke dua mengangkat kedua lutut penderita.

o Kedua penolong berdiri secara bersamaan dengan satu aba-aba dan mulai memindahkan penderita ke tempat aman.

B. Pemindahan Biasa (Tidak Darurat)

Pemindahan biasa (tidak darurat) dapat dilakukan ketika :

Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan.Denyut nadi dan pernafasan stabil.

Perdarahan sudah dikendalikan.Tidak ada cedera leher.

Semua patah tulang sudah diimobilisasi.

1. Teknik Angkat Anggota Gerak (dilakukan 2 orang penolong).

o Masing-masing penolong berjongkok berhadap-hadapan, penolong pertama di ujung kepala penderita, penolong kedua di antara kaki penderita.

o Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua tangannya.

o Penolong ke dua mengangkat kedua lutut penderita.

(53)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

2. Teknik Angkat Langsung (dilakukan 3 orang penolong terutama jika penderita memiliki berat badan tinggi dan tidak terdapat tandu di lokasi).

o Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami cedera.

o Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan penderita, kemudian lengan satunya disisipkan di bawah punggung penderita.

o Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong penderita.

o Penolong ke tiga satu lengan disisipkan di bawah bokong penderita dan lengan satunya di bawah lutut penderita.

o Penderita siap diangkat dengan satu aba-aba.

o Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika

terdapat tandu, maka penolong lain menyiapkan tandu di bawah penderita kemudian meletakkan penderita di atas tandu dengan satu aba-aba.

o Jika tidak terdapat tandu untuk pemindahan penderita, maka miringkan penderita di atas dada ketiga penolong kemudian ketiga penolong berdiri bersama-sama dengan satu aba-aba.

o Ketiga penolong memndahkan penderita dengan melangkah bertahap dengan satu aba-aba.

2. Teknik Angkat Langsung (dilakukan 3 orang penolong terutama jika penderita memiliki berat badan tinggi dan tidak terdapat tandu di lokasi).

o Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami cedera.

o Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan penderita, kemudian lengan satunya disisipkan di bawah punggung penderita. o Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong

penderita.

o Penolong ke tiga satu lengan disisipkan di bawah bokong penderita dan lengan satunya di bawah lutut penderita.

o Penderita siap diangkat dengan satu aba-aba.

o Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika

terdapat tandu, maka penolong lain menyiapkan tandu di bawah penderita kemudian meletakkan penderita di atas tandu dengan satu aba-aba.

o Jika tidak terdapat tandu untuk pemindahan penderita, maka miringkan penderita di atas dada ketiga penolong kemudian ketiga penolong berdiri bersama-sama dengan satu aba-aba.

(54)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

Teknik Angkat Langsung Teknik Angkat Langsung

(55)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

3. Pemindahan Dengan Tandu (dilakukan 2 orang penolong).

o Kedua penolong berjongkok di masing-masing ujung tandu menghadap ke arah yang sama (ujung kaki penderita sebagai arah depan).

o Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian menggenggam pegangan tandu dengan erat.

o Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.

o Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan satu aba-aba.

o Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu aba-aba.

o Turunkan penderita secara hati-hati dengan mengulang langkah-langkah di atas secara mundur (berkebalikan).

3. Pemindahan Dengan Tandu (dilakukan 2 orang penolong).

o Kedua penolong berjongkok di masing-masing ujung tandu menghadap ke arah yang sama (ujung kaki penderita sebagai arah depan).

o Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian menggenggam pegangan tandu dengan erat.

o Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.

o Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan satu aba-aba.

o Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu aba-aba.

(56)

Pemindahan Penderita

(Lanjutan)

Peralatan Pemindahan Penderita Peralatan Pemindahan Penderita

Tandu Beroda

Tandu Keranjang Tandu Lipat

Matras Vakum

Tandu Kursi

(57)

Bantuan Hidup Dasar

Bantuan hidup dasar harus segera dilaksanakan oleh penolong apabila

dalam penilaian dini penderita ditemukan salah satu dari masalah antara

lain : tersumbatnya jalan nafas, tidak menemukan adanya nafas serta

tidak ditemukan adanya tanda-tanda nadi. Seperti diketahui bahwa tujuan

dari P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) salah satunya ialah

menyelamatkan jiwa penderita sehingga dapat selamat dari kematian.

