3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Terdapat berbagai jenis penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yaitu
"penelitian yang sifatnya dapat dihitung jumlahnya dengan menggunakan metode statistik" (Nazir, 1999, p. 45). Peneliti dengan sengaja menggunakan jenis penelitian kuantitatif karena penelitian ini memusatkan pada pengumpulan data berupa angka dari populasi yang luas (orang banyak).
Penelitian ini akan lebih mengarah ke penelitian kausal komparatif, yaitu
"penelitian yang bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat" (Kuncoro, 2003, p. 10). Alasan peneliti memilih jenis penelitian kausal ini adalah karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh social power dan procedural justice terhadap organizational citizenship behaviour (OCB).
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
• Populasi Penelitian
"Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian" (Kuncoro, 2003, p. 103). Dalam penelitian kali ini populasi yang dipilih peneliti adalah sepuluh perusahaan keluarga yang berlokasi di Surabaya.
• Sampel Penelitian
"Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian" (Kuncoro, 2003, p. 107). Sampel yang digunakan peneliti adalah dua ratus lima puluh karyawan yang didapat dari minimal dua puluh lima (25) karyawan pada setiap perusahaan dari sepuluh (10) perusahaan keluarga yang berada di Surabaya.
• Teknik Penarikan Sampel
Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah non- probabilitas sampling, yaitu "sampel yang dipilih secara arbitrer (sewenang- wenang) oleh peneliti. Dengan kata lain, probabilitas masing-masing anggota populasi tidak diketahui" (Kuncoro, 2003, p. 118). Lebih lanjut Kuncoro (2003) menjelaskan bahwa teknik ini digunakan karena peneliti memang tidak ada upaya untuk melakukan generalisasi pada sampel. Di dalam non-probabilitas sampling terdapat tiga teknik, yang dipilih peneliti dalam memperoleh sampel adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan syarat-syarat khusus, yaitu:
1. Berstatus karyawan tetap. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tersebut memiliki keterikatan dengan perusahaan berupa kontrak kerja yang sah.
Dengan demikian karyawan tersebut memiliki deskripsi kerja, tanggung jawab, dan konsekuensi yang jelas dan telah disepakati antara karyawan dan perusahaan.
2. Bekerja pada perusahaan keluarga yang berstruktur PT.
3.3. Metode dan Prosedur Pengambilan Data
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode penelitian sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Menurut Kuncoro (2003, p. 28) studi kepustakaan adalah "identifikasi, lokasi, dan analisis dari dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis". Lebih lanjut kuncoro menjelaskan studi kepustakaan ini bertujuan untuk melihat apa saja yang pernah dilakukan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Selain menghindarkan dari duplikasi penelitian, studi pustaka juga dapat menghasilkan pengertian, pandangan, dan pemahaman yang lebih jauh dan lebih mendalam dalam suatu penelitian. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku teks, ensiklopedi, jurnal, artikel, abstraksi penelitian (tesis dan disertasi), fasilitas perpustakaan, informasi statistik (lembaga
pemerintahan, universitas, asosiasi perusahaan, media massa) dan internet (Kuncoro, 2003).
Studi pustaka yang digunakan peneliti adalah data statistik Badan Statistik Indonesia (BPS), jurnal-jurnal, buku teks, artikel, penelitian (tesis), fasilitas perpustakaan, dan internet.
2. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk diajukan kepada responden guna mendapatkan data berupa jawaban-jawaban para responden (Kuncoro, 2007, p. 155). Peneliti menggunakan kuesioner tipe pilihan, dimana responden memilih salah satu dari jawaban yang sudah disediakan. Kuesioner yang digunakan menggunakan pertanyaan tertutup (close-ended questions) yaitu "pertanyaan di mana jawaban-jawabannya telah dibatasi oleh peneliti sehingga menutup kemungkinan bagi responden untuk menjawab panjang lebar sesuai dengan jalan pikirannya" (Kuncoro, 2003, p.
156). Lebih lanjut Kuncoro (2003) mengemukakan keuntungan menggunakan pertanyaan tertutup adalah mudah dalam pengkodean, tidak memerlukan waktu saat menganalisis.
Prosedur pengambilan data dilakukan langsung oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner sebanyak masing-masing 25 buah pada 10 perusahaan keluarga di Surabaya. Peneliti akan memastikan bahwa seluruh pertanyaan dalam kuesioner terisi dengan lengkap dan benar kemudian dilakukan tahapan lebih lanjut (Istijanto, 2010), yaitu:
a) Pengeditan data
Pengeditan data adalah tindakan yang dilakukan periset dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden, meneliti kekonsistenan jawaban dan menyeleksi keutuhan kuesioner. Kuesioner yang dimaksud adalah kuesioner dengan jawaban yang dijawab lengkap oleh responden.
b) Pengodean
Tahapan berikutnya adalah melakukan pengodean terhadap kuesioner.
