• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sekitar 255,461,700 jiwa dari data Badan Pusat Statistik pada 1 juli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penduduk sekitar 255,461,700 jiwa dari data Badan Pusat Statistik pada 1 juli"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kependudukan saat ini masih menjadi permasalahan yang besar bagi Negara maju maupun Negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu Negara yang dengan penduduk terbesar ke empat di dunia dengan memiliki jumlah penduduk sekitar 255,461,700 jiwa dari data Badan Pusat Statistik pada 1 juli 2015. (Erdni dan Hardjanto, 2017).

Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pelayanan dan kesejahteraan bagi setiap warganya, tak terkecuali yakni kepada anak. Pendataan pada anak merupakan salah satu aspek yang belum dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pemenuhan kesejahteraan anak (Happy,2019). Anak merupakan generasi penerus bangsa, dalam diri anak tedapat hak dan kewajiban yang penting untuk dilindungi dan dipenuhi oleh Negara, pemerintah, keluarga, orangtua dan masyarakat untuk mewujudkan anak yang berkualitas, berakhlak baik dan sejahtera. Anak Indonesia merupakan subjek dan objek untuk membangun Negara Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi bangsa Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur spiritual dan materil. Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pembangunan pengambilan data penduduk yang tetap yaitu melakukan dengan mendata kependudukan, diperlukan mendata kependudukan karena permasalahan sebuah Negara tidak lepas dari masalah kependudukan. Dalam hal ini diperlukan administrasi mengenai kependudukan karena sebuah dasar dalam pembuatan kebijakan yang mencakup segala hal

(2)

2

mengenai kependudukan yang merekap seluruh jumlah penduduk beserta identitas data lainnya, bagaimana sebuah kebijakan dapat diambil ( Pasaribu, 2018).

“Konvensi hak Anak secara khusus mengatur segala sesuatu tentang hak anak. Konvensi Hak Anak tersebut mulai berlaku pada tanggai 2 September 1990 melalui revolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa tertanggal 20 November 1989 dan sesuai dengan ketentuan konvensi Pasal 49 ayat (1)”. Dalam konvensi ini anak adalah pemegang hak-hak dasar dan kebebasan sekaligus sebagai pihak yang menerima perlindungan khusus. Perlindungan Anak tersebut adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Fitriani, 2016).

Dalam konteks pendataan pada anak, Indonesia mengalami ketertinggalan dibandingkan Negara-negara lain seperti di Negara Malaysia sudah menerbitkan MyKid terdahulu untuk anak dibawah usia 12 tahun yang berfungsi untuk mempermudah transaksi terkaiit kesehatan dan pendidikan, mudah dibawa kemanan. Negara Belgia meluncurkan Kids-ID berfungsi untuk keperluan bepergian keluar negeri bagi anak dibawah umur 12 tahun, bisa juga digunakan sebagai kartu jaminan social dan akses ke klub olah raga dan keperluan sekolah.

Dan Negara Amerika Serikat National Child Identification Program dalam kartu ini identitas anak akan tercantum deskripsi fisik anak, seperti bekas luka, tanda lahir atau fitu lainnya dari si anak ( Adi, 2018).

(3)

3

Pada tahun 2016 pemerintah pusat melalui Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan sebuah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas anak. Tujuan diterbitkannya Kartu Identitas Anak ini merupakan suatu program pemerintah dalam memperbaiki tata kelola system administrasi kependudukan yang efektif serta bagaimana data jumlah anak-anak dapat terupdet dengan baik (metroKepri, 9 januari 2020). Dan peraturan ini juga diterbitkan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk memberikan identitas kependudukan kepada seluruh penduduknya yang berlaku secara nasional. Orang tua dapat melakukan pengajuan permohonan penerbitan kartu identitas anak untuk anaknya dalam rangka pendataan, perlindungan dan pelayanan publik untuk mewujudkan hak terbaik bagi anak itu sendiri (Hardjanto,2019).

Terhadap anak pemegang KIA diberikan kemudahan-kemudahan dalam pengurusan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, imigrasi, perbankan, dan transportasi. Selanjutnya pada daerah tertentu anak pemegang KIA bahkan dapat memperoleh diskon khusus di toko-toko atau tempat belanja yang ada di Indonesia saja. Kartu identitas anak tidak hanya di Indonesia saja namun dinegara lain juga.

