• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan SPIP Triwulan II 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Laporan SPIP Triwulan II 2019"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN SPIP SATKER

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai tujuan. Sistem inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak, sehingga dalam pengembangan dan penerapannya perlu dilakukan secara komprehensif dan harus memperhatikan aspek biaya manfaat (cost and benefit), rasa keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Berkaitan dengan hal ini, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Sedangkan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang perbendaharaan, Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang pemerintahan masing-masing, dan Gubernur/Bupati/Walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mengatur lebih lanjut dan meyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

(2)

Unsur SPIP di Indonesia mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan, yaitu meliputi:

1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko

3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan

1.2 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206);

2. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No.

72 Tahun 2004 ;

3. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

4. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Permen 04 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengawasan Intern Lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2015;

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/PERMEN-KP/2016 tentang Penyelengaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :6/PERMEN-KP/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Laporan Sistem Pengendalian Intern (SPI) PPN Brondong adalah : 1. Mewujudkan budaya pengendalian intern (internal control culture) yang handal agar

tercapai keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif; keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian.

(3)

2. Memberikan informasi pelaksanaan penyelenggaraan SPI lingkup PPN Brondong, yang meliputi : (a). Pengendlian Rutin; (b). Pengendalian Berkala; dan (c) Pengendalian dengan pendekatan Manajemen Risiko;

3. Mengidentifikasi hambatan yang ada dalam penyelenggaraan SPIP;

4. Memberikan rencana pemecahan masalah;

5. Memberikan informasi hasil tindak lanjut pemecahan masalah.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup laporan SPIP ini mencakup kegiatan yang dilaksanakan oleh PPN Brondong selama Triwulan II Tahun 2019, yang terdiri dari kegiatan dalam anggaran DIPA PPN Brondong dan kegiatan yang mendukung terciptanya keandalan laporan keuangan.

1.5 Sistematika Penyajian Laporan

Pelaporan Sistem Pengendalian Intern terdiri dari :

A. Bab 1. Gambaran Umum Penyelengaraan SPIP

Pada bab ini menyajikan latar belakang Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong menyelenggarakan SPIP, dasar hukum yang dipakai untuk pedoman, maksud dan tujuan dibuatnya laporan SPIP, ruang lingkup dan sistematikan penyajian laporan.

B. Bab 2. Strategi Penyelenggaraan SPIP

Pada bab ini menyajikan organisasi, visi, misi dan tujuan, fungsi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, gambaran penyelenggaran SPIP, focus pelaksanaan SPIP, pembentukan Tim SPIP dan kondisi pelaksanaan SPIP PPN Bronodng sampai saat ini.

C. Bab 3. Analisa

Dalam bab ini dijelaskan terkait pemahaman terhadap SPIP, pelaksanaan SPIP di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, pengendalian rutin yang dilaksanakan, pengendalian berkala yang dilaksanakan, pengendalian yang pendekatannya manajemen risiko, hambatan yang dihadapi, rencana pemecahan masalah serta tindak lanjut pemecahan masalah.

(4)

D. Bab 4. Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan pelaksanaan SPIP di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong pada Triwulan II dan saran saran untuk penyempurnaan pelaksanaan SPIP tahun berikutnya.

(5)

BAB II

STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP

2.1 Struktur Organisasi , Visi, Misi dan Tujuan Strategis Satker

2.1.1 Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 20/PERMEN-KP/2014, tanggal 16 Mei 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan adalah sebagai berikut :

a. Kepala Pelabuhan Perikanan b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha c. Kepala Seksi Operasional Pelabuhan

d. Kepala Seksi Tata Kelola dan Pelayanan Usaha e. Kepala Seksi Kesyahbandaran

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Masing-masing bagian mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut diatas dan struktur dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini :

Gambar 1. Stuktur organisasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Kepala Pelabuhan

Kepala Seksi Operasional Pelabuhan

Kepala Seksi Kesyahbandaran

Kepala Seksi Tata Kelola dan Palayanan Usaha Kepala Sub Bag.Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

(6)

2.1.2 Visi dan Misi

Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong mengacu pada visi dan misi Eselon I yaitu Visi dan Misi Direktorat Perikanan Tangkap yaitu

“Terwujudnya Pembangunan Perikanan Tangkap yang Berdaulat, Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Nelayan” dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Berdaulat diartikan sebagai kemampuan penuh untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya perikanan untuk digunakan sebesar-besarnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat demi mewujudkan kedaulatan secara ekonomi dari kegiatan perikanan tangkap.

2. Mandiri diartikan sebagai keadaaan untuk dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan pihak lain dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya perikanan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Berdaya saing diartikan sebagai keunggulan dan kapasitas yang dimiliki untuk menghadapi persaingan dalam peta kompetisi global dalam pengelolaan sumber daya perikanan.

4. Berkelanjutan dimaksudkan sebagai upaya untuk mengelola dan melindungi sumber daya ikan agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan oleh generasi saat ini dan generasi mendatang.

5. Kesejahteraan diartikan bahwa pengelolaan sumber daya perikanan adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, khususnya nelayan.

Misi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong mendukung misi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan serta merupakan penjabaran dari misi pembangunan nasional. Misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Turut serta dalam mewujudkan kedaulatan di laut dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai strategis secara sosial, ekonomi, budaya , dan pertahanan dan keamanan.

2. Mewujudkan kemandirian dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan.

3. Meningkatkan kapasitas dan daya saing dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya ikan.

4. Mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan.

(7)

2.1.3 Tujuan Strategis Satker

Sasaran strategis dibagi dalam 4 (empat) perspektif, yakni stakeholders perspective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective.

1. Stakeholders Prespective (Outcome)

Sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah “Terwujudnya kesejahteraan masyarakat nelayan”, dengan indikator kinerja :

a. Nilai tukar nelayan (NTN) sebesar 113.

2. Customer Perspective (Output)

Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah “Terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang partisipatif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong”, dengan indikator kinerja :

b. Jumlah produksi perikanan tangkap di UPT PPN Brondong sebesar 56.220 ton.

c. Nilai produksi perikanan tangkap di UPT PPN Brondong sebesar Rp 961.360 Juta.

d. Nilai PNBP di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Rp 806,116 Juta.

3. Internal Process Perspective (process)

3.1. Sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai adalah “Tersedianya kebijakan pembangunan perikanan tangkap di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang efektif, dengan indikator kinerja:

a. Jumlah laut pedalaman, teritorial dan perairan kepulauan yang terkelola sumber daya ikannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (WPP) sebanyak 1 WPP.

3.2. Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah

“Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan perikanan tangkap di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan, dengan indikator kinerja :

a. Jumlah izin usaha perikanan pusat dan izin usaha perikanan daerah yang terintegrasi di wilayah UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (lokasi) sebesar 1 lokasi.

(8)

b. Tingkat operasional pelabuhan perikanan di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (nilai) sebesar 80.

c. Jumlah kapal perikanan yang terdaftar dan yang memenuhi ketentuan di wilayah UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sebesar 420 unit.

3.3. Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah

“Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang profesional dan partisipatif, dengan indikator kinerja:

a. Jumlah identifikasi dan/atau peningkatan fasilitas pelabuhan perikanan di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sebesar 1 lokasi.

b. Jumlah awak kapal perikanan yang tersertifikasi di UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (orang) sebesar 30 orang.

4. Learning and Growth Perspective (input)

Untuk melaksanakan pencapaian sasaran strategis sebagaimana tersebut di atas, dibutuhkan input yang dapat mendukung terlaksananya proses untuk menghasilkan output dan outcome Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

Untuk mendukung hal tersebut, terdapat 4 sasaran strategis yang akan dicapai yakni:

4.1. Sasaran strategis keenam (SS-6) yakni “Terwujudnya Aparatur Sipil Negara UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang kompeten, profesional dan berintegritas”, dengan indikator kinerja : a. Indeks Profesionalitas ASN lingkup UPT Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong sebesar 71.

4.2 Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yakni “Terwujudnya birokrasi UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima”, dengan indikator kinerja :

a. Persentase Pemenuhan Dokumen RB lingkup UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sebesar 100 %

b. Unit kerja UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang berpredikat menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) sebesar 1 satker

c. Persentase pemenuhan dokumen AKIP UPT Pelabuhan Perikanan

(9)

d. Persentase pemenuhan dokumen maturitas SPIP lingkup UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sebesar 100%

4.3 Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yakni “Terkelolanya anggaran pembangunan perikanan tangkap UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong secara efisien dan akuntabel”, dengan indikator kinerja sebagai berikut :

a. Nilai kinerja pelaksanaan anggaran lingkup UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sebesar 87.

b. Batas tertinggi persentase nilai temuan LHP BPK atas LK UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong dibandingkan realisasi anggaran UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong TA.2019 sebesar 1%.

2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Pelabuhan perikanan merupakan pendukung kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.

Dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan tersebut pelabuhan perikanan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pemerintahan yaitu fungsi untuk melaksanakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, pengawasan, serta keamanan dan keselamatan operasional kapal perikanan di pelabuhan perikanan. Serta fungsi lainnya yang terkait dengan pengelolaan perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fungsi pemerintahan tersebut meliputi : Pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan; Pelaksanaan kesyahbandaran; Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan; Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan; Tempat publikasi hasil penelitian kelautan dan perikanan; Pemantauan wilayah pesisir; Pengendalian lingkungan; Kepabeanan;

dan/atau keimigrasian.

(10)

2. Fungsi pengusahaan yaitu fungsi untuk melaksanakan pengusahaan berupa penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal perikanan dan jasa terkait di pelabuhan perikanan yang meliputi : Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan; Pelayanan bongkar muat ikan; Pelayanan pengolahan hasil perikanan; Pemasaran dan distribusi ikan; Pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan; Pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal perikanan; Pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan; Wisata bahari; dan/atau Penyediaan dan/atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam penyelenggaraan fungsi tersebut, dengan memperhatikan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), maka pelaksanaan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawab masing-masing eselon-I lingkup KKP yang berkaitan dengan kebijakan di daerah secara implisit juga menjadi tugas dan fungsi pelabuhan perikanan.

2.3 Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Dalam mewujudkan tujuan organisasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, perlu adanya suatu pengendalian dalam proses pelaksanaan perwujudan tujuan tersebut.

Sebagai wujud pengendalian tersebut maka pemimpin dan segenap staf pelabuhan mempunyai tugas untuk melaksanakan pengendalian secara internal. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), maka Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sebagai instansi pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk melaksanakan Sistem Pengendalian Intern tersebut dengan mengacu pada 5 unsur pengendalian intern tersebut yaitu :

1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko

3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan

Untuk pelaksanaan 5 (lima) unsur pengendalian tersebut, maka dibuatkan pengendalian secara rutin dan berkala. Agar pelaksanaan SPIP berjalan dengan baik, maka lebih dahulu mengenal resiko yang terjadi, maka perlu pengendalian intern dengan pendekatan manajemen resiko.

(11)

2.4 Fokus Pelaksanaan SPIP Lingkup KKP

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/PERMEN-KP/2016 bahwa pelaksanaan SPIP di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan mengacu pada 5 (lima) unsur) pengendalian yaitu : Lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan.

Adapun keefektifitas penyelenggaraan SPIP berdasarkan tolok ukur dengan tidak ada hambatan :

a. yang mengganggu pencapaian tujuan unit eselon I atau satuan kerja;

b. yang mempengaruhi kehandalan pertanggungjawaban keuangan satuan kerja;

c. dalam pengelolaan asset termasuk pemanfaatannya di satuan kerja;

d. dalam menjalankan dan pencapaian tujuan program, kegiatan dan output dengan tetap taat terhadap hokum dan peraturan;

e. dalam mewujudkan pelayanan public yang efektif dan efisien; dan f. dalam pemenuhan hak dan kewajiban pegawai.

Dalam rangka pencapaian tolok ukur di atas dapat dilakukan dengan adanya Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan maupun Laporan Hasil Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan instansi lainnya.

Dalam penyelenggaraan SPIP akan diintegrasikan pada semua kegiatan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban sampai dengan pemanfaatan yang dilaksanakan melalui kegiatan pengendalian rutin, pengendalian berkala dan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko. Adapun penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong meliputi beberapa tahapan yaitu : 1. Pemahaman

Pada tahap ini digunakan untuk membangun kembali kesadaran , menyamakan persepsi dan penyegaran mengenai SPIP. Hal ini sebagai upaya untuk menginternalisasi SPIP agar tetap menjadi bagian yang integral dan menyatu dalam kegiatan pemerintahan yaitu dengan melibatkan seluruh tingkatan pejabat dan pegawai. Adapun kegiatan yang untuk membangun kesadaran , memyamakan persepsi dan penyegaran antara lain :

a. Pembinaan dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh pegawai b. Fokus Group Diskusi (FGD)

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan SPIP yang dilakukan dengan sistem :

a. Internalisasi, adalah proses yang dilakukan pimpinan dan pegawai untuk menerapkan SPI dalam melaksanakan tugas dan fungsi sehari hari.

Penerapannya dengan menyelenggarakan pengendalian rutin, pengendalian berkala dan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko.

(12)

b. Pendokumentasian, adalah proses dokumentasi terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pengendalian intern yang dilaksanakan melalui pengendalian rutin, pengendalian berkala dan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko.

3. Pelaporan

Pada tahap ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan penyelenggaraan SPIP, setiap triwulan dengan memuat informasi-informasi :

a. Ringkasan

b. Pelaksanaan Kegiatan c. Hambatan

d. Rencana Pemecahan Masalah e. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah 4. Pengembangan Berkelanjutan

Pada tahap ini merupakan lanjutan dari hasil evaluasi internal maupun eksternal, yang dugunakan untukm meningkatkan efektifitas penyelenggaraan SPIP untuk periode berikutnya.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi ini meruoakan rangkaian kegiatan membandingkan antara hasil atau prestasi kegaitan dengan standar dan rencana penyelenggaraan SPIP. Evaluasi ini juga digunakan untuk menentukan dan menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan tahapan penyelenggaraan SPIP. Dan hasil evaluasi disampaikan setiap triwulan.

2.5 Pembentukan Tim SPIP Lingkup Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Dalam rangka menangani pengendalian intern di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, pada Tahun 2016 telah dibentuk Tim Sistem Pengendalian Intern dengan susunan sebagai berikut :

1. Kepala Pelabuhan , sebagai Ketua

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha , sebagai Sekretaris 3. Kepala Seksi Operasional Pelabuhan, sebagai anggota

4. Kepala Seksi Tata Kelola dan Pelayanan Usaha, sebagai anggota 5. Kepala Seksi Kesyahbandaran, sebagai anggota

6. Dibantu oleh pelaksana dari Subbag Tata Usaha

Tugas dari Tim SPIP tersebut adalah : A. Ketua Tim :

1. menyusun rencana kerja pelaksanaan SPIP;

(13)

2. mengkoordinasikan penyelenggaraan SPIP;

3. mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian rutin, berkala dan dengan pendekatan manajemen resiko;

4. mengkoordinasikan pembuatan laporan secara triwulan dan disampaikan ke Satgas SPIP Eselon I.

