x UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LEGAL MEMORANDUM ATAS KASUS PERALIHAN HAK ATAS TANAH
TERKAIT DENGAN KEBERADAAN NOMINEE AGREEMENT YANG MENDAHULUI PERALIHAN HAK ATAS TANAH
ABSTRAK
Pengaturan hukum tentang tanah secara umum di Indonesia diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Menurut Pasal 9 Undang-Undang Pokok Agraria pemilikan tanah dengan titel hak milik hanya dapat dipunyai oleh Warga Negara Indonesia. Dengan demikian, Undang-Undang Pokok Agraria telah menutup kemungkinan bagi Warga Negara Asing untuk mempunyai hak milik atas tanah di Indonesia. Hal ini menyebabkan Warga Negara Asing yang ingin memiliki tanah di Indonesia meminjam nama Warga Negara Indonesia untuk pencantuman nama di sertipikat hak atas tanah melalui nominee agreement.
Masalah hukum yang timbul dari kasus yang diteliti oleh penulis adalah apakah Nyonya C dan D masih perlu mengajukan Permohonan Penetapan Pengadilan terkait terdapatnya ahli waris dibawah umur dalam pengalihan objek waris kepada pihak lain dan jenis peralihan hak atas tanah apakah yang direkomendasikan dalam kasus tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa tindakan hukum yang harus dilakukan oleh Nyonya C, adalah mengajukan Permohonan Penetapan Pengadilan untuk mendapatkan Penetapan Wali dalam mengalihkan objek waris kepada Nyonya B melalui hibah sebagaimana yang diatur dalam Pasak 1666 sampai dengan Pasal 1693 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
xi UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA CONCERNED WITH THE EXISTENCE OF NOMINEE AGREEMENT
PRECEDING THE TRANSFER OF LAND
ABSTRACT
Legal arrangement on land in Indonesia is generally regulated by Law No. 5 of 1960 on the Agrarian Law Principles. According to Article 9 of the Basic Agrarian Law, the ownership of land along with the title of property rights can only be owned by Indonesian citizens. Thus, the Agrarian Law Principles has the possibility for foreign citizens to have property rights over the land in Indonesia. It leads to foreign citizens who want to own land in Indonesia could borrow the name of an Indonesian citizen for the inclusion of names in the certificate of land through a nominee agreement.
Legal issue arising from the cases studied by the author is whether Mrs. C and D still need to propose an application of Court Decision related to the existence of the minor heirs in the transfer of heirship to the other party and what type of transfer of land is recommended in such cases.
The authors conclude that legal action which should be carried out by Mrs C, is to propose an application of Court Decision in order to obtain Determination of Capacity in transferring of heriship to Mrs B through grants as stipulated in Article 1666 to Article 1693 of the Indonesian Civil Code.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ... iv
PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ... v
LEMBAR PERSETUJUAN REVISI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Kasus Posisi ... 8
C. Permasalahan Hukum ... 9
BAB II : PEMERIKSAAN DOKUMEN ... 11
BAB III : TINJAUAN TEORETIK ... 12
A. Pendaftaran Peralihan Hak atas Tanah ... 12
1. Pengertian Agraria ... 12
2. Pengertian Hukum Tanah ... 14
3. Hak-hak atas Tanah ... 16
4. Peralihan Hak atas Tanah ... 20
xiii
6. Sertipikat Hak atas Tanah ... 27
B. Hukum Pajak ... 28
1. Pengertian Pajak ... 28
2. Pengertian Hukum Pajak ... 29
3. Pengelompokkan Pajak ... 30
C. Perjanjian ... 32
1. Pengertian Perjanjian ... 32
2. Asas-asas Hukum Perjanjian ... 34
3. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian ... 36
4. Unsur-unsur Perjanjian... 38
5. Jenis-jenis Perjanjian ... 38
D. Teori Perjanjian Nominee ... 39
E. Hukum Orang ... 41
1. Manusia Sebagai Subyek Hukum ... 41
2. Kecakapan Berhak (Rechtsbevoegd) dan Kecakapan Bertindak (Handelingsbekwaan) ... 42
3. Kekuasaan Orang Tua (Menurut KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ... 44
a. Terhadap Pribadi Anak ... 44
b. Terhadap Harta Kekayaan Anak ... 44
4. Perwalian ... 46
xiv
1. Pengertian Penetapan Pengadilan ... 49
2. Mekanisme Pengajuan Permohonan Penetapan Pengadilan ... 53
BAB IV : PENDAPAT HUKUM ... 55
A. Fakta-fakta Hukum ... 55
B. Analisa Hukum ... 56
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN
(Curiculum Vitae)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, antara
lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas
kehidupan manusia dan tempat tumbuhnya vegetasi yang sangat berguna
bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagaimana sifat alamiah manusia
yang membutuhkan tanah sebagai tempat untuk menunjang kelangsungan
hidupnya, maka hubungan antara manusia dengan tanah tidak dapat
dipisahkan.