Pelaksanaan Kartu Identitas Anak dilakukan disetiap Provinsi yang ada di Indonesia, dimana jumlah Provinsi di Indonesia sebanyak 34 Provinsi. Artinya semua Provinsi di Indonesia harus berkewajiban untuk melaksanakan program kartu identitas anak, dimana penetapan Kabupaten dan Kota pelaksanananya dikembalikan menurut pertimbangan dari pemerintah Provinsi yang bersangkutan.

Di Provinsi Kepulaun Riau tepatnya di Kota Tanjungpinang sudah melakukan

(4)

4

program ini sejak tahun 2017, pelaksanaan kartu identitas anak ini mencatat pada rasio capaian tahun 2018 mengalami penurunan dari 32,88% menjadi 16,70%.

(Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang,2019).

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang mencatat jumlah anak di Tanjungpinang sekitar ada 70 ribu orang. Namun, yang baru melakukan permohoman pengurusan Kartu Identitas Anak ini hanya 800an saja.

Menurut Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang, Bapak Irianto antusias masyarakat Kota Tanjungpinang dalam mengurus KIA ini masih minim. Oleh sebab itu, pihaknya akan mengeluarkan surat edaran kepada pihak sekolah dari jenjang TK, SD, SMP, SMA agar membantu Dispendukcapil dalam mempromosikan Kartu Identitas Anak (Batamtoday,25 november 2017).

Pelaksanaan penataan administrasi kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang tahun 2017 belum berjalan secara optimal, hal ini dilihat dari banyaknya penduduk Kota Tanjungpinang yang belum memiliki dokumen identitas administrasi kependudukan. Kinerja aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang dirasa masih banyak memiliki kekurangan baik dalam segi pelayanan maupun dalam segi ketepatan waktu penyelesaian administrasi. (Chandra, 2018).

Berdasarkan observasi peneliti di lapangan menemukan beberapa penyebab permasalahan terkait kebijakan kartu identitas anak di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang.

(5)

5

1. Terbatasnya sarana dan prasarana yang terdapat di Dispendukcapil Kota Tanjungpinang seperti sering terjadinya kerusakan alat cetak antrian, tidak adanya loket pelayaan khusus untuk pembuatan kartu identitas anak, alat pencetakan KIA masih sangat kurang.

2. Kurangnya sumber daya manusia yang ada di Disdukcapil Kota Tanjungpinang sehingga mempengaruhi kualiatas kinerja dalam pelaksanaan kebijakan kartu identitas anak.

3. Sosialisasi program kartu identitas anak belum dilakukan dengan optimal kepada masyarakat.

4. Keterlambatan Blanko yang diterima Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang dari Kementrian Dalam Negeri,.

5. Kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk melakukan perekaman dengan berbagai alasan.

6. Pemberhentian sejenak dalam penerbitan kartu identitas anak dikarenakan Disdukcapil Kota Tanjungpinang memfokuskan pencetakan E-KTP untuk persiapan pemilu.

7. Tidak adanya petunjuk terkait kelengkapan persyaratan pembuatan kartu identitas anak di papan informasi Dispendukcapil Kota Tanjungpinang sehingga membuat masyarakat binggung.

Berdasarkan permasalahan yang ada pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang maka Dispendukcapil Kota Tanjungpinang dituntut untuk melakukan evaluasi kebijakan kartu identitas anak agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Idealnya kesuksesan evaluasi pelaksanaan

(6)

6

kebijakan dapat dilihat berdasarkan keberhasilan terhadap peningkatan jumlah masyarakat yang memiliki dokumen kependudukan, evaluasi pelaksanaan kebijakan dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan dan memilih tujuan kebijakan publik yang tepat, dapat memahami tantangan yang ada menetapkan tindakan yang harus dilakukan, serta menetapkan strategi apa yang dibutuhkan. Namun berdasarkan pengamatan peneliti, evaluasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang belum terlaksana dengan optimal. Maka melihat kondisi tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Evaluasi Kebijakan Kartu Identitas Anak (KIA) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana evaluasi kebijakan Kartu Identitas Anak di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang tahun 2018?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Kartu Identitas Anak di Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang tahun 2018?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui capaian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Kartu Identitas Anak (KIA) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang tahun 2018.

