• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindrom Tourette bisa diderita oleh siapa saja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sindrom Tourette bisa diderita oleh siapa saja"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut WHO (1947) Kesehatan sering didefinisikan tentang keadaansempurna seseorang yakni sehat mental, sehat sosial dan sehat fisiknya.

Dalam kesehatan fisik ada peran otak yang mengatur sistem saraf untuk membuat tubuh merasakan sensasi dan bergerak. Namun sistem saraf ini juga bisa mengalami gangguan, yang salah satu gangguannya disebut Sindrom Tourette.

Istilah Sindrom Tourette (Tourette Syndrome) itu sendiri pada awalnya diambil dari nama Georges Gilles de la Tourette, yang merupakan seorang dokter ahli neurolog atau saraf berkebangsaan Perancis di tahun 1857-1904. Istilah Sindrom Tourette adalah suatu keadaan tidak wajar pada anggota tubuh yang ditandai dengan gerakan-gerakan secara tidak sadar atau lepas kendali (Resna, 2003). Sindrom Tourette bisa diderita oleh siapa saja. Namun lebih beresiko 3 sampai 4 kali menyerang laki-laki dibandingkan perempuan (Fadhil, 2010). Selain itu gangguan-gangguan lain juga akan muncul ketika penderita memiliki penyakit bawaan seperti kelainan perilaku hiperaktif, kelainan pikiran dan perilaku obsesif maka akan mengalami hal-hal seperti gejala depresi, insomnia, kelainan intelektual, sulit dalam pembelajaran, spektrum autistik, buruk dalam bersosialisasi, perilaku melukai diri sendiri, dan kelainan kepribadian. (Sim dan Stack, 2009).

Menurut Brown dan Sammons (2002) Sindrom Tourette memiliki ciri-ciri yang meliputi: 1. Perilaku yang tanpa disadari, 2. Terjadi secara cepat (Brief

(2)

Involuntary Actions), 3. Gerakan berulang (Motor Tic) maupun ucapan berulang

(Vocal Tic) meski terjadinya tidak selalu urut, 4. Dalam sehari bisa kambuh beberapa kali, 5. Usia munculnya Tic pada anak-anak dimulai dari 5-12 tahun, dan 6. Kemunculan Tic tidak disebabkan oleh penyakit lain maupun obat-obatan.

Sampai pada dewasa ini, belum ada yang berhasil menjawab kenapa seseorang terutama anak-anak mengalami Sindrom Tourette. Namun faktor-faktor utama penyebabnya ialah faktor sistem saraf otak (kelainan pada bagian otak khususnya pada bagian struktur otak atau gaglia basal yang berperan mengontrol gerak tubuh) dan faktor genetik (Fadhil, 2010).

Faktor sistem saraf otak itulah yang menyebabkan penderita Sindrom Tourette sering kali mengalami dampak psikologis seperti kesulitan berkomunikasi, maupun susahmengatur kosakata yang dikeluarkan sehingga tanpa sadar mereka berbicara kotor yang akibatnya akan dicemooh dan ditertawakan.

Mereka dianggap tidak memenuhi norma kesusilaan sehingga ditolak dalam lingkungan masyarakat. Di lingkup pendidikan, penderita Sindrom Tourette juga akan kesulitan untuk fokus dan memahami pelajaran, khususnya saat tugas kelompok sehingga sulit mendapat dukungan dari teman-teman karena sudah dianggap aneh. (Robertson 2000).

Posisi penderita Sindrom Tourette yang termasuk salah satu kelompok sosial yang termaginalkan dalam kehidupan bermasyarakat karena masih banyak yang kurang memiliki informasi dan pemahaman tentang seperti apa Sindrom Tourete itu dan penyebab penyakit itu muncul. Sehingga masyarakat memperlakukan para penderita Sindrom Tourette dengan salah. Banyak penderita yang diperlakukan buruk, dikucilkan dan dihina karena dianggap Sindrom

(3)

Tourette adalah penyakit menular. Akibat masih banyak yang tidak tau hal ini maka produser-produser film menganggap tema tentang penyakit Sindrom Tourette menjadi suatu keunikan untuk ditampilkan sebagai tema sebuah film.

Film menurut Vetrov (2007) ialah salah satu diantara alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. Perantara film sebagai media penyampaian pesan sangat efektif untuk masyarakat karena didukung oleh gambar maupun suara. Adapun realitas-realitas dalam kehidupan bermasyarakat dalam sebuah film termasuk dalam jenis film dokumenter.

Film dokumenter merupakan film yang menyajikan realitas sesungguhnya dari suatu peristiwa tanpa tambahan unsur fiksi dan rekayasa (Vetrov, 2007).

