Abstrak- PT. Pupuk Kalimantan Timur (PT.
PKT) adalah perusahaan penghasil pupuk yang berlokasi di kota Bontang, Kalimantan Timur. PT.
PKT terdiri dari beberapa gabungan pabrik, salah satunya adalah pabrik kaltim 1. Sebagai suatu sistem kelistrikan yang kompleks arc flash merupakan gangguan yang tidak dapat dihindari di PT PKT 1.
Arc flash berbahaya terhadap peralatan dan manusia. Oleh karena itu perlu diketahui potensi busur api agar dapat dihindari dan ditangani dengan tepat. Saat ini telah ada cara perhitungan untuk mengetahui besar arcing current yaitu berdasarkan standar IEEE 1584-2002. Pada tugas akhir ini akan digunakan metode lain untuk mengetahui nilai arcing current yakninya penggunaan pemodelan metode black box. Metode ini adalah pemodelan yang dapat diaplikasikan pada software MATLAB 7.0.1. dimana pada pemodelan ini tidak mempertimbangkan besar gap tetapi lebih kepada konduktivitas thermal. Selain itu juga terdapat penentuan parameter-parameter seperti direct parameter dan indirect parameter.
Pemodelan ini telah diuji di KEMA Laboratory, Arnhem Belanda. Pengaplikasian metode black box pada PT PKT 1 diharapkan dapat mempermudah perhitungan arcing current dan dapat mengevaluasi kategori busur api dengan cepat dan efisien.
Kata kunci : Arc flash, pemodelan metode black box, PT.PKT 1
I. PENDAHULUAN
T. Pupuk Kalimantan Timur 1 (PT. PKT 1) merupakan salah satu bagian dari PT Pupuk Kaltim yang memproduksi amonia (NH3). Gas ini bersifat flammable atau mudah terbakar yang berbahaya bagi sistem kelistrikan PT PKT 1 itu sendiri. Kondisi ini sangat berbahaya bagi sistem kelistrikan karena apabila ada kelalaian atau sedikit kesalahan dapat memicu timbulnya berbagai gangguan terhadap sistem. Selain itu gangguan terhadap sistem kelistrikan juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti kesalahan pekerja (human error). Berdasarkan fakta tersebut sistem keamanan dan keselematan pekerja di sekitar pabrik Kaltim I haruslah lebih diperhatikan daripada unit pabrik lainnya. Hal ini dikarenakan resiko apabila terjadi gangguan teknis maupun non-teknis yang dapat memicu percikan api maka akan berakibat fatal. Hingga
kemungkinan paling buruk ialah terbakarnya pabrik dan mengancam keselamatan jiwa para pekerja disekitarnya. . Salah satu gangguan yang dapat meyebabkan ancaman terhadap keselamatan jiwa para pekerja ialah akibat busur api (arc-flash). Busur api merupakan fenomena percikan api yang timbul akibat adanya arus gangguan hubung singkat. Hal yang dapat memicu gangguan hubung singkat dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah akibat kegagalan isolasi pada konduktor atau rel busbar pada switchgear sehingga memicu terjadinya perpindahan muatan diakibatkan perbedaan potensial. Seiring dengan bertambahnya jumlah unit produksi maka hal tersebut juga memperbesar gangguan elektris yang mungkin terjadi akibat gangguan arus hubung singkat. Loncatan bunga api dapat menimbulkan gelombang tekanan. Energi yang dilepaskan oleh bunga api disebut insiden energi yang dapat memcederai objek yang berada di sekitar lokasi kejadian dalam jarak tertentu. Sebuah busur api 10.000 A pada tegangan 480 volt setara dengan 8 megawatt atau sama dengan ledakan dari 8 buah dinamit [1]. Oleh karena itu para pekerja harus mengetahui potensi busur api agar dapat menentukan PPE ( Personality Protect equipment ) saat bekerja atau maintenance sistem kelistrikan. Potensi Arc Flash harus diketahui dan diprediksi besar dan kemungkinan terjadinya. Berbagai cara dan metode telah diterapkan untuk mengetahui potensi Arc Flash. Pada tulisan ini digunakan metode pemodelan black box untuk mengetahui nilai arcing current suatu busur api.