B. Sekretaris :

1. menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja pelaksanaan SPIP;

2. menyiapkan bahan pelaksanaan pengendalian rutin, berkala dan pendekatan manajemen resiko dan mengkoordinasikan pelaksanaannya;

3. menyiapkan bahan dengan seluruh anggota Tim SPIP untuk melakukan pengendalian rutin, berkala dan inventarisasi terhadap risiko yang memerlukan pengendalian pada tingkat kebijakan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong dan selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Pelabuhan dalam pelaksanaan pengendalian;

4. menyiapkan bahan laporan pelaksanaan penyelenggaraan SPIP rutin, berkala dan pendekatan manajemen resiko serta dilaporkan ke Kepala Pelabuhan dan disampaikan ke Satgas SPIP Eselon I.

C. Anggota Tim :

1. membantu Kepala Pelabuhan melakukan analisis untuk pengendalian rutin, berkala dan menetapkan rencana aktIitas /kegiatan yang perlu dilakukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko;

2. melakukan inventarisasi terhadap risiko dalam kegiatan yang dilaksanakan yang memerlukan pengendalian;

3. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan SPIP setiap triwulan dan dilaporkan kepada Kepala Pelabuhan;

4. menyiapkan data dukung dan penyusunan laporan SPIP per triwulan.

2.6 Kondisi Pelaksanaan SPIP Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang merupakan instansi pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan pengmendalian intern dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi. Dan sebagai unit pelaksana teknis di Kementerian Kelautan dan Perikanan, PPN Brondong dalam melaksanakan SPI berpedoman pada SPI di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.20/MEN/2011 tentang Pelaksanaan SPIP di Lingkungan Kementerian Kelauatan dan Perikanan. Dan telah disempurnakan lagi dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 10/PERMEN-KP/2016 tentang Penyelenggaran

(14)

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pada Triwulan II Tahun 2019 , pelaksanaan SPI di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong telah dilakukan namun secara menyeluruh belum sempurna dan belum maksimal, karena ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya yaitu :

1. Belum dijalankannya SPIP secara nyata dalam setiap pelaksanaan kegiatan, seringkali masih fokus pada penyampaian laporan;

2. Kepedulian pegawai atau tim masih kurang terhadap pentingnya SPI di setiap kegiatan yang beresiko;

3. Pemahaman dan keseriusan yang belum optimal terhadap pengendalian internal;

4. Dukungan SDM dan kepedulian SDM yang belum memadai.

Gambaran kondisi pelaksanaan SPI di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong pada Triwulan II Tahun 2019 dapat dijelaskan dalam BAB. III

(15)

BAB III

PENYELENGGARAAN SPIP

Penyelenggaraan SPIP di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, dilaksanakan dengan pentahapan sesuai dengan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.

10/MEN/2016, yaitu :

3.1 Pemahaman

Sistem pengendalian intern yang selanjutnya disingkat SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan Sistem pengendalian intern pemerintah yang selanjutnya disingkat SPIP adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Laporan SPIP ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi seluruh pimpinan dan pegawai dalam menyelenggarakan SPIP di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, dan bertujuan untuk mewujudkan budaya pengendalian intern (internal control culture), dalam rangka menciptakan pengendalian intern yang handal agar tercapai keyakinan

yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Kelautan Perikanan.

Dalam rangka pemahaman terhadap SPIP, maka dilakukan :

1.1.1 Pembinaan

Dalam rangka untuk menyamakan persepsi terhadap pelaksanaan SPI di Lingkup Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, maka telah dilakukan sosialisasi kepada semua pegawai dengan melibatkan pembina SPI lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Inspektorat Jenderal , yang sudah dilakukan pada Tahun 2016. Pada bulan Maret 2018 telah dilakukan pembinaan bagi penyusun SPI di tingkat Eselon I yaitu Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Dan pada bulan Desember 2018 telah dilakukan pembinaan oleh Eselon I terkait penyusunan manajemen resiko.

(16)

1.1.2 Fokus Group Diskusi (FGD).

Dalam pelaksanaan SPI di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Triwulan II telah dilakukan rapat internal Tim SPI dengan membahas pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko yang sudah ditindaklanjuti dan yang belum ditindaklanjuti di triwulan I. Dan melakukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko untuk kegiatan Kelembagaan WPP, karena PPN Brondong merupakan sebagai Koordinator Eksekutif WPP 715 dan TPI Higienis, yang merupakan kegiatan prioritas lanjutan di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, dimana PPN Brondong melakukan implementasi pemanfaatan TPI Higienis.

3.2 Pelaksanaan SPIP

Pada pelaksanaan SPI di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong pada Triwulan II ini dilakukan dengan 3 (tiga) kegiatan yaitu :

3.2.1 Pengendalian Rutin

Pengendalian rutin yang dilaksanakan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong pada Triwulan II Tahun 2019 meliputi :

1. Pengendalian Organisasi

Pengendalian rutin untuk organisasi yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong meliputi :

a. Tujuan organisasi ditetapkan belum secara spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan ada batas waktu;

b. Pegawai tidak mengetahui dan memahami tujuan organisasi;

c. Satuan kerja belum sepenuhnya memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang formal untuk keseluruhan prosedur dan keseluruhan kegiatan;

d. SOP yang ada tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati;

e. SOP ada tetapi belum berbasis risiko; dan

f. Ada pemisahan tugas dan fungsi tetapi tidak berjalan secara optimal atau terjadi tumpang tindih.

Dari hasil pengendalian rutin untuk Triwulan II Tahun 2019 didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Tujuan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong mengacu dari tujuan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, karena merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Sehingga tujuan yang

(17)

akan dicapai dapat terukur, tercapai, realistis dan dilakukan dalam setiap tahun. Data dukung pengendalian ini adalah Penetapan Kinerja Tahun 2019;

b. Tujuan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong ini sudah diketahui oleh pegawai secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dengan data yang diperoleh untuk pencapaian kinerja berasal dari hasil kerja pegawai pelabuhan. Data dukung : SKP Pegawai berorientasi Kinerja Atasan.

c. SOP Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sudah ada, namun ada beberapa SOP yang dalam pelaksanaannya masih terkendala terutaam SOP yang berkaitan dengan stakeholder. Data dukung pengendalian ini adalah SOP PPN Brondong.

d. Untuk pelaksanaan SOP , masih belum berbasis risiko sampai Triwulan II ini, terutama SOP terkait pelayanan terhadap stakeholder.

e. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, memang terdapat pemisahan, namun selama ini masih berjalan secara optimal dan tidak terjadi tumpang tindih.

Secara rinci hasil pengendalian rutin organisasi pada Triwulan II ini dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

2. Pengendalian Perencanaan

Pengendalian rutin perencanaan yang dilakukan adalah

a. Keterlibatan pihak yang berkompeten dalam perencanaan/penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) (aspek teknis pekerjaan/kinerja dan aspek keuangan);

b. Adanya perencanaan barang/aset yang tidak sesuai kebutuhan;

c. Dalam perencanaan barang/aset harus mempertimbangkan risiko pada tahap pemanfaatan;

d. Perencanaan yang mempertimbangkan kapasitas satuan kerja (kuantitas dan kompetensi SDM);

e. Perencanaan yang mempertimbangkan risiko dan menetapkan rencana pengendalian dalam pencapaian tujuan kebijakan dan aktIitas/kegiatan untuk kegiatan yang seharusnya memerlukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko;

f. Keterpaduan, konsistensi, dan sinkronisasi antara perencanaan kinerja dan anggaran;

g. Usulan kegiatan yang sama dengan tugas dan fungsi instansi lain, dan/atau tumpang tindih dengan tugas dan fungsi instansi lain;

h. Kecocokan perlakuan dan pengakuan keuangan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).

(18)

Dari hasil evaluasi pengendalian rutin terkait perencanaan selama Triwulan II Tahun 2019 ini menghasilkan :

a. Dalam pelaksanaan perencanaan/penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) telah melibatkan pihak yang berkompeten. Data dukungnya : RAB dan TOR/KAK serta RKAKL yang sudah disetujui Eselon II dan Inspektorat Jenderal KKP (Usulan Tahun 2019);

b. Dalam usulan pengadaan barang pendukung tupoksi dilakukan dengan azas memang membutuhkan, dan untuk mengganti barang yang sudah rusak, sehingga barang yang ada tidak melebihi dari kebutuhan. Data dukung : RK BMN dan Data BMN Tahun berjalan;

c. Perencanaan barang/aset yang diusulkan sudah dipertimbangkan risikonya karena barang diusulkan selama ini memang dibutuhkan dan menggantikan barang yang rusak. Data dukung : Peta Risiko perencanaan;

d. Perencanaan yang selama ini dilaksanakan sudah mempertimbangkan kapasitas PPN Brondong dalam rangka mencapai tujuan, baik itu mempertimbangkan kuantitas maupun kompetensi pegawai yang ada.

Adapun terkendalanya itu karena kegiatan yang diusulkan melibatkan instansi lain maupun pihak lain, karena harus menyesuaikan dan memadukan kegiatan yang ada. Hal ini yang harus dikoordinasikan sebelum pelaksanaan kegiatan.

e. Dalam perencanaan tahun berikutnya, memang sudah dilakukan pendekatan manajemen risiko. Data dukung : Peta Risiko Perencanaan

f. Terkait keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi antara perencanaan kinerja anggaran, sudah relevan. Hal ini dapat dilihat indicator kinerja sudah merupakan target pencapaian anggaran yang dilakukan. Data dukung : DIPA PPN Brondong dan IKU PPN Brondong Tahun 2019.

g. Dalam usulan kegiatan di PPN Brondong tidak ada yang sama dengan tugas dan fungsi instansi lain dan/atau tumpang tindih dengan tugas dan fungsi instansi lain, karena kegiatan yang diusulkan merupakan dukungan dari program Direktorat Jenderal Perikanan dan program Eselon II Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Dan bertujuan untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat perikanan di sekitar pelabuhan. Data dukung : RKA- KL/POK

(19)

h. Sampai dengan Triwulan II tidak ada kesalahan dalam perlakuan dan pengakuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Semua yang di rencanakan sudah sesuai dengan kaidah bagan akun standar dan sesuai dengan standar biaya masukan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan. Data Dukung : RKAKL yang sudah diverifikasi Irjen dan Direktorat Teknis dan secretariat (RKAKL Th.2019)

Secara rinci pengendalian rutin perencanaan Triwulan II dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

3. Pengendalian Pelaksanaan Anggaran

Dalam rangka pengendalian anggaran yang sudah dilakukan pengendalian terkait : a. Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid/tidak

sesuai ketentuan)

b. Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran;

c. Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan kerugian negara);

d. Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan;

e. Pelaksanaan lelang secara proforma;

f. Penyetoran penerimaan negara/daerah atau kas di bendaharawan ke Kas negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan;

g. Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan melebihi batas waktu yang ditentukan;

h. Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran belum/tidakdisetor ke kas negara/daerah;

i. Kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah;

j. Pengalihan/revisi anggaran tidak sesuai ketentuan;

k. Kesalahan pembebanan anggaran dan pelampauan terhadap pagu anggaran;

l. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

m. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran;

n. Pelaksanaan pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran tidak/kurang memadai;

(20)

o. Penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan.

Dari hasil pengendalian terkait pelaksanaan anggaran dengan item seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a. Dalam pelaksanaan pencairan kegiatan yang dilaksanakan, di PPN Brondong sudah melengkapi persyaratan yang dibutuhkan sesuai ketentuan yang berlaku dan disimpan sebagi bukti. Data dukung : SPJ pencairan kegiatan b. Dalam pelaksanan kegiatan yang kontraktual, pelaksanaan di PPN Brondong

dilakukan proses pengadaan terlebih dahulu dan yang penyedia jasa yang melaksanakan pekerjaan diberi SPK untuk memulai pekerjaan. Sehingga pekerjaan dilakukan setelah pihak kedua menerima SPK terlebih dahulu. Data dukung : Kontrak/SPK untuk nilai kegiatan > 50 juta

c. Dalam pelaksanaan pengadaan barang pada Triwulan II ini panitia ULP sudah berkoordinasi dengan UKPBJ di Biro umum KKP untuk mengawal tender yang dilaksanakan oleh ULP PPN Brondong, dan semua sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelaksanaan Tender Outsorcing sudah melalui LPSE ( e-tendering) dan Pengadaan < 200 juta,proses pengadaannya dengan pengadaan langsung. Selain itu pejabat pengadaan juga melakukan survey harga terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses pengadaan. Data dukung : Pelaksanaan Pengadaan Barang secara lelang;

d. Pada tahun 2019 ini tidak ada pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan. Data dukung adalah Kontrak yang proses lelang;

e. Karena dalam proses pengadaan barang dan jasa pagu < 200 juta, maka tidak ada proses lelang, hanya pengadaan langsung. Data dukung : kontrak pengadaan langsung;

f. Bendahara penerima dalam pelaksanaan penyetoran hasil pungutan PNBP disetorkan setelah adanya penyetoran dari petugas pemungut setoran PNBP atau dari pihak kedua. Sehingga Buku Kas Bendahara Penerima setiap bulan ditutup dengan kas Nihil, karena semua pendapatan telah disetor ke Kas Negara. Data dukung : LPJ Bendahara Penerima;

g. Dalam pertanggungjawaban UP dilakukan sesuai peraturan yang berlaku dan tidak melebihi batas waktu yang ditentukan. Pertanggungjawaban UP sudah sesuai aturan, yaitu sebelum 1 (satu) bulan sudah dipertanggunjawabkan.

Untuk setoran sisa pengembalian UP Tahun 2019 baru bisa dilakukan pada akhir tahun 2019. Data dukung : Pertanggungjawaban UP

(21)

h. Pada pelaksanaan pengelolaan kas bendahara pengeluaran, pada akhir anggaran telah disetorkan ke kas negara sesuai waktu yang sudah ditentukan oleh Kementerian Keuangan, sehingga kas Bendahara Pengeluaran akan nol pada akhir Tahun 2018. Pada triwulan II Tahun 2019 kas bendahara tidak nol.

Data dukung : LPJ Bendahara Pengeluaran bulan Juni 2019

i. Kepemilikan aset/BMN di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sampai dengan pengadaan tahun 2018 sudah diusulkan PSP nya, sampai bulan Juni 2019 sudah ada PSP yang keluar berupa Tanah, Peralatan dan mesin, Jalan Irigasi dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya dan masih ada BMN PPN Brondong yang belum keluar persetujuan PSP Data dukung : SP PSP yang sudah keluar sampai dengan Triwulan II tahun 2019;

j. Dalam pelaksanaan revisi anggaran sudah sesuai peraturan tentang tata cara revisi anggaran pada Tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan.

Jadi pelaksanaan revisi pada tahun 2019 sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Data dukung : Revisi POK kewenangan KPA;

k. Pada Triwulan I Tahun 2019 terdapat kesalahan pembebanan anggaran yaitu perjalanan dinas yang melekat pada tusi dibebankan pada perjalanan karena undangan, sehingga dilakukan perbaikkan SPM dan ditindaklanjuti pada Triwulan II. Data dukung : Berkas revisi SPM. Sedangkan pagu minus belum ada.

l. Karena Anggaran yang didapatkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong berasal dari APBN, maka dalam pelaksanaannya mengacu pada ketentuan pelaksanaan APBN.

m. Dalam pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran di PPN Brondong ada pemisahan dengan tugas dan fungsi. Karena pertanggungjawaban anggaran disesuaikan dengan kegiatan yang ada di POK. Data dukung : SPJ sesuai rincian kegiatan yang ada di POK.

n. Pemisahan antara tugas dan fungsi dengan pertanggungjawaban anggaran sudah memadai untuk pelaksanaan di PPN Brondong.

o. Dalam pelaksanaan anggaran , penggunaan anggaran yang ada sudah sesuai peruntukan yang sudah ditetapkan dalam POK yang ada, sehingga tidak salah sasaran. Data dukung : SPJ sesuai dengan rincian kegiatan dalam POK.

(22)

Pengendalian rutin pelaksanaan anggaran pada Triwulan II Tahun 2019 ini secara rinci dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

4. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pengendalian rutin yang dilaksanakan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong adalah :

a. Penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke kas Negara;

b. Penggunaan langsung terhadap penerimaan negara;

c. Penerimaan negara diterima atau digunakan oleh instansi yang tidak berhak;

d. Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan;

e. Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan, serta penggunaan Penerimaan negara tidak sesuai ketentuan.

Hasil dari pengendalian rutin terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Triwulan I ini adalah sebagai berikut :

a. Pada Triwulan II ini tidak ada denda keterlambatan, sehingga tidak ada penyetoran ke kas negara dan tidak ada keterlambatan. Data dukung : kuitansi dari pemungut ke bendahara penerima dan bukti setor

b. Pungutan atas penerimaan negara di PPN Brondong tidak digunakan langsung, namun disetorkan ke kas negara. Data dukung : Bukti setoran PNBP;

c. Penerimaan negara di PPN Brondong tidak digunakan oleh instansi lain, namun langsung disetorkan ke kas negara. Data dukung : Bukti setoran PNBP;

d. Pengenaan tarif PNBP di PPN Brondong tidak lebih rendah atau tinggi dari ketentuan, namun sesuai dengan peraturan yang ada yaitu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015. Data dukung : Kontrak perjanjian dan karcis/blanko pungutan.

e. Dalam rangka pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PNBP telah sesuai dengan peraturan dari Kementerian Keuangan. Data dukung : Bukti setor, Blanko/karcis/kontrak perjanjian dan LPJ Bendahara Penerima.

Pengendalian rutin Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Triwulan II Tahun 2019 ini secara rinci dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

(23)

5. Pengendalian Akuntansi dan Pelaporan

Pengendalian akuntansi dan pelaporan yang dilakukan pengendaliannya adalah : a. Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat;

b. Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan;

c. Entitas terlambat menyampaikan laporan;

d. Pelaporan tidak/belum mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku;

e. Pelaporan belum didukung SDM yang memadai;

f. Perhitungan penyusutan tidak sesuai ketentuan ;

g. Pengelolaan BMN termasuk persediaan belum dilakukan secara memadai.

Pada pengendalian rutin akuntansi dan pelaporan yang telah dilakukan oleh PPN Brondong pada Triwulan II Tahun 2019 ini :

a. Dalam pencatatan pengelolaan keuangan di PPN Brondong telah dilakukan dan telah akurat, hal ini telah dilakukan rekonsiliasi internal dan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN sebagai BUN tidak terjadi selisih atau selalu ada kecocokan dalam realisasi anggaran dan penyetoran penerimaan. Data dukung : Hasil rekonsiliasi dengan KPPN;

b. Dalam proses penyusunan laporan pengelolaan keuangan telah dilakukan dengan ketentuan yang berlaku, dimana pelaporan keuangan sekarang berbasis akrual. Dan proses sebelum dilaporkan ke luar, terlebih dahulu dilakukan rekonsiliasi internal dengan SIMAK BMN terkait barang persediaan dan aset bertambah serta dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN terkait realisasi anggaran dan setoran penerimaan. Data dukung : BA rekonsiliasi antara SAIBA dan SIMAK BMN dan rekonsiliasi dengan KPPN;

c. Dalam penyampaian laporan pengelolaan keuangan pada PPN Brondong sudah sesuai waktu yang ditentukan oleh peraturan yang ada, dan selama Triwulan II ini tidak terjadi keterlambatan penyampaiannya. Data dukung : Bukti upload dan Rekonsiliasi dengan KPPN;

d. Pelaporan pengelolaan keuangan pada PPN Brondong sudah sesuai kaidah- kaidah yang berlaku. Data dukung : Laporan hasil rekonsiliasi internal dan eksternal dengan KPPN setiap bulan;

e. Dalam pelaksanan pelaporan pengelolaan keuangan telah dilakukan oleh SDM yang berkompeten, karena SDM yang mengelola pelaporan keuangan sudah mengikuti diklat ataupun bimtek terkait pelaporan keuangan. Selain itu petugas yang melakukan pelaporan keuangan merupakan tugas sehari-hari SDM tersebut. Data dukung : Sertifkat pelatihan petugas pelaporan keuangan.

f. Dalam pengelolaan pelaporan keuangan, penyusutan telah dilakukan sesuai ketentuan. Data dukung : Laporan SAIBA tiap bulan setelah rekon dg KPPN ;

(24)

g. Dalam pengelolaan BMN terutama barang persediaan, selama Triwulan II ini telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dilakukan rekonsiliasi dengan SAIBA untuk pencatatannya dan telah dilakukan Opname fisik barang persediaan setiap bulannya. Data dukung : BA Opname Fisik Barang dan Rekonsiliasi internal dengan SAIBA;

Dalam pengendalian rutin terkait akuntansi dan pelaporan Triwulan II secara rinci dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

6. Pengendalian Kerugian Negara

Pengendalian kerugian negara yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif;

b. Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan;

c. Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang;

d. Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang;

e. Pemahalan harga (Mark up);

f. Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi;

g. Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/ataumelebihi standar yang ditetapkan;

h. Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak;

i. Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan;

j. Penjualan/pertukaran/penghapusan aset negara tidak sesuai ketentuan dan merugikan Negara;

k. Penyetoran penerimaan negara dengan bukti fiktif;

l. Kelebihan pembayaran dalam pengadaan barang/jasa tetapi pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya;

m. Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah rusak selamamasa pemeliharaan;

n. Aset dikuasai pihak lain;

o. Pembelian aset yang berstatus sengketa;

p. Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan asset kepada Negara;

q. Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran untuk pekerjaan yang belum selesai.

Pengendalian rutin terkait kerugian negara telah dilakukan dengan hasil sebagai berikut :

(25)

a. Selama pelaksanaan belanja barang baik itu dengan melalui UP maupun kontraktual dilakukan dengan nyata tidak ada yang fiktif. Data dukung : kuitansi telah ditandatangani Penerima Barang dan BA Pemeriksa/Penerima Barang

b. Selama pelaksanaan pengadaan barang, penyedia barang telah menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan masa pelaksanaan yang sudah disepakati dalam kontrak. Data dukung : BA. Serah Terima

c. Dalam pelaksanaan pengadaan barang maupun jasa konstruksi, tidak ada volume barang yang tidak sama dengan kontrak yang sudah disepakati. Data dukung : BA Pemeriksaan barang atau BAST.

d. Dalam pelaksanaan pengadaan barang kontraktual tidak pernah pembayarannya melebihi dari kontrak dan tidak ada volume yang berkurang.

Data dukung : BA. Pembayaran dan Karwas Kontrak

e. Dalam pengadaan barang pada Triwulan II, harga yang ditentukan dalam HPS tidak kemahalan karena merupakan harga survey dari beberapa tempat.

Data dukung : Hasil Survey Petugas Penyusun HPS.

f. Dalam pengelolaan keuangan di PPN Brondong tidak ada uang yang digunakan untuk kepentingan pribadi, karena pencairan anggaran sesuai dengan kegiatan yang dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi perorangan. Data dukung : Kuitansi/SPJ;

g. Dalam pembayaran honorarium dilakukan sesuai SK. Kuasa Pengguna Anggaran, dan tidak ganda. Dan perjalanan dinas pun dibayarkan sesuai dengan Surat Tugas dan pengeluaran yang dikeluarkan oleh yang melakukan perjalanan dinas secara riil dan nyata, sehingga tidak ada lagi ganda pertanggungjawabannya. Data dukung : SPJ honor, SPJ perjalanan dinas;

h. Selama pelaksanaan pengadaan barang pada PPN Brondong barang yang diterima dari penyedia barang selalu sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak. Data dukung : BA pemerikasaan dan BAST;

i. Dalam pelaksanaan belanja yang dilakukan sudah sesuai dengan aturan yang ada dan kebutuhan, sehingga tidak akan terjadi kelebihan atau berlebih yang signifikan. Data dukung : SPJ sesuai permintaan;

j. Triwulan II tahun 2019 sudah diajukan permohonan lelang penghapusan BMN ke KPKNL Surabaya dengan nomor surat : B.269/PPNBr.A/PL.820/II/2019 tanggal 22 Pebruari 2019 tetapi sampai laporan ini dibuat belum tindaklanjut dari kantor lelang. Data dukung : Surat pengajuan lelang penghapusan BMN;

(26)

k. Penyetoran penerimaan di PPN Brondong dengan bukti yang sah, karena sudah secara online dengan Billing dan baru setor ke kas negara melalui bank. Data dukung : Billing dan bukti setor ke bank

l. Pada pembayaran dalam pelaksanaan pengadaan kontraktual terdapat pembayaran BPJS yang belum disetorkan Penyedia karena data dukung BPJS peserta belum lengkap, sehingga terjadi keterlambatan dalam pembayaran BPJS dan hal ini sedang diurus untuk pembayaran , apabila tidak bisa terbayarkan , maka penyedia jasa akan mengembalikan bpjs kesehatan tersebut. Data dukung : BA. Pembayaran

m. Pada Tahun 2019 ini pada triwulan II sudah ada belanja modal yang dilakukan melalui pengadaan langsung, Data dukung : BAST pengadaan Handy Talky.

n. Aset PPN Brondong berupa tanah yang terdapat sengketa dengan PT.DOK dan Perkapalan Surabaya sampai dengan Triwulan II sudah dilakukan pengukuran ulang oleh BPN Kab. Lamongan dan sudah dilaporkan ke Eselon I untuk proses penyelesaiannya. Data dukung : Hasil Pengukuran ulang dengan BPN Kab. Lamongan dan proses penyelesaiaannya

o. Pada pelaporan Triwulan II Tahun 2019, terdapat Belanja Modal yaitu pengadaan handy talky.

p. Dalam pelaksanaan pengadaan barang, barang-barang yang sudah diadakan semua sudah didistribusikan ke tiap seksi. Data Dukung : SPJ pengadaan ATK dan computer supplies dan penyaluran barang hasil pengadaan.

q. Pada Triwulan II sudah berjalan pekerjaan yang kontraktual baru pekerjaan pengadaan outsourcing Satpam dan kebersihan, sehingga penyelesaiaannya perbulan sampai 12 bulan. Data dukung : kontrak pengadaan outsourcing dan BA.pembayaran per bulan.

Pengendalian kerugian negara secara lengkap dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

7. Pengendalian Kepegawaian

Dalam pengendalian kepegawaian yang dilakukan antara lain : a. Kedisiplinan pegawai dalam jam kerja;

b. Penempatan pegawai sesuai kompetensinya;

c. Rencaan pengembangan pegawai;

d. Penerapan hukuman disiplin untuk pegawai;

(27)

e. Pelaksanaan tugas dan fungsi oleh pegawai sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada pegawai;

f. Pemberian reward dan punishment

Dari hasil pengendalian terhadap kepegawaian diperoleh hasil sebagai berikut : a. Pegawai PPN Brondong telah disiplin terhadap jam kerja pada Triwulan II ini ,

sesuai dengan rekapitulasi kehadiran pegawai periode Triwulan II (April - Juni 2019) data dukung : Rekapitulasi kehadiran April s/d Juni 2019;

b. Dalam penempatan pegawai, telah dilakukan sesuai dengan peta jabatan dan kebutuhan organisasi yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, termasuk kualifikasi pendidikan, potensi dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas, dikarenakan setiap pegawai mempunyai target yang harus dicapai setiap bulannya sesuai dengan sasaran kinerja pegawai yang sudah ditandatangani oleh seluruh pegawai yang diketahui oleh Atasan langsungnya. Data dukung : SK Kepala Pelabuhan terkait Penugasan Pegawai di PPN Brondong

c. Untuk peningkatan pengembangan kompetensi pegawai, telah disusun form analisis tugas, form GAP kompetensi, form penentuan kebutuhan diklat, dan rencana pengembangan kompetensi. Data dukung : Usulan Diklat Non Gelar periode 2019 s.d 2023, form analisis tugas, form GAP kompetensi, form penentuan kebutuhan diklat

d. Pada Triwulan II ini tidak ada pegawai yang diproses penjatuhan hukuman disiplin yang melanggar disiplin pegawai, yaitu meninggalkan jam kerja melebihi 37,5 jam. Data Dukung : Rekapitulasi daftar hadir (April - Juni 2019).

e. Dan pegawai PPN Brondong telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan yang sudah dibebankan kepada setiap pegawai sesuai dengan SK.

Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Data dukung : SKP Pegawai sesuai tugasnya dalam SK. Organisasi Tata Kerja PPN Brondong f. Pada tahun 2018 telah ditetapkan Surat Keputusan beserta Petunjuk Teknis

Penilaian Kinerja Pegawai, penilaian tersebut terdiri dari beberapa kriteria yaitu kehadiran pegawai, penilaian SKP dan Penilaian Perilaku 360º. Data dukung : SK dan Juknis Penilaian Kinerja Pegawai tahun 2018

Secara rinci pelaksanaan pengendalian rutin kepegawaian dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

(28)

8. Pengendalian Kinerja

Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Triwulan II Tahun 2019 merupakan laporan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang berbasis Balance Scorecard (BSC) terhadap rencana kinerja (performance plan) Tahun 2019.

Pada Tahun 2019 ini telah ditetapkan Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sesuai adalah 7 (tujuh) sasaran strategis dan 13 indikator kinerja utama. Dalam pelaksanaan pencapaian target IKU tersebut telah dilakukan pengendalian terhadap kinerja sebagai berikut :

a. Kesesuaian kegiatan dengan tugas dan fungsi pelabuhan perikanan;

b. Kegiatan yang belum dilaksanakan dan melebihi batas waktu;

c. Kegiatan yang tidak sesuai dengan tahapan jadwal yang sudah ditetapkan;

d. Kegiatan yang tidak mencapai target kinerja yang ditetapkan;

e. Kegiatan yang menyimpang dalam pelaksanaannya, sehingga tidak tercapai tujuannya.

Dalam pengendalian kinerja yang sudah dilakukan sesuai dengan item di atas, pada Triwulan I ini mendapatkan hasil sebagai berikut :

a. Tidak ada kegiatan yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsi pelabuhan perikanan . Data dukung : Perjanjian Kinerja Tahun 2019

b. Pada Triwulan II kegiatan yang ada sudah dilakukan pemantauannya, baik itu bulanan maupun triwulan. Data dukung : printscreen capaian di aplikasi kinerjaku

c. Untuk Triwulan I ini kegiatan yang dipantau triwulanan telah dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan. Data dukung : LKJ Triwulan II

d. Untuk Triwulan II kegiatan telah mencapai taget yang sudah ditetapkan untuk Triwulan II. Data dukung : LKJ Triwulan II.

e. Tidak ada kegiatan yang menyimpang dilaksanakan, sehingga tujuan kinerja yang ditetapkan tercapai semua.

Secara lengkap pengendalain rutin terkait kinerja dapat dilihat pada lampiran laporan ini.

3.2.2. Pengendalian Berkala

Pengendalian berkala merupakan sarana penyampaian informasi actual mengenai kondisi beberapa aktifitas /kegiatan kepada pimpinan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan guna kegiatan pengendalian.

Adapun pengendalian berkala yang harus dilakukan adalah :

(29)

1. Pengendalian Kapasitas SDM Pengelola Keuangan

Pengendalian kapasitas SDM pengelola keuangan telah dilakukan dengan hasil , bahwa pengelola keuangan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Pengelola keuangan telah mengikuti diklat keuangan dan berkompeten. Data dukung : sertifikat diklat untuk pengelola anggaran.

2. Pengendalian Penyusunan Anggaran

Dalam rangka pengendalain penyusunan anggaran yang dilakukan adalah kesesuai kegiatan yang diusulkan dengan bagan akun standar, standar biaya masukan dan standar biaya lainnya yang dilakukan dengan surat pertanggungjawaban dari Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong terhadap biaya yang diusulkan selain yang sudah diatur oleh Kementerian Keuangan. Dari hasil pengendalian Triwulan II baru dilakukan penyusunan target PNBP dan penggunaan PNBP untuk Tahun 2020. Pelaksanaan penyusunan telah dikendalikan dengan melibatkan unsur dari sekretariat lingkup DJPT yang meliputi dari bagian keuangan DJPT.

3. Pengendalian Pengadaan Barang/Jasa

Pada Triwulan II tahun 2019 ini PPN Brondong dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa, yang sudah dilakukan jasa Kebersihan. Pada Triwulan II sudah mendapat penyedia jasa untuk pekerjaan outsourcing Satpam dan kebersihan. Data dukung : Kontrak yang sudah selesai dan proses pengadaan dengan lelang/tender.

4. Pengendalian Barang Milik Negara

Pada pengendalian Barang Milik Negara yang dilakukan pada Triwulan II sudah keluar SK PSP berupa Tanah, peralatan dan mesin JIJ dan Aset tetap lainnya.

Selain itu BMN yang digunakan oleh pihak kedua telah ditinjau kembali kontraknya dan telah diperpanjang sewanya terkait pemanfaatan BMN baik yang dikelola oleh pelabuhan perikanan sendiri maupun yang dimanfaatkan oleh pihak II dengan sewa. Pada Triwulan II ini BMN yang disewa oleh Pihak Kedua telah dilakukan kontrak kembali untuk kontrak sewanya yang sudah habis. Juga telah dilakukan lelang penghapusan BMN. Terdapat BMN yang bermasalah yaitu tanah yang diklaim oleh PT.DOK dan Perkapalan Surabaya. Data dukung : Kontrak sewa lahan/bangunan, Laporan BMN dan tindaklanjut penyelesaian sengketa tanah.

(30)

5. Pengendalian Penyelesaian Kerugian Negara

Pengendalain penyelesaian kerugian negara di PPN Brondong pada tahun 2019 tidak ada. Untuk mengendalikan kerugian negara dilakukan dengan pertanggungjawaban keuangan sesuai peraturan. Sesuai dengan Audit LK oleh BPK RI, terdapat pembayaran jasa listrik, bengkel, jasa kebersihan yang disetor terlambat lewat tahun. Hal ini berakibat kurang setor PNBP Tahun berjalan.

Sehingga kurang pungut PNBP tersebut harus tercatat di Laporan Keuangan.

Dengan demikian pada Triwulan II tidak ada penyelesaian kerugian negara, hanya perbaikkan Laporan Keuangan. Data dukung : Laporan Keuangan setelah audit BPK.

6. Pengendalian Penyerapan Anggaran

Dalam rangka pengendalian penyerapan anggaran yang dilakukan adalah dengan membandingkan target yang sudah ditetapkan dengan realisasi.

Pelaksanaan ini memang susah dilakukan, karena terdapat beberapa permasalah antara lain dengan adanya kegiatan yang tergantung dari pihak luar, kesiapan narasumber untuk kegiatan sosialisasi dan untuk kegiatan PNBP, masih menunggu realisasi PNBP. Agar penyerapan anggaran sesuai dengan yang sudah ditargetkan, maka perlu setiap penanggungjawab kegiatan selalu memantau kegiatan yang sudah ditargetkan. Untuk Triwulan II 2019 penyerapan anggaran masih di bawah target yang sudah ditetapkan. Untuk Triwulan II, diharapkan penanggungjawab kegiatan selalu memantau kegiatannya agar penerapan anggaran sesuai target yang sudah ditargetkan. Data dukung : Laporan Form DA.

3.2.3 Pengendalian dengan Pendekatan Manajemen Risiko

Pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko ini dilakukan apabila pengendalian secara rutin dan berkala tidak memadai dilaksanakan terkait dengan kegiatan yang kompleksitas dan kebijakan yang dalam implementasinya melibatkan pihak lain. Selain itu kegiatan yang menjadi prioritas dan yang dianalisa perlu dilakukan pendekatan manajemen resiko.

Pada Tahun 2019, yang dilakukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko adalah :

1. Kegiatan Relokasi Pembongkaran Ikan dari TPI Lama ke TPI Higienis

Pada Tahun 2017 program prioritas Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap untuk

(31)

semua TPI Higienis yang sudah terbangun harus sudah dimanfaatkan sesuai SOP yang sudah ditetapkan. Mengingat Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong mempunyai 2 (dua) TPI yang lama dan yang baru, tentu akan mendapatkan kendala dalam pengelolaan TPI Higienis tersebut. Karena TPI yang lama masih beroperasional. Agar TPI Higienis tersebut dapat dimanfaatkan maksimal, maka perlu ”Relokasi pembongkaran dari TPI Lama ke TPI HIgienis”.

Untuk pemindahan pembongkaran ikan dari TPI Lama ke TPI Baru (Higienis) perlu direncanakan matang, karena dalam proses pembongkaran ikan di PPN Brondong terdapat stakeholder yang banyak terlibat, yaitu tukang sortir, tukang pikul, penjual, supplier dan peran KUD Mina Tani dalam pengelolaan TPI. Karena sesuai Undang-Undah 23 Tahun 2014, bahwa kewenangan pengelolaan TPI adalah Kabupaten/Kotamadya dalam hal ini adalah Dinas Perikanan Kab.

Lamongan. Dan Dinas Kab. Lamongan menunjuk KUD Mina Tani untuk mengelola TPI. Agar kegiatan itu berjalan lancar, maka perlu adanya pengendalian. Dan setelah dilakukan analisa pendekatan manajemen resiko, telah diidentifikasi resiko dan factor penyebab dalam pelaksanaan Relokasi Pembongkaran Ikan. Hal ini dapat dilihat secara rinci sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Identifikasi Risiko dan Faktor Penyebab pada Pelaksanaan Relokasi Pembongkaran Ikan dari TPI Lama ke TPI higienis pada PPN Brondong Tahun 2019

No Kebijakan/

Aktivitas/

Kegiatan/ Tujuan

Faktor Risiko

Sebab Dampak

1 2 3 4 5 6

1 Relokasi Pembongkaran Ikan dari TPI lama ke TPI Higienis

Optimalisasi pemanfaatan TPI

Higienis/PPDI 1.1

Belum siapnya Penyelenggara TPI (Dinas Perikanan Kab.

Lamongan/KUD Mina Tani)

1.1.1

Tenaga kerja untuk pengelolaan TPI higienis belum tercukupi

Pemanfaatan TPI Higienis kurang optimal

1.2

Sarana dan prasarana

pendukung kurang lengkap/tidak sesuai kebutuhan

1.2.1

Jumlah outlet yang dibutuhkan tidak sesuai jumlah Suplier yang ada

Suplier tidak mau membeli ikan dari kapal nelayan yang bongkar di TPI Higienis

(32)

1.2.2

Instalasi air untuk ke area outlet yang sudah disewa tanahnya oleh Suplier belum ada

Tertundanya Suplier membangun outlet sendiri

1.2.3

Troli dan keranjang ikan (trays) masih kurang

Keranjang bambu masih dipakai

1.3 Tidak tertibnya kapal tambat setelah

pembongkaran ikan

1.3.1 Dangkalnya kolam pelabuhan

Olah gerak kapal di kolam

pelabuhan terganggu

1.3.2 Kurangnya SDM

dalam pengaturan kapal saat mau tambat untuk bongkar

Dari hasil identifkasi risiko yang sudah dibuat dalam kegiatan ”Relokasi pembongkaran dari TPI Lama ke TPI HIgienis” terdapat 3 (tiga) factor risiko yang harus dilakukan pencegahannya. Dan telah dilakukan pembobotan atas 3 (tiga) resiko tersebut dan ketiga resiko tersebut harus ditindaklanjuti dengan usaha pencegahan agar tidak terjadi resiko yang sudah diidentifikasi tersebut. Dari hasil pembobotan tersebut telah dilakukan rencana kegiatan, agar resiko tidak terjadi.

Dan hasil rencana kegiatan yang sudah ditetapkan, triwulan II telah dilakukan pemantauan dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Pemantauan pengendalian Risiko yang terjadi pada Relokasi Pembongkaran Ikan dari TPI lama ke TPI Higienis

Faktor Risiko

Respon Terhadap Risiko / Rencana Kegiatan

Pengendalian Risiko Residual

Uraian Jadwal (hr/mg/bln)

April Mei Juni K D

4 20 21 22

1.1

Belum siapnya Penyelenggara TPI (Dinas Perikanan Kab.

Lamongan/KUD Mina Tani)

Melakukan koordinasi dengan Dinas Perikanan Kab.Lamongan KUD Mina Tani untuk kesiapan mengelola TPI

V V V

2 3

(33)

Rapat dengan stakeholder dalam rangka relokasi

V

1.2

Sarana dan prasarana

pendukung kurang lengkap/tidak sesuai kebutuhan

Mendorong supplier yang sudah sewa penggunaan tanah untuk membangun outlet

V

3 3

Mengusulkan pembangunan instalasi air dan tiang untuk tandon air ke Direktur Pelabuhan Perikanan Ditjen Perikanan Tangkap

V V

1.3 Tidak tertibnya kapal setelah pembongkaran ikan

1. Mengusulkan pengerukan kolam pelabuhan

V V

3 3

2. Mengatur jadwal piket untuk pengaturan kapal yang bongkar

V

Dari risiko yang sudah diidentifikasi dan usaha yang akan dilakukan per risiko yang akan terjadi , sampai triwulan II ini ada beberapa kegiatan yang sudah tercapai yang merupakan target triwulan I. Adapun kegiatan tindaklanjut agar resiko tidak terjadi dan harus dilakukan kembali untuk triwulan berikutnya adalah:

1. Resiko “Belum siapnya Penyelenggara TPI (Dinas Perikanan Kab.

Lamongan/KUD Mina Tani)”. Resiko ini sudah ditindaklanjuti dengan koordinasi dengan Dinas Perikanan Kab. Lamongan dan KUD Mina Tani atas kesiapan untuk pengelolaan TPI Higienis, pada bulan April, Mei dan Juni 2019. Dan hasil kesepakatan untuk pelaksanan relokasi dilaksanakan setelah Hari Raya Idhul Fitri. Namun setelah Hari raya Idhul Fitri belum bisa terlaksana karena adanya PilPres, sehingga diundur kembali di bulan Juli 2019. Meskipun diundur pihak Pelabuhan, Dinas Kabupaten dan KUD Mina Tani setiap bulan melakukan persiapan dengan rapat koordinasi untuk persiapan relokasi dan melakukan dengan stakeholder yang berperan dalam pelaksanaan pembongkaran ikan yaitu suplier, nelayan, kuli pikul dan HNSI serta Rukun Nelayan.

(34)

2. Resiko “Sarana dan prasarana pendukung kurang lengkap/tidak sesuai kebutuhan”. Sehubungan dengan jumlah kapal yang bongkar di PPN Brondong ini kurang lebih 30 kapal/hari, maka perlu adanya sarana dan prasarana yang mencukupi, antara lain trays, troli, timbangan. Selain itu juga perlu debit air tawar maupun air laut bersih yang besar karena banyaknya aktifitas. Dan karena outlet pengepakan ikan yang dibutuhkan oleh supplier lebih dari 100, sedangkan yang terbangun saat ini adalah 41, maka perlu penambahan outlet. Pada Tahun 2018 suplier berkeinginan untuk membangun sendiri dan sudah melakukan kontrak penggunaan tanah, namun sampai triwulan I baru 1 (satu) orang yang membangun. Dan pada triwulan II ini sudah beberapa yang sudah membangun. Dan karena lokasi outlet yang akan dibangun juga belum ada instalasi airnya, maka perlu mengusulkan anggaran untuk penambahan instalasi air. Pada triwulan II ini telah diusulkan kembali anggaran untuk mengakomodir kebutuhan relokasi ke Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Karena sampai triwulan II ini belum ada persetujuan usulan drainase dan instalasi air, maka akan diusulkan kembali ke Sekretaris Ditjen Perikanan Tangkap untuk bisa dialokasikan penggunaan dana PNBP pusat.

3. Resiko “Tidak tertibnya kapal tambat setelah pembongkaran ikan”.

Resiko ini salah satu penyebabnya adalah kolam pelabuhan yang dangkal.

Degan adanya kolam yang dangkal, akan berakibat pengaturan kapal yang akan bongkar dan setelah bongkar juga terkendala. Untuk pencegahan terhadap resiko yang disebabkan dangkanya kolam pelabuhan adalah mengusulkan alokasi anggaran pengerukan, yang sudah disampaikan pada bulan Maret 2019. Untuk resiko tidak tertibnya saat pembongkaran ikan juga disebabkan Kurangnya SDM dalam pengaturan kapal saat mau tambat untuk bongkar dan Tukang sortir tidak mau melakukan sortir ikan di tempat sortir dan kurangnya tempat sortir. Hal ini akan ditindaklanjuti dengan pengaturan jadwal SDM PPN Brondong untuk mengatur kapal yang akan bongkar dan selesai bongkar serta memberi penyuluhan secara intensif dan mengatur tempat sortir sesuai urutan kedatangan kapal. Pada triwulan I belum dilaksanakan, karena belum banyak aktifitas bongkar di TPI Higienis.

Gambar

Gambar 1. Stuktur organisasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Kepala Pelabuhan
Tabel  1.  Hasil  Identifikasi  Risiko  dan  Faktor  Penyebab  pada  Pelaksanaan  Relokasi Pembongkaran Ikan dari TPI Lama ke TPI higienis pada PPN  Brondong Tahun 2019  No  Kebijakan/ Aktivitas/  Kegiatan/  Tujuan      Faktor Risiko     Sebab   Dampak
Tabel  2.  Pemantauan  pengendalian  Risiko  yang  terjadi  pada  Relokasi  Pembongkaran Ikan dari TPI lama ke TPI Higienis
Tabel  3.  Hasil  Identifikasi  Risiko  dan  Faktor  Penyebab  pada  Pelaksanaan  Relokasi Pembongkaran Ikan dari TPI Lama ke TPI higienis pada PPN  Brondong Tahun 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait