Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN 2355-3324 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 5 Pages pp. 100-104
Volume 3, No. 3, Agustus 2016 100 ANALISIS KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP DALAM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI GAMPONG LAMBADA LHOK, KABUPATEN ACEH BESAR
Denny Yacob1, Taqwaddin2, Chaliluddin3
1Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh2 Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala;
3Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23112.
Koresponden : [email protected]
ABSTRACT
Management of coastal and marine resources in Aceh, especially in Gampong Lambada Lhok, Aceh Besar District recognizes the existence of local wisdom values in the community's sustainable life.
This study aims to (1) document the values of local wisdom that is closely related to the management of coastal and marine resources in Gampong Lambada Lhok, Aceh Besar District, (2) analyze the sustainability of capture fisheries in the management of coastal and marine resources based on local wisdom in Gampong Lambada Lhok, Aceh Besar District. This research uses content analysis method (qualitative and cuantitative method) and RAPFISH method (survey method and study of literature), using questionnaire as data collecting tool. Respondents consist of: Panglima Laôt Aceh, Head of Marine and Fisheries Aceh Besar District, Panglima Laôt Aceh Besar District, Panglima Laôt Lhôk (each subdistrict), fisherman (handline and gillnet) boat owner, pawang and community motivator.
The results show that (1) the local wisdom values contained in the management of coastal and marine resources in Gampong Lambada Lhok, Aceh Besar District are (a) the day of abstinence of meulaôt;
(b) the existence of custom meulaôt; (c) the existence of social and economic customs of fisherman. (2) The sustainability of capture fisheries in the management of coastal and marine resources based on local wisdom in Gampong Lambada Lhok, Aceh Besar District shows; 5 (five) dimensions of sustainability (ecological, economic, social, technology and institutional dimensions) only 4 (four) dimensions are on the sustainability index, except for 1 (one) dimension ie technology that is in index less sustainability.
Keywords: local wisdom, coastal resources, sustainability
ABSTRAK
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Aceh, khususnya di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar mengenal adanya nilai-nilai kearifan lokal di dalam kehidupan berkelanjutan masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendokumentasikan nilai-nilai kearifan lokal yang memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar, (2) menganalisis keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lokal di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode content analysis yaitu (metode kualitatif dan kauntitatif) serta metode RAPFISH (metode survei dan studi literatur), dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Responden terdiri dari: Panglima Laôt Aceh, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh besar, Panglima Laôt Kabupaten Aceh Besar, Panglima Laôt Lhôk, nelayan (pancing ulur dan gillnet,) Toke boat, Pawang dan motivator masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar adalah (a) adanya hari pantang meulaôt; (b) adanya adat meulaôt; (c) adanya adat sosial dan ekonomi nelayan. (2) Keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lokal di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar menunjukkan 4 (empat) dari 5 (lima) dimensi keberlanjutan (dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan) berada pada indeks keberlajutan baik dan sangat baik, kecuali dimensi teknologi yang berada pada indeks kurang keberlanjutan.
Kata kunci: kearifan lokal, sumberdaya pesisir, keberlanjutan.
101 Volume 3, No. 3, Agustus 2016 PENDAHULUAN
Pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan global dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk generasi yang akan datang. Namun demikian, perlu disadari bahwa tingkat pembangunan berkelanjutan dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya
alam (termasuk kemampuan
memperbaharui diri), penggunaan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien dan keberhasilan sistem sosial dalam distribusi pendapatan.
Kegiatan perikanan dapat memberikan sumbangan didalam pembangunan berkelanjutan, apabila seluruh komponen yang berkaitan dengan kegiatan ini dapat berkelanjutan. Kontribusi kegiatan perikanan dalam pembangunan berkelanjutan pada hakekatnya tercermin dalam nilai ekonomi bersih yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan itu sendiri. Pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan secara berkelanjutan (sustainable) harus dilakukan secara bertanggung jawab (responsible), sehingga diperlukan perencanaan pengelolaan yang sangat hati- hati (Ghofar, 2004).
Charles (2001) memberikan elaborasi tentang komponen dasar dari keberlanjutan perikanan tangkap yang terdiri dari keberlanjutan ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan keberlanjutan kelembagaan. Tiga komponen keberlanjutan yang pertama merupakan titik dalam segitiga keberlanjutan, sedangkan komponen keberlanjutan yang keempat dan kelima akan memberikan pengaruh diantaranya.