II. METODEPEMODELANBLACKBOX
Metode pemodelan black box merupakan suatu metode untuk menentukan karakteristik arcing current setelah dipengaruhi oleh conductivity ( konduktivitas thermal) dan beberapa parameter lainnya seperti time constants dan power coling contants [2]. Parameter- parameter tersebut terbagi atas:
1. Direct Parameters
Parameter utama pada direct parameters adalah arc conductivity (konduktivitas busur api) yang merupakan kemampuan hantaran panas busur api dikarenakan fenomena perbedaan temperatur yang menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah ke daerah lainnya panas yang dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya melalui salah satu dari tiga metode konduki konveksi dan radiasi. Perpindahan panas pada arc Flash merupakan
Box di PT. Pupuk Kalimantan Timur tbk. (PT. PKT 1)
Yoldi Solvino, Margo Pujiantara, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri - ITS
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected];[email protected]; [email protected]
P
metode radiasi atau langsung. Arc conductivity dapat dinyatakan dalam persamaan berikut [2] :
g =
𝑖𝑖𝑢𝑢..………..………..(1) Dimana g menyatakan arc conductivity (konduktivitas termal), i menyatakan arc current (kA) dan u menyatakan level tegangan kerja (kV).
2. Indirect Parameters
Indirect Parameters merupakan parameter yang digunakan pada persamaan pemodelan black box yang didapatkan secara tidak langsung atau tidak berdasarkan hasil pengukuran. Indirect parameters terdiri atas [2] :
a. Arc Model
Arc model pada pemodelan black box adalah persamaan yang digunakan pada pemodelan itu sendiri yang mendeskripsikan wavetrace dari arc current sebagai input dari pemodelan ini. Arc model ini terdiri dari tiga submodel seri yang mana masing- masingnya mewakili bagian dari total arc [2]. Slow arc processes dihitung berdasarkan Cassie model yang mengasumsikan arc channel dengan temperature yang konstan, kerapatan arus dan kekuatan medan listrik. Arc conductance berubah berdasarkan hasil perubahan busur api yang melintasi dua medium. Pendekatan cassie diperoleh dari pertimbangan efek hilangnya daya konvektif saat busur melewati medium. Fast processes dideskripsikan dari pemodelan Mayr murni. Dimana Mayr mengembangkan pendekatan pada situasi dimana temperature arc berubah dominan, dan ukuran serta profil arc column tetap. Mayr mempertimbangkan konduksi thermal sebagai mekanisme yang menghilangkan penghapusan energi dari busur api dan dia meramalkan kemungkinan ketergantungan konduktansi plasma pada energi busur api dengan fungsi eksponensial serta mempertimbangkan kehilangan daya (P out) pada pendekatan yang ia lakukan [3]. Arc model pada pemodelan black box ditunjukkan oleh gambar berikut [3]:
Gambar 1. Tiga bagian arc model dari tiga arc seri. i = arc current, g
= arc conductivity [3].
Pada tulisan ini pemodelan tiga bagian arc model yang merupakan elemen utama dari metode black box diaplikasikan dengan menggunakan software MATLAB symulink 7.0.1. Contoh pengaplikasian ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 2 Aplikasi Pemodelan metode black box menggunakan software MATLAB symulink 7.0.1.
b. Arc Parameter
Arc parameter pada prinsipnya mempunyai eman parameter yaitu tiga parameter time constants (τi) dan tiga parameter cooling power constans (Pi) seperti yang terlihat pada gambar 2.5.
Pengujian yang telah dilakukan di KEMA laboratory, Arnherm Belanda menyatakan bahwa antara parameter time constants dan parameter cooling power constant terdapat hubungan tetap yaitu seperti ditunjukkan oleh perasamaan berikut[2]:
τ1 = k1. τ 2 ………..(2) τ2 = k2. τ 3 ………(3) P2= k3. P3 ………..(4) Dimana τ1, τ2 dan τ3 adalah kosntanta time constant seri arc model pertama, kedua dan ketiga.
