• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan Kesadahan Air Tanah Dengan Metode Ion Exchange

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penurunan Kesadahan Air Tanah Dengan Metode Ion Exchange"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

1

Reduksi Kesadahan Air Tanah Menggunakan Metode Ion Exchange Dengan Resin Amberlite IR 120 Na

(Studi Kasus: Sistem Penyediaan Air di PT. Sri Rejeki Isman Sukoharjo)

1Setiawan, 2Elvis Umbu Lolo, 3Cicik Sudaryantiningsih, 4Richardus Indra Gunawan

1,2,3,4Program Studi Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik, Universitas Kristen Surakarta

Email korespondensi: eumbulolo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Air tanah biasanya sudah memenuhi syarat diatas, namun seringkali parameter kesadahan diabaikan karena cukup dipanaskan sudah mengendap padahal kesadahan larut dalam air dan jika konsentrasinya tinggi tidak dapat diendapkan. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi mengenai kemampuan resin pada softener dalam menurunkan atau menghilangkn kesadahan dan tingkat efisiensi pengoalahan yang dilakukan. Air baku yang mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi diolah dengan metode kimia yaitu ion exchange (pertukaran ion), sehingga diperoleh air bersih selanjutnya dilakukan analisa di laboratorium dengan metode analisa titrimetri EDTA untuk mengetahui tingkat kesadahan dalam air baku. Hasil dari analisa berupa data diolah dengan cara perhitungan numeric.

Metode penelitian menggunakan dua variable yaitu waktu proses (1,2,3,4,5 Jam) dan variable ketebalan media resin(30,40 dan 50 cm) sebagai variable bebas.Tingakt kesadahan yang tinggi pada air tanah sebagai variable terikat. Hasil yang dperoleh untuk air baku mempunyai tingkat kesadahan sebesar 520 mg/l, setelah air baku diolah diperoleh penurunan tingkat kesadahan tertinggi sebagai berikut: untuk ketebalan 30 cm diperoleh tingkat kesadahan 213,33 mg/l dengan efisiensi pengolahan sebesar 58,98%, untuk ketebalan 40 cm diperoleh tingkat kesadahan 46,66 mg/l dengan efisiensi pengolahan sebesar 71,80%, untuk ketebalan 50 cm diperoleh tingkat kesadahan 93,33 mg/l dengan efisiensi pengolahan sebesar 82,05%.Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan ketebalan resin sangat mempengaruhi penurunan tingkat kesadahan dan efisiensi pengolahan.

Kata Kunci: Air Tanah, Ion Exchange, Kesadahan, Reduksi ABSTRACT

Ground water usually meets the above requirements, but often the hardness parameter is ignored because it is sufficiently heated to precipitate even though hardness is soluble in water and if the concentration is high it cannot be deposited. The purpose of this study is to obtain data and information about the ability of the resin in the softener to reduce or eliminate hardness and the level of efficiency of the processing carried out. Raw water that has a high level of hardness is treated by chemical methods, namely ion exchange, so that clean water is obtained then it is analyzed in a laboratory with EDTA titrimetric analysis method to determine the level of hardness in raw water. The results of the analysis in the form of data are processed by means of numerical calculations. The research method uses two variables, namely processing time (1,2,3,4,5 hours) and resin media thickness (30,40 and 50 cm) as independent variables. High hardness level in ground water as the dependent variable. The results obtained for raw water have a hardness level of 520 mg / l, after processing raw water the highest level of hardness is obtained as follows: for a thickness of 30 cm obtained a hardness level of 213.33 mg / l with a processing efficiency of 58.98%, for a thickness of 40 cm obtained a hardness level of 46.66 mg / l with a processing efficiency of 71.80%, for a thickness of 50 cm obtained a hardness level of 93.33 mg / l with a processing efficiency of 82.05%. Based on this study it can be concluded that each the addition of resin thickness greatly influences the level of hardness and processing efficiency.