Pengaturan tanah secara umum di Indonesia diatur berdasarkan
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD
1945) yang menyatakan “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan pasal 33 ayat (3) UUD 1945
dapat diketahui bahwa penguasaan tanah oleh Negara adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya Negara
Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dibidang
pertanahan adalah melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut
UUPA).
2
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Latin disebut: solum artinya bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral
dan bahan organik.1
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas
tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.2
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian tanah sebagai
berikut:
a. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang ada di atas sekali;
b. Keadaan bumi di suatu tempat;
c. Permukaan bumi yang diberi batas;
d. Bahan-bahan dari bumi, atau bumi sebagai bahan sesuatu (pasir
cadas, napal dan sebagainya).3
Indonesia mengenal tanah dengan sebutan Agraria. Agraria
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah, diakses pada tanggal 01 Oktober 2015 pukul 15:42.
2
http://farahatikahgeografitanah.blogspot.co.id/p/pengertian-tanah.html, diakses pada tanggal 01 Oktober 2015 pukul 15:54.
3
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA memiliki pengertian urusan pertanian atau tanah pertanian, juga urusan
pemilikan tanah.4 Agraria adalah urusan pertanahan; seluk beluk tanah dan
urusan pertanian.5 Agraria berasal dari kata Akker (Bahasa Belanda),
Agros (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, Agger (Bahasa Latin)
berarti tanah atau sebidang tanah, Agrarius (Bahasa Latin) berarti
perladangan, persawahan, pertanian, Agrarian (Bahasa Inggris) berarti
tanah untuk pertanian.6
Budi Harsono memberi batasan tentang pengertian tanah
berdasarkan apa yang dimaksud dalam Pasal 4 UUPA yaitu bahwa:
“Dalam hukum tanah, kata tanah dipakai dalam arti yuridis sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 UUPA yaitu bahwa atas dasar hak menguasai dari Negara ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah. Dengan demikian tanah dalam pengertian yuridis dapat diartikan sebagai permukaan bumi”. 7
Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 16 UUPA
juncto Pasal 53 UUPA, yang dikelompokkan menjadi 3 bidang, yaitu:
1. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak-hak atas tanah ini akan
tetap ada selama UUPA masih berlaku atau belum dicabut dengan
undnag-undang yang baru. Macam-macam hak atas tanah ini adalah
Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak
Sewa untuk Bangunan, Hak Membuka Tanah, dan Hak Memungut
Hasil Hutan.
4
Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan ke-9, 1986, hlm.18.
5
Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: M2S, 2001, hlm. 20.
6
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta: Kencana, 2010, hlm.1.
7
4
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang, yaitu hak
atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan dengan
undang-undang. Hak atas tanah ini macamnya belum ada.
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu hak atas tanah ini
sifatnya sementara, dalam waktu yang singkat akan dihapuskan
dikarenakan mengandung sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat
feodal, dan bertentangan dengan jiwa UUPA. Macam-macam hak atas
tanah ini adalah Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil
(Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah
Pertanian. 8
Macam-macam hak atas tanah tersebut di atas dapat dialihkan
melalui perbuatan hukum yang diatur dalam Pasal 37 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang
menyatakan bahwa :
“(1) Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri, Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik, dilakukan di antara perorangan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor Pertanahan tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar pemindahan hak yang yang bersangkutan.”
8
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA UUPA membatasi peralihan hak milik atas tanah melalui Pasal 9 UUPA yaitu bahwa :
“(1) Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan pasal 2.