(7)

7 D. Manfaat

Selain dari tujuan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai evaluasi kebijakan kartu identitas anak di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja pemerintah terutama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini sebagai acuan dalam penelitian skripsi yang akan dilakukan. Adapun penelitan-penelitian sebelumnya, yaitu sebagai berikut : 1. Linda Rahmawati (2018) dalam penelitian yang berjudul “Efektifitas

Pelaksanaan Implementasi Kartu Identitas Anak (KIA) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Cilegon Tahun 2017”. Hasil dari penelitian tersebut efektifitas pelaksanaan implementasi kartu identitas anak di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon dapat dikatakan sudah efektif karena bukti dari jumlah presentase yang didapatkan dari penilaian responden sebesar 75,52%. tetapi masih ada pegawai dari implementasi KIA dalam

(8)

8

bertugas tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan dan prosedur yang dilakukan kurang memudahkan bagi pemohon penerbit kartu KIA.

2. Jaka Permana (2018) dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Implementasi Kartu Identitas Anak (KIA) di Kota Cilegon Tahun 2018”. Penelitian tersebut menggunakan teori evaluasi dari William Duun yaitu ada efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan. Hasil dari penelitian tersebut efisiensi pelaksanaan implementasi KIA sudah dilakukan dengan baik, sedangkan efektifitas, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan dikatakan masih belum optimal. Dan juga beberapa kelemahan dari pelaksanaan implementasi KIA yaitu peralatan kerja yang rusak, kurangnya pegawai khusus KIA dan tidak ramahnya pegawai.

3. Sukma Dina (2018) dalam penelitian yang berjudul “ Kartu Identitas Anak Sebagai Upaya Implementasi Hak Atas Identitas Anak (Studi di Kota Yogyakarta)”. Hasil penelitian tersebut terkait implementasi kebijakan Kartu Identitas Anak di Kota Yogyakarta sudah dilaksanakan cukup baik dari data yang didapat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam pembuatan Kartu Identitas Anak. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kebijakan Kartu Identitas Anak di Kota Yogyakarta, yaitu : faktor pendukung adanya kebijakan lama, faktor sosialisasi dan jemput bola, faktor sarana dan prasarana sedangkan faktor penghambat seperti faktor kurangnya sumber daya manusia atau petugas, faktor peraturan tentang KIA, faktor kurangnya dukungan dari sektor lain, faktor masyarakat.

(9)

9

4. Windi Dwi Arista dan Wayan Suderana (2019) dalam penelitian yang di teliti “ Implementasi Kebijakan Implementasi Kartu Identitas Anak (KIA) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Badung”. Dalam penelitian tersebut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah melakukan implementasi KIA dengan baik dalam hal saran dan prasarana, segi hasil, prosedur, dan waktu. Adapun hambatan yang di alami yaitu masalah sistem aplikasi di komputer dan jaringan networking. Masyarakat Kabupaten Badung masih banyak yang belum paham dengan fungsi dan manfaat kartu identitas anak.

5. Ida Ayu Iswariyati, I Wayan Parsa, dan I ketut Suardita. Dalam penelitian yang diteliti mereka “ Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak di Kota Denpasar”. Pelaksanaan implementasi Kartu Identitas Anak yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar belum terlaksana dengan optimal karena ada hambatan-hambatan yang dialami Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar yaitu: 1. Masalah keterbatasan sarana dan prasarana, 2. Masalah kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat terkait Kartu Identitas Anak, 3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam Kartu Identitas Anak.

Terbukti dari data yang ada hanya 25% yang memiliki Kartu Identitas Anak dan 75% anak yang belum memiliki Kartu Identitas Anak.

6. Mellyana Candra (2018) penelitian yang diteliti “Strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang dalam Melaksanakan Implementasi Penataan Administrasi Kependudukan Tahun 2017). Dalam pembahasan

(10)

10

tersebut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang dalam melaksanakan Implementasi Penataan Administrasi Kependudukan Tahun 2017 sudah berjalan dengan baik hanya saja masih kurang maksimal dalam strategi yang dilakukan karena terbatasnya sarana dan prasarana. Dan kurangnya pegawai yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang.

7. Aulia Aziza Mei Erdani, Indraja, Untung Sri Hardjanto (2017). Penelitian yang diteliti “Pelaksanaan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak di Kota Semarang”. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang dalam mendukung pelaksanaan implementasi Kartu Identitas Anak pemerintah menyiapkan beberapa persiapan yaitu; 1).

Pemerintah mengumpulkan data anak-anak dari usia 0-17 tahun. 2).

Dispendukcapil Kota Semarang berkerjasama dengan istansi yang terkait. 3).