Keyword : Textile wastewater, Coagulation Flocculation, treatment

(2)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

2 1.Pendahuluan

Air yang biasa dipakai sebagai sumber air minum baik air tanah maupun air permukaan kadang- kadang berwarna berbau dan berasa. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi oleh bahan lain seperti:

klorin, sulfur, besi, dan mangan. Selain itu pada air tersebut biasanya mengandung kesadahan, kelebihan ion besi, hidrogen sulfida, keasaman, dan kekeruhan. Kontaminan lain dalam air bisa juga berupa bahan organik, partikel padat, logam timbal, merkuri, limbah minyak dan parasit yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tetapi bila air sumber tersebut mengandung polutan lain yang membahayakan kesehatan manusia perlu dipilih teknologi pengolahan air yang cocok untuk menghilangkannya[1].

Kesadahan merupakan suatu keadaan dengan kandungan kapur yang berlebihan dalam air.

Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam.[2]

Berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), air sadah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), khususnya senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air membebaskan ion Ca2+ dan atau Mg2+. Selanjutnya, senyawa- senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel, sesuai persamaan reaksi :

Ca(HCO3)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g) Mg(HCO3)2(aq) → MgCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawasenyawa tersebut disebut air sadah tetapkarena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan mereaksikan air tersebut dengan zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat: Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+, sehingga terjadi persamaan reaksi berikut:[3]

CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) → CaCO3(s) + 2NaCl(aq) Mg(NO3)2(aq) + K2CO3(aq)→MgCO3(s) + 2KNO3(aq)

Salah satu teknik pengolahan air yang dipergunakan dalam menghilangkan kesadahan air adalah dengan metode pertukaran ion.Pertukaran ion adalah proses menghilangkan kation maupun anion yang tidak diinginkan pada air . Kation akan ditukar oleh ion Hydrogen atau Natrium dan anion ditukar dengan ion-ion Hidroksil.[4]

Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air industri. Air industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air pendingin (cooling water), air sanitasi dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan yang berbeda dan secara umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung pada sumber air dari mana air baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air hasil olahan tersebut. Pada prinsipnya, pengolahan air bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi zat yangterkandung dalam air yang berada dalam bentuk terlarut (ion), bentuk tersuspensi ataupun bentuk koloid hingga dicapai kualitas air yang memenuhi dengan persyaratan sesuai dengan maksud penggunaannyA[5]

Persyaratan Kualitas Air Minum menyatakan bahwa nilai kesadahan air minimal 500 mg/l.standar inilah yang bisa dipakai sebagai referensi untuk menurunkan nilai kesadahan dalam pengolahan air minum. [6]

Salah satu industry tekstil di Kabupaten Sukoharjo adalah Industri Sri Rejeki Isman yang

(3)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

3

merupakan industry tekstil terbesar di Propinsi Jawa Tengah dan di Indonesia.Industri ini membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan produksi.salah satu permasalahan yang dihadapi adalah tingkat kesadahan air yang cukup tinggi, sehingga perlu dicari teknologi pengolahan yang tepat.Salah satu teknologi yang dapat diaplikasikan adalah pertukaran ion (ion exchange).Hal ini yang membuat penulis untuk melakukan penelitian dengan judul: Penurunan Kesadahan Air Tanah Dengan Metode Ion Exchange (Studi Kasus: Sistem Penyediaan Air di PT. Sri Rejeki Isman Sukoharjo) 2.Studi Pustaka

2.1 Air Tanah

Pengertian Air Tanah Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah.

Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus

.

Karakteristik Akuifer Air Tanah Air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berlangsung di alam, serta terdapat dalam batuan yang berada di bawah permukaan tanah meliputi keterdapatan, penyebaran dan pergerakan air tanah dengan penekanan pada hubungannya terhadap kondisi geologi suatu daerah. Berdasarkan atas sikap batuan terhadap air, dikenal adanya beberapa karakteristik batuan sebagai berikut :

a. Akuifer (lapisan pembawa air) adalah lapisan batuan jenuh air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah yang cukup dan ekonomis misalnya pasir.

b. Akuiklud (lapisan batuan kedap air) adalah suatu lapisan batuan jenuh air yang mengandung air tetapi tidak mampu melepaskannya dalam jumlah berarti misalnya lempung.

c. Akuitard (lapisan batuan lambat air) adalah suatu lapisan batuan yang sedikit lulus air dan tidak mampu melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi mampu melepaskan air cukup berarti kea rah vertikal, misalnya lempung pasiran.

d. Akuiflug (lapisan kedap air) adalah suatu lapisan batuan kedap air yang tidak mampu mengandung dan meneruskan air, misalnya granit.[7]

2.2 Kesadahan Air

Proses terjadinya air sadah tidak lepas dari siklus hidrologi. Air hujan yang sampai ke daratan ada yang melimpas (run-off) ada juga yang meresap (infiltrasi) ke dalam tanah lalu mengalami perkolasi (menyusup) di lapisan tanah dalam. Ketika mengalir di lapisan tanah atas (top-soil), di dalam air terjadi aktivitas mikroba yang menghasilkan gas karbondioksida (CO2). Air dan CO2 ini lantasmembentuk asam karbonat (H2CO3). Asam inilah yang kemudian bereaksi dengan batu kapur atau gamping (CaCO3, MgCO3) menjadi kalsium bikarbonat, Ca(HCO3)2 dan magnesium bikarbonat, Mg(HCO3)2. [8]

2.3 Ion Exchange

Ion exchange berarti pertukaran ion.Namun jika diartikan lebih dalam lagi, kromatografi ion exchange adalah sebuah proses kromatografi untuk memisahkan molekul ion suatu senyawa berdasarkan perbedaan nilai muatan permukaan antar senyawa

.

Contoh penggunaan ion exchange yaitu pada proses softening (pelunakan) air dan juga demineralisasi air. Proses softening air adalah proses menghilangkan zat-zat kimia pengeras air yakni ion kalsium dan magnesium.

(4)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

4

Gambar 1.Skema pertukaran ion

Jika R adalah senyawa resin, maka reaksi pertukaran ion kalsium yang terjadi pada proses softening air adalah sebagai berikut: 2RNa+Ca++→R2Ca+2Na+

Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul resin mengikat lemah ion sodium (Na+), dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-menarik yang lebih kuat dengan ion kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan magnesium ke molekul resin[9].

Resin penukar ion ( ion exchange ) yang merupakanmedia penukar ion sintetis pertama kali dikembangkanoleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalanpembuatan resin hasil polimerisasi styrene dan divinilbenzena. Bentuk resin penukar ion ini bermacam –macam yaitu dapat berupa butiran, powder, membraneatau fiber.Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapasifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baikadalah sebagai berikut: a. Mmempunyai kapasitas ikatansilang yang kuat yang dapat menghilangkan sejumlah iontertentu b. Resin dengan ukuran partikel kecil akansemakin baik, sebab dibutuhkan luas kontak yang besar c.Resin mempunyai stabilitas yang dapat digunakan dalamwaktu yang lama, tidak mudah aus/rusak dalam Regenerasi.[10].

3.Metodologi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel di PT Sri Rejeki Isman di Jl KH. Samanhudi no 53, Sukoharjo.

Penelitian di Universitas Kristen Surakarta dan dianalisa dengan Titrimetri EDTA di laboratorium Teknik Lingkungan “AKPRIND” Yogyakarta. Obyek penelitian yang diteliti adalah air tanah yang memiliki tingkat kesadahan yang terlalu tinggi.Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008 sampai dengan September 2008.Tata cara pengambilan sample menggunakan standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengambilan sampel pada air tanah [11]

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel bebas

Waktu proses (1,2,3,4,5 jam ) dan variasi ketebalan media resin (30,40,50 cm )

Resin yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis resin Amberlite IR 120 Na adalah sejenis gel resin penukar kation asam kuat tipe polistiren tersulfonasi. Amberlite IR 120 Na digunakan untuk pelunakan air (dalam bentuk Na+) dan juga untuk air demineralisasi (dalam bentuk H+) pada unit regenerasi co-flow. Resin Cation Amberlite IR 120 Na sangat baik digunakan untuk berbagai macam aplikasi pengolahan air industri diantaranya proses water softener dan proses demineralisasi.[12]

Resin yang dipergunakan dalam penelitian ini sesuai resin dengan ASTM C 582,menurut standar nasional Indonesia SNi Nomor: 7504:2011 tentang Spesifikasi material fibreglass reinforced plastic unit instalasi pengolahan air[13].

2. Variabel Terikat

Tingkat kesadahan yang tinggi pada air tanah.

Tahapan Teknis Pelaksanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel (air baku) diambil dari air sumur PT SRI REJEKI ISMAN Sukoharjo yang terletak di Water Treatment I, Cara pengambilan sampel, botol plastik harus dalam keadaan (steril) lalu botol plastik dibilas dengan sampel air baku sebanyak 3 kali, setelah itu baru dimasukkan sampel air baku sampai penuh tanpa ada celah udaranya dan ditutup rapat. Air yang diambil belum mengalami proses pengolahan.

2. Penyiapan Bahan

Resin sintetis yang digunakan untuk penelitian sudah dalam bentuk kemasan dan siap untuk dipakai. Resin sintetis yang telah dipersiapkan ditimbang untuk ketebalan 30 cm membutuhkan resin sebanyak 0,75 kg, untuk ketebalan 40 cm membutuhkan resin sebanyak 1,00 kg. untuk ketebalan 50 cm membutuhkan resin sebanyak 1,25 kg. Selain menggunakan resin sintetis, bahan lain yang digunakan adalah karbon aktif. Untuk karbon aktif membutuhkan 0,15 kg.

3. Cara Kerja Penelitian

(5)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

5

Air baku (air tanah) yang mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi dimasukkan dalam wadah umpan kemudian dialirkan ke tabung softener. Tinggi air yang diolah dipetahankan ketinggiannya supaya air dapat mengalir secara gravitasi dan terus menerus (kontinyu). Air hasil olahan yang keluar dari tabung softener ditampung dengan botol plastik dengan kapasitas 300 ml dan diambil setiap 1 jam sekali, lalu air hasil olahan tersebut dianalisa di laboratorium untuk mengetahui penurunan kesadahan yang terdapat dalam air hasil olahan dengan metode analisa Tritimetri EDTA.

Adapun cara kerja analisa Tritimetri EDTA adalah 100 ml air sampel dicampur dengan larutan buffer sebanyak 5 ml dan idokator kesadahan sebanyak 1 ml sehingga dihasilkan warna merah, kemudian dilakukan titrasi dengan larutan titran EDTA sampai terjadi perubahan warna menjadi ungu [14].Valume EDTA yang digunakan (p) dicatat dan tingkat kesadahan dihitung dengan rumus:

Kesadahan . . . . 3

. 100

.

1000 pNEDTAMECaCO ml

ml

Sedangkan cara kerja dan tata cara pembuatan dari alat penelitian secara rinci dapat dilihat pada gambar 1. sebagai berikut[15] :

AIR BAKU

KARBON AKTIP

RESIN

AIR HASIL OLAHAN

Gambar 2 Model Penelitian

Dalam penelitian ini disamping pengamatan secara laboratorium juga dilakukan analisa deskriptif yang merupakan uraian penalaran guna merekatkan berbagai data dalam rangka mencari kejelasan yang sedang diamati, sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas.

Efisiensi pengolahan dengan memperhatikan data analisa konsentrasi sebelum pengolahan dan konsentrasi setelah pengolahan dengan menggunakan resin. Jika konsentrasi air tanah sebelum dan sesudah pengolahan diketahui, maka perhitungan efisiensi pengolahan (EP) dapat dicari dengan cara sebagai berikut :

% 100 Co x

Ct EPCo

Dimana :

EP = Efisiensi Pengolahan (%)

Co = Konsentrasi air sebelum pengolahan (mg/l) Ct = Konsentrasi air sesudah pengolahan (mg/l)

4.Hasil Penelitian dan Pembahasan:

Berdasarkan penelitian pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi kesadahan pada air tanah di PT. SRI REJEKI ISMAN Sukoharjo didapatkan hasil sebagai berikut :

(6)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

6

Tabel .1 Data Hasil Analisa Kesadahan Sebelum Pengolahan.

Parameter

Pengulangan

Rata-Rata (mg/l)

I II III

Kesadahan 520 520 520 520

Dari table1 dapat dilihat bahwa konsentrasi kesadahan dalam air tanah masih melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, dimana konsentrasi kesadahannya mencapai 520 mg/l. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Standar kualitas Air minum sesuai KEPMENKES RI. No.907 / MENKES / SK / VII / 2002 tentang daftar persyaratan kualitas air minum.[6] Konsentrasi yang diperbolehkan untuk kesadahan lebih kecil dari 500 mg/l, maka perlu dilakukan penurunan terhadap konsentrasi kesadahan dalam air tanah menggunakan resin dengan variasi ketebalan 30 cm, 40 cm, 50 cm untuk mendapatkan hasil penurunan kesadahan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Data hasil penelitian untuk parameter kesadahan dengan menggunakan ketebalan media resin 30 cm, dapat dilihat pada tabel.2

Tabel .2 Data hasil Penelitian Hubungan Antara Waktu Proses dengan Penurunan Kesadahan dan Efisiensi Pengolahan.

Waktu proses (jam)

Pengulangan Rata-rata (mg/l) Efisiensi Pengolahan (%)

I II III

1 2 3 4 5

360 320 380 240 240

380 360 320 240 200

400 320 240 200 200

380,00 333,33 313,33 226,66 213,33

26,92 35,89 39,74 56,41 58,98 Sumber : Data Primer, September 2008

Catatan : - Ketebalan media resin 30 cm

- Konsentrasi kesadahan awal 520 mg/l

Seperti terlihat pada tabel 2 di atas bahwa harga hasil penurunan kesadahan terbesar diperoleh pada waktu proses 5 jam dengan harga 213.33 mg/l, penurunan ini sudah memenuhi nilai ambang batas tetapi air masih bersifat sadah dan harus diturunkan lagi.

Tabel 3. Data Hasil Penelitian Hubungan Antara Waktu Prose dengan Penurunan Kesadahan dan Efisiensi Pengolahan.

Waktu proses (jam)

Pengulangan

Rata-rata (mg/l)

Efisiensi Pengolahan (%)

I II III

1 2 3 4 5

320 240 200 200 160

280 200 200 160 120,

320 280 240 160 160

306,66 240,00 213,33 173,33 146,66

41,03 53,85 58,98 66,67 71,80 Sumber : Data Primer, September 2008

Catatan : - Ketebalan media resin 40 cm

- Konsentrasi kesadahan awal 520 mg/l

(7)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

7

Dari tabel 3 terlihat bahwa harga hasil penurunan kesadahan terbesar diperoleh pada waktu proses 5 jam dengan harga penurunan kesadahan sebesar 146,66 mg/l dan penurunan terkecil di peroleh pada waktu proses 1 jam dengan harga penurunan kesadahan sebesar 306,66 mg/l. Dari tabel juga dapat dilihat semakin lama waktu proses semakin kecil tingkat kesadahan yang dapat diturunkan. Hal ini menunjukkan bahwa resin sintetis semakin berkurang kemampuannya dalam menurunkan tingkat kesadahan, karena semakin lama waktu prosesnya resin mengalami kejenuhan sehingga harus dilakukan regenerasi dengan air garam (NaCl).

Tabel 4. Data Hasil Penelitian Hubungan Antara Waktu Proses dengan Penurunan Kesadahan dan Efisiensi Pengolahan.

Waktu proses (jam)

Pengulangan

Rata-rata (mg/l) Efisiensi Pengolahan (%)

I II III

1 2 3 4 5

240 200 160 120 120

280 200 160 120 80

240 160 120 80 80

253,33 186,66 147,00 106,66 93,33

51,28 64,10 71,73 79,46 82,05 Sumber : Data Primer, September 2008

Catatan : - Ketebalan media resin 50 cm

- Konsentrasi kesadahan awal 520 mg/l

Dari tabel 4. terlihat bahwa harga hasil penurunan kesadahan terbesar diperoleh pada waktu proses 5 jam dengan penurunan sebesar 93,33 mg/l dan penurunan kesadahan terkecil diperoleh pada waktu proses 1 jam dengan harga penurunan keasadahan sebesar 253,33 mg/l. Pada waktu proses 5 jam, tingkat kesadahan mencapai 93,33 mg/l dimana tingkat kesadahannya sedang dan dapat diturunkan lagi setelah dimasak.

