• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN 2010/2011. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Disusun Oleh: Ngumrotun Baruroh NIM 093111367. FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011.

(2) PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama. : Ngumrotun Baruroh. NIM. : 093111367. Jurusan/Program Studi. : Pendidikan Agama Islam. Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, Juni 2011 Saya yang menyatakan. Ngumrotun Baruroh NIM 093111238. 2.

(3) 3.

(4) NOTA PEMBIMBING. Semarang,. Juli 2011. Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang. Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul. : IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN 2010/2011 Nama : Umrotul Baruroh NIM : 093111367 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr.wb.. Pembimbing,. Fakrurrozi, M.Ag NIP. 19691220 199503 1 001. 4.

(5) MOTTO.  َ  ِ ‫لا‬ ُ ُْ ‫ل َر‬ َ َ! .ُ ْ  َ  ُ ‫ا‬ َ ِ ‫ث َر‬ ِ ِ ْ َ ُ ْ ‫ ا‬ ِ ْ ‫ ا‬ ِ َِ ْ  َ ‫َو‬ *١ (‫رى‬./ ‫ ا‬0‫ِّ )روا‬ َ ‫ْا َآ'َ َرَأ ْ ُ( ُ'ْ&ِ ُا‬+ َ :#َ َ ‫َ ْ" ِ َو‬ َ  ُ ‫ا‬ Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari).. 1. * Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang: Thoha Putra, t.th.), hlm. 155. 5.

(6) ABSTRAK Judul. Nama NIM. : Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Shalat pada Siswa Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang Tahun 2010/2011 : Ngumrotun Baruroh : 093111367. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang? 2) Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang? Permasalahan tersebut di bahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, sumber data diperoleh dari sekolah dan bukubuku pendukung. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara tanya jawab sesuai dengan pengalaman siswa, berikutnya pelaksanaan demonstrasi guru mencontohkan praktek materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa orang siswa mempraktekkannya di depan teman-teman siswa lain, diantara yang di peragakan degnan metode demonstrasi, tahap terakhir adalah kegiatan evaluasi/tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut melakukan sendiri. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian informasi. 2) Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang antara lain: problem yang berhubungan dengan latar belakang pendidikan siswa, tugas guru, alokasi waktu, sarana dan prasarana, pengelolaan kelas serta problem yang berhubungan dengan evaluasi.. 6.

(7) KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbal alamin yang telah melimpahkan nikmat, Taufik, hidayah dan inayah-Nya setelah penulis skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik, selama masa penelitian 2. Fakrur Rozi, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu. 4. Sutrisno, S.Pd., selaku Kepala MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian. Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya. Semarang, Juni 2011 Penulis. 7.

(8) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii. HALAMAN NOTA PEMBIMBING..................................................................... iv. HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v. HALAMAN ABSTRAK........................................................................................ vi. HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................... vii. DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1. B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 4. BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ............................................................................... 6. 1. Metode Demonstrasi ................................................................ 6. a. Pengertian Metode Demonstrasi ........................................ 6. b. Tujuan Metode Demonstrasi .............................................. 8. c. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi ......................... 9. d. Prinsip-prinsip Demonstrasi ............................................... 9. e. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi ............................ 10. f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi ............... 12. 2. Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Kelas 1.................... 14. a. Pengertian Pembelajaran Fiqih .......................................... 14. b. Tujuan Pembelajaran Fiqih ................................................. 16. c. Materi Shalat dalam Pembelajaran Fiqih ............................ 16. B. Kerangka Berfikir .......................................................................... 18. 8.

(9) BAB III METODE PENELITIAN. BAB IV. A. Jenis Penelitian .............................................................................. 28. B. Pendekatan Penelitian ................................................................... 28. C. Fokus Penelitian ............................................................................ 28. D. Sumber Data Penelitian ................................................................. 29. E. Lokasi Penelitian ........................................................................... 29. F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 29. G. Metode Analisis Data .................................................................... 30. IMPLEMENTASI. METODE. PEMBELAJARAN. SHALAT. DEMONSTRASI DI. MI. WRINGIN. DALAM PUTIHI. BOROBUDUR MAGELANG A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI Wringin Putih Borobudur Magelang............................................ 33. 1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI Wringin Putih Borobudur Magelang................. 33. 2. Kegiatan evaluasi/tindak lanjut .............................................. 38. 3. Pendekatan pembelajaran ...................................................... 39. B. Problematika. yang. Dihadapi. dalam. Menerapkan. Metode. Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang ............... 40. 1. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa...... 40. 2. Problem yang berhubungan dengan tugas guru ..................... 40. 3. Problem Sarana Prasarana..................................................... 41. 4. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka). 41. 5. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas ......... 41. 6. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi ...................... 42. C. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI Wringin Putihi Borobudur Magelang ..................... 9. 42.

(10) D. Analisis Solusi terhadap yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang ............... 46. 1. Solusi yang berhubungan dengan latar belakang siswa kaitannya dengan perencanaan pengajaran ............................ 46. 2. Solusi yang berhubungan dengan tugas guru ......................... 47. 3. Solusi yang Berhubungan dengan Kelengkapan Sarana dan Prasarana ................................................................................ 48. 4. Solusi yang Berhubungan dengan Waktu (jam tatap muka) .. 48. 5. Solusi yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas ........... 49. 6. Solusi yang Berhubungan dengan Evaluasi ........................... 50. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 52. B. Saran-Saran .................................................................................. 53. DAFTAR PUSTAKA. 10.

(11) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik, yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi pada peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.3 Salah satu materi yang tertuang dalam proses pembelajaran fiqih adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat merupakan tiang (rukun) sebagai tempat tegaknya agama Islam, sarana untuk membuktikan tentang ke-Islaman dan keimanan seseorang. Islam memberikan kewajiban shalat kepada mukhalaf untuk menjalankan shalat fardhu (lima waktu) sehari semalam. Amalan shalat ini perlu sekali ditanamkan kepada jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Anak hendaknya diperintahkan shalat sejak umur 7 tahun bahkan diperintahkan keras apabila telah mencapai 10 tahun, ketentuan ini sesuai dengan sabda Rasul:. 2. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995) cet.2 hlm. 2 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. 19, hlm. 4. 11.

(12)   َ  ِ ‫لا‬ ُ ُْ ‫ل َر‬ َ َ! ،َ‫ !َل‬0ِ 54 6 َ ْ  َ ِ "ْ ِ َ‫ ْ ا‬ َ ْ7"َ89 ُ ْ ِ ‫ ْ'ُو‬ َ ْ  َ. َ "ْ ِ ِ :َ /ْ َ ;ََ ْ ‫ْ َا‬#‫> ِة َو ُه‬ َ?  ِ ْ#‫ َد ُآ‬A َ ْ‫وْا َاو‬+ ُ :#َ َ ‫َ ْ" ِ َو‬ َ  ُ ‫ا‬  ‫ار‬5 ‫ ا‬0‫ )روا‬ َ "ْ ِ ِ َ B َ َ ;ََ ْ ‫ْ َا‬#‫َ َو ُه‬C"ْ َ َ ْ#‫ ِ ُْ ُه‬ ْ ‫وَا‬ (‫ة‬/ :" ‫ا ' ا ا‬5/ Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan bila perlu pukullah mereka enggan mengerjakannya diwaktu usia mereka meningkat sepuluh tahun.4 Dalam mempelajari fiqih khususnya materi shalat, bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan seharihari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya.5 Pembelajaran shalat pada usia anak sangat penting. Di samping sebagai sarana untuk melatih anak dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kepada Sang Khalik, shalat juga sangat besar manfaatnya dalam kehidupan rohani manusia. Dengan demikian, selain sebagai tugas dari orang tua, guru sebagai sosok pengganti orang tua dalam dunia pendidikan juga memiliki persamaan tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak didik, termasuk dalam pembelajaran shalat. Untuk itu, dalam rangka pembelajaran shalat kepada anak didik, menurut Nana Sudjana guru harus mengatur semua komponen yang ada dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), antara lain, tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian pengajaran.6. 4. Mujibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II, (T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th), hlm.162 5 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. 2, hlm. 85 6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), hlm. 30-31.. 12.

(13) Anak sekolah dasar seperti siswa 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang adalah anak yang membutuhkan pembelajaran langsung dalam setiap pembelajarannya, sebagaimana diungkapkan oleh Edga Dale yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.7. banyak metode dalam pembelajaran tetapi tidak semua metode itu dapat memberikan pengalaman langsung pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan. Sebagaimana terdapat dalam Hadits.  َ  ِ ‫لا‬ ُ ُْ ‫ل َر‬ َ َ! .ُ ْ  َ  ُ ‫ا‬ َ ِ ‫ث َر‬ ِ ِ ْ َ ُ ْ ‫ ا‬ ِ ْ ‫ ا‬ ِ َِ ْ  َ ‫َو‬ ٨ (‫رى‬./ ‫ ا‬0‫ِّ )روا‬ َ ‫ْا َآ'َ َرَأ ْ ُ( ُ'ْ&ِ ُا‬+ َ :#َ َ ‫َ ْ" ِ َو‬ َ  ُ ‫ا‬ Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari). Demonstrasi sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan satu bentuk pembelajaran dimana siswa akan melihat langsung satu pembelajaran dalam sebuah materi secara langsung berkaitan dengan pelajaran itu. Dengan metode demonstrasi anak akan dapat menemukan satu pemahaman lebih komplek dari pembelajaran. Dari uraian di atas maka peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang tahun 2010/ 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan penulis angkat adalah : 7. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2003), hlm. 45-48 8 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang: Thoha Putra, t.th.), hlm. 155. 13.

(14) Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang? Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang . b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang. 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih materi pokok shalat. b. Secara praktis 1) Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran fiqih terutama materi shalat. 2) Bagi peserta didik. 14.

(15) Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar pada pembelajaran fiqih materi pokok shalat 3) Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya proses pembelajaran dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih materi pokok shalat.. 15.

(16) BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka 1. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” dan “Hodos” metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.9 Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengajaran. Salah satu metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk melihat secara langsung proses terjadinya sesuatu. Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode demonstrasi: 1) Tayar Yusuf, demonstrasi berasal dari kata demonstration ( ) yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.10 2) Pius A. Partanto, demonstrasi berarti unjuk rasa, tindakan bersamasama untuk menyatakan proses pertunjukan mengenai cara penggunaan suatu hal.11 3) Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses suatu kaifah melakukan sesuatu.12 9. Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 40. 10 Tayar Yusuf dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo, 2000), hlm. 45. 11 Pius. A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hlm. 100. 12 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th), hlm. 177.. 16.

(17) 4) Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.13 5) Metode demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah tua dan digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara memasak atau. makanan. kepada. anak-anaknya. mendemonstrasikan di muka mereka.. atau. dengan. 14. 6) Metode demonstrasi adalah metode pengajaran bagi guru atau orang lain yang sengaja diminta siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses. Misalnya, bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaian dengan otomatis.15 The demonstration is valuable in all areas. The learning in the demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows for repetition and drill. The demonstration method is usually informal, and it is effective with simple processes or complex projects.16 (metode demonstrasi sangat penting disemua area (pembelajaran). Metode pembelajaran ini sangat konkrit/nyata. Pada dasarnya metode ini adalah pengimplementasian metode dan bisa dilakukan dengan pengulangan kembali dan latihan-latihan. Biasanya metode ini bersifat informal dan sangat efektif melalui proses yang sederhana dan perencanaan yang komplek). Jadi kesimpulannya adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses. 13. Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),. hlm. 102. 14. Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002), hlm.. 15. Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jamars, 2000), hlm.. 16. Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148. 107. 86.. 17.

(18) perbuatan tertentu kepada siswa, misalnya proses cara mengerjakan shalat. b. Tujuan Metode Demonstrasi Sesuai. dengan. definisi. metode. demonstrasi. yaitu. memperlihatkan, memperagakan dan mempraktikkan, maka tujuan demonstrasi yaitu anak diarahkan dan dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan. Penerapan metode demonstrasi lebih banyak digunakan untuk memperjelas cara mengerjakan atau kaifiyah suatu proses ibadah, misalnya wudlu, shalat, haji, dan materi lain yang bersifat motorik.17 Metode demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai pelajaran lebih baik. Dengan metode demonstrasi anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur penting untuk proses pengamatan, maka kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang sama hanya berdasarkan penjelasan lisan. Demonstrasi memiliki makna penting bagi anak antara lain: 1) Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/ dilaksanakan/ diperagakan. 2) Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan peragaan. 3) Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan cermat. 4) Membantu mengembangkan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti dan cermat. 5) Membantu mengembangkan kemampuan menirukan dan pengenalan secara tepat.18. 17. Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 83 Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka Cipta,1999 ), hlm. 27 18. 18.

(19) Metode demonstrasi mempunyai pengaruh terhadap proses belajar peserta didik dan bertujuan sebagai berikut: 1) Memberikan latihan keterampilan tertentu pada peserta didik. 2) Memudahkan penjelasan dan peserta didik terampil melakukannya. 3) Membantu peserta didik dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.19 c. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi 1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati oleh peserta didik. 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti oleh aktivitas peserta didik. 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan. 4) Hendaknya dilakukan dalam hal yang bersifat praktis. 5) Beri pengertian dan landasan teori yang akan didemonstrasikan. 6) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.20 d. Prinsip-prinsip Demonstrasi Melalui demonstrasi, seorang guru ingin menyampaikan suatu pada siswa, melalui demonstrasi yang baik berarti guru telah mengadakan komunikasi yang baik dengan para siswanya. Sehingga siswa mengerti apa yang ingin guru sampaikan kepadanya.21 Oleh karena itu ada Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Menciptakan suasana dan hubungan yang baik dengan siswa sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang hendak didemonstrasikan. 2) Mengusahakan agar demonstrasi itu jelas bagi siswa yang sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat. 19. Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, hlm. 45-46 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, hlm. 190 21 Suharyono, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), hlm. 20. 35.. 19.

(20) memahami apa yang dimaksudkan dalam demonstrasi karena keterbatasan daya pikirnya. 3) Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan atau topik bahasan tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya. Dengan berpedoman ketiga prinsip di atas, maka kegiatan demonstrasi akan kehilangan arah dan lepas kendali sehingga dapat berjalan. terarah. seiring. dengan. tujuan. yang. telah. digariskan. sebelumnya.22 Dalam pelaksanaan metode demonstrasi, ada beberapa langkahlangkah yang perlu diperhatikan diantaranya: 1) Guru merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan. 2) Guru menunjukkan cara pelaksanaan metode demonstrasi 3) Guru. menetapkan. perkiraan. waktu. yang. diperlukan. untuk. demonstrasi dan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak-anak untuk meniru. 4) Anak memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. 5) Guru memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan, baik bila anak berhasil maupun kurang berhasil. 23 e. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi Langkah-langkah perencanaan dan persiapan. yang perlu. ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah: 1) Perencanaan Hal yang dilakukan adalah:. 22. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ (Malang FAK. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2001), hlm. 297. 23 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 123-124.. 20.

(21) a) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir. b) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. c) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. d) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah: (1) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik. (2) Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat. (3) Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu. e) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.24 2) Pelaksanaan Hal-hal yang perlu dilakukan adalah: a) Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya. b) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik. c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran. d) Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik. e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan. f) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.25 24 25. Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 192 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 193-194. 21.

(22) 3) Evaluasi Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan peserta didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.26 f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, dua sisi ini perlu diperhatikan guru. Adapun kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah: 1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). 2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3) Proses pengajaran lebih menarik. 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri.27 Sedangkan menurut Tayar Yusuf metode demonstrasi mempunyai beberapa kebaikan antara lain: 1) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru. 2) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biasanya bersifat tahan lama. 3) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai. 26 27. Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 195 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, hlm. 102-103. 22.

(23) mengucapkan tapi tidak. mengerti maksudnya) serta catatan yang. diperlukan. 4) Selama demonstrasi berlangsung kita dapat mengajukan pertanyaan, apakah keterangan itu dapat didengar oleh siswa dan apakah alat dapat ditempatkan pada posisi yang tepat? dan lain sebagainya. 5) Menetapkan rencana penelitian mengenai hasil yang dicapai melalui demonstrasi. 6) Dapat merekam kembali atau mengulangi kembali proses demonstrasi, jika siswa merasa belum paham atau mengerti tentang masalah yang dibicarakan. 28 Seperti ungkapan ini bahwa: the demonstration is valuable an all areas. The learning in the demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows for repetition and drill. The demonstration method is usually informal, and it is effective with simple processes or complex projects. 29 Yang maksudnya: (metode) demonstrasi sangat penting di semua area (pembelajaran). Metode pembelajaran ini sangat konkrit/ nyata. Pada dasarnya metode ini adalah pengimplementasian metode dan bisa dilakukan dengan pengulangan kembali dan latihan-latihan. Biasanya metode ini bersifat informal dan sangat efektif melalui proses yang sederhana dan perencanaan yang komplek. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik pemahaman bahwa kelebihan metode demonstrasi yang paling utama adalah membuat siswa menjadi lebih jelas apa yang dipelajari karena dipraktikkan secara langsung dan mendapatkan pengalaman yang praktis serta bersifat tahan lama. Adapun kekurangan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah: 1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. 28 29. Tayar Yusuf, Op.Cit. hlm. 50-52 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148. 23.

(24) 2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. 3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.30 Sedangkan menurut Winarno Surachmat, metode demonstrasi mempunyai kelemahan sebagai berikut: 1) Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas. 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga. 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau berada di tempat lain yang jauh dari kelas. 4) Kadang-kadang bila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa melihat suatu proses yang berlainan dengan proses jika dalam situasi yang sebenarnya.31 2. Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Kelas 1 a. Pengertian Pembelajaran Fiqih Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.. Dalam. interaksi. tersebut. banyak. sekali. faktor. yang. mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.32 Menurut S. Nasution pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang 30. Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, hlm. 103 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, hlm. 88 32 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 100 31. 24.

(25) berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.33 Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa “Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.34 Sedangkan Fiqih menurut bahasa “tahu atau paham”.35 Firman Allah SWT.. (٨٧ :K( ‫ن )ا‬ َ ُCJَ Fْ َ A َ ْ#Cُ Gَ ْ#Cِ ِ ُ!ُ َ َ :َ /ِ H ُ ‫… َو‬ “…. dan hati mereka telah di kunci mati maka mereka tidak mengetahui” (QS. Atau-Taubah: 87).36 Adapun pengertian fiqih menurut istilah ada beberapa pendapat sebagai berikut: 1) Abdul Wahhab Khallaf berpendapat Fiqih adalah “hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci”.37 2) Menurut A. Syafi’i Karim Fiqih ialah “suatu ilmu yang mempelajari syarat Islam yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut”.38 Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara 33. S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 102 Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), hlm. 9 35 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 15. 36 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm. 294 37 Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 5. 38 A. Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11 34. 25.

(26) pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan seharihari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam. kehidupan. sehari-hari. sebagai. perwujudan. keserasian,. keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.39 b. Tujuan Pembelajaran Fiqih Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan. baik,. sebagai. perwujudan. dari. ketaatan. dalam. menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,. dan. makhluk. lainnya. maupun. hubungan. dengan. lingkungannya.40 c. Materi Shalat dalam Pembelajaran Fiqih Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: 1) Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah Haji. 39. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67 40 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 59. 26.

(27) 2) Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.41 Dalam penelitian ini materi yang di kaji adalah materi shalat berikut sedikit uraian tentang materi Haji Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun dan tiang agama. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Shalat menjadi lambang hubungan yang kokoh antara Allah SWT dan hamba-Nya. Pada saat melaksanakan shalat, hamba-hamba Allah berada dalam keadaan bersih dan suci. Ahli Fiqih mengartikan shalat menurut bahasa berarti doa, sedang menurut istilah berarti ibadah yang tersusun dan memenuhi perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.42 Pengertian shalat menurut Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya al-Anshari dalam kitab Fatkhu al-Wahhab adalah: ٤٣. #"M(  K'((. "/N( ‫ ا‬K ((F ‫ل‬8G‫ا ?>ة ه أ!ال وا‬. Shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam”. Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT, sehingga shalat merupakan kewajiban (fardhu’ain) bagi umat Islam, firman Allah:. (٧٧ :;M ‫ )ا‬. ‫آَ َة‬Q ‫ُا ا‬RSَ‫?َ َة َو‬  ‫َوَأ!ِ"'ُا ا‬ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul supaya kamu diberi rahmat. (An-Nisa’: 77).44. 41. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 63 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), hlm. 53 43 Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya al-Anshari, Fatkhu al-Wahhab, (Semarang: Toha Putra) hlm. 29. 44 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 173 42. 27.

(28) Kemudian Allah memerintahkan agar hambanya memelihara shalat dan disarankan agar khusu’ hanya karena Allah, sebagaimana firman Allah:. ِ  ِ ‫َ َو!ُُا‬Tْ ُ ْ ‫ت وَا ?ّ ِة ا‬ ِ ‫?ََا‬  ‫َ ا‬ َ ‫ُا‬VGِ َW (٢٣٨ :‫ة‬J/ ‫)ا‬. َ "ِ(&ِ َ! Periharalah segala shalat dan shalat wustha dan hendaklah kamu berdiri karena Allah yang khusyu’. (QS. AL-Baqarah: 238).45 B. Kerangka Berfikir Metode mengajar menjamin tercapainya tujuan mengajar. Tujuan mengajar ialah pemikiran dan tindakan yang berdikari, kreatif dan adaptif. Supaya peserta didik dapat berfikir dan bertindak secara berdikari, kreatif dan adaptif harus diberi kesempatan untuk menggunakan semua kemampuan dan rohani jasmaninya perlahan-lahan, tahap demi tahap sampai mampu bertindak sendiri.46 Cara mengajar yang ingin mencapai hasil maksimal harus memberi keleluasaan secukupnya kepada peserta didik untuk melatih kemampuannya dalam berbagai macam kegiatan yang menuntut sumbangan kemampuan tersebut. Learning by doing, belajar sambil berbuat, itulah yang direncanakan oleh pedagogik mutakhir. Tiap pengajaran wajib membantu proses belajar dengan merangsang peserta didik untuk sendiri giat melakukan sesuatu. Dalam kegiatan yang direncanakan dan dibuat sendiri peserta didik melatih kemampuannya, dan meresapkan apa yang di dengarkan lewat pengalaman yang pasti meningkatkan bekas yang bermanfaat dalam perangkat dirinya.47 Menyampaikan ajaran Islam, sekaligus mendidik dan membina umatnya, Rasulullah menggunakan berbagai metode sesuai dengan keadaan, kemampuan dan kebutuhan orang atau umat yang dihadapinya. Menurut Prof. Dr. A. Alawi Al Maliki, Rasulullah dalam mengajar, mendidik, dan berdakwah. 45. Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya,, hlm. 58 Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 20. 47 Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, hlm. 21 46. 28.

(29) menggunakan beberapa metode.48 Salah satunya adalah metode peragaan atau yang kita sebut metode demonstrasi, yaitu suatu metode mendekatkan dan menggambarkan suatu kenyataan. Rasulullah SAW, kadangkala memakai sarana atau alat peraga yang memungkinkan, seperti menggambarkan seraya menampakkan bentuk gambar itu dihadapan audiens atau umatnya sehingga mereka lebih mengerti terhadap penjelasan Nabi SAW.49 Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (misalnya: proses cara mengambil air wudlu, proses cara mengerjakan shalat, tayamum dan sebagainya).50 Metode demonstrasi memang efektif dan dibutuhkan dalam bagian daripadanya yang tepat sekali untuk dipergunakan. Sebagai contoh bagianbagian dari pelajaran shalat, wudlu dan tayamum pasti memerlukan metode ini, karena dengan jalan mencoba dan mempertunjukkan akan lebih mudah dan lebih cepat dipahami dan dipraktekkan. Jika hanya teori saja akan lebih lama dan kurang jelas. Oleh karena itu, guru fiqih dapat mempergunakan metode ini dalam hal seperti di atas dan juga seperti pada mengerjakan rukunrukun haji dan umrah. Nabi Muhammad sendiri menyuruh memperhatikan dan meniru bagaimana ia shalat. Ini juga suatu demonstrasi.51. :‫ !ل‬# ‫  ا " و‬/ ‫ث ان ا‬ ِ ِ ْ َ ُ ْ ‫ ا‬ ِ ْ ‫ ْ َِ ِ ا‬ َ ‫َو‬ ٥٢ (‫رى‬./ ‫ ا‬0‫ِّ )روا‬ َ ‫ْا َآ'َ َرَأ ْ ُ( ُ'ْ&ِ ُا‬+ َ “Dan dari Malik bin Al Hawairits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR Ahmad dan Bukhari).. 48. Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),. hlm. 230 49. Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, hlm. 233 Muhammad Zein, Metodologi Agama,, hlm. 177 51 Muhammad Zein, Metodologi Agama, hlm. 35. 52 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Semarang: Toha Putra, t. th), hlm. 155. 50. 29.

(30) Jadi. metode. demonstrasi. sangatlah. tepat. digunakan. dalam. penyampaian materi fiqih seperti shalat. Karena dengan mencoba, mempertunjukkan dan mempraktekkan akan mudah dan lebih cepat dipahami. Di dalam menggunakan metode ini juga, guru fiqih mempunyai tugas dan aktivitas sebagai berikut: 1. Menyiapkan bahan-bahan yang akan didemonstrasikan 2. Menetapkan tujuan yang jelas dan proses atau pertanyaan apa yang hendak di jadwal dari hasilnya nanti. 3. Menetapkan. bagaimana. cara. mengadakan. penilaian. terhadap. berlangsungnya proses belajar itu.53 Ibadah shalat itu terdiri dari gerakan dan bacaan.. berijkut praktek demonstrasi pada bacaan dan gerakan yang harus dibaca ketika shalat. 1. Niat shalat Niat shalat dibaca dalam hati dan boleh diucapkan dengan lisan perlahan dan dibaca bersamaan dengan takbiratul ikhram. Bacaan niat harus sesuai dengan shalat yang dikerjakan. Berikut ini contoh bacaan niat shalat wajib lima waktu: a. Shalat subuh.  َ َ8Rَ  ِ ‫ َادَا ًء‬Kِ َ/ْ Jِ ْ‫\ ا‬ َ /ِ Jْ (َ M ْ ُ ِ "ْ (َ 8َ ْ‫] َرآ‬ ِ /ْ ? + ‫ض ا‬ َ ْGَ 4 َ ‫ُا‬ ”Saya shalat subuh dua rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”. b. Shalat dhuhur.  َ َ8Rَ  ِ ‫ َادَا ًء‬Kِ َ/ْ Jِ ْ‫\ ا‬ َ /ِ Jْ (َ M ْ ُ ‫ت‬ ٍ َ8َ‫ َرآ‬:َ َ ْ‫ ِ َار‬Cْ V + ‫ض ا‬ َ ْGَ 4 َ ‫ُا‬ ”Saya shalat dhuhur empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”. c. Shalat ashar.  َ َ8Rَ  ِ ‫ َادَا ًء‬Kِ َ/ْ Jِ ْ‫\ ا‬ َ /ِ Jْ (َ M ْ ُ ‫ت‬ ٍ َ8َ‫ َرآ‬:َ َ ْ‫? ِ َار‬ ْ 8َ ْ‫ض ا‬ َ ْGَ 4 َ ‫ُا‬ 53. Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, hlm. 155. 30.

(31) ”Saya shalat ashar empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.. d. Shalat maghrib.  َ َ8Rَ  ِ ‫ َادَا ًء‬Kِ َ/ْ Jِ ْ‫\ ا‬ َ /ِ Jْ (َ M ْ ُ ‫ت‬ ٍ َ8َ‫ث َرآ‬ َ > َ `َ ‫ب‬ ِ ِ bْ 'َ ْ‫ض ا‬ َ ْGَ 4 َ ‫ُا‬ ”Saya shalat maghrib tiga rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”. e. Shalat isya’.  َ َ8Rَ  ِ ‫ َادَا ًء‬Kِ َ/ْ Jِ ْ‫\ ا‬ َ /ِ Jْ (َ M ْ ُ ‫ت‬ ٍ َ8َ‫ َرآ‬:َ َ ْ‫َ ِء َار‬B8ِ ْ‫ض ا‬ َ ْGَ 4 َ ‫ُا‬ ”Saya shalat isya empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”. 2. Bacaan takbiratul ihram Bacaan takbiratul ihram adalah Allahu Akbar َُ/‫آ‬ ْ ‫َا‬.  ُ ‫َا‬. 3. Bacaan doa iftitah. ْ& ‫ ِا‬.> ً "ْ  ِ ‫ َ ًة َوَا‬Nْ ُ  ِ ‫نا‬ َ َ /ْ ُ ‫ ْ" ًًا َو‬cِ ‫ َآ‬ ِ ِ 5ُ 'ْ َ ْ‫ ْ"ًا َوا‬/ِ ‫ ُ َآ‬/َ ‫ َا ْآ‬ ُ ‫َا‬ َ‫ِ'ً َو‬M ْ ُ ًF"ْ ِ W َ ‫ض‬ ِ ْ‫ر‬A َ ْ‫ت َوا‬ ِ ‫ َ'َا‬M  ‫ َ ا‬T َ َG ْ‫ي‬eِ  ِ  َ Cِ 6 ْ ‫ َو‬f ُ Cْ 6 َ ‫َو‬ ‫ب‬ ّ ‫ َر‬ ِ ِ ْRِ َ'َ ‫ي َو‬ َ َ" ْ َ ‫ْ َو‬Nِ M ُ &ُ ‫ْ َو‬Rِ > َ َ ‫ ِان‬. َ "ْ ‫ ِ ِآ‬B ْ 'ُ ْ‫ ا‬ َ ِ ْ&َ ‫َا‬ . َ "ْ 'ِ ِM ْ 'ُ ْ‫ ا‬ َ ِ ْ&َ ‫ت َوَا‬ ُ ِْ ‫ ُا‬ َ ِ‫َا‬eِ ‫ َ ُ َو‬ َ ْ ِ 9 َA َ . َ "ْ 'ِ ََ8 ْ‫ِا‬ “Allah maha besar lagi sempurna kebesaran-Nya dan segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore, kuhadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan cenderung kepada agama yang benar sebagai muslim, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diputuskan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertamatama menyerahkan diri kepada Allah”.. 4. Membaca surah Al Fatihah Surah Al Fatihah dibaca setelah doa iftitah. Bacaan surah Al Fatihah yaitu sebagai berikut:. 31.

(32) ِ 'َ W ْ  َ‫ ○ ا‬ َ "ْ 'َِ َ8 ْ‫ب ا‬ 4 ‫ َر‬ ِ ِ 5ُ 'ْ َ ْ ‫ ○ َا‬#ِ "ْ W ِ  ‫ ا‬ ِ 'َ W ْ  ‫ ا‬ ِ ‫ ا‬#ِ M ْ ِ َ&5ِ ‫"ْ ○ ِا ْه‬8ِ (َ M ْ &َ ‫ك‬ َ ‫ َوِا‬5ُ /ُ 8ْ &َ ‫ك‬ َ ‫ ○ ِا‬ ِ ْ 54 ‫ َْ ِم ا‬ ِ َِ ○ #ِ "ْ W ِ  ‫ا‬ ِ "ْ k َ ْ#Cِ "ْ َ َ f َ 'ْ 8َ &ْ ‫ َا‬ َ ْ eِ ‫ط ا‬ َ ‫َا‬ ِ ○ #ْ"Jِ (َ M ْ 'ُ ْ‫ط ا‬ َ ‫?َا‬ 4 ‫ا‬ ○ َ "ْ 4l ‫ ا‬A َ ‫ْ َو‬#Cِ "ْ َ َ ‫ب‬ ِ ْl ُ bْ 'َ ْ‫ا‬ ”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang .Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Yang menguasaihari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. 5. Membaca ayat atau surah Al Qur’an Sesudah membaca surah Al Fatihah dilanjutkan membaca ayat atau surah Al Qur’an yang sudah dihafal, misalnya surah Al Ikhlas, Al Falaq, Al ‘Asr, An nasr, atau surah Al Qur’an yang lain. 6. Bacaan ruku’ Pada waktu ruku’ yang dibaca adalah sebagai berikut:. 0ِ 5ِ 'ْ َ ِ ‫ َو‬#ِ "ْ V ِ 8َ ْ‫ ا‬ َ 4 ‫ن َر‬ َ َ /ْ ُ “Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan segala puji-Nya”. 7. Bacaan i’tidal Pada waktu I’tidal atau bangkit dari ruku’ doa yang dibaca adalah:. 0ُ 5َ 'ِ W َ ْ 'َ ِ  ُ ‫ ا‬:َ 'ِ َ “Allah mendengar bagi siapa yang memuji-Nya”. Sesudah berdiri tegak lurus dilanjutkan dengan bacaan:. ْ ِ f َ mْ 9 ِ َ ‫ض َو ِ\ْ ُء‬ ِ ْ‫ر‬A َ ْ‫ت َو ِ\ْ ُء ا‬ ِ ‫ َ'َا‬M  ‫ ِ\ْءُ ا‬5ُ 'ْ َ ْ ‫ ا‬ َ َ َ ‫َر‬ 5ُ 8ْ َ ‫ْ ٍء‬ ٍ9 َ “Ya Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dengan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu”. 8. Bacaan sujud Pada waktu sujud disunnahkan membaca tasbih seperti berikut:. 32.

(33) 0ِ 5ِ 'ْ َ ِ ‫َ َو‬ ْA َ ْ‫ ا‬  ِ ‫ن َر‬ َ َ /ْ ُ “Maha suci Tuhanku yang Maha tinggi dan dengan segala puji-Nya”. 9. Duduk antara dua sujud Pada waktu duduk antara dua sujud disunnahkan membaca doa sebagai berikut:. ْ&ِ 5ِ ‫ ِْ وَارْ ُز ْ! ِْ وَا ْه‬8ْ Gَ ْ‫ْ ِ&ْ وَار‬/ُ 6 ْ ‫ ْ' ِْ وَا‬W َ ْ‫ِْ ْ وَار‬Fِ k ْ‫با‬ 4 ‫َر‬ ْ4  َ o ُ  ْ ‫ ِْ َوا‬Gِ َ‫َو‬ ”Ya Tuhanku ampunilah dosaku, berilah aku rahmat, sempurnakanlah ibadahku, tingkatkanlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku”. 10. Membaca tasyahud awal. َC+ ‫ َأ‬ َ "ْ َ َ ‫> ُم‬ َM  َ‫ ا‬.ِ ّ ِ ‫ت‬ ُ َ/4"T  ‫ت ا‬ ُ ‫?َ َا‬  ‫ت ا‬ ُ َ‫َ َرآ‬/'ُ ْ ‫ت ا‬ ُ " ِ ( َ‫ا‬  ِ ‫َدِا‬/ ِ َ‫َ ْ"َ َو‬ َ ‫> ُم‬ َM  َ‫ ا‬.ُ Rُ َ‫ َو َ َآ‬ ِ ‫ ا‬Kُ 'َ W َ ‫ َو َر‬ + /ِ  ‫ا‬ . ِ ‫لا‬ ُ ُْ ‫ًا ر‬5' َ ُ ‫ن‬  ‫ َأ‬5ُ Cَ 9 ْ ‫ َو َأ‬ ُ ‫ا‬A‫إِ َ ِإ‬A ْ‫ َأن‬5ُ Cَ 9 ْ ‫َأ‬. َ "ْ ِ ِ? ‫ا‬ .5ٍ ' َ ُ  َ َ \ 4 َ # Cُ ّ َ‫ا‬ ”Segala pengagungan yang berkah dan kebaikan yang baik itu adalah bagi Allah. Keselamatan semoga selalu dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan berkah Allah. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad”. 11. Tasyahud akhir Bacaan tasyahud akhir ini terdiri dari bacaan tasyahud awal ditambah dengan salawat Nabi Muhammad saw. dan salawat Nabi Ibrahim a.s.. #َ "ْ ‫ َ ِا َْا ِه‬f َ "ْ  َ َ'‫ َآ‬5ٍ ' َ ُ ‫ل‬ ِ ‫ َوَ ا‬5ٍ ' َ ُ َ \ 4 َ # Cُ ّ َ‫ا‬ َ'‫ َآ‬5ٍ ' َ ُ ‫ل‬ ِ ‫ َوَ ا‬5ٍ ' َ ُ َ ْ‫ َوَ ِرك‬#َ "ْ ‫ل ِا َْا ِه‬ ِ ‫َوَ ا‬ ٌ5"ْ 'ِ W َ  َ & ‫ ِا‬ َ "ْ 'ِ ََ8 ْ‫ِ ا‬G #َ "ْ ‫ل ِا َْا ِه‬ ِ ‫ َوَ ا‬#َ "ْ ‫ َ ِا َْا ِه‬f َ ‫َ َر ْآ‬ .ٌ5"ْ r َ . 33.

(34) ”Ya Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluaganya sebagaimana Engkau limpahkan rahmat-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya. Ya Allah limpahkanlah berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan berkah-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau dzat yang senantiasa dipuji dan diagungkan.”. 12. Bacaan salam Bacaan salam disertai menengok ke kanan dan ke kiri sampai terlihat pipinya dari belakang. Bacaan salam adalah sebagai berikut:.  ِ ‫ ا‬Kُ 'َ W ْ ‫ْ َو َر‬#Nُ "ْ َ َ ‫> ُم‬ َM  َ‫ا‬ ”Keselamatan dan rahmat Allah atas kamu.” 54 Sedangkan gerakan dalam shalat 1. Berdiri tegak sempurna dan menghadap kiblat Setiap muslim yang mampu berdiri wajib melakukannya bagi yang tidak mampu, misalnya karena sakit, atau sudah tua, boleh melakukan shalat sambil duduk atau berbaring. Ketika berdiri pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. 2. Takbiratul ihram Takbiratul ihram adalah takbir pembuka shalat. Gerakan takbiratul ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sehingga ujung-ujung jari sejajar dengan telinga kanan dan kiri. Gerakan takbiratul ihram dilakukan sambil membaca takbir. Untuk laki-laki, gerakan takbiratul ihram dilakukan dengan kedua tangan agak melebar dan untuk wanita, posisi kedua tangan agak merapat ke tubuh. 3. Bersedekap Setelah mengucapkan takbir, kedua tangan bersedekap. Kedua telapak tangan diletakkan di antara dada dan pusar. Telapak tangan kanan berada di atas punggung telapak kiri. 4. Ruku’ 54. Ahmad Farichi, dkk, Khazanah Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Islam untuk Kelas 3 SD, (Jakarta: Yudhistira, 2004), hlm. 71-80. 34.

(35) Ruku’ adalah gerakan membungkukkan badan. Pada saat ruku’ posisi punggung dan kepala sejajar, kedua telapak tangan memegang kedua lutut, pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. Pada saat ruku’ membaca bacaan ruku’. 5. I’tidal Gerakan i’tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku’. Pada saat i’tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram, saat mengangkat kedua tangan membaca sami’allaahuliman hamidah, kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i’tidal. 6. Sujud Sujud adalah gerakan menempatkan wajah ke tempat sujud. Pada saat bersujud, kening, hidung, kedua ibu jari kaki, kedua lutut dan kedua telapak tangan menempel pada alas shalat. Ketika sujud, kedua telapak kaki dalam posisi berdiri, posisi punggung tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar ke arah depan. 7. Duduk di antara dua sujud Setelah bangun dari sujud pertama, talapak kaki kiri diduduki, posisi telapak kaki kanan berdiri tegak. Jari-jari kaki kanan menekan lantai. 8. Duduk tasyahud awal Duduk tasyahud awal juga disebut duduk iftirasy. Posisi duduk iftirasy sama seperti duduk di antara dua sujud, saat iftirasy telunjuk kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. Kecuali untuk shalat subuh tidak ada duduk tasyahud awal, selesai rakaat kedua langsung duduk tasyahud akhir. 9. Duduk tasyahud akhir. 35.

(36) Duduk tasyahud akhir disebut juga duduk tawaruk. Tawaruk dilakukan dilakukan pada rakaat terakhir, telapak kaki kiri dijulurkan di bawah telapak kaki kanan, telapak kaki kanan tegak dengan jari-jari menekan lantai, telunjuk tangan kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. 10. Salam Salam dilakukan setelah bacaan tasyahud akhir. Salam pertama dilakukan dengan menengokkan kepala ke arah kanan, lalu ke arah kiri. Saat melakukan salam kepala ditengokkan hingga pipi terlihat dari belakang, gerakan dan ucapan salam mengakhiri pelaksanaan ibadah shalat.55 11. I’tidal Gerakan i’tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku’. Pada saat i’tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram, saat mengangkat kedua tangan membaca sami’allaahuliman hamidah, kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i’tidal. 12. Sujud Sujud adalah gerakan menempatkan wajah ke tempat sujud. Pada saat bersujud, kening, hidung, kedua ibu jari kaki, kedua lutut dan kedua telapak tangan menempel pada alas shalat. Ketika sujud, kedua telapak kaki dalam posisi berdiri, posisi punggung tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar ke arah depan. 13. Duduk di antara dua sujud Setelah bangun dari sujud pertama, talapak kaki kiri diduduki, posisi telapak kaki kanan berdiri tegak. Jari-jari kaki kanan menekan lantai. 55. Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam, Cet. 1, (Jakarta: Prenada Media, 2003) hlm.76-79. 36.

(37) 14. Duduk tasyahud awal Duduk tasyahud awal juga disebut duduk iftirasy. Posisi duduk iftirasy sama seperti duduk di antara dua sujud, saat iftirasy telunjuk kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. Kecuali untuk shalat subuh tidak ada duduk tasyahud awal, selesai rakaat kedua langsung duduk tasyahud akhir. 15. Duduk tasyahud akhir Duduk tasyahud akhir disebut juga duduk tawaruk. Tawaruk dilakukan dilakukan pada rakaat terakhir, telapak kaki kiri dijulurkan di bawah telapak kaki kanan, telapak kaki kanan tegak dengan jari-jari menekan lantai, telunjuk tangan kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. 16. Salam Salam dilakukan setelah bacaan tasyahud akhir. Salam pertama dilakukan dengan menengokkan kepala ke arah kanan, lalu ke arah kiri. Saat melakukan salam kepala ditengokkan hingga pipi terlihat dari belakang, gerakan dan ucapan salam mengakhiri pelaksanaan ibadah shalat.56. 56. Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam,. hlm.76-79. 37.

(38) BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Dalam penelitian tergolong sebagai penelitian lapangan (field research). Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah berupa obyek di lapangan yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kajian penelitian. penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat atau mempunyai. karakteristik. bahwa. datanya. dinyatakan. dalam. keadaan. sewajarnya atau sebagaimana adanya (Natural Setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau kerangka.57 B. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian merupakan suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan untuk mengapresiasikan sesuatu. Dalam hal ini teori dasar yang dipakai adalah pendekatan fenomenologi yang merupakan memahami gejala yang aspek subyektif dari perilaku orang.58 Dengan pendekatan fenomenologi ini peneliti mencoba memahami dan menggambarkan keadaan atau fenomena subyek yang diteliti dengan menggunakan logika-logika serta teori-teori yang sesuai dengan lapangan. Dalam hal ini proses penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. C. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada kajian yakni : 1. Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang . 2. Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang 57. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 16, hlm. 12 58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 10.. 38.

(39) D. Sumber Data Penelitian Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber Data Primer Jenis data primer adalah data pokok yang berkaitan dan diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung.59 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara tentang problematika pembiasaan pada pembelajaran agama Islam yang didapat dari guru pada proses penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.60 Atau dengan kata lain dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang dapat memberikan informasi/data tambahan yang dapat memperkuat data pokok. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah segala sesuatu yang memiliki kompetensi dengan masalah yang menjadi pokok dalam penelitian ini, baik berupa manusia maupun benda (majalah, buku, koran, ataupun data-data resmi) diantaranya data dari kepala sekolah, buku tentang pedoman shalat, pembelajaran fiqih dan lain-lain. E. Lokasi Penelitian Karena penelitian ini nantinya akan dijelaskan secara ilmiah, maka lokasi penelitian dengan sasaran kelas 1 ini perlu ditekankan yaitu penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode observasi. 59. P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. IV, hlm. 87 60 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91. 39.

(40) Metode observasi yaitu melengkapi dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.61 Metode ini digunakan dengan cara mengadakan pengamatan pada waktu sedang belajar. Dalam hal ini peneliti tidak terlibat di dalamnya, pengamat berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan sehingga pengamat akan lebih mudah dalam menggali munculnya tingkah laku. Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran Fiqih Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang dengan menggunakan metode demonstrasi. 2. Metode interview atau wawancara Metode interview atau wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer), yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewed) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.62 Metode ini digunakan untuk menggali data tentang bagaimana penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Fiqih Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang. Sedangkan subyek yang diwawncarai adalah guru fiqih kelas I MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang 3. Metode dokumentasi Metode Dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenal hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar atau majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.63 Dengan metode ini akan diuraikan data tentang keadaan MI Ma’arif Wringin. Putih. Borobudur Magelang dalam. 61. hal. ini. data. yang. Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm. 22 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 135 63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 234 62. 40.

(41) didokumentasikan seperti grafik, sturktur organisasi, dan data lain yang dapat melengkapi penulisan skripsi ini. G. Metode Analisis Data Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat di temukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan data.64 Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.65 Metode deskriptif yang peneliti gunakan ini mengacu pada analisis data secara induktif, karena: 1). Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, 2). Lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel, 3). Lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya, 4). Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, 5). Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian struktur analitik66 Langkah-langkah analisis data yang dimaksud sebagai berikut: 1. Data Reduction Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya .Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul, proses data reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan antara data yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-pilih.67. 64. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 103 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm. 6-7. 66 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 5 67 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 92 65. 41.

(42) Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode dokumenter. Seperti data hasil observasi mulai dari penyiapan yang dilakukan guru proses pelaksanaan yang dilakukan guru dan peserta didik. Semua data itu dipilih-pilih sesuai dengan masalah penelitian yang peneliti pakai. Data yang peneliti wawancara di lapangan juga dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti hasil wawancara mengenai penerapan demonstrasi mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data wawancara itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah penelitian. 2. Data Display Setelah. data. direduksi,. maka. langkah. selanjutnya. adalah. mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.68 Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono, menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.69 Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah penelitian, selanjutnya. data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil. pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti data tentang proses. 68. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, hlm. 95 69 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, hlm. 95. 42.

(43) penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang. 3. Verification Data/ Conclusion Drawing Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh sugiyono mengungkapkan verification data/ conclusion drawing yaitu upaya untuk mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kesimpulan yang kredibel. 70 Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilihpilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.71. 70. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, hlm. 99 71 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, hlm. 99. 43.

(44) BAB IV IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN SHALAT DI MI WRINGIN PUTIHI BOROBUDUR MAGELANG. A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI Wringin Putih Borobudur Magelang 1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI Wringin Putih Borobudur Magelang Pelajaran fiqih dalam kurikulum madrsah ibtidaiyah adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Pada dasarnya tujuan pembelajaran fiqih di MI Wringin Putih Borobudur Magelang sesuai hasil wawancara peneliti kepada guru fiqih dilandaskan pada sususunan tujuan pembelajaran fiqih yang telah ditetapkan oleh BSNP yaitu Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat : a.. Mengetahui dan memahami pokok–pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.. b.. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menimbulkan ketaatan menjalankan hukum Islam, dengan disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.72. 72. Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011. 44.

(45) Ruang lingkup fiqih meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: a. Hubungan manusia dengan Allah Swt b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan c. Hubungan manusia dengan alam lingkungan. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran fiqih di MI Wringin Putih Borobudur Magelang terfokus pada aspek : a. Fiqih Ibadah b. Fiqih Muamalah. 73 Sedangkan kurikulum yang berlaku di MI Wringin Putih Borobudur Magelang adalah menggunakan kurikulum yang mengacu pada kurikulum nasional yaitu mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (evaluasi) yang ditandai dengan ciri-ciri: a. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi. b. Mengakomodasikan. keragaman. kebutuhan. dan. sumberdaya. pendidikan yang tersedia. c. Memberikan kebebasan yang lebih luas pada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.74 Proses pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang pelaksanaan dalam kelas dimulai dengan semua peserta didik membaca do’a, asmaul husna dan surat al-Fatihah, al-Ikhlas, an-Nas, al-Falq, proses ini dilakukan setiap hari sebelum jam pertama dimulai. Alokasi dalam pelaksanaannya pembelajaran fiqih seperti mata pelajaran biasa yaitu 35X2 menit dan disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik.75 73 74. Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011. 45.

(46) Dalam proses pembelajaran, metode merupakan elemen utama dalam pendidikan, karena dengan metode guru dan peserta didik dapat melaksanakan proses belajar mengajar berlangsung dengan kondusif. Tanpa ada tekanan baik guru maupun peserta didik. Dari observasi terhadap pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang terutama dalam pembelajaran fiqih materi shalat, kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajarannya. dan metode ini. menjadi metode yang sering digunakan untuk mengenalkan peserta didik tata cara ibadah baik bacaan, gerakan dengan benar sesuai dengan rukun maupun syaratnya.76 Metode demonstrasi dipandang oleh guru fiqih kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang merupakan metode mengajar yang efektif karena dapat membantu peserta didik dalam melakukan sesuatu. pelaksanaan metode demonstrasi dilaksanakan dengan cara: menjelaskan, mempraktekkan dan mengarahkan. Metode demonstrasi. diharapkan. agar peserta didik. dapat. menguasai apa yang telah diajarkan oleh guru sesuai dengan tujuan yang diharapkan, peserta didik tidak hanya sekedar menghafal tata cara dan gerakan-gerakannya saja, tetapi merupakan upaya untuk membuat peserta didik dapat belajar, terdorong untuk belajar dan butuh belajar sehingga tertarik untuk mengetahui bagaimana tata cara dan bagaimana gerakangerakan shalat yang benar. Dengan adanya metode demonstrasi maka akan terjadi hubungan antara pendidik dengan peserta didik akan harmonis serta dapat mewujudkan apa yang dijadikan tujuan akhir dalam pembelajaran. Dari observasi yang dilakukan peneliti pelaksanaan demonstrasi pada materi shalat di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang bisa dilakukan di dalam kelas, proses awal yaitu membaca do’a, Asmaul Husna 75 76. Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2011 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2011. 46.

(47) dan juz amma sesuai kelas masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan post tes yang dilakukan oleh guru fiqih tentang materi yang disampaikan sesuai kelas dan kemampuan peserta didik. Kegiatan selanjutnya guru menata kelas sebaik mungkin dengan bentuk pembelajaran yang tidak seperti biasa yaitu guru di depan murid, dari observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika terjadi pembelajaran demonstrasi di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang guru fiqih menata meja dan berdempet-dempet ditengah sebagai arena untuk mendemonstrasikan shalat sedang peserta didik yang melihat demonstrasi diletakkan melingkar dengan duduk secara rapi. Ada catatan tersendiri pada pembelajaran shalat ini yaitu bahwa kemampuan yang diinginkan guru fiqih tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran shalat yang disesuaikan dengan jenjang tingkatan masing-masing peserta didik. 77 Berikut. peneliti. akan. memberikan. gambaran. skenario. pembelajaran dengan alokasi waktunya. : No 1. Skenario Pembelajaran. Alokasi waktu. Pembacaan do’a, membaca al-. 5 menit. Qur'an juz amma dan asmaul. Teknik/metode Dilakukan bersama sama. husna 2. Pre test tentang materi Shalat. 10 menit. Tanya jawab. materi. 10 Menit. Ceramah. Guru mendemonstrasikan tata. 15 menit. Praktek. fardlu 3. Guru. menerangkan. Shalat 4. cara shalat fardlu kepada peserta didik 5. Siswa mempraktekkan bersamasama. 77. Observasi Pada tanggal 30 Mei 2011. 47. 15 menit.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan hasil belajar penjaskes materi melempar bola ke dalam pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo

Terdapat tiga mekanisme yang diduga terjadi sehingga pasir kuarsa terlapis MnO 2 mampu menurunkan kadar besi yang terkandung pada sampel air tanah, yaitu mekanisme

Sementara khusus persyaratan untuk menjadi ketua umum diatur dalam ayat (3) pada pasal yang sama, yaitu: (a) Pernah menjadi Pengurus Partai Golkar tingkat Pusat dan/atau

Studi ini menghipotesiskan bahwa pada sinyal analisis teknis yang muncul sebelum dan setelah pengumuman laba, return atas sinyal beli lebih besar dibandingkan return atas

Disamping itu hiasan kumis dan jewes (dagu) yang member kesan gagah berani, serta penambahan Godek (jambang) member kesan kewibawaan... Pada kostum visual tari Remo

Namun ternyata hal itu menyebabkan kurang produktifnya karyawan dalam bekerja, sehingga pekerjaan tersebut akan lebih lama selesai, akibatnya karyawan merasa tidak nyaman dan

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengusulkan program katekese model Shared Christian Praxis (SCP) bagi para guru PDp sebagai salah satu bentuk usaha untuk