Dispendukcapil melakukan studi banding ke kota-kota yang sudah melalukan program KIA. 4). Pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Adapun kendala yang di alami Dispendukcapil Kota Semarang yaitu terbagi dua: pertama, kendala hukum yang dialami belum adanya peraturan pelaksanaan dari Perda Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Kedua kendala non-hukum yaitu terhambatnya blanko KIA, Anggaran, dan kurangnya pegawai yang kompeten untuk pengoperasian SIAK.

8. Ria Ratna Sari Pasaribu (2018) penelitian yang diteliti tentang “Implementasi Kebijakan dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA) di Dinas

(11)

11

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu”. Jumlah anak yang sudah memiliki Kartu Identitas Anak di Kota Batu dari anak taman kanak-kanak dengan jumlah 2.194, SD dengan jumlah 7.179, SMP dengan jumlah 1.227, dan SMA dengan jumlah 22. Adapun faktor penghambat dalam melakukan implementasi KIA yaitu faktor internal seperti sarana dan prasarana, koneksi jaringan dan koneksi listrik, kurangnya tenaga pegawai. Faktor eksternal seperti kurang pahamnya masyarakat tentang kartu identitas anak yang telah di sosialisasikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu. Dalam mengatasi hambatan pemerintah sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan mendatangkan kesekolah, desa, RT/RW, menambahkan sarana dan prasarana, dan melakukan 4 inovasi yaitu pertama, pelayanan 30 menit, kedua, pelayanan mobiling, ketiga pelayanan online, keempat, pelayanan three in one.

9. Fernandes Yudha dan Firman Firdausi (2017) penelitian yang berjudul

“Kualitas Pelayanan Publik dalam Pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA).

Penelitian tersebut menggunakan jenis kualitatif. Ada lima kualitas pelayanan publik dalam pembuatan kartu identitas anak yaitu : 1). Kecepatan pelayanan di Dispedukcapil Kota Batu sudah dilaksanakan dengan cepat hanya saja perlu ditingkatkan lagi sarana pelayanan. 2). Pelayanan petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyakarat sudah bagus. 3). Kesopanan dan keramahan pegawai Dispendukcapil terhadap masyarakat sudah bagus. 4). Pelayanan partisipatif Dispendukcapil Kota Batu sudah bagus memberikan pelayanan bersifat partisipatif. 5) ketepatan pelayanan Dispendukcapil Kota Batu sudah

(12)

12

sesuai dengan ketentuan SOP yang berlaku. Dispendukcapil Kota Batu memberikan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pembuatan kartu identitas anak yaitu memudahkan proses pelayanan, menggunakan prinsip keterbukaan dalam pelayanan, memberikan pelayanan yang adil dan merata, memfasilitasi sarana dan prasarana.

10. Tanti Novianti (2019) penelitian yang berjudul “ Sosialisasi Implementasi Kartu Identitas Anak oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran”. Penelitian tersebut menggunakan deskriptif kualitatif. Sosialisasi implementasi kartu identitas anak yang dilakukan Dispendukcapil Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran masih belum optimal, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui implementasi kartu identitas anak padahal Dispendukcapil sudah melakukan sosialisasi melalui secara tidak langsung seperti media masa, secara langsung dengan tatap muka kepada masyakarat. Hambatan yang dihadapi Dispendukcapil Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran yaitu : kurangnya pendekatan pemerintah dalam sosialisasi, kurangnya tenaga kerja yang mengelola media sosial, rendahnya minat masyarakat dalam mendengarkan radio, kurang kreatifnya pemerintah dalam sosialisasi implementasi kartu identitas anak. Upaya pemerintah untuk mengatasi hambatan dengan melakukan sosialisasi terus menerus, bekerjasama dengan yang teraitan, melakukan jemput keliling setiap desa.

Dari beberapa kajian diatas perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah tempat dan waktu penelitian serta penelitian ini

(13)

13

berfokus pada proses evaluasi kebijakan Kartu Identitas Anak di Kota Tanjungpinang tahun 2018 yang bertujuan untuk melihat bagaimana kebijakan Kartu Identitas Anak dikaji dengan menggunakan teori evaluasi.

F. Kerangka Teori

1. Kebijakan Publik

“Menurut Dunn secara Etimologi, istilah policy (kebijakan) yang berasal

dari bahasa Yunani, Sansekerta dan Latin yang artinya Polis (Negara-Kota) dan Pur (Kota), kemudian dikembangkan dalam bahasa latin menjadi politia (Negara) dan dalam bahasa inggris pertengahan policie yang berarti mengenai masalah- masalah publik atau adminnistrasi pemerintahan (Jaka Pernama,2018).”

Secara Etimologis Publik yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “pubes”

yang berarti kedewasaan secara fisik, emosional maupun intelektual. Publik sering dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktifitas manusia yang dipandang perlu untuk di intervensi oleh pemerintah atau aturan sosial (Jaka Pernama,2018).

Kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh organisasi publik atau pemerintah. Pemerintah mengambil keputusan untuk mengarahkan masyarakat mencapai tujuan-tujuan publik tertentu. Kebijakan publik yang tertinggi di daerah berada di daerah. Peran setiap Negara atau daerah (pemerintah/daerah) semakin penting, dalam rangka membangun daya saing global bagi Negara atau daerahnya.

(Mirza,2005). Pada hakekatnya kebijakan publik adalah intervensi pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi arah dan kecepatan dari perubahan yang

(14)

14

sedang berlangsung dalam masyarakat, guna mewujudkan kondisi yang diinginkan.

Menurut Putra dalam I Wayan kebijakan publik mempunyai implikasi sebagai berikut :

a. Kebijakan publik itu berbentuk pilihan tindakan-tindakan pemerintah.

b. Tindakan- tindakan pemerintah itu dialokasikan kepada seluruh masyarakat sehingga bersifat mengikat.

c. Tindakan-tindakan pemerintah itu mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

d. Tindakan-tindakan pemerintah itu selalu diorientasikan terhadap terpenuhinya kepentingan publik.

A. Manfaat Kebijakan Publik

Menurut Dye dalam Jaka Pernama menyatakan dalam studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat yaitu:

1. Pengembangan ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai variabel terpengaruh, sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya. Studi ini berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.

2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik.

(15)

15

Dengan adanya ilmu pengetahuan kebijakan publik para praktisi dapat mempelajari dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik.

3. Berguna untuk tujuan politik

Suatu kebijakan politik yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dan lawan-lawan politik.

B. Ciri-ciri Kebijakan

Menurut Bagir Manan (dalam Chandy Afrizal) ada 6 ciri-ciri kebijakan yaitu:

1. Kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan.

2. Azas-azas pembatasan dan penguji terhadap peraturan perundang- undangan tidak dapat diberlakukan pada kebijakan.

3. Kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat keputusan kebijakan tersebut.

4. Kebijakan dibuat berdasarkan freies ermesen dan ketiadaan wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan.

5. Penguji terhadap keijakan lebih diserahkan kepada doelmatigheid sehingga batu ujinya adalah azas-azas umum pemerintahan yanga baik.

6. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuman, dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk peraturan.

(16)

16 C. Hakikat Kebijakan Publik

Menurut Suharto (dalam Sartika, Dian, Edison, 2013) ada beberapa kategori, yaitu ;

1. Tuntutan kebijakan adalah tuntutan atau desakan yang ditujukan pada pejabat-pejabat pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain, baik swasta ataupun kalangan dalam pemerintah sendiri, dalam system politik untuk melakukan tindakan tertentu atau sebaliknya untuk tidak berbuat sesuatu terhadap tindakan tertentu.

2. Keputusan kebijakan adalah keputusan- keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah untuk memberikan keabsahan, kewenangan atau memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan publik.

3. Pernyataan kebijakan adalah pernyataan resmi atau artikulasi (penjelasan) mengenai kebijakan publik tertentu.

4. Keluaran kebijakan adalah wujud kebijakan public yang agaknya paling konkret. Artinya ia dapat dirasakan oleh masyarakat, karena menyangkut hal-hal yang dilakukan guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan.

5. Hasil akhir kebijakan adalah akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah dalam idang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada di masyarakat.

(17)

17 2. Implementasi

Menurut Edward (dalam Windi dan Wayan 2019) implementasi kebijakan adalah tahapan pembuatan kebijakan dari pembentukan kebijakan sampai dampak yang dirasakan masyarakat dalam kebijakan, jika suatu kebijakan tidak tepat maka dapat dikatakan kebijakan tersebut akan mengalami kegagalan walaupun kebijakan tersebut dilakukan sebagus mungkin pasti akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang di implementasi dengan baik dari pelaksanaan kebijakan.

Menurut Jones (dalam Jemmy) implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus-menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Menurut Grindle (dalam Hikma, 2015) ada dua variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan public. Keberhasilan ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan. isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan.

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan.

4. Kedudukan pembuat kebijakan.

5. Pelaksana program.

(18)

18 6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi actor yang terlibat.

2. Karakteristik lembaga dan penguasa.

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

Menurut Geoge Edwards dalam Riyan menyatakan ada 4 faktor yang dianggap mempengaruhi penghambat dan pendorong implementasi kebijakan yaitu:

a. Komunikasi

Komukasi merupakan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada penerima informasi.

b. Sumber daya

Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya peralatan.

c. Disposisi

Disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melakasankan kebijakan tapi secara sunggu-sungguh sehingga apa yang menjadi kebijakan dapat diwujudkan.

d. Struktur birokrat

Bertugas mengimplementasi kebijakan memiliki pengarus yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah prosedur operasi yang standar ( standard opening procedures).

(19)

19 3. Evaluasi

Pada Prinsipnya evaluasi merupakan salah satu proses tingkatan dalam kebijakan publik, evaluasi adalah suatu cara untuk melakukan penilaian suatu kebijakan atau implementasi tersebut apakah berjalan dengan baik atau tidak.

Evaluasi adalah penaksiran, pemberian angka dan penilaian, kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai pengetahuan manfaat hasil kebijakan (Permana, 2018).

Evaluasi merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian implementasi sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan (Mukarom dan Laksana, 2015).

Evaluasi merupakan penilaian objektif dan sistematis terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung ataupun yang telah diselesaikan, hal yang harus dievaluasi yaitu proyek, implementasi, kebijakan, organisasi, sektor, tematik dan bantuan Negara (Mukarom dan Lasana, 2016).

1. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

a. Mengukur efek suatu implementasi atau kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah adanya implementasi tersebut, mengukur efek menunjuk pada perlunya

(20)

20

metodeologi penelitian sedangkan membandingkan efek dan tujuan mengharuskan penggunaan kriteria untuk mengukur keberhasilan.

b. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan menilai kesesuaian dan perubahan implementasi dengan rencana.

c. Memberikan umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan implementasi.

d. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai implementasi pada masa datang. Sebagai bentuk pertanggungjawaban publik atau memenuhi akuntabilitas (Mukarom dan Laksana, 2016).

Adapun fungsi evaluasi adalah memenuhi akuntabilitas publik maka sebuah kajian evaluasi harus mampu memenuhi esensi akuntabilitas tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Eksplanasi yang logis atas realitas pelaksanaan implementasi atau kebijakan tentang kasual atau sebab akibat.

b. Kepatuhan yaitu mampu melihat kesesuaian antara pelaksanaan dan standard dan prosedur yang telah ditetapkan.

c. Auditing untuk melihat apakah output kebijakan sampai pada sasaran yang dituju? Apakah ada kebocoran dan penyimpanan pada penggunaan anggaran, apakah ada penyimpangan tujuan implementasi dan pada pelaksanaan implementasi?

d. Akunting untuk melihat dan mengukur akibat sosial ekonomi dari kebijakan. Misalnya seberapa jauh implementasi yang dimaksud

(21)

21

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat adakah dampak yang ditimbulkan telah sesuai dengan yang diharapkan, adakah dampak yang tidak diharapkan?

2. Ruang Lingkup Evaluasi Implementasi

Menurut Azwar runang lingkup evaluasi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Evaluasi input menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana tenaga maupun sumber sarana.

b. Evaluasi proses lebih dititik beratkan pada pelaksanaan implementasi, apakah sesuai dengan rencana, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.

c. Evaluasi ouput dilakukan pada saat implementasi telah selesai dilaksanakan (summative evaluation) yang tujuannya secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu mengukur keluaran serta untuk mengukur dampak yang dihasilkan.

3. Indikator Evaluasi Kebijakan

Menurut William Dunn (dalam Novan, 2020) untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu ditentukan melalui beberapa indikator yaitu :

1. Efektifitas

Efektifitas adalah suatu ukuran yang sesuai dengan target yang dicapai oleh tata kelola, dan apakah hasil yang diinginkan tersebut telah dicapai. Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti suatu efek yang dikehendaki dalam pekerjaan. Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau

(22)

22

sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektifitas juga disebut efektif, capaian tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah ketepatan dalam pemanfaatan sumber daya ada dan ketepatan dalam pengguna biaya dengan memanfaatkan yang menghasilkan.

Efisiensi harus selalu kualitatif dan dapat diukur, efisiensi adalah hasil usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan. Efisiensi lebih melihat bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai dengan membandingkan antara inputnya dengan outputnya.

3. Kecukupan

Kecukupan adalah untuk menilai apakah pencapaian hasil yang ditemukan sesuai dengan yang diinginkan. Kecukupan juga dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah.

4. Responsivitas

Reponsivitas adalah seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

Indikator ini penting karena analisis yang dapat memuaskan semua indicator lainnya efektifitas, efisiensi, kecukupan kesamaan masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

(23)

23 5. Pemerataan

Pemerataan adalah indikator yang berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjukan pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok- kelompok yang berbeda dalam masyarakat untuk mengukur ketepatan manfaat apakah yang di laksakan kebijakan secara merata untuk suatu kelompok sasaran.

6. Ketepatan

Ketepatan adalah indikator untuk mengukur hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai. Indikator yang dipakai untuk menyeleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan nilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak.

4. Evaluasi Kebijakan Pelayanan Publik

Pada dasarnya jenis evaluasi kebijakan berbagai variasi, bergantung pada tujuan dan level yang akan dicari. Dari segi waktu evaluasi, ada yang menggolongkan menjadi evaluasi preventif kebijakan dan evaluasi sumatif kebijakan. Implentasi mulai berlangsung pada tahap penyusunan implementasi.

Adapun cara penyusunan implementasi, menurut Mazmanian dan Sabatier yaitu sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi masalah yang harus diintervensi.

b. Menegaskan tujuan yang hendak dicapai.

c. Merancang struktur proses implementasi.

(24)

24

Pada pihak lain, untuk mengimplementasikan kebijakan, Casley dan Kumar menunjukkan metode dengan enam langkah berikut:

a. Mengidentifikasi masalah, yaitu membatasi masalah yang akan dipecahkan atau dikelola dan memisahkan masalah dari gejala yang mendukungnya. Kemudian, merumuskan hipotesis.

b. Menentukan faktor-faktor yang menjadikan adanya masalah tersebut.

Mengumpulkan data kuantitatif ataupun kualitatif yang memperkuat hipotesis.

c. Mengkaji hambatan dalam pembuatan keputusan, menganalisis situasi politik dan organisasi yang memengaruhi pembuatan kebijakan, mempertimbangkan sebagai variabel, seperti komposisi staff, moral dan kemampuan staf, tekanan politik, kepekaan budaya, kemauan penduduk dan efektivitas manajemen.

4. Kartu Identitas Anak

a. Pengertian Kartu Identitas Anak (KIA)

Kartu Identitas Anak merupakan kependudukan terbaru yang dilaksanakan oleh pemerintah di setiap 50 Kabupaten dan Kota di Indonesia sejak tahun 2016. Pelaksanaan kartu identitas anak menjadi salah satu pelayanan kependudukan melalui penertiban dokumen kependudukan sebagai bentuk pencatatan sipil ( Rahmawati, 2018).

KIA merupakan program yang diterbitkan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk memberikan identitas kependudukan kepada seluruh penduduknya yang berlaku secara nasional dalam rangka

(25)

25

mendorong peningkatan pendataan, perlindungan dan pelayanan publik untuk mewujudkan hak terbaik khususnya bagi anak, maka perlunya dilakukan pemberian identitas kependudukan khususnya kepada anak.

Dengan adanya pemberian identitas anak kepada anak melalui Kartu Identitas Anak akan mendorong peningkatkan pendataan, perlindungan dan pelayanan publik untuk mewujudkan hal terbaik bagi seluruh anak Indonesia (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak).

b. Manfaat Kartu Identitas Anak (KIA)

Manfaat program kartu identitas anak adalah dapat memberikan tanda pengenal diri anak yang sah bagi anak berusia 0 sampai 17 tahun kurang satu hari. Selain itu, kedepannya KIA nantinya bisa digunakan sebagai salah satu persyaratan pendaftaran sekolah anak, dasar pembuatan KTP dan dokumen keimigrasian, untuk mengurus klaim santunan bagi pemegang KIA, untuk mencegah terjadinnya perdagangan anak, mendapatakan diskon bermain dan pembelian buku, dan untuk berbagai keperluan terkait lainnya yang membutuhkan bukti diri berupa identitas anak ( Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2017).

c. Dasar Hukum Kartu Identitas Anak (KIA)

Secara tegas pengaturan mengenai Kartu Identitas Anak sudah di atur oleh Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.

(26)

26

Pengaturan mengenai Kartu Identitas Anak merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap identitas anak. Pengaturan hak atas identitas bagi anak didasarkan pada Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan sebagaimana undang-undang tersebut telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ketegasan atas perlindungan identitas anak terdapat pada pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Anak dan ditegaskan kembali pada Pasal 27 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Selanjutnya dengan adanya kewajiban bagi setiap anak untuk memiliki KIA selain wujud dari perlindungan hak atas identitas juga merupakan bagian berkesinambungan bagi Pemerintah untuk melakukan pendataan administrasi kependudukan yang terintegrasi secara nasional sebagaimana telah diatur sebelumnya dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

G. Definisi Konsepsional

Konsep konsepsional merupakan batasan penelitian Terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian jadi untuk lebih memudahkan dalam menganalisa

(27)

27

serta memperjelas arah penelitian, maka penulis merasa perlu membatasi dengan mengoperasionalkan konsep-konsep yang digunakan sehingga nantinya memberikan suatu kebenaran didalam penelitian. Penulis menetapkan konsep variabel yang akan dikaji, sebagai berikut:

1. Kebijakan publik merupakan suatu tindakan oleh pemerintah yang dibuat untuk

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam wujud pengaturan atau keputusan.

2. Evaluasi merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh selama

kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian implementasi sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.

3. Kartu Identitas Anak merupakan program kependudukan terbaru dari

pemerintah pusat yang dilaksanakan oleh 50 Kabupaten dan Kota di Indonesia sejak tahun 2016. KIA menjadi salah satu pelayanan kependudukan melalui penertiban dokumen kependudukan sebagai bentuk pencatatan sipil.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau mengukur secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Perumusan definisi operasional dapat kita lihat berdasarkan apa saja indikator yang digunakan dalam pengukuran evaluasi kebijakan Kartu Identitas

(28)

28

Anak (KIA) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tanjungpinang tahun 2018, peneliti akan menggunakan teori menurut William Dunn dan Geoge Edwards karena penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan teorinya.

Tabel 1. 1 Indikator Evaluasi Kebijakan

Variabel Dimensi Indikator

Capaian Evaluasi - Efektifitas

- Efisiensi - Kecukupan - Responsivitas - Perataan - Ketepatan

Implementasi Faktor yang

mempengaruhi penghambat dan pendorong

- Komunikasi - Sumber Daya - Disposisi

- Struktur Biroktrat Sumber : dibuat oleh penulis

I. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2016:2).

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan peneliti dalam penelitian.

(29)

29 1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami kejadian di alami oleh subjek peneliti seperti perilaku, sikap, motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara holistik yang diuraikan melalui dekripsi di dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode yang alamiah ( Lexy J. Moleng) dalam (Arianti, 2018).

Menurut Moh Nazir metode deskripsi adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual, faktual serta fakta-fakta dalam peristiwa yang terjadi. Kegiatan evaluasi kebijakan Kartu Identitas Anak di Kota Tanjungpinang tahun 2018 lebih mudah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan menggunakan pendekatan dan metode tersebut dapat mengembangkan secara luas penelitian tersebut agar pihak tertentu dapat informasi terkait pelaksanaaan kebijakan Kartu Identitas Anak di Kota Tanjungpinang Tahun 2018.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau.

(30)

30 3. Unit Analisis

Unit analisis data adalah sesuatu hal yang akan diteliti. Satuan yang diteliti berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang di dapatkan secara langsung dari informan pada objek yang diteliti. Data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada instansi yang terkait yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang dan responden lainnya.

Tabel 1. 2 Informan Penelitian

Kategori Informan Keterangan

Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang

Kepala

Disdukcapil Kota Tanjungpinang

Merupakan instansi

pemerintah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan Kartu Identitas Anak (KIA).

Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk

Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

(31)

31 Lurah

Tanjungpinang Barat

Kasi Pelayanan

Merupakan pihak yang menerima pelayanan

penerbitann Kartu KIA dari kebijakan KIA yang

dilaksanakan oleh Disdukcapil Kota Tanjungpinang.

Masyarakat Perwakilan pihak masyarakat yang sudah mengurus KIA

Sekolah 005 Bukit Bestari

Kepala sekolah 005 Bukit Bestari Sumber : dibuat oleh penulis.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan oleh peneliti secara tidak langsung. Data sekunder di dapatkan dari dokumentasi atau kepustakaan seperti buku, media massa, arsip, artikel, laporan-laporan, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan kebijakan kartu identitas anak (Nanik :2018).

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian evaluasi pelaksanaan kebijakan kartu identitas anak ini melakukan teknik pengumpulan data dengan cara berikut:

a. Wawancara

Menurut Salim (2012:119) wawancara adalah sebuah pecakapan antara dua orