• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam penetapan tarif sewa kamar hotel menggunakan metode Activity Based. produk dan juga menggunakan dasar cost driver.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam penetapan tarif sewa kamar hotel menggunakan metode Activity Based. produk dan juga menggunakan dasar cost driver."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Palupi (2018), Objek penelitian di Hotel Grand Inna Malioboro.

Menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan kuantitatif.

Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Hasil penelitian dalam penetapan tarif sewa kamar hotel menggunakan metode Activity Based Costing sangat akurat dan meningkatkan pendapatan karena biaya yang dibebankan pada produk atas aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi produk dan juga menggunakan dasar cost driver.1

Englina, Inggriani, dan Dhullo (2019), Menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data yang digunakan data primer dengan teknik pengumpulan data wawancara, dokumentasi, dan media elektronik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan cost kamar dengan menggunakan metode keuangan seperti ABC system telah menghasilkan cost kamar yang lebih rendah untuk jenis kamar yang ada di Hotel Gran puri Manado. Ini dikarena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan

1 Palupi Asrining Adi, “Penetapan Tarif Sewa Kamar Untuk Meningkatkan Pendapatan (Studi Kasus Hotel Grand Inna Malioboro Tahun 2017)” (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia 2018).

(2)

8 sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari 1 (satu) cost driver.2

Kurniawan (2019), jenis data yang dipakai adalah data kualitatif yang berasal dari data primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitiannya metode ABC (Activity Based Costing)yang diterapkan oleh Hotel “X” untuk diterapkan sudah tidak akurat, karena adanya pemakaian fasilitas hotel berdasarkan tipe-tipe kamar hotel yang mengakibatkan adanya konsumsi aktivitas-aktivitas dalam proporsi yang tidak sama. Hal ini mengakibatkan adanya distorsi biaya hal ini terjadi pada analisa yang telah dilakukan di tahun 2017.3

Haneda dan Azizah (2018), penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahawa dalam penentuan harga sewa kamar berdasarkan biaya operasional dan persentase pendapatan.4

Munawaroh (2019), penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian bahwa penetapan tarif kamar hotel dihitung berdasarkan kelompok aktivitas meliputi pemeliharan dan perawatan peralatan hotel dan fasilitas hotel. Cost driver dapat berdasarkan jumlah luas

2 Englina Elizabeth Singon, dkk, “Analisis Penentuan Harga Jual Kamar Hotel Pada Hotel Grand Puri Manado)” (Jurnal EMBA Vol.7No.3 Juli 2019)

3 Widiar Onny Kurniawan, “Penerapan Metode ABC (Activity Based Costing) Dalam Menentukan Harga Jual Kamar Hotel “X”( Studi Pada Salah Satu Hotel Berbintang Di Surabaya )”, JEDI Vol. 2, No. 2, pp 31-42, 2019

4 Nivo Haneda, Devi Farah Azizah, “Analisis Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar Dengan Activity Based Costing System (ABC System) Studi Pada Guest Hasanah Buring Kota Malang Tahun 2016”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 56 No. 1 Maret 2018.

(3)

9 kamar tersedia dan jumlah luas kamar yang terjual, Aktivitas penggajian untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual.5

Khabib, Siti dan Puji (2019) hasil penelitiannya bahwa konsep maqasid syariah index tidak melibatkan alat analisis rasio keuangan konvensional yang dipraktikkan ke perbankan syariah. Pengukuran rasio keuangan perbankan syariah hanya melakukan analisa berdasarkan fatwa MUI. Konsep maqasid syariah dengan menganalisis maqasid syariah index dengan mengukur kinerja mempertimbangkan aspek pendidikan, keadilan dan kemaslahatan.6

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Pengertian Harga

Harga adalah nilai suatu barang akibat adanya transaksi jual beli barang atau jasa. Dengan kata lain harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang harus dibayarkan konsumen kepada penjual karena adanya transaksi jual beli. Menurut Kotler dan Armstrong harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan terhadap suatu produk atau jumlah nilai yang harus dibayar konsumen dengan tujuan mengambil manfaat dari produk tersebut.

5 Siti Munawaroh, “Penentuan Harga Jual Kamar Pada Hotel Seerhana Di Kabupaten Berau”,( STIE Muhammadiyah Tanjung Redeb).

6 Khabib Solihin dkk, “Maqashid Shariah Sebagai Alat Ukur Kinerja Bank Syariah Telaah Konsep Maqashid Sharia Index (MSI) Asy-Syatibi” , LAA MAYSIR, volume 6, nomor 2, Juli 2019

(4)

10 Menurut Kotler harga merupakan bauran pemasaran seperti harga, produk, saluran, dan promosi dengan istilah 4P price, product, place, promotion. Pengertian harga ditinjau dari segi konsumen adalah suatu yang dikeluarkan atau pengorbanan yang perlu untuk dikeluarkan oleh konsumen dalam mendapatkan produk yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen itu.

Harga memiliki dua peranan penting dalam pengambilan keputusan yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. Peranan alokasi harga untuk membuat keputusan pembeli dengan mendapatkan manfaat atau utilitas dengan kekuatan daya beli atas barang dan jasa. Peranan informasi dari harga adalah memberikan informasi terkait penilaian suatu produk sesuai dengan kualitas. Banyak yang beranggapan bahwa semakin tinggi harga suatu barang atau jasa, maka semakin baik kualitas yang ada. 7

Mazhab klasik (Quesney, Adam Smith, Ricardo, Marx) menyatakan bahwa penentuan harga berasal dari proses produksi seperti (modal, tenaga kerja, lamanya waktu produksi, lamanya distribusi) atau dari penawaran, sementara mazhab neoklasik menyatakan bahwa penentuan harga tergantung pada konsumen.

Menurut Menger harga merupakan suatu tanda yang menginformasikan kita bahwa apakah penawaran atau permintaan suatu

7 Verina Secapramana, 2000, Model Dalam Strategi Penetapan Harga, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

(5)

11 produk terdapat peningkatan atau penurunan. Ketika permintaan meningkat, maka orang akan membeli, sementara jika persediaan menurun, maka harga akan naik. Jika permintaan pasar meningkat, hal ini yang mendorong penjual menyediakan persediaan barang dalam jumlah besar. Jika penawaran pasar mengalami peningkatan dengan jumlah permintaan yang tetap, maka harga akan mengalami penurunan.8

2.2.2 Fungsi Harga

Harga memiliki fungsi sebagai alat ukur nilai suatu produk, serta sebagai pembeda suatu barang berdasarkan jumlah barang produksi yang tersedia.

a. Sebagai patokan dalam mempertimbangkan nilai jual suatu barang atau jasa.

b. Untuk membantu dalam bertransaksi jual beli.

c. Dapat memberi keuntungan bagi penjual dan produsen apabila dalam penetapan harga yang sesuai dan tepat.

d. Sebagai nilai acuan bagi konsumen untuk menilai kualitas dari barang atau jasa tersebut.

e. Memberikan kemudahan bagi konsumen dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan produk dan daya beli konsumen. 9

8 M. Anton Athoillah, Bambang Q – Anees, Filsafat Ekonomi Islam

9 Maxmanroe.com, Pengertian Harga: Fungsi, Tujuan, dan Jenis-Jenis Harga, diakses pada 14 maret 2020

(6)

12 2.2.3 Penetapan Harga Dalam Islam

Islam adalah agama yang sempurna dengan mengatur seluruh aspek kehidupan yang ada di muka bumi salah satunya mengatur tentang muamalah. Menjalankan sebuah bisnis tidak terlepas dari penetapan harga. Harga memiliki peranan penting dalam terjadinya kesepakatan penjual dan pembeli. Hal ini terdapat dalam Al-Quran surah An-Nisa’:

29.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”.10

lafadz bathil pada ayat diatas memiliki makna sebagai suatu untuk hal-hal yang tidak dihalalkan oleh syariat baik berupa riba, ghasab, mencuri, berkhianat, kesaksian palsu, mendapatkan uang dengan sumpah palsu serta mengingkari kebenaran. Jual beli hendaknya

10 QS. An-Nisa’ [4] : 29

(7)

13 dilakukan saling suka sama suka tidak ada paksaan berdasarkan kerelaan hati masing-masing.

Harga merupakan komponen yang berpengaruh dalam hasil perdagangan. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas barang yang dijual. Secara tidak langsung harga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi produksi. Penetapan harga berpengaruh pada pendapatan total dan biaya total.11

Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan tingkat harga adalah:

a. Keinginan orang terhadap barang-barang yang berbeda-beda.

b. Jumlah permintaan

c. Kuat dan lemahnya kebutuhan terhadap barang-barang itu.

d. Kualitas pembeli barang tersebut.

e. Jenis transaksi pembayaran dalam jual beli.12

Zaman Rasulullah SAW, ketika Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjadi muhtasib (pengawas pasar). Saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Nabi Muhammad menolak adanya kebijakan penetapan harga karena ketika harga naik, kondisi ini terdorong oleh permintaan

11 Supriadi, Konsep Harga Dalam Ekonomi Islam, (Bogor: 2018), hlm 39

12 Ilhamsyah Budi Kurniawan, Mekanisme Pasar Dalam Pandangan Islam, diakses pada tanggal 3 maret 2020 dari http://kompasiana.com

(8)

14 dan penawaran. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh 6 Imam kecuali Imam An-Nasa’I :

“Manusia berkata saat itu, “Wahai Rasulullah harga (saat itu) naik, maka tentukanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah adalah penentu harga, ia adalah penahan, pencurah, serta pemberi rezeki. Sesungguhnya aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku dimana salah seorang diantara kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta”.13

Nabi tidak menetapkan harga jual, sebab dengan menetapkan harga jual (tas’ir) akan mengakibatkan kezaliman. Jika harga jual barang tinggi, maka akan menzalimi pembeli, sedangkan jika harga jual rendah, maka akan menzalimi penjual.14 Menurut pendapat ulama fiqiyah Imam Ahmad bin Hanbal bahwa pemimpin tidak berhak menetapkan penentuan harga, tetapi masyarakat sendiri yang menetapkan sesuai dengan apa yang diperjualbelikan.

Menurut Imam As-Syafi’i bahwa penetapan harga adalah haram, penetapan harga barang dengan tujuan untuk menyusahkan masyarakat dengan meninggikan harga tersebut. Menurut Imam Malikiyah dan hanafiyah membolehkan penetapan harga untuk barang-

13 Hadis Nabi Muhammad SAW Mekanisme Penetapan Harga, diakses pada 17 Juli 2020

14 Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al- Syariah, (Jakarta:2014): 201

(9)

15 barang sekunder/ hajjiyat hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.15

Al-Ghazali menentang adanya penentuan harga yang berlebihan demi mendapatkan laba/keuntungan yang banyak, Al-Ghazali menekankan untuk melakukan pengurangan marjin keuntungan dengan menurunkan harga jual barang. Al-Ghazali mengatur penentuan harga dengan menentukan pengambilan marjin keuntungan berkisar antara 5%

hingga 10% dari harga barang. Menurut Al-Ghazali dalam pengambilan keuntungan pedagang tidak diperbolehkan mengambil laba secara berlebihan, bahkan Al-Ghazali menyarankan kebajikan (ihsan) bagi pedagang dengan 1) menetapkan motivasi pengambilan laba dari penjualan kebutuhan harus seminimal mungkin, 2) jika pembeli menawar dengan harga yang lebih tinggi dari yang berlaku, penjual harus menolaknya; 3) pedagang berjualan dengan jujur, tidak melakukan dalam hal informasi kualitas barang atau harga.16

15 Ibid, hal 202

16 M. Anton Athoillah, Bambang Q – Anees, Filsafat Ekonomi Islam

(10)

16 2.2.4 Strategi Penetapan Harga Produk Baru

1. Penetapan Harga Memerah Pasar (market skimming pricing) Penetapan harga yang tinggi untuk mendapatkan laba maksimum dari lapisan segmen yang bersedia membayar harga yang tinggi. Perusahaan akan menjual produk yang lebih sedikit untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

2. Penatapan Harga Dengan Penetrasi Pasar (market penetration pricing)

Penetapan harga awal pasar dengan menetapkan harga terendah untuk menarik konsumen dimana volume penjualan tinggi akan menghasilkan biaya yang lebih rendah sehingga memungkinkan perusahaan akan menurunkan harga lebih rendah. 17

2.2.5 Strategi Penyesuaian Harga

1. Penetapan Harga Diskon dan Potongan Harga

Perusahaan menyesuaikan harga dengan memberikan penghargaan kepada pelanggan atas respon tertentu seperti pembayaran tagihan sebelum jatuh tempo, volume penjualan dan pembelian diluar musim hal ini yang disebut diskon dan potongan harga. Berbagai jenis diskon yaitu diskon tunai, dimana

17 Philip Kotler & Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12 Jilid 2, (Jakarta: 2008): 4

(11)

17 pengurangan harga langsung terhadap pembelian dalam periode tertentu.

Diskon kuantitas, dimana perusahaan memberikan diskon kepada pembeli karena membeli barang dalam volume pembelian yang besar. Diskon fungsional, penjual menawarkan diskon kepada anggota saluran yang melakukan fungsi tertentu seperti penjualan, pencatatan. Diskon musiman, adalah memberikan diskon kepada pembeli diluar musim. Sedangkan potongan harga (allowance) adalah pengurangan dari harga resmi. 18

2. Penetapan Harga Tersegmentasi

Harga segmentasi adalah perusahaan menjual barang atau jasa dengan dua harga ata lebih tetapi tidak berdasarkan perbedaan biaya.

Penetapan harga segmentasi menyesuaikan harga untuk memungkinkan terjadinya perbedaan pada produk, pelanggan dan lokasi.

3. Penetapan Harga Psikologis

Penetapan harga dengan mempertimbangkan psikologis harga dan bukan keekonomisannya.

4. Penetapan Harga Promosi

18 Ibid, hal 9

(12)

18 Penetapan harga promosi dimana perusahaan akan menetapkan harga dibawah harga normal bahkan sampai dibawah biaya dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan.

5. Penetapan Harga Geografis

Penetapan untuk pelanggan yang berada di belahan negeri atau dunia. Penetapan harga berasarkan zona dimana perusahaan menetapkan harga pada dua zona atau lebih. Pelanggan yang berada di dalam zona akan membayar dengan harga yang sama, jika zona semakin jauh maka harganya akan tinggi.

6. Penetapan Harga Dinamis

Penetapan harga ini dengan menyesuaikan harga terus menerus untuk memenuhi karakterisktik kebutuhan pelanggan. 19

2.2.6 Metode Penetapan Harga

1. Metode taksiran (judgemental method), metode ini biasa digunakan oleh perusahaan baru berdiri karena belum terdapat data statistik.

2. Metode berbasis pasar (market based pricing)

a. Harga pasar saat ini (current market price) metode ini digunakan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru hasil modifikasi tetapi menggunakan harga produk yang lama.

19 Ibid, hal 9

(13)

19 b. Harga pesaing (competitor price), penggunaan metode ini ketika perusahaan menetapkan harga jual produknya menggunakan harga yang sama dengan harga pesaing.

c. Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current marker price), perusahaan melakukan identifikasi harga pasar yang berlaku pada saat menyiapkan anggaran dengan melakukan survey pasar.

3. Metode Berbasis Biaya (cost based pricing)

a. Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus markup), metode ini untuk mengetahui seluruh biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk produk tertentu. Full cost keseluruhan biaya yang dikeluarkan dimulai dari bahan baku sampai produk jadi.

b. Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark up), proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan markup laba yang diinginkan. Pada metode ini markup ini lebih tinggi dibanding biaya full cost, penyebabnya karena biaya variabel lebih rendah daripada full cost.20

20 Raden Seila Lasmidara, Penentuan Harga Jual, diakses pada 16 maret 2020 dari http://kompasiana.com

(14)

20 2.2.7 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tentang

Standar Usaha Hotel Pasal 1.

Dalam Peraturan Menteri yang dimaksud dengan:

1. Usaha adalah setiap tindakan atau kegiatan dalam bidang perekonomian yang dilakukan untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/ atau laba.

2. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

3. Usaha penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya.

4. Usaha hotel adalah usaha penyediaan akomodasi berupa kamar- kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan.

5. Standar Usaha Hotel adalah rumusan kualifikasi usaha hotel dan atau penggolongan kelas usaha hotel yang mencakup aspek produk, pelayanan dan pengelolaan usaha hotel.

6. Sertifikat Usaha Hotel adalah bukti tertulis yang diberikan oleh lembaga sertifikat usaha pariwisata kepada pengusaha hotel yang telah memenuhi standar usaha hotel.

(15)

21 7. Sertifikasi Usaha Hotel adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha hotel untuk mendukung peningkatan mutu produk, pelayanan dan pengelolaan usaha hotel melalui penilaian kesesuaian standar usaha hotel.

Pasal 2.

Standar usaha Hotel bertujuan untuk:

1. Menjamin kualitas produk, pelayanan dan pengelolaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan tamu; dan

2. Memberikan perlindungan kepada tamu, pengusaha hotel, tenaga kerja, dan masyarakat, baik untuk keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dan pelestarian lingkungan hidup. 21

2.2.8 Peraturan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah

Pasal 1.

Dalam peraturan menteri yang dimaksud dengan:

1. Usaha hotel adalah penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan.

21 www. Kemenparekraf.go.id

(16)

22 2. Syariah adalah prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang diatur fatwa dan/atau telah disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia.

3. Usaha Hotel Syariah adalah usaha hotel yang penyelenggaraannya harus memenuhi kriteria Usaha Hotel Syariah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini.

4. Kriteria Usaha Hotel Syariah adalah rumusan kualifikasi dan/atau klasifikasi yang mencakup aspek produk, pelayanan, dan pengelolaan.

5. Hotel Syariah Hilal-1 adalah penggolongan untuk usaha hotel syariah yang dinilai memenuhi seluruh kriteria Usaha Hotel Syariah yang diperlukan untuk melayani kebutuhan minimal wisatawan muslim.

6. Hotel Syariah Hilal-2 adalah penggolongan untuk Usaha Hotel Syariah yang dinilai memenuhi seluruh Kriteria Usaha Hotel Syariah yang diperlukan untuk melayani kebutuhan moderat wisatawan muslim.

7. Kriteria mutlak adalah ketentuan dan persyaratan minimal tentang produk, pelayanan, dan pengelolaan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh pengusaha hotel sehingga dapat diakui sebagai Usaha Hotel Syariah dan memperoleh Sertifikat Usaha Hotel Syariah.

8. Kriteria tidak mutlak ketentuan dan persyaratan tentang produk, pelayanan, dan pengelolaan yang dapat dilaksanakan oleh

(17)

23 pengusaha Hotel Syariah, guna memenuhi kebutuhan tertentu wisatawan muslim.

9. Sertifikasi Usaha Hotel Syariah adalah proses pemberian sertifikat pada Usaha hotel melalui audit untuk menilai kesesuaian produk, pelayanan dan pengelolaan usaha hotel dengan kriteria Usaha Hotel Syariah.

10. Sertifikat Usaha Hotel Syariah adalah bukti tertulis yang diberikan oleh DSN-MUI pada usaha hotel yang telah memenuhi penilaian kesesuaian kriteria Usaha Hotel Syariah.

11. Majelis Ulama Indonesia, yang selanjutnya disebut MUI, adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendikiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.

12. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indoneisa, yang selanjutnya disebut DSN-MUI adalah bagian dari struktur kelembagaan MUI yang bertindak sebagai Lembaga Sertifikasi di bidang Usaha Pariwisata Syariah. 22

22 Peraturan.bkpm.go.id

(18)

24 2.2.9 Pengertian Maqasid Syariah

Secara bahasa maqasid syariah terdiri dua kata yaitu maqasid dan syariah. Maqasid adalah bentuk jamak maqashid yang berarti kesengajaan atau tujuan. Sedangkan, syariah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air. Air adalah pokok kehidupan. Berjalan menuju sumber air ini dapat dimaknai jalan menuju ke arah sumber pokok kehidupan. 23

Kandungan maqasid syariah adalah kemaslahatan. Menurut Ibnu Qayyim asas syariah adalah kemaslahatan kehidupan dunia akhirat. Kemaslahatan dilihat dari dinamika dan pengembangan hukum yang mengandung filosofis dari hukum yang telah disyariatkan. Allah menurunkan Al-Quran yang menunjukkan hukum-hukum berisi kemaslahatan manusia dalam melaksanakan syariatnya.24

Pengertian Maqasid syariah menurut Imam Al-Ghazali

“penjagaan terhadap maksud dan tujuan syariah adalah upaya mendasar untuk bertahan hidup, menahan faktor-faktor kerusakan dan mendorong terjadinya kesejahteraan”.

Sedangkan menurut Imam al-Syathibi maqasid syariah terbagi menjadi dua bagian, yang pertama berkaitan dengan maksud Tuhan selaku pembuat syari’ah, kedua berkaitan dengan mukallaf.25 Maksud

23 Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqh, (Jogjakarta:2011):154

24 Ibid, 155

25 Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al- Syariah, (Jakarta:2014): 41

(19)

25 Tuhan selaku pembuat syariah adalah untuk memberikan kemaslahatan umatnya didunia dan akhirat. berkaitan dengan mukallaf untuk memberikan kemaslahatan kepada manusia agar hidup dalam kemaslahatan dunia akhirat dan mencegah dari kerusakan-kerusakan.

2.2.10 Hakikat Maqasid Syariah

Para ulama fiqih membagi lima unsur pokok atau yang terkenal dengan al Kulliyat al Khomsah yaitu memelihara agama (Hifz al Din), jiwa (Hifz al Nafs), akal (Hifz al Aql), harta (Hifz al Maal), dan keturunan (Hifz al Nasl). Jika seseorang telah menjaga kelima unsur pokok maqasid syariah akan memperoleh kemaslahatan, jika tidak memelihara dengan baik maka akan memperoleh mafsadat.26

Ayat Al-Quran yang menjelaskan kelima unsur pokok maqasid syariah, yang berkenaan dengan memelihara agama pada surat Al-A’raf: 51:

26 Ibid, 159

(20)

26 (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main- main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.

Maka pada hari (kiamat) ini, kami melupakan merkea sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.

Berkenaan dengan memelihara jiwa surah An-Nisa: 93:

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialaha jahanam, kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta azab yang besar baginya”.27

Berkenaan dengan terpeliharanya akal, surah Al-Maidah: 90

27 QS. An-Nisa: 93

(21)

27

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.

Berkaitan dengan keturunan surat Al-Isra’: 32

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jualan yang buruk”.28

Berkenaan dengan terpeliharanya harta, pada surat Al-Baqarah:188

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”.29

28 QS. Al-Isra’: 32

29 QS. Al-Baqarah: 188

(22)

28 2.2.11 Kerangka Maqasid Syariah

Para ahli ushul fiqh menetapkan lima unsur pokok yang harus diperhatikan, unsur itu bersumber dari Al-Quran. Kelima pokok itu harus dijaga dalam kehidupan ini. Ulama Al-Syathibi membagi maqasid syariah menjadi tiga yaitu dharuriyat, hajiyah, tahsiniyah.

1. Dharuriyat

Dharuriyat merupakan kemaslahatan agama dan dunia. Jika dharuriyat itu hilang maka dharuriyat dunia dan akhirat akan hilang.

Dharuriyat menunjukkan kebutuhan primer/ prioritas yang harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, maka berakibat rusaknya dan cacatnya hajiyat dan tahsiniyat. Dalam dharuriyat terdapat lima pokok dalam maqasid syariah al-kulliyat al khomsah yaitu penjagaan terhadap al-din (agama), al-maal (harta), al-nasl (keturunan), al-aql (akal), al-nafs (jiwa).

2. Hajiyat

Hajiyat dapat diartikan sebagai hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemudahan dan menghilangkan kesulitan yang dapat menyebabkan bahaya dan ancaman, jika sesuatu yang ada dianggap tidak ada. Hajiyat ini disebut kebutuhan sekunder menambah nilai/

value kehidupan manusia.

(23)

29 3. Tahsiniyah

Tahsiniyah jika seseorang telah menginjak tahsiniyah berarti ia telah memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan kepuasan dalam hidupnya. Tahsiniyah disebut kebutuhan tersier atau kebutuhan yang bersifat kemewahan.30

2.2.12 Maqasid Syariah Index

Maqasid syariah index diambil dari nilai maqasid syariah dengan tujuan untuk mencapai nilai-nilai kesejahteraan dan manfaat.

Maqasid Syariah Index (MSI) dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu pendidikan, keadilan dan kemaslahatan. Aspek ini yang menjadi tujuan maqasid syariah demi mencapai kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. 31

Maqasid Syariah Index (MSI) mengukur kinerja perbankan syariah menggunakan rasio keuangan berdasarkan konsep maqasid syariah. Konsep ini dikembangkan oleh Muhammed, Razzak dan Thaib dengan merujuk pada konsep maqasid syariah Muhammad Abu Zahrah.

Konsep ini berdasarkan konsep Abu Zahrah dengan menetapkan pendidikan tahdzib al-fard, kadilan/ iqomat al-adl, dan kemaslahatan.

30 Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir Riyadi, op.cit 65

31 Nisa N., dkk, “Analisis Kinerja Bank Syariah Dengan Maqasid Syariah Index (MSI) dan Profitabilitas:, Jurnal Akuntansi Volume 13 (1) (Januari-Juni 2018) 1-19

(24)

30 Menurut Abu Zahrah keberadaan syariat Islam adalah sebagai rahmat bagi manusia, sehingga tujuan yang dicapai dalam maqasid syariah adalah:

1. Mendidik individu (Tahzib al fard)

Yaitu bagaimana individu menjadi sumber kebaikan bagi komunitasnya bukan sebaliknya yang menjadi sumber keburukan bagi manusia. Sehingga berbagai macam ibadah yang disyariatkan bertujuan untuk melatih jiwa agar tidak cenderung pada keburukan dan yang menghasilkan tindakan zolim, keji kepada orang lain.

2. Menegakkan keadilan (Iqamah al adl)

Yaitu mewujudkan keadilan bagi semua manusia, dalam bidang muamalah dengan menghormati hak dan melaksanakan kewajiban antar pihak yang bermuamalah, karena tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin.

3. Menghasilkan kemaslahatan (Jalb al maslahah)

Yaitu menghasilkan kemaslaatan umum bukan kemaslahatan yang khusus untuk pihak tertentu. Kemaslahatan berdasarkan

(25)

31 hukum-hukum syariah dan nash agama. Kemaslahatan mengarah ke penjagaan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. 32

Teori yang dikemukakan Abu Zahrah dikembangkan lagi oleh Muhammed, Razaak dan Taib yang menjadikan model pengukuran kinerja bank syariah berdasarkan maqasid syariah. Muhammed dkk mengklasifikasi teori Abu Zahrah menjadi 9 dimensi berupa perilaku yang dapat diobservasi. Dari masing-masing dimensi dibagi lagi menjadi 10 elemen yang diukur berdasar rasio keuangan bank syariah.33

1. Konsep mendidik individu

a. Memajukan pengetahuan: bantuan pendidikan, penelitian b. Menerapkan dan meningkatkan keahlian baru: pelatihan c. Menciptakan kesadaran akan bank syariah: publikasi

2. Menegakkan keadilan

a. Pengembalian yang adil: pengembalian yang adil b. Produk dan layanan yang terjangkau: harga terjangkau c. Penghapusan ketidakadilan: produk bebas bunga

32 Anton Sudrajat, Amirus Sodiq, (2016), “Analisis Penilaian Kinerja Bank Syariah Berdasarkan Indeks Maqasid Shari’ah (Studi Kasus pada 9 Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2015), BISNIS, vol. 4, No. 1, Juni 2016

33 Ibid, 180

(26)

32 3. Konsep kemaslahatan

a. Profitabilitas: rasio profit

b. Distribusi pendapatan dan kesejahteraan: pendapatan personal c. Investasi dalam sektor riil: investasi sektor riil.34

2.3 Kerangka Pikir

34 Khabib Solihin dkk, (2019), “Maqashid Shariah Sebagai Alat Ukur Kinerja Bank Syariah Telaah Konsep Maqashid Sharia Index (MSI) Asy-Syatibi” , LAA MAYSIR, volume 6, nomor 2, Juli 2019

Menganalisis Penetapan Tarif dari Segi Maqasid Syariah Penetapan Tarif Kamar Guest

House Ditinjau Berdasarkan Maqasid Syariah

Hasil dan Kesimpulan

Pendidikan Keadilan Kemaslahatan

Referensi

Dokumen terkait

U ovome radu interpretirane su odabrane priče iz dviju zbirki priča Oscara Wildea – Sretni princ i druge priče ( Sretni princ, Slavuj i ruža, Sebični Div ) te Kuća mogranja

ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dapat membuat video feature interaktif tentang wisata di Kota Surabaya.. Video ini menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan sukarela manajemen risiko terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Hasil survei awal di lapangan, diperoleh informasi bahwa adanya perbedaan pencapaian target program penanggulangan TB pada Puskesmas di Kabupaten Muara Enim disebabkan

Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus I dan II di atas dapat direfleksikan bahwa: “ Penerapan metode demonstrasi yang dikembangkan pada siklus I dan II sudah

ketiga bulan tersebut terkadang tidak dapat melakukannya pada hari dan tanggal yang sama disebabkan perbedaan dalam penetapan awal bulan-bulan tersebut; (b) bahwa

Pendidikan dan pendampingan oleh mentor dalam penerapan EBP tidak hanya memiliki efek langsung terhadap implementasi EBP, melaink- an secara luas mampu memberikan dampak baik bagi

Islam menegaskan bahwa perbedaan suatu agama yang terjadi antara pewaris dan ahli waris merupakan suatu penghalang dari suatu pewarisan. Hal tersebut terdapat pada pasal 171 poin