Dengan demikian, keberlanjutan sistem perikanan merupakan hasil kerja secara
simultan dari kelima komponen tersebut diatas.
Penelitian ini menjadi esensial untuk dilakukan dalam kepentingan pengelolaan yang akan datang. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lokal di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar.
METODE PENELITIAN
Waktu pelaksanaan penelitian lapangan ini dilaksanakan sejak Desember 2016 sampai dengan Januari 2017, tempat penelitian dilakukan di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar (Gambar 1).
Gambar 1 Peta Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar
Secara umum metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan studi literatur, dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling, responden yang dijadikan sebagai contoh adalah para nelayan, yaitu nelayan gillnet, dan pancing ulur. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis status keberlanjutan perikanan tangkap dalam
Volume 3, No. 3, Agustus 2016 102 pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di
Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar adalah dengan menggunakan RAPFISH (Rapid Appraissal for Fisheries), yaitu suatu teknik analisis untuk mengevaluasi keberlanjutan dari perikanan tangkap secara multidisiplin (Pitcher and Preikshot, 2001). Dengan pendekatan ini dilakukannya analisis terhadap kondisi suatu perikanan tangkap berdasarkan hasil pengukuran beberapa indikator, dalam Rapfish dikenal sebagai dimensi.
Penentuan atribut pada masing- masing dimensi keberlanjutan disusun mengacu kepada Pitcher dan Prekshot (2001), Charles (2001), Cochrane (2002), Soesilo (2003), Hartono et al. (2005), Rapfish Group (2006), Satria (2006), Suyasa (2007), Nababan et al. (2007), Abdullah (2011), Chaliluddin (2014) dan nilai-nilai kearifan lokal.
Selanjutnya dilakukan penyusunan indeks dan status keberlanjutan suatu kegiatan perikanan (tabel 1). Atribut
masing-masing dimensi serta kriteria baik dan buruk mengacu kepada konsep yang digunakan Pitcher dan Prekshot (2001), Rapfish Group (2006), Allahyari (2010) serta pendapat dari pakar dan stakeholders yang terkait dengan sistem yang dikaji.
Tabel 1 Kategori indeks keberlanjutan setiap dimensi yang dikaji Sumber: Allahyari (2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ordinasi dapat disebutkan bahwa secara umum kondisi keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lkal di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar dalam tingkat keberlanjutan baik, kecuali pada dimensi teknologi yang sangat memprihatinkan (kurang berkelanjutan) seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
Gambar 2 Diagram layang keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lokal di Gampong Lambada Lhok,
Kabupaten Aceh Besar
Hasil indeks keberlanjutan terkriteria pada dimensi teknologi tergolong kurang berkelanjutan dari pembahasan yang dilaporkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, nilai indeks keberlanjutan perikanan pukat cincin di Kota Manado dilaporkan ordinasi dimensi teknologinya berada pada posisi nilai indeks 32,9 (Mamuaya 2007).
Demikian juga dengan perikanan di Selat Sunda (Panimbang dan Lempasing) yang berada pada posisi sekitar nilai 45 (Purnomo 2004), dan perikanan di Kabupaten Tegal yang berada pada nilai rata-rata indeks 44,40 (Hermawan 2006).
Nilai Indeks
Penilaian Kategori
0-19 Buruk Tidak Berkelanjutan 20-39 Cukup Kurang
Berkelanjutan 40-59 Sedang Sedang 60-79 Baik Berkelanjutan 80-100 Sangat
Baik
Sangat Berkelanjutan
103 Volume 3, No. 3, Agustus 2016 Pengelolaan keberlanjutan sumberdaya perikanan tangkap pada hakekatnya mencari kemungkinan tindakan pengelolaan yang tepat secara ekologi (menjaga kelestarian lingkungan) dan ekonomi (penangkapan ikan yang mampu memberikan keuntungan).
Selanjutnya kegiatan perikanan tangkap berbasis kearifan lokal yang berkelanjutan serta mampu mencegah konflik antar kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam mencapai tujuan ekonomi, termasuk adanya keadilan hukum dalam distribusinya serta upaya konservasi sumberdaya ikan untuk kepentingan generasi yang akan datang /berkelanjutan.
Selain itu, pada perikanan di Kabupaten di Indramayu juga berada pada nilai sekitar 38,0 (Hamdan 2007), dan pada 13 perikanan purse seine, payang, dan gillnet dari 21 perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa (Subang, Indramayu, Pemalang, Pekalongan, Rembang, Tuban, Lamongan dan Gresik) dengan nilai rata-rata sebesar 46,70 (Suyasa 2007) serta nilai indeks keberlanjutan perikanan pelagis di Ternate dan strategi pengembangannya dilaporkan ordinasi dimensi teknologinya berada pada posisi nilai indeks antara 25 – 50 (Abdullah 2011).
Ini menandakan bahwa rata-rata nelayan di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar masih belum menggunakan perangkat teknologi modern dalam pemanfaatan sumberdaya ikan dan nelayan masih menggunakan pawang sebagai acuan lokasi penangkapan serta hanya mempunyai kapal-kapal perikanan berukuran kecil/ boat jalo dengan metode oneday fhising (pergi pagi pulang sore).
KESIMPULAN
Dari uraian tentang keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lokal di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar tersebut, maka dapat disimpulkan yaitu keberlanjutan perikanan tangkap dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis kearifan lokal di Gampong Lambada Lhok, Kabupaten Aceh Besar menunjukkan; 5 (lima) dimensi keberlanjutan (dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan) hanya 4 (empat) dimensi berada pada indeks keberlajutan, kecuali satu dimensi yaitu teknologi yang berada pada indeks kurang keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, RM. 2011. Keberlanjutan Perikanan Pelagis Ternate dan Strategi Pengembangannya [disertasi].
Bogor.Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Allahyari, MS. 2010. Social sustainability assessment of fisheries cooperative in guilan province, Iran. J. of Fisheries and Aquatic Science 5(3): 216- 222.
Chaliluddin, Purbayanto, A, Monintja, D.R, Imron, M, Santoso, J. 2014.
Institution of Panglima Laôt in Supporting Sustainable Capture Fisheries Based on Local Wisdom in Aceh Jaya District." International Journal of Sciences: Basic and Applied Research 16 (2): 147-162
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science Ltd.
Oxford.
370 p.
Volume 3, No. 3, Agustus 2016 104 Cochrane, KL. 2002. A Fishery Manager’s
Guidebook. Management Measures and Their Application. FAO Fisheries Technical Paper. No. 424.
Rome.
Ghofar, A. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Cipayung-Bogor.
Hamdan. 2007. Analisis kebijakan pengelolaan Perikanan tangkap berkelanjutan Di kabupaten
indramayu. [disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hartono TT, Kodiran T, Iqbal MA dan Koeshendrajana S. 2005. Pengembangan Teknik Rapid Appraisal For Fisheries (Rapfish) Untuk Penentuan Indikator Kinerja Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Indonesia.
Buletin Ekonomi Perikanan 6(1):65- 76.
Hermawan, M. 2006. Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil (Kasus Perikanan Pantai Di Serang dan Tegal) [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mamuaya, GE. 2007. Penelaahan perikanan pukat cincin dan status keberlanjutannya di daerah Kota Manado Menggunakan pemodelan Umpan Balik sistemis. [Disertasi]
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Pitcher, T.J, D. Preikshot. 2001.
RAPFISH: A rapid appraisal technique to evaluate the sustainability status of fiheries. Fisheries Research 49 (2001). Fisheries Centre, University of British Columbia, Canada.
Purnomo, AH. 2004. How Sasi Practices Make Fishers’ Knowledge Effective.
Putting Fishers’ Knowledge to Work: Diunduh 10 Juli 2013 dari web:
http://www2.fisheries.com/archive/
publications/reports/11- 1/11-1b.pdf RAPFISH Group. 2006. Standard Attributes For Rapfish Analyses Evaluation Fields For Ecological, Technological, Economic, Social And Ethical
Status. Fisheries Centre, UBC.
Vancouver.
Satria, A. 2006. Konflik Nelayan dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
Makalah. FKPPS-DKP-RI. Manado 7-9 Desember 2006.
Soesilo, SB. 2003. Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Studi Kasus
Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [Disertasi]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Suyasa, IN. 2007. Keberlanjutan dan Produktivitas Perikanan Pelagis Kecil Yang Berbasis Di Pantai Utara Jawa [disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.