Pengodean data ini dilakukan agar data kuesioner menjadi data
kuantitatif (angka) sehingga dapat dianalisa menggunakan program SPSS.
c) Penginputan
Tahapan berikutnya adalah melakukan penginputan data ke dalam format yang mudah untuk dianalisis. Dalam penelitian ini data yang telah didapatkan diinput ke dalam program SPSS.
3.4. Jenis dan Sumber Data 3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
"data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka" (Kuncoro, 2003, p.
213). Data kuantitatif yang dipakai adalah data interval yaitu "data yang diukur dengan jarak di antara dua titik pada skala yang sudah diketahui" (Kuncoro, 2003, p. 213).
3.4.2. Sumber Data a) Data Primer
• ”Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original” (Kuncoro, 2003, p. 127). Data primer yang digunakan oleh peneliti adalah data yang dikumpulkan dan disatukan secara langsung dari obyek yang diteliti, yaitu berupa angket yang disebarkan pada karyawan tetap perusahaan keluarga di Surabaya.
b) Data Sekunder
• Sedangkan data sekunder, yaitu "data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data" (Kuncoro, 2003, p. 127). Data sekunder juga dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun data sekunder yang digunakan peneliti adalah profil perusahaan.
3.6. Definisi Operasional
Agar variabel dapat diukur, maka variabel harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel, yaitu penjelasan mengenai cara-cara tertentu yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur (operasionalisasi) construct menjadi variabel penelitian yang dapat diuji, untuk itu variabel harus dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya (Bungin, 2010). Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah organizational citizenship behaviour, procedural justice, social power.
1. Organizational Citizenship Behaviour (Y)
Organizational Citizenship Behaviour (OCB) adalah perilaku sukarela dari individu yang mengerjakan tugas yang tidak tercantum dalam dekripsi formal organisasi bertujuan penuh untuk memajukan organisasi yang tidak diakui oleh sistem penghargaan formal dan dapat meningkatkan efektifitas dan efisien organisasi. Berikut ini adalah dimensi yang digunakan (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006) dan indikatornya, yaitu:
a. Conscientiousness, dengan indikator:
Tiba lebih awal, sehingga siap bekerja pada saat jam kerja dimulai
Tidak mengambil kelebihan cuti yang telah disediakan perusahaan b. Altruism, dengan indikator:
Membantu rekan lain yang pekerjaannya overload
Membantu proses orientasi karyawan baru meskipun tidak diminta c. Civic Virtue, dengan indikator:
Perhatian terhadap fungsi–fungsi yang membantu image organisasi
Mengikuti perubahan–perubahan dan perkembangan–perkembangan dalam organisasi
d. Sportsmanship, dengan indikator:
Tidak banyak menemukan kesalahan dalam organisasi
Tidak banyak mengeluh akan keadaan perusahaan e. Courtesy, dengan indikator:
Menjaga hubungan baik dengan atasan, bawahan, maupun dengan sesama rekan kerja
Membantu meredakan atau menyelesaikan pertikaian antar rekan kerjanya
2. Procedural Justice (X1)
Keadilan prosedural (procedural justice) adalah keadilan yang berlandaskan proses yang fair dan jujur. Dalam penelitian ini yang diukur adalah standart operating procedure (SOP) tentang pengawasan supervisor yang dirasakan oleh karyawan dalam bentuk check log yang dilakukan semua karyawan termasuk atasan. Pengukurannya dilakukan melalui persepsi bawahan terhadap pengawasan yang dilakukan supervisor apakah sudah adil atau belum. Dalam mengukur SOP ini, peneliti menggunakan persyaratan terjadinya sebuah procedural justice. Berikut ini adalah persyaratan yang digunakan untuk mengukur terjadinya keadilan prosedural menurut Leventhal (dalam Tjahjono, 2007) dan indikatornya, yaitu:
a. Consistency, dengan indikator:
Konsisten pada semua orang b. Bias suppression, dengan indikator:
Tidak berdasarkan kepentingan pribadi.
c. Accuracy, dengan indikator:
Informasi akurat
d. Correctability, dengan indikator:
Perbaikan dan modifikasi dari kesalahan yang lalu e. Representativeness, dengan indikator:
Mewakili pribadi yang dipengaruhi prosedur tersebut f. Ethicality, dengan indikator:
Sesuai dengan standar etika dan moral 3. Social Power (X2)
Kekuasaan sosial (social power) adalah kemampuan seorang pemimpin atau atasan untuk mempengaruhi bawahan agar bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin atau atasan tersebut. Dalam penelitian ini yang diukur adalah perihal kepemimpinan yang dilakukan atasan dalam bentuk kekuasaan yang dirasakan oleh bawahan. Pengukurannya dilakukan melalui persepsi bawahan terhadap kekuasaan yang telah dilakukan oleh pemimpin atau atasan terhadap dirinya Untuk mengukur kekuasaan sosial, peneliti menggunakan lima macam kekuasaan sosial. Berikut ini adalah dasar-dasar social power yang
digunakan untuk mengukur terjadinya social power menurut French dan Raven dan indikatornya, yaitu:
a. Referent power, dengan indikator:
Ingin menjadi seperti atasan b. Coercive power, dengan indikator:
Paksaan
c. Legitimate power, dengan indikator:
Kekuasaan sah antara atasan dan bawahan d. Reward power, dengan indikator:
Kekuasaan memberi penghargaan e. Expert power, dengan indikator:
Keahilan yang dimiliki atasan / pemimpin (dalam Elias, 2008).
3.7. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisa yang digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, regresi linear berganda, uji parsial (uji t), dan uji simultan (uji F). Tahapan-tahapan yang diperlukan untuk menganalisa adalah sebagai berikut:
3.7.1. Analisis Deskriptif
Pada penelitian ini, analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui frekuensi jawaban tiap pertanyaan yang diajukan dan juga untuk mengetahui karakteristik responden.
Alat statistika deskriptif yang digunakan sebagai proses analisa data sebagai berikut :
Tabel Frekuensi
Pada analisis deskriptif ini, peneliti menggunakan tabel frekuensi.
Digunakan teknik analisis tabel frekuensi dikarenakan salah satu fungsinya adalah untuk mendapatkan deskripsi ciri atau karakteristik responden atas dasar analisa satu variabel tertentu. Tabel-tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, yaitu jumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategorinya (Singarimbun & Sofian, 1995).
Setelah semua data diolah dan didapatkan nilai rata-rata dari masing- masing indikator yang ada, kemudian dilakukan penilaian atas masing-masing indikator dengan ketentuan sebagai berikut:
1. OCB
OCB yang dilakukan oleh karyawan akan dikategorikan menjadi lima (5) kategori, yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik. Untuk membuat kategori ini digunakan rumus (Sudjana, 2000, p. 79) sebagai berikut:
Rentang
Panjang kelas interval = (3.1)
Banyak Kelas Interval
Dimana:
Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah Banyak kelas interval = 5
5 – 1
Jadi, panjang kelas interval = = 0.8
5
Keterangan:
1.00 – 1.80 = Sangat Buruk 1.80 – 2.60 = Buruk
2.60 – 3.40 = Cukup 3.40 – 4.20 = Baik 4.20 – 5.00 = Sangat Baik
Sehingga kriteria penilain yang digunakan adalah:
Sangat buruk : untuk nilai mean dengan interval 1,00 - 1,80 Buruk : untuk nilai mean dengan interval 1,80 – 2,60 Cukup : untuk nilai mean dengan interval 2,60 – 3,40 Baik : untuk nilai mean dengan interval 3,40 – 4,20 Sangat baik : untuk nilai mean dengan interval 4,20 - 5,00 2. Procedural Justice (Keadilan Prosedural)
Procedural justice yang dirasakan oleh karyawan akan dikategorikan menjadi lima (5) kategori, yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Perhitungan interval sama dengan OCB karena sama-sama mempunyai lima kategori:
Sangat rendah : untuk nilai mean dengan interval 1,00 - 1,80 Rendah : untuk nilai mean dengan interval 1,80 – 2,60 Cukup : untuk nilai mean dengan interval 2,60 – 3,40 Tinggi : untuk nilai mean dengan interval 3,40 – 4,20 Sangat tinggi : untuk nilai mean dengan interval 4,20 - 5,00 3. Social Power (Kekuasaan Sosial)
Social power yang dirasakan oleh karyawan akan dikategorikan menjadi lima (5) kategori, yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi.
Perhitungan interval sama dengan OCB karena sama-sama mempunyai tiga kategori:
Sangat rendah : untuk nilai mean dengan interval 1,00 - 1,80 Rendah : untuk nilai mean dengan interval 1,80 – 2,60 Cukup : untuk nilai mean dengan interval 2,60 – 3,40 Tinggi : untuk nilai mean dengan interval 3,40 – 4,20 Sangat tinggi : untuk nilai mean dengan interval 4,20 - 5,00
3.7.2. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006). Uji validitas ini sengaja dilakukan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu merefleksikan isi sesuai dengan hal yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen (Arikunto, 2006).
Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat nilai hasil pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Dasar pengambilan keputusan (Priyatno, 2010):
1. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05), maka butir atau variabel tersebut valid.
2. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05), maka butir atau variabel tersebut tidak valid.
Dalam prakteknya, peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Ver. 13.0. untuk menghitung kevalidan kuesioner.
3.7.3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan "konsistensi dan stabilitas dari suatu skor atau skala pengukuran" (Kuncoro, 2003, p. 154). Suatu kuisioner disebut reliable atau handal jika jawaban-jawaban seseorang konsisten (Setiaji, 2004).