(2) Tiap-tiap warganegara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.”
Dengan demikian, pemilikan tanah dengan titel hak milik hanya
dapat dipunyai oleh Warga Negara Indonesia (selanjutnya disebut WNI)
karena UUPA telah menutup kemungkinan bagi Warga Negara Asing
(selanjutnya disebut WNA) untuk mempunyai hak milik atas tanah di
Indonesia. Pelaksanaan asas nasionalitas dalam UUPA disamping secara
normatif ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UUPA, juga secara implisit
tersirat dalam ketentuan Pasal 21 dan Pasal 26 UUPA yang secara ringkas
menyatakan bahwa hanya WNI yang dapat mempunyai hak milik. WNA
yang sesudah berlakunya UUPA memperoleh hak milik karena pewarisan
tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula
WNI yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya UUPA
kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan haknya itu dalam
jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau kehilangan
kewarganegaraannya. Apabila sesudah jangka waktu satu tahun tersebut
terlampaui namun hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus
karena hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara.
Dalam kenyataannya di masyarakat, WNA yang ingin mempunyai
6
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA pencantuman nama di sertipikat hak atas tanah yang dituangkan dalam
nominee agreement. Apabila WNI yang dipinjam namanya itu akan
mengalihkan hak atas tanahnya kepada pemilik tanah yang sebenarnya
maka harus berdasarkan perbuatan hukum yang dapat menyebabkan
peralihan hak atas tanah tersebut.
Dalam kasus yang diteliti oleh penulis ternyata WNI yang dipinjam
namanya oleh WNA tersebut telah meninggal dunia, sehingga yang
bertindak sebagai pihak yang mengalihkan hak atas tanahnya adalah para
ahli warisnya yaitu: istri dan seorang anak yang masih dibawah umur.
Perbuatan hukum untuk mengalihkan hak atas tanah tidak dapat dilakukan
oleh seorang anak yang masih dibawah umur. Anak yang masih dibawah
umur tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum yang dituangkan
dalam perjanjian pengalihan hak atas tanah. Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) ayat dua
menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan kecakapan
untuk membuat suatu perikatan. Apabila salah satu pihak dalam perjanjian
tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum maka perjanjian menjadi
tidak sah.
Kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum diatur
dalam Pasal 330 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Belum dewasa
adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun
dan tidak lebih dahulu telah kawin.” Selain itu dalam Pasal 1 ayat (1)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA dinyatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”
Dalam Pasal 47 (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) dinyatakan bahwa
“Anak yang belum mencapai 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak
dicabut dari kekuasaannya”. Sedangkan dalam Pasal 39 ayat (1) butir a
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menentukan usia
18 tahun atau telah menikah sebagai syarat untuk menghadap, membuat
akta notaris.
Menurut Pasal 345 KUHPerdata “Apabila salah satu dari kedua
orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak yang
belum dewasa, demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama,
sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang
tuanya.”
Perwalian diatur dalam Pasal 50 UU Perkawinan yang menyatakan
bahwa perwalian berlaku untuk anak yang belum berumur 18 tahun atau
belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah
kekuasaan orangtua, berada dibawah kekuasaan wali. Perwalian itu
mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya, Pasal
48 UU Perkawinan menyatakan bahwa “Orang tua tidak diperbolekan
8
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum
melangsungkan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak itu
menghendakinya.”
Dalam melakukan pengalihan hak atas tanah bersama anak yang
masih dibawah umur harus dilengkapi dengan Surat Penetapan dari
Pengadilan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 309 dan Pasal 393
KUHPerdata, yang pada intinya menyatakan bahwa pengalihan hak milik
dari anak yang masih dibawah umur harus berdasarkan Penetapan dari
Pengadilan Negeri. Penetapan Pengadilan tersebut bertujuan agar orang
tua selaku wali dari anak yang masih dibawah umur tidak
sewenang-wenang dalam melakukan pengalihan hak atas tanah yang dapat
merugikan anak yang masih dibawah umur tersebut. Namun masih
terdapat dualisme pendapat mengenai masih diperlukan atau tidaknya
Penetapan Pengadilan dalam melakukan pengalihan hak atas tanah dari
anak yang masih dibawah umur.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Legal Memorandum atas Kasus
Peralihan Hak atas Tanah Terkait dengan Keberadaan Nominee Agreement
yang Mendahului Peralihan Hak atas Tanah”.