Tujuan dari film dokumenter ialah sebagai pengungkap kenyataan sehingga akan mendorong sebuah perubahan. Sejalan dengan ini maka penulis memilih film dokumenter sebagai objek penelitian karena realitas yang disampaikan didalamnya benar-benar peristiwa yang sebenarnya. Salah satu perusahaan produksi film dokumenter adalah Elemental Productions. Elemental Productions adalah salah satu perusahaan produksi film dokumenter dari Los Angeles yang berfokus pada produksi film tentang hubungan antar budaya, kesehatan mental (psikologi) dan pengalaman pribadi (Elemental Productions). Antropolog Robert Lemelson resmi mendirikan Elemental Productions pada tahun 2007 dari beberapa tahun penelitian lapangan dan rekaman yang dikumpulkannya di Indonesia sejak tahun 1997. Salah satu karya Elemental Productions di Indonesia adalah The Bird Dancer (Elemental Productions ID n.d).

Film The Bird Dancer dirilis pada tanggal 4 Januari 2019 lalu melalui kanal Youtube Elemental Proudction. Film yang berdurasi 39:41 detik ini

(4)

mengisahkan tentang seorang gadis Bali bernama Gusti Ayu Suartini yang mengalami Sindrom Tourette sejak ia berusia 10 tahun. Gusti terasingkan dari lingkup sosial dan keluarga, hal ini karena masyarakat setempat belum pernah mengenal penyakit seperti Sindrom Tourette sehingga mereka selalu mencemooh dan memandangnya rendah.

Penulis memilih film The Bird Dancer sebagai objek penelitian dikarenakan film ini belum ada yang menganalisis. Selain itu latar tempat dalam film yang berlokasi pada desa kecil di provinsi Bali juga menarik untuk dijadikan objek penelitian. Karena provinsi Bali yang masih kental aturan-aturan dalam kehidupan bermasyarakatnya dengan sistem kasta sehingga perilaku ketidakadilan yang diterima Gusti Ayu sebagai penderita Sindrom Tourette semakin terlihat dalam Film The Bird Dancer ini karena mengambil sudut pandang dari penderita Sindrom Tourette yang selalu dimarginalkan kehadirannya oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan dan empati sesama manusia. Permaginalan aktor dapat dilihat dari teks-teks dalam film. Teks dalam film banyak dinilai dan dianalisis. Salah satu cabang ilmu yang memfokuskan kajiannya pada teks adalah Analisis Wacana Kritis.

Menurut Brown dan Yule (dalam Suwandi, 2008) Analisis Wacana Kritis adalah analisis yang mengkaji bahasa dengan memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) agar terlihat hubungan antara bahasa, masyarakat, kekuatan, ideologi, nilai dan pendapat. Analisis Wacana Kritis dapat dilakukan dengan beberapa model diantaranya: Flower (1979), Van Dijk (1985), Fairclough (1992), Sara Mills (1995), dan Van Leeuwen (2008). Salah satu model pendekatan Analisis Wacana Kritis yang dianggap paling relevan untuk menganalisis

(5)

permaginalan dalam film The Bird Dancer adalah model pendekatan Analisis Wacana Kritis Theo Van leeuwen.

Fokus kajian model Van leeuwen ialah untuk melihat bagaimana suatu aktor atau kelompok dalam teks wacana dimarginalkan posisinya. Menurut Eriyanto (2001) pendekatan Van Leeuwen secara khusus menampilkan aktor- aktor dalam suatu pemberitaan dengan 2 strategi: 1. Proses Eksklusi (Pengeluaran) yakni bagaimana aktor/kelompok dikeluarkan dari pemberitaan. 2.

Proses Inklusi (Pemasukan) yakni bagaimana aktor/kelompok dimasukkan dalam pemberitaan. Proses eksklusi dan inklusi menggunakan kata, kalimat, informasi maupun susunan bentuk kalimat sesuai masing-masing kelompok yang nantinya diinterpretasikan dalam teks. Dari analisis proses eksklusi dan inklusi yang dikaji dalam Analisis Wacana Kritis Theo Van leeuwen ini nantinya akan terlihat kecenderungan sang produser dalam film The Bird Dancer menyajikan aktornya apakah dominan dikeluarkan atau ditonjolkan. Maka dari itu penulis menganggap model pendekatan Analisis Wacana Kritis Theo Van Leeuwen paling tepat untuk melihat bagaimana posisi aktor dalam film The Bird Dancer ini.

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa referensi dari penelitian yang memiliki pembahasan yang relevan terhadap film dokumenter dan penderita Sindrom Tourette, yakni: Pertama, Penelitian yang berjudul “Strategi Eksklusi pada Film Dokumenter The Mahuzes Karya Watchdoc Documentary:Kajian Critical Discourse Analysis Theo Van Leeuwen” yang ditulis oleh Kamiyatein (2021). Penelitian hanya berfokus pada strategi eksklusi Analisis Wacana Kritis Van Leeuwen dalam film dokumenter The Mahuzes. Hasil

(6)

penelitian ini 2 strategi eksklusi yang ditemukan dalam film yakni: pasivasi (di, di-kan) dan nominalisasi (pe-...-an,peng-...-an, pem-...-an).

Kedua, Penelitian dalam bentuk jurnal yang berjudul “Analisis Wacana

Kritis Teks Berita Kompas Pada Media Online Sketsaunmul.Co: Model Theo Van Leeuwen” ditulis oleh Asyifa Ismatul Laily, Widyatmike Dede Mulawarman dan Nina Queena Hadi Putri (2020) Penelitian ini berfokus pada penggambaran berita melalui strategi inklusi. Hasil penelitian ini ada 4 strategi inklusi yang ditemukan yakni: determinasi - indeterminasi, asosiasi - diasosiasi, asimilasi - individualisasi, objektivasi - abstraksi.

Ketiga, Penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Kritis Polemik

Undang-Undang Cipta Kerja” ditulis oleh Hilma Azmi Astuti, Sulis Triyono (2021) Penelitian ini berfokus pada penggambaran berita melalui strategi eksklusi dan inklusi. Hasil penelitian ini ada 3 strategi eksklusi yang ditemukan yakni:

pasivasi (di-kan), nominalisasi (pe-...-an, peng-...-an) dan penggantian anak kalimat sedangkan strategi inklusi yang ditemukan 5 yakni: nominasi - kategorisasi, nominasi - identifikasi, asosiasi - diasosiasi, asimilasi - individualisasi, dan objektivasi - abstraksi.

Dari uraian ketiga penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu dari segi dari teori yang digunakan, objek penelitian yang sama-sama film dokumenter dan fokus kajian. Namun perbedaannya ada dari objek penelitian yang bukan pada film dokumenter tapi pada pemberitaan di koran ataupun tema film yang bukan tentang Sindrom Tourette. Pada penelitian ini penulis akan memakai model pendekatan eksklusi dan inklusi pada teori Analisis Wacana Kritis Theo Van Leeuwen. Topik ini menarik untuk dikaji

(7)

karena belum banyak penelitian yang membahas penderita Sindrom Tourette yang termarjinalkan dalam film dokumenter. Selain itu film The Bird Dancer yang menjadi objek penelitian ini belum ada yang menganalisisnya.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses eksklusi dan inklusi pada teks dialog dalam film dokumenter The Bird Dancer menggunakan model pendekatan Analisis Wacana Kritis Theo Van Leeuwen.

Dimana film ini mengangkat tema tentang kehidupan penderita Sindrom Tourette dalam kehidupan bermasyarakat di provinsi Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas, adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini yang diangkat ialah: Bagaimana proses eksklusi dan inklusi dalam teks dialog film The Bird Dancer?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses eksklusi dan inklusi dalam teks dialog film The Bird Dancer.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang Analisis WacanaKritis dengan model pendekatan Van Leeuwen.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar bisa dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terkhusus yang objek

(8)

b. Bagi Masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi khususnya untuk para produser film dalam menyajikan posisi aktor terutama saat mengangkat tema tentang kelompok-kelompok marginal salah satunya tentang para penderita Sindrom Tourette sehingga tujuan dari pembuatan film bisa tersampaikan dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengukuran bathimetri ini nanti bisa diketahui besarnya laju sedimentasi yang terjadi yang selanjutnya digunakan untuk memprediksi berapa sisa usia guna Waduk

Reaksi epoksidasi merupakan reaksi pembentukan gugus oksiran dengan cara oksidasi ikatan rangkap yang terdapat dalam minyak goreng bekas dengan menggunakan peroksi asam

Topik tentang Minyak bekatul / ricebran oil ini diangkat setelah diteliti bahwa penderita penyakit jantung koroner di Indonesia, terutama yang hidup di perkotaan sekarang

Oksida Aurivillius hasil sentesis pada semua parameter sifat feroelektrik menunjukkan bahwa semakin bertambah jumlah lapis oktahedral senyawa oksida Aurivillius dalam

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang jadi rumusan permasalahan adakah hubungan tua kehamilan dan lama berdiri ibu hamil dengan kejadian Varises pada tungkai

Tabel/Table V.1.1 : KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN TAHUN 2004 - 2008 Activities of Forestry Research and Development in 2004 - 2008.. 2004 2005 2006

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti Hubungan fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam pelaksanan ROM aktif terhadap dengan

Dalam sehari lebih dari sekali para pengguna media sosial meneriam berita hoax di akun atau link yang mereka miliki dan dari situlah mereka mengethui berita yang begitu banyaknya