Pengertian mati sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu mati klinis dan mati

biologis. Mati klinis berarti tidak ditemukan adanya pernafasan dan nadi.

Mati klinis dapat bersifat reversibel (dapat dipulihkan). Penderita mati klinis

mempunyai waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan

otak. Sedangkan mati biologis berarti kematian sel dimulai terutama sel

otak & bersifat ireversibel (tidak bisa dipulihkan) yang biasa terjadi 8-10

menit dari henti jantung.

Bantuan hidup dasar harus segera dilaksanakan oleh penolong apabila

dalam penilaian dini penderita ditemukan salah satu dari masalah antara

lain : tersumbatnya jalan nafas, tidak menemukan adanya nafas serta

tidak ditemukan adanya tanda-tanda nadi. Seperti diketahui bahwa tujuan

dari P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) salah satunya ialah

menyelamatkan jiwa penderita sehingga dapat selamat dari

kematian.

(58)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

A. Penguasaan Jalan Nafas

1. Membebaskan Jalan Nafas.

a) Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi.

b) Teknik Jaw Thrus Maneuver (mendorong rahang bawah pada penderita cedera spinal / tulang leher, tulang belakang sampai tulang ekor).

2. Membersihkan Jalan Nafas. a) Teknik Sapuan Jari.

b) Posisi Pemulihan (memposisikan penderita menyerupai posisi tidur miring).

3. Sumbatan Jalan Nafas.

a) Teknik Heilmich Maneuver (hentakan perut-dada).

A. Penguasaan Jalan Nafas

1. Membebaskan Jalan Nafas.

a) Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi.

b) Teknik Jaw Thrus Maneuver (mendorong rahang bawah pada penderita cedera spinal / tulang leher, tulang belakang sampai tulang ekor).

2. Membersihkan Jalan Nafas. a) Teknik Sapuan Jari.

b) Posisi Pemulihan (memposisikan penderita menyerupai posisi tidur miring).

3. Sumbatan Jalan Nafas.

(59)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Penguasaan Jalan Nafas Penguasaan Jalan Nafas

Heilmich Maneuver Penderita Gemuk

Jaw Thrus Maneuver Heilmich Maneuver Pada Penderita Tidak Respon Heilmich Maneuver Pada

Penderita Respon

Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi

(60)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

B. Bantuan Pernafasan

Di udara bebas kandungan oksigen ialah sebesar kurang lebih 21%. Dari

kandungan oksigen sebanyak 21% tersebut, sebanyak 5% digunakan manusia dalam proses pernafasan. Sehingga terdapat sekitar 16% kandungan oksigen dari udara pernafasan yang manusia keluarkan. Sisa oksigen sebanyak 16% inilah yang digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada penderita yang terdeteksi tidak terdapat nafas. Pada manusia dewasa frekuensi pemberian

nafas buatan ialah sebanyak 10-12 kali bantuan nafas per menit dengan durasi tiap bantuan nafas ialah 1,5-2 detik tiap hembusan bantuan nafas. Terdapat resiko yang mungkin dialami penolong antara lain : penyebaran penyakit, kontaminasi bahan kimia dan muntahan penderita.

1. Menggunakan Mulut Penolong.

o Mulut ke masker RJP (Resusitasi Jantung Paru).

o Mulut ke APD (Alat Pelindung Diri).

o Mulut ke mulut ataupun hidung.

2. Menggunakan Alat Bantu Nafas : menggunakan kantung masker berkatub.

B. Bantuan Pernafasan

Di udara bebas kandungan oksigen ialah sebesar kurang lebih 21%. Dari

kandungan oksigen sebanyak 21% tersebut, sebanyak 5% digunakan manusia dalam proses pernafasan. Sehingga terdapat sekitar 16% kandungan oksigen dari udara pernafasan yang manusia keluarkan. Sisa oksigen sebanyak 16% inilah yang digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada penderita yang terdeteksi tidak terdapat nafas. Pada manusia dewasa frekuensi pemberian

nafas buatan ialah sebanyak 10-12 kali bantuan nafas per menit dengan durasi tiap bantuan nafas ialah 1,5-2 detik tiap hembusan bantuan nafas. Terdapat

resiko yang mungkin dialami penolong antara lain : penyebaran penyakit, kontaminasi bahan kimia dan muntahan penderita.

1. Menggunakan Mulut Penolong.

o Mulut ke masker RJP (Resusitasi Jantung Paru). o Mulut ke APD (Alat Pelindung Diri).

o Mulut ke mulut ataupun hidung.

(61)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

(62)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Langkah-Langkah Bantuan Pernafasan

1. Pastikan jalan nafas terbuka pada penderita.

2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu pastikan alat tersebut tidak bocor (tertutup rapat).

3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor melalui hidung penderita dengan cara mencapit lubang hidung penderita.

4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (1,5-2 detik pada manusia dewasa). Tiupan/hembusan merata dan cukup (dada penderita bergerak naik).

5. Periksa nadi penderita selama 5-10 detik dan pastikan nadi penderita masih terdeteksi.

6. Lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan frekuensi pemberian bantuan nafas (dewasa : 10-12 kali bantuan nafas per menit).

7. Apabila bantuan nafas berhasil dengan baik akan ditandai dengan bergerak naik turunnya dada penderita.

Langkah-Langkah Bantuan Pernafasan

1. Pastikan jalan nafas terbuka pada penderita.

2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu pastikan alat tersebut tidak bocor (tertutup rapat).

3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor melalui hidung penderita dengan cara mencapit lubang hidung penderita.

4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (1,5-2 detik pada manusia dewasa). Tiupan/hembusan merata dan cukup (dada penderita bergerak naik).

5. Periksa nadi penderita selama 5-10 detik dan pastikan nadi penderita masih terdeteksi.

6. Lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan frekuensi pemberian bantuan nafas (dewasa : 10-12 kali bantuan nafas per menit).

(63)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

C. Bantuan Sirkulasi

Tindakan paling penting dalam bantuan sirkulasi ialah pijatan jantung luar. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek pompa jantung yang dinilai

cukup untuk membantu sirkulasi darah penderita pada saat kondisi penderita mati klinis. Kedalaman penekanan pijatan jantung luar pada manusia dewasa ialah 4-5 cm ke dalam rongga dada.

D. Resusitasi Jantung-Paru (RJP /

CPR

)

Merupakan gabungan dari tindakan A, B dan C di atas. Resusitasi Jantung Paru dilaksanakan dengan memastikan bahwa penderita tidak ada respon / tidak

sadar, tidak terdapat pernafasan dan tidak terdapat denyut nadi. Pada manusia dewasa resusitasi jantung paru dikenal 2 (dua) rasio, yaitu rasio 15 kali

kompresi dada berbanding 2 kali tiupan bantuan nafas (15 : 2) apabila dilaksanakan oleh satu penolong, serta rasio 5 : 1 per siklus apabila dilaksanakan oleh 2 (dua) orang penolong.

Resiko yang mungkin dialami penderita antara lain : patah tulang dada/iga, kebocoran paru-paru, perdarahan dalam pada dada/paru-paru, memar paru dan robekan pada hati/limpa.

C. Bantuan Sirkulasi

Tindakan paling penting dalam bantuan sirkulasi ialah pijatan jantung luar. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek pompa jantung yang dinilai

cukup untuk membantu sirkulasi darah penderita pada saat kondisi penderita

mati klinis. Kedalaman penekanan pijatan jantung luar pada manusia dewasa ialah 4-5 cm ke dalam rongga dada.

D. Resusitasi Jantung-Paru (RJP /

CPR

)

Merupakan gabungan dari tindakan A, B dan C di atas. Resusitasi Jantung Paru dilaksanakan dengan memastikan bahwa penderita tidak ada respon / tidak

sadar, tidak terdapat pernafasan dan tidak terdapat denyut nadi. Pada manusia dewasa resusitasi jantung paru dikenal 2 (dua) rasio, yaitu rasio 15 kali

kompresi dada berbanding 2 kali tiupan bantuan nafas (15 : 2) apabila dilaksanakan oleh satu penolong, serta rasio 5 : 1 per siklus apabila dilaksanakan oleh 2 (dua) orang penolong.

(64)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Teknik Kompresi Dada Pada Manusia Dewasa

1. Posisikan penderita berbaring telentang pada bidang yang keras (misal : lantai).

2. Posisikan penolong berada di samping penderita.

3. Temukan pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri (ulu hati). 4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada atas dari titik

pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri).

5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan lainnya diletakkan di atasnya untuk menopang.

6. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tumit tangan. 7. Lakukan pijatan jantung luar.

Teknik Kompresi Dada Pada Manusia Dewasa

1. Posisikan penderita berbaring telentang pada bidang yang keras (misal : lantai).

2. Posisikan penolong berada di samping penderita.

3. Temukan pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri (ulu hati). 4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada atas dari titik

pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri).

5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan lainnya diletakkan di atasnya untuk menopang.

(65)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Menelusuri Ulu Hati Mengukur Titik Pijatan Posisi Pijatan Jantung

Teknik Kompresi Dada Pada Manusia Dewasa

(66)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Resusitasi Jantung Paru Dengan Satu Orang Penolong

1. Tiupkan bantuan nafas awal 2 (dua) kali.

2. Jika penderita bernafas dan nadi berdenyut maka posisikan penderita pada posisi pemulihan.

3. Apabila masih belum terdapat nafas dan nadi, maka lakukan pijatan jantung sebanyak 15 kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.

4. Berikan bantuan nafas lagi sebanyak 2 (dua) kali.

5. Lakukan terus 15 kali pijatan jantung dan 2 kali bantuan nafas sampai 4 siklus.

6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita, apabila terdapat nadi namun belum terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.

Resusitasi Jantung Paru Dengan Satu Orang Penolong

1. Tiupkan bantuan nafas awal 2 (dua) kali.

2. Jika penderita bernafas dan nadi berdenyut maka posisikan penderita pada posisi pemulihan.

3. Apabila masih belum terdapat nafas dan nadi, maka lakukan pijatan jantung sebanyak 15 kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.

4. Berikan bantuan nafas lagi sebanyak 2 (dua) kali.

5. Lakukan terus 15 kali pijatan jantung dan 2 kali bantuan nafas sampai 4 siklus.

(67)

Bantuan Hidup Dasar (Lanjutan)

Resusitasi Jantung Paru Dengan Dua Orang Penolong

1. Posisi penolong saling berseberangan.

2. Lakukan bantuan nafas awal sebanyak 2 (dua) kali.

3. Lakukan pijatan jantung luar sebanyak 5 (lima) kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.

4. Berikan nafas bantuan sebanyak 1 (satu) kali.

5. Lakukan 5 pijatan jantung dan 1 nafas bantuan sampai 12 siklus

6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita, apabila terdapat nadi namun belum terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.

Resusitasi Jantung Paru Dengan Dua Orang Penolong

1. Posisi penolong saling berseberangan.

2. Lakukan bantuan nafas awal sebanyak 2 (dua) kali.

3. Lakukan pijatan jantung luar sebanyak 5 (lima) kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.

4. Berikan nafas bantuan sebanyak 1 (satu) kali.

5. Lakukan 5 pijatan jantung dan 1 nafas bantuan sampai 12 siklus

(68)

Bantuan Hidup Dasar (Selesai)

(69)

Pertolongan Korban Banyak /

Triage

Pertolongan korban banyak dapat dinyatakan jika jumlah

korban (penderita) sekurang-kurangnya ialah sebanyak 3

(tiga) orang atau jumlah korban (penderita) melebihi jumlah

tim penolong itu sendiri.

Tindakan/proses yang umum digunakan dalam pertolongan

korban banyak ialah

triage

 (baca : triase). Triage berasal dari

bahasa Perancis yang artinya memilih/memilah (mensortir).

Triage berarti melakukan penilaian penderita, menandainya

dan memindahkan penderita ke lokasi perawatan yang sudah

ditentukan.

Pelaksanaan triage ialah dengan memberi tanda (label)

dengan warna tertentu pada korban (penderita).

Pertolongan korban banyak dapat dinyatakan jika jumlah

korban (penderita) sekurang-kurangnya ialah sebanyak 3

(tiga) orang atau jumlah korban (penderita) melebihi jumlah

tim penolong itu sendiri.

Tindakan/proses yang umum digunakan dalam pertolongan

korban banyak ialah triage (baca : triase). Triage berasal dari

bahasa Perancis yang artinya memilih/memilah (mensortir).

Triage berarti melakukan penilaian penderita, menandainya

dan memindahkan penderita ke lokasi perawatan yang sudah

ditentukan.

(70)

Pertolongan Korban Banyak /

Triage (Lanjutan)

A. Prioritas Pertolongan Korban Banyak

(Triage)

1. Prioritas I (Satu) / Tertinggi.

Merupakan golongan cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masih bisa diatasi. Yaitu korban (penderita) yang berada dalam kondisi kritis seperti gangguan pernafasan, perdarahan yang belum terkendali ataupun perdarahan besar dan penurunan status mental (respon).

2. Prioritas II (Dua) / Sedang.

Merupakan golongan yang perlu pertolongan. Yaitu korban (penderita) luka bakar tanpa gangguan pernafasan, nyeri hebat setempat, nyeri pada

beberapa lokasi alat gerak termasuk bengkak ataupun perubahan bentuk lainnya, cedera punggung, dsj.

A. Prioritas Pertolongan Korban Banyak

(Triage)

1. Prioritas I (Satu) / Tertinggi.

Merupakan golongan cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masih bisa diatasi. Yaitu korban (penderita) yang berada dalam kondisi kritis seperti gangguan pernafasan, perdarahan yang belum terkendali ataupun perdarahan besar dan penurunan status mental (respon).

2. Prioritas II (Dua) / Sedang.

Merupakan golongan yang perlu pertolongan. Yaitu korban (penderita) luka bakar tanpa gangguan pernafasan, nyeri hebat setempat, nyeri pada

(71)

Pertolongan Korban Banyak /

Triage (Lanjutan)

3. Prioritas III (Tiga) / Rendah.

Merupakan golongan cedera relatif ringan, tidak memerlukan banyak

bantuan, dapat menunggu pertolongan tanpa menjadikan cedera bertambah parah atau dengan kata lain golongan yang pertolongannya dapat ditunda atau korban (penderita) yang mengalami cedera namum masih sanggup berjalan sendiri. Yaitu korban (penderita) yang mengalami nyeri biasa pada alat gerak, sedikit bengkak dan perubahan bentuk, cedera jaringan

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau.. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional C 5 bahasa

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Pada tugas akhir ini memiliki batasan masalah antara lain, menggunakan ember dengan ketinggian 32 cm, lebar atas 32 cm, dan lebar bawah 26 cm sebagai media penampung air

Efektivitas implementasi IS0 9001:2000 sebagai sistem manajemen kualitas pelayanan pada Griya Pijat Bersih Sehat untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan tersebut akan terlihat

Langsung saja buat file baru di Notepad anda dan ketik kode berikut, atau anda bisa COPAS (Copy Paste) aja dari file index.htm dan rubah bagian Content

Pindahkan membran dengan pinset ke plastik tebal yang bersih kemudian tambahkan 4 mL antibodi primer tepat di bagian atas membran yang diduga terdapat protein

Bila Pihak menyampaikan kepada Sekretariat informasi yang tidak tersedia pada saat keputusan untuk mencantumkan suatu bahan kimia dalam Lampiran III dan informasi tersebut

Agenda Clustering Requirement untuk clustering Tipe data dalam cluster analysis Interval-scale variable Binary variable Nominal variable Ordinal variable Ratio-scaled