Untuk uji reliabilitas instrumen, digunakan rumus Alpha dari Cronbach (Umar, 2002) sebagai berikut:
r11 =
1
∑∑ (3.3)
Keterangan:
α = Reliabilitas Instrument K = Banyaknya butir pertanyaan
∑σ = Jumlah varian butir
∑σ = Varian total
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat nilai hasil pada kolom Cronbach’s Alpha. Dasar pengambilan keputusan (Priyatno, 2010):
a. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0.6, maka butir atau variabel tersebut reliabel.
b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0.6, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.
Dalam prakteknya, peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Ver. 13.0. untuk menghitung uji reliabilitas.
3.7.4. Uji Asumsi Klasik 1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Terdapat tiga metode dalam melakukan pengujian normalitas yaitu bisa melalui uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), analisis grafik histogram dan bisa melalui metode analisis normal probability plot.
Metode yang pertama yaitu uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K- S) yang dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Sebagai pedoman, bila Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka distribusi data adalah normal (Ghozali, 2006). Metode yang kedua adalah dengan melihat grafik histogram yang mendekati data observasi dengan distribusi normal (Ghozali, 2006). Dan metode yang ketiga adalah metode analisis normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Priyatno, 2010). Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS.
Apabila VIF lebih besar dari pada 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya (Priyatno, 2010).
3.7.5. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y) (Priyatno, 2010). Analisis ini bertujuan untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen berhubungan positif atau negatif (Priyatno, 2010).
Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut::
Y' = a + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn (3.4)
Keterangan:
Y' = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1, X2,...Xn = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1,X2,...Xn = 0)
b1, b2,...bn = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Dalam prakteknya, peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Ver. 13.0. untuk menghitung uji regresi linear berganda.
3.7.6. Uji Simultan
"Uji simultan (uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat" (Kuncoro, 2003, p. 219). Untuk mengetahui apakah
variabel-variabel procedural justice (X1) dan social power (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel OCB (Y), digunakan uji F:
a. Merumuskan hipotesis statistik
H0: b1 = b2 = … = bk = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
H1: b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variabel variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk menguji kedua hipotesis ini, digunakan statistik F. Nilai statistik F dihitung dari formula sebagai berikut:
R2 / k
F hitung = (3.5) (1-R2) / (n-k-1)
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah data atau kasus k = Jumlah variabel independen b. Menentukan nilai krisis (Ftabel)
F tabel dapat dilihat dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) dan df 2 (jumlah responden-variabel independen- 1)
c. Kriteria pengujian
Hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linier berganda melalui perhitungan dari program SPSS.
Apabila Fhitung > Ftabel sedangkan nilai probabilitas F atau signifikansi <
0,05 maka dengan tingkat keyakinan tertentu, berarti Ho di tolak sedangkan Ha diterima sehingga semua variabel independen secara bersama- sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Apabila Fhitung ≤ Ftabel sedangkan nilai probabilitas F atau signifikansi ≥ 0,05 maka pada tingkat keyakinan tertentu, berarti Ho diterima sedangkan Ha ditolak sehingga secara bersama-sama semua variabel independen tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Priyatno, 2010).
Dalam prakteknya, peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Ver. 13.0 untuk menghitung uji t
3.7.7. Uji Parsial
"Uji parsial (uji t) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat" (Kuncoro, 2003, p. 218). Untuk mengetahui apakah variabel-variabel procedural justice (X1) dan social power (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel OCB (Y), digunakan uji t:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho : βI = 0 (tidak ada pengaruh yang signifkan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen)
Ha : βI ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen)
Untuk menguji kedua hipotesis ini, digunakan statistik t. Statistik t dihitung dari formula sebagai berikut:
bi
t = (3.6)
Sbi
Dimana bi adalah nilai koefisien regresi variabel i dan Sbi adalah standard error variabel i.
b. Menentukan nilai krisis (Ttabel)
Dipilih level of significant = 0,05 (5%)
Derajat bebas (df) = n-k-1 (3.7)
c. Kriteria keputusan
Hasil uji t dapat dilihat pada output coefficients dari hasil analisis regresi linier berganda melalui perhitungan dari program SPSS.
ttabel dapat dicari pada α = 5% : 2 = 2.5% (uji dua sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 dimana n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen.
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria apabila - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau probabilitas nilai t atau signifikansi ≥ 0,05 maka dengan tingkat keyakinan tertentu, berarti Ho di terima sedangkan Ha ditolak sehingga variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
Apabila thitung > + ttabel atau thitung < - ttabel atau nilai probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05 maka dengan tingkat keyakinan tertentu, berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Priyatno, 2010).
Dalam prakteknya, peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Ver. 13.0. untuk menghitung uji F.