Dalam penelitian dilakukan dengan 2 metode pengolahan yaitu : 1. Metode pengolahan fisis

Proses yang terjadi adalah baku akan mengalami pengedapan (sedimentasi) dimana zat-zat padat tersuspensi yang menyebabkan air tanah menjadi keruh akan diendapkan sebelum air alirkan ke tangki softener.

Proses ini bertujuan agar air baku yang dialirkan tidak mengganggu cara kerja dari karbon aktif dan resin jenis IR 120 NA yang sudah diaktifkan.

2. Metode pengolahan kimia

Proses yang terjadi adalah air akan mengalir ke karbon aktif yang berfungsi untuk menurunkan warna dan bau pada air, dimana selama berada di karbon aktif akan terjadi proses adsorbsi (proses penyerapan zat terlarut diatas permukaan fase) dan kemungkinan sebagian ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) terserap selama berada di karbon aktif. Selanjutnya air akan mengalir melewati media resin jenis IR 120 NA dan terjadi proses yang ion exchange (pertukaran ion) dimana ion Magnesium (Mg2+) pada air yang memiliki tingkat kesadahan yang tinggi akan diikat oleh media resin sehingga air tersebut diharapkan tingkat kesadahannya menurun.

Penelitian dilakukan pada kondisi resin sintetis sebesar 0,75 kg untuk ketebalan 30 cm, resin sintetis sebanyak 1,00 kg untuk ketebalan 40 cm, resin sintetis sebanyak 1,25 kg untuk ketebalan 50 cm dengan waktu proses ( 1, 2, 3, 4, 5 jam ).

Tabel 5 Data Hasil Penelitian Penurunan Kesadahan Rata-rata terhadap Waktu Proses dan Efisiensi Pengolahan.

Waktu Ketebalan 30 cm Ketebalan 40 cm Ketebalan 50 cm

(8)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

8 Kesadahan

(mg/l)

EP (%) Kesadahan (mg/l) EP (%) Kesadahan (mg/l)

EP (%)

1 2 3 4 5

380,00 333,33 313,33 226,66 213,33

26,92 35,90 39,74 56,41 58,98

306,66 240,00 213,33 173,33 146,66

41,03 53,85 58,98 66,67 71,80

253,33 186,66 147,00 106,66 93,33

51,28 64,10 71,73 79,49 82,05 Sumber : Data Primer, September 2008

Catatan : Konsentrasi kesadahan awal 520 mg/l

Gambar 3 Grafik Hubungan Antara Waktu Proses dengan Tingkat Kesadahan Seperti terlihat pada Tabel 5 dan Gambar 1 di atas, pada masing-masing ketebalan media resin sintetis terlihat adanya perbedaan masing-masing penurunan tingkat kesadahan dan efisiensi pengolahan (EP) terhadap penambahan waktu proses.

Pada Tabel 5 untuk ketebalan media resin 30 cm menunjukkan nilai penurunan tingkat kesadahan terkecil sebesar 380,00 mg/l dan nilai efisiensi pengolahan (EP) sebesar 26,92% dan terus menurun hingga pada waktu proses 5 jam diperoleh nilai penurunan tingkat sebesar 213,33 mg/l dan nilai efisiensi pengollahan (EP) 58,98%. Sedangkan untuk ketebalan media resin 40 cm menunjukkan nilai penurunan tingkat kesadahan terkecil sebesar 306,66 mg/l dan nilai efisiensi pengolahan (EP) sebesar 41,03% dan terus menurun hingga diperoleh penurunan tertinggi sebesar 146,66 mg/l dan nilai efisiensi pengolahannya mencapai 71,80%. Untuk ketebalan media resin 50 cm menunjukkan nilai penurunan tingkat kesadahan terkecil sebesar 253,33 mg/l dan nilai efisiensi pengolahannya sebesar 51,28 % dan terus menurun hingga diperoleh penurunan tertinggi sebesar 93,33 mg/l dan nilai efisiensi pengolahan (EP) mencapai 82,05%.

Tabel 6 Data Hasil Penurunan Tingkat Kesadahan dan Efisiensi Pengolahan Tertinggi dari setiap Ketebalan Resin.

Ketebalan Resin (cm) Tingkat Kesadahan ( mg/l ) Efisiensi Pengolahan (%)

30 40 50

213,33 146,66 93,33

58,98 71,80 82,05

Dari tabel diatas pada setiap penambahan ketebalan media resin akan menaikkan harga penurunan tingkat kesadahan dan harga efisiensi pengolahannya. Hal ini disebabkan pada jumlah resin tersebut, air tanah yang mengandung kesadahan sudah terdistribusi secara merata dan semakin tinggi

0 50 100 150 200 250 300 350 400

0 1 2 3 4 5 6

Waktu proses (jam)

Tingkat Kesadahan (mg/l)

30 cm 40 cm 50 cm

(9)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

9

resin yang digunakan semakin besar luas permukaannya, sehingga kesadahan yang ada dalam air tanah lebih mudah diserap oleh resin dan interaksi antara umpan dan resin semakin baik.

5.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kesadahan dipengaruhi oleh ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) meskipun nilainya kecil.

2. Penggunaan resin sintetis sangat cocok digunakan untuk menurunkan tingkat kesadahan pada air tanah, karena mempunyai daya serap yang besar dan tingkat efektifitasnya tinggi.

3. Hasil yang diperoleh setelah pengolahan sudah sesuai dengan persyaratan air minum dan air bersih yang ditetapkan.

4. Penambahan ketebalan media resin sangat berpengaruh pada penurunan tingkat kesadahan dan efisiensi pengolahan.

5. Penurunan tingkat kesadahan yang paling baik diperoleh pada ketebalan media resin 50 cm dengan tingkat kesadahan sebesar 93,33 mg/l dan efisiensi pengolahan mencapai 82,05 %

6.Singkatan

EDTA: Etylenediamintetraasetat

7.Daftar Pustaka

[1] Husaini and Trisna Sonora, “Pengurangan Kesadahan Ca, Mg dan Logam Berat Fe, Mn, Zn dalam Bahan Baku Air Minum dengan Menggunakan Zeolit Asal Cikalong, Tasikmalaya,” J.

ZEOLIT Indones., vol. 5, no. 1, p. 1, 2006, [Online]. Available:

http://journals.itb.ac.id/index.php/jzi/article/download/1682/977.

[2] Astuti, Wuri, Dian, Fatimah, Siti, and S. Anie, “ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR DI PADUKUHAN BANDUNG PLAYEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA,” Anal. Anal. Environ. Chem., vol. 1, no. 1, p. 69, 2016, [Online]. Available:

http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/analit/article/download/1239/982.

[3] Sulistyani, Sunarto, and A. Fillaeli, “UJI KESADAHAN AIR TANAH DI DAERAH SEKITAR PANTAI KECAMATAN REMBANG PROPINSI JAWA TENGAH,” J. Sains Dasar, vol. 1,

no. 1, pp. 33–39, 2012, [Online]. Available:

https://journal.uny.ac.id/index.php/jsd/article/download/2362/1961.

[4] DIKE FITRIANA, “PERBEDAAN ASAL MEDIA PENUKAR ION UNTUK MENURUNKAN KESADAHAN AIR SUMUR GALI,” Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta, 2018.

[5] ISKANDAR ZULKARNAIN, “JENIS-JENIS AIR INDUSTRI,” academia.edu, 2020.

https://www.academia.edu/8216494/JENIS-JENIS_AIR_INDUSTRI.

[6] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Standar kualitas Air minum. Indonesia, 2002, p. 8.

[7] Robert J. Kodoatie, Tata Ruang Air Tanah, 1st ed. Yogyakarta: Andi Offset, 2012.

[8] Frans Hot Dame Tua Siringoringo, “Teknologi Pengolahan Air Sadah,” Institut Teknologi Bandung, 2005.

[9] Anonim, “Pengertian Ion Exchange,” teknologi.com, 2019. https://artikel- teknologi.com/pengertian-ion-exchange/.

[10] B. M. YOFANANDA and T. A. PRAKOSO, “PENGOLAHAN AIR SUMUR KEPUTIH MENJADI AIR BERSIH DENGAN METODE ION EXCHANGE,” ITS Surabaya, 2017.

[11] M. E. Ir. S. Bellafolijani et al., “Metode Pengambilan Contoh Air Tanah,” Jakarta, SNI 6989.58, 2011. [Online]. Available: http://sni.litbang.pu.go.id/image/sni/isi/sni-7504--2011.pdf.

[12] Ss. HERRY, “Water Treatment Resin,” viscoprimaindonesia.com, 2018.

http://www.viscoprimaindonesia.com/product/resin-amberlite-ir120-p538169.aspx.

[13] M. E. D. C. karya Ir. S. Bellafolijani, M. E. Ir. Oloan Simatupang, I. D. Y. S. D. Sihombing Aryananda, ST, MT, S. Ratria Anggraini, S. Didik Wahyudi, and I. F. Simarmata, “Spesifikasi

(10)

ISSN : 1979- 2042 Volume 3 No 1 Tahun 2020

10

material fibreglass reinforced plastic unit instalasi pengolahan air,” Jakarta, 7504:2011, 2011.

[Online]. Available: http://sni.litbang.pu.go.id/image/sni/isi/sni-7504--2011.pdf.

[14] American Public Health Association (APHA), “Standard Methods for the Examination of Water

& Wastewater 21st Edition,” American Public Health Association; American Water Works A

ssociation, Water Environment Federation, 1999.

http://www.mwa.co.th/download/file_upload/SMWW_1000-3000.pdf.

[15] Yakup, “Penukar Ion Pada Air Sadah,” Kimia Industri, 2015. http://kimia- industry.blogspot.com/2011/10/penukar-ion-pada-air-sadah.html.

Gambar

Gambar 2 Model Penelitian
Tabel .2 Data hasil Penelitian Hubungan Antara Waktu Proses dengan Penurunan Kesadahan dan  Efisiensi Pengolahan
Tabel 4. Data Hasil Penelitian Hubungan Antara Waktu Proses dengan Penurunan Kesadahan dan  Efisiensi Pengolahan
Gambar 3 Grafik Hubungan Antara Waktu Proses dengan Tingkat Kesadahan   Seperti terlihat pada Tabel 5 dan Gambar 1 di atas, pada masing-masing ketebalan media resin  sintetis terlihat adanya perbedaan masing-masing penurunan tingkat kesadahan dan efisiensi

Referensi

Dokumen terkait

Iklan Citra sebagai wacana primer memberikan pesan bahwa produk Citra adalah sebuah karya lokal yang ditujukan untuk konsumen Indonesia dengan membawa khasiat alami dari

Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka adalah museum yang terletak di sekitar tepian Danau Maninjau, tepatnya di Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam,

Penyusunan atau penulisan skripsi merupakan bagian yang terpenting dari seluruh proses kegiatan yang telah dilakukan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan di suatu fakultas

Pues bien, cuando en la imagen que tenemos frente a nosotros los cuerpos de Karina y de Misael —así como el del personaje anónimo que avanza cargando su propio atadijo, y los

Ping Pong SETIAUSAHA SUKAN & PERMAINAN SETIAUSAHA KOKURIKULUM GURU-GURU PENASIHAT RUMAH SUKAN PENOLONG SETIAUSAHA KOKURIKULUM PENYELARAS KELAB / PERSATUAN..

Persepsi keluarga pasien terhadap kegiatan bimbingan kerohanian yang dilakukan rohaniawan berkisar pada apakah rohaniawan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang mampu

Organisasi masyarakat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan atau dicabut status badan Hukumnya melalui keputusan Kemenkumham Nomor AHU.30.AH.01.08 pada Tanggal 19

Gangguan yang pernah dialami setelah melahirkan berupa mules- mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, takut, cemas dan perut berkerut dan gangguan pada saat