B. Kasus Posisi
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat kasus yang
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1. Bahwa Tuan A dan Nyonya B memiliki hubungan saudara kandung yaitu
kakak beradik.
2. Bahwa Nyonya B adalah seorang Warga Negara Asing (WNA) sedangkan
adiknya (Tuan A) adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI).
3. Bahwa Nyonya B yang berkewarganegaraan asing (WNA) ingin memiliki
tanah yang berstatus Hak Milik di Indonesia, akan tetapi WNA tidak bisa
memiliki tanah yang berstatus Hak Milik di Indonesia.
4. Bahwa Nyonya B meminjam nama adiknya (Tuan A) untuk memiliki
tanah tersebut yang dituangkan dalam nominee agreement.
5. Bahwa Tuan A meninggal dunia, dengan meninggalkan seorang istri
(Nyonya C) dan seorang anak yang masih dibawah umur.
6. Bahwa Nyonya B yang dahulu WNA sudah menjadi WNI, namun belum
mengalihkan kepemilikan hak atas tanahnya ke atas nama Nyonya B pada
saat Tuan A masih hidup.
7. Bahwa Nyonya C (istri Tuan A) mengetahui perihal pinjam nama yang
dilakukan antara Nyonya B dengan suaminya (Tuan A).
8. Bahwa Nyonya C (istri Tuan A) dengan iktikad baik ingin mengalihkan
kepemilikan hak atas tanah tersebut kepada Nyonya B.
C. Permasalahan Hukum
1. Apakah Penetapan Pengadilan terkait terdapatnya ahli waris dibawah
umur masih diperlukan dalam pengalihan objek waris kepada pihak
10
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2. Jenis peralihan hak atas tanah apakah yang direkomendasikan dalam
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:
1. Pengalihan obyek waris kepada pihak lain terkait terdapatnya ahli waris
dibawah umur memerlukan Penetapan dari Pengadilan untuk mendapatkan
Penetapan Wali dalam mengalihkan objek waris tersebut. Dalam kasus yang
diteliti oleh penulis, berdasarkan Pasal 345 KUHPerdata perwalian terhadap
D dilakukan oleh Nyonya C selaku orang tua yang hidup terlama. Pasal 393
KUHPerdata menyebutkan bahwa untuk kepentingan anak belum dewasa
wali tidak boleh meminjam uang, juga tidak boleh mengasingkan atau
menggadaikan barang-barang tak bergerak, pula tidak boleh menjual atau
memindahtangankan surat-surat utang negara, piutang-piutang dan
andil-andil, tanpa memperoleh kuasa untuk itu dari Pengadilan Negeri. Pengadilan
tidak akan memberikan kuasa ini, kecuali atas dasar keperluan yang mutlak
atau bila jelas bermanfaat dan setelah mendengar atau memanggil dengan
sah keluarga semenda atau sedarah anak belum dewasa dan wali pengawas.
Wali dalam mengalihkan hak milik dari anak yang masih di bawah umur
harus berdasarkan Penetapan dari Pengadilan Negeri.
2. Dalam kasus yang diteliti oleh penulis, Nyonya C mengetahui perihal
pinjam nama yang dilakukan antara Tuan A (suaminya) dengan Nyonya B
melalui nominee agreement, sehingga Nyonya C dengan iktikad baik ingin
mengembalikan kepemilikan hak atas tanahnya kepada Nyonya B yang
secara hukum merupakan milik Nyonya C dan D sebagai ahli waris dari
Tuan A yang dipinjam namanya oleh Nyonya B untuk pencantuman nama di
sertipikat hak atas tanah. Jenis Peralihan kepemilikan hak atas tanah dan
bangunan yang direkomendasikan dalam kasus ini adalah hibah. Hibah
menurut Pasal 1666 KUHPerdata adalah suatu persetujuan dengan mana
seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa
dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima
70
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA B. Rekomendasi
Nyonya C dan D harus terlebih dahulu mengajukan Permohonan Penetapan
Pengadilan guna mendapatkan izin untuk mengalihkan hak atas tanah dan
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Achmad Ichsan. Hukum Perdata I B, Jakarta: PT. Pembimbing Masa. 1967.
Aditya Wendhi Putro. Penerapan Self Assesment Dalam Pemungutan BPHTB Pada Peralihan Hak Atas Tanah Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Bandung: Universitas Padjajaran. 2011.
A.P Parlindungan (1). Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Mandar Maju. 1991.
Aristanti Widyaningsih. Hukum Pajak dan Perpajakan, Bandung: Alfabeta. 2013.
Bohari. Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2002.
Djaja S Meliala. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum Keluarga, Bandung: CV. Nuansa Aulia. 2007.
Effendi Perangin-angin. Praktek Jual Beli Tanah, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994.
Herlien Budiono (1). Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Jakarta: Lentera Hati. 2002.
--- (2). Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti. 2007.
Josef Riwu Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Kamal Muchtar. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Yogyakarta: Liberti, Cet. Pertama. 1991.
Mariam Darus Badrulzaman. KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dan Penjelasannya, Bandung: Alumni. 1993.
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi revisi, Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi Offset. 2013.
M. Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika. 2012.
Poerwadarminta W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan ke-9. 1986.
R.M. Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty. 1988.
Redaksi RAS. Tip Hukum Praktis : Tanah dan Bangunan, Depok: Raih Asa Sukses. 2009.
Riduan Syahrani. Seluk Beluk Dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni. 1992.
Salim H.S. Perkembangan Hukum Innominat di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. 2005.
Siti Resmi. Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat. 2004.
Sri Soesilowari Mahdi. Hukum Perdata Suatu Pengantar, Jakarta: Gitama Jaya. 2005.
Subekti. Hukum Keluarga Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Jakarta: Armico. 1980.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, Cet. 28. 1987.
Urip Santoso. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana. 2010.
Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar Maju. 2000.
Yudhi Setiawan. Hukum Pertanahan Teori dan Praktik, Malang: Bayumedia Publishing. 2010.
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008 Tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 Tentang Pelaksanaan Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963.
C. PRANALA LUAR
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah.
http://farahatikahgeografitanah.blogspot.co.id/p/pengertian-tanah.html.
https://materihukum.wordpress.com/2013/10/22/pengertian-tanah-dancara-memperoleh-tanah Negara.
http://raypratama.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-tanah.html?m=1.
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1429-2019779964-tesis%20pdf.pdf.
http://eprints.ung.ac.id/746/5/2013-2-74201-271409062-bab2-10012014062235.PDF.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131078-T%2027398Jual%20beli%20tanah-Analisis.pdf.
http://properti.kompas.com/index.php/read/2013/04/30/12003594/Nih..Car a.Menghitung.Pajak.Tanah.yang.Anda.Beli.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51e582b1ad14c/prosedur-hibah-tanah-dan bangunan-kepada-keluarga.
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1621-412430944-tesis.pdf.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/5374/488 1.
http://digilib.uinsby.ac.id/1313/6/Bab%203.pdf.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt518b9e0d8a7a8/tentang-sertifikat-hak-atas-tanah-dan-sertifikat-hak-tanggungan.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131073-T%2027401-Analisis%20pembatalan-Analisis.pdf.
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5
&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0ahUKEwjkzZ2e8bjKAhWJkI4K HV0jAKsQFggyMAQ&url=http%3A%2F%2Fhamonangan.unsri.a c.id%2Fuserfiles%2FBAHAN%2520AJAR%2520HUKUM%2520 ACARA%2520PERDATA(2).ppt&usg=AFQjCNFDnXna8sGdnR XasI2yT1rQcmlz7A&bvm=bv.112064104,d.c2E.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pajak.
http://download.portalgaruda.org/articile.php?article=127245&val=944.
http://digilib.uinsby.ac.id/1313/6/Bab%203.pdf
D. Lain-Lain
Poerwadarminta W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan ke-9. 1986.
Subekti dan R. Tjitrosoedibio. Kamus Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita. 1983.
Yan Pramadya Puspa. Kamus Hukum, Semarang: CV Aneka Ilmu. 2008.