Sedangkan P2 dan P3 adalah power coolong constant pada seri arc model kedua dan ketiga. k1, k2 dan k3 adalah konstanta yang merepresentasikan design circuit breaker . Besar nilai k (konstanta representasi design CB) telah ditentukan berdasarkan pengujian di KEMA laboratory, Arnherm Belanda [2]. Nilai konstanta yang merepresentasikan design CB dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 1
VARIASI NILAI KOSTANTA REPRESENTASI CB [2]
Symbol Meaning Mean value
k1 τ1/τ2 5,3
k2 τ 2/ τ3 5,8
k3 P2/P3 113
Untuk parameter P1 merupakan parameter bebas yang mana nilainya didapatkan dari hasil uji yang telah dilakukan oleh KEMA laboratory, Arnherm Belanda dan memiliki berbagai nilai tergantung kepada arcing time, arcing current serta rating tegangan. Hasil tes uji untuk parameter bebas P1 dengan rating tegangan 72 kV- 550 kV ditunjukkan oleh gambar berikut:
BUS 1501-1 6,6 KV 00-SG-02
BUS 1501-2 6,6 KV G-1511 16 MW
BUS81 CABLE 46
BUS 80 33 KV
T 67 15 MVA CABLE 59
F 1-2
REACTOR X4 F2-3 Gambar 2. Median value of free arc parameters P1 for a numbers of
volt rated, square symbols indicate observed interruptions and circular symbols denote observed reignitions [2]
Menurut Rene P.P. Smeets dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan persamaan untuk mendapatkan nilai free parameter P1 sebagai berikut [2] :
P1 = k1. Upeak ……….….(5) Dimana P1 adalah power cooling constant untuk arc model seri pertama, k1 adalah konstanta representasi CB pada arc model seri pertama yang mana nilainya dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan Upeak merupakan tegangan puncak pada bus yang mengalami gangguan (Upeak=kV. √2).
Untuk pemodelan metode black box sistem kelistrikan PT PKT 1 nilai cooling power constant P3 yang merupakan parameter bebas berada pada range 20 – 60 kW. Hal ini dilakukan berdasarkan tes uji pada sistem kelistrikan PT PKT 1 untuk mendapatkan hasil output pemodelan metode black box yang relevan.
Selain itu, pada pemodelan black box terdapat juga level tegangan kerja yang terbagi atas u1, u2 dan u3 untuk masing-masing arc model series.Untuk menentukan besar nilai u1 u2 dan u3 berdasarkan persamaan berikut [3]:
1 𝑔𝑔
𝑑𝑑𝑔𝑔
𝑑𝑑𝑑𝑑
=
τi1{ �
𝑢𝑢𝑖𝑖𝑢𝑢�
2− 1}
……….…..(6) Dimana g merupakan arc conductivity (Siemens), τi adalah time constants ke –i , u merupakan level tegangan dan ui adalah nilai tegangan untuk arc model seri ke-i (pertama,kedua ataupun ketiga).III. PEMODELANARC FLASHPADAPT.PKT1 MENGGUNAKANMETODEBLACKBOX Pemodelan busur api pada PT PKT dengan menggunakan pemodelan Black Box disimulasikan pada bus dengan rating tegangan 6,6 kV yang mengalami
gangguan yaitu bus 1501-1, bus 1501-2, bus 1501-3, bus 1501-4, bus 15-1 dan bus 3501-1. Pemodelan ini dilakukan pada single line diagram PT PKT 1 dimana nilai gap dan work distance yang telah disesuaikan dengan standar IEEE 1584-2002 [4] berdasarkan hasil running simulasi ETAP 7.0.
TABEL 2
DATA HASIL RUNNING SIMULASI ARC FLASH SISTEM KELISTRIKAN PT.PKT 1
Berikut ini akan dijabarkan pengaplikasian metode black box pada bus 1501-1 dan bus 1501-2. Kedua bus ini dihubungkan oleh tie-bus dan mempunyai nilai FCT yang sama sehingga nilai arcing current-nya juga sama seperti data tabel 2.
Gambar 3. Single line diagram bus 1501-1 dan bus 1501-2 PT PKT 1.
Untuk dapat melakukan pemodelan black box terlebih dahulu ditentukan direct dan indirect parameter dari bus yang akan dimodelkan.
1. Penentuan direct parameter
Direct parameter terdiri dari beberapa parameter arc yang dapat diketahui langsung dari hasil pengukuran. Seperti nilai arc current, rating tegangan,
dan arc conductivity. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui nilai-nilai dari direct parameter sebagai berikut:
TABEL 3
TABEL DIRECT PARAMETER BUS 1501-1 DAN BUS 1501-2 SINGLE LINE DIAGRAM SISTEM KELISTRIKAN PT. PKT 1 Direct parameter Diketahui dari Nilai
Ia (Arc Current) Hasil running simulasi
25,67 kA u ( voltage rated
bus)
Hasil running simulasi
6,6 kV g ( arc
conductivity) g
=
𝑖𝑖𝑖𝑖𝑢𝑢 25,67
6,6……(1) 3,9 Siemens
2. Penentuan indirect parameter
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa indirect parameter terdiri dari dua bagian yaitu arc model dan arc parameter. Arc model merupakan persamaan seperti pada gambar 1. Sedangkan arc parameter terdiri dari tiga parameter time constant dan tiga parameter power cooling constant.
Parameter time constant terdiri dari τ1,τ2,danτ3 yang masing-masingnya merupakan time constant pada seri arc model pertama,kedua dan ketiga. Dari ketiga time constant tersebut yang bisa didapatkan dari hasiL running simulasi ETAP 7.0 adalah τ3 (time constant pada seri arc model ketiga). Karena τ3 merupakan time delay CB F1-2 yang akan memutus arus hubung singkat pada bus 1501-1 dan bus 1501-2 (FCT = 0,71 second) sehingga τ3 = 0,71 second.
Penentuan time constant τ1 dan τ2 berdasarkan persamaan berikut:
τ2 = k2.τ3……….………(2) τ2 = 5,8.0,71
τ2 = 4,118 second
τ1 = k1.τ2………..(3) τ1 = 5,3.4,118
τ1 = 21,82 second
Parameter power cooling constant terdiri dari tiga bagian yaitu P1, P2 dan P3. P1 dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
P1 = k1. Upeak ………….……….(5)
= 5.3 .(6.6 kV .√2)
= 5.3 .9,3 kV = 49,29 kW
Sedangkan nilai P3 merupakan free parameter yang nilainya berasal dari tes uji untuk mendapatkan nilai output pemodelan yang relevan. Oleh karena itu nilai P3 diasumsikan sebagai berikut:
P3 = 55 kW
Parameter terakhir dari power cooling constant adalah penentuan P2 yang didapatkan dengan menggunakan persamaan 4.
P2 = k3.P3 ……….………..(4) P2 = 113.55 kW = 6215 kW
Untuk nilai k1, k2 dan k3 ditentukan berdasarkan tabel 1. Selain parameter-parameter diatas, untuk melengkapi persamaan yang akan digunakan pada pemodelan black box juga diperlukan untuk mengetahui nilai tegangan pada masing-masing seri arc model berupa u1,u2 dan u3 menggunakan persamaan 6. Untuk tegangan kerja arc model seri pertama dengan τ1 = 21,82 second didapatkan u1 sebesar 1,04 kV. Sedangkan untuk tegangan kerja arc model seri kedua dan ketiga dengan τ2 = 4,118 second dan τ3 = 0,71 second didapatkan masing- masingnya u2 sebesar 2,5 kV dan u3 senilai 5,3 kV.
Berdasarkan penyelesaian persamaan-persamaan diatas didapatkan hasil lengkap seperti tabel berikut :
TABEL 3
PARAMETER-PARAMETER PEMODELAN BLACK BOX BUS 1501-1 DAN BUS 1501-2
Setelah semua parameter diketahui maka pemodelan dapat dilakukan menggunakan software MATLAB symulink 7.0.1 seperti yang telah diilustrasikan pada gambar 1. Dari simulasi pemodelan black box tersebut didapatkan output scope berupa kurva karakteristik seperti gambar berikut:
Gambar 4. Output Pemodelan metode Black Box pada bus 1501-1 dan bus 1501-2 berupa kurva karakteristik arc flash terhadap waktu
Dari kurva karakteristik diatas menunjukkan setelah melewati metode black box, arcing current menjadi lebih kecil dari nilai sebelumnya. Pada kurva nilai arcing current menunjukkan nilai 23,11 kA. Hal ini disebabkan pada metode black box nilai arcing current telah dipengaruhi oleh besarnya arc conductivity dan parameter-parameter lainnya.
Untuk bus lainnya seperti bus 1501-3, bus 1501-4, bus 15-1 dan bus 3501-1 juga disimulasikan dengan cara yang sama seperti perhitungan parameter pada bus 1501- 1 dan bus 1501-2. Hasil simulasi pemodelan black box pada bus 1501-3, bus 1501-4, bus 15-1 dan bus 3501-1 ditunjukkan oleh tabel berikut:
TABEL 4
HASIL SIMULASI PEMODELAN BLACK BOX UNTUK BUS 1501- 3, 1501-4, 15-1 DAN BUS 3501-1 SISTEM KELISTRIKAN PT.PKT 1
IV. EVALUASI KATEGORI ARC FLASH DAN
PERHITUNGAN INSIDEN ENERGI
MENGGUNAKAN OUTPUT PEMODELAN
BLACKBOX PADAPT.PKT1
Pemodelan arc flash menggunakan metode Black Box hanya dapat mengetahui nilai arcing current seperti yang terlihat pada beberapa output pada gambar 4 dan tabel 4 diatas. Oleh karena itu untuk mengevaluasi kategori arc flash serta insiden energi sistem kelistrikan PT PKT 1 tetap menggunakan standar IEEE 1584-2002.
Berdasarkan standar tersebut untuk menghitung besar energi busur api adalah dengan menggunakan persamaan berikut [4]:
En = Ia1.081 × 10(K1 + K2 + 0.0011G)
………….…… (6) Dimana En merupakan incident energy (J/cm2) normalized untuk waktu dan jarak, Ia merupakan arcing current, K1 adalah –0.792 untuk konfigurasi terbuka (no enclosure) dan–0.555 untuk konfigurasi box (enclosed equipment), K2 adalah 0 untuk sistem ungrounded and high-resistance grounded –0.113 untuk sistem grounded
serta G merupakan gap antara conductors (mm).
Berdasarkan standar IEEE 1584-2002 persamaan 6 diatas di normalized terlebih dahulu berdasarkan data untuk waktu close circuit breaker 0,2 s atau 200 ms, dan jarak antara titik busur api dengan pekerja 610 mm.Setelah dikonversi dari kondisi normalized didapatkan persamaan sebagai berikut :
E = Cf × En × (t/0.2)(610/D)x …. ………. (7) Dimana Cf merupakan calculation factor,1.0 untuk tegangan diatas 1kV, 1.5 untuk tegangan dibawah 1kV, En merupakan incident energy (J/cm2) normalized, D adalah jarak antara titik busur api dengan pekerja/ person dan x merupakan distance x factor, berdasarkan tabel berikut [4]:
TABEL 5
FAKTOR UNTUK PERALATAN DAN KELAS TEGANGAN [4]
Berikut perhitungan insiden energi dan Arc flash category output pemodelan black box untuk masing- masing bus :
1. Bus 1501-1 dan bus 1501-2 ( arcing current = 23,11 kA)
En = Ia1.081
× 10(K1 + K2 + 0.0011G)
…………..… (6) En = 23.111.081 × 10(-0.555 + 0 + 0.0011.153)
= 29,80 × 10(-0.3867) = 12.21 Joule/cm2
E = Cf × En × (t/0.2)(610/D)x .…….……. (7)
= 1 × 12,21 × (0.71/0.2)(610/914.4)0.973
= 12,21 × (3.55 × 0.67) = 29,04 cal/cm2 2. Bus 1501-3, 1501-4 dan bus 15-1 (arcing current =
21,4 kA)
En = Ia1.081 × 10(K1 + K2 + 0.0011G) ………..…… (6)
En = 21,41.081 × 10(-0.555 + 0 + 0.0011.153) = 27,42 × 10(-0.3867)
= 27,42 × 0.410 = 11,24 Joule/cm2
E = Cf × En × (t/0.2)(610/D)x ……….…. (7)
= 1 × 11,24 × (0.91/0.2)(610/914.4)0.973
= 11,24 × (4,55 × 0.67) = 34,26 cal/cm2
3. Bus 3501-1 (arcing current = 18,6 kA)
En = Ia1.081 × 10(K1 + K2 + 0.0011G) ………….… (6 ) En = 18,61.081 × 10(-0.555 + 0 + 0.0011.153)
= 23,56 × 10(-0.3867)
= 23.56 × 0.410 = 9,65 Joule/cm2
E = Cf × En × (t/0.2)(610/D)x………. (7)
= 1 × 9,65 × (0.91/0.2)(610/914.4)0.973
= 9,65 × (4,55 × 0.67) = 29,41 cal/cm2 Dengan ketiga perhitungan diatas dapat diketahui kategori busur api untuk masing-masing bus berdasarkan standar NFPA 70 E-2004 [5] sebagai berikut:
TABEL 6
EVALUASI KATEGORI ARC FLASH DAN INSIDEN ENERGI SISTEM KELISTRIKAN PT.PKT 1 DENGAN ARC CURRENT
OUTPUT PEMODELAN BLACK BOX METHOD
V. PENUTUP
Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulakn bahwa Kondisi existing sistem kelistrikan PT PKT 1 belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan IEEE 1584-2002 karena work distance (jarak kerja) pada masing-masing switchgear berada diluar standarisasi.
Oleh karena itu perlu distandarkan agar memudahkan pekerja dalam menentukan hazard risk category dan personal protective equipment (PPE) yang tepat, sesuai dengan NFPA 70E-2004.
Pemodelan arcing current menggunakan metode black box merupakan salah satu cara untuk menentukan arus busur api selain perhitungan yang telah ditetapkan standar IEEE 1584-2002. Pemodelan ini adalah sebuah metode penentuan arus busur api dengan
mempertimbangkan nilai arc conductivity dan beberapa parameter lainnya seperti time constant parameter serta power cooling parameter, dimana pemodelan ini diaplikasikan pada software MATLAB 7.0.1. Dari hasil running simulasi pemodelan black box menggunakan MATLAB 7.0.1 pada sistem kelistrikan PT PKT 1 diketahui bahwa dengan metode ini didapatkan output untuk nilai arcing current yang tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan dari perhitungan standar IEEE 1584-2002. Dikarenakan pada pemodelan ini hanya dapat mengetahui nilai arus busur api maka untuk menentukan insiden energi serta kategori busur api pada tulisan ini tetap menggunakan standar IEEE 1584-2002.
Dari hasil evaluasi kategori busur api yang telah dilakukan dimana menggunakan output pemodelan black box diketahui bahwa semua bus dengan level tegangan 6,6 kV pada sistem kelistrikan PT.PKT 1 mempunyai kategori 4 oleh karena itu diperlukan studi koordinasi proteksi pada sistem kelistrikan ini untuk dapat mereduksi kategori arc flash.
VI. UCAPANTERIMAKASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT yang mana atas rahmat dan karuniaNya telah memberikan kesempatan kepada penulis Terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Margo Pujiantara dan Bapak I Made Yulistya Negara yang mana dengan sabar dan telaten telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini. Kepada orang tua penulis yang tidak putus- putusnya memberikan doa untuk keberhasilan penulis.
Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lane, Jhon PE,”Arc Flash Hazard Analysis”Electrical Safety Engineer, AVO Training Institute.
[2] R.P.P. Smeetz and V. kertenz, “A New Arc Parameter Database For Characterization Of Short Line Fault Interruption Capability Of High Voltage Circuit Breakers :, Paris, France, CIGRE , report A3-110, 2006.
[3] A. Ahmethodzic, M. Kapetanovic, K.Sokolija, R.P.P. Smeetz and V. kertenz, “Linking a Physical Arc Model with a Black box Arc Model and Verification.”IEEE Transactions on Dielectrics and electrical Insulation. Vol.18, No.4; August 2011
[4] IEEE Std 1584-2002, “IEEE Guide for Performing Arc-Flash Hazard Calculations”, The Institute of Electrical and Electronics Engineers, Inc., New York, 2002
[5] NFPA 70E-2004, Electrical Safety Requirements for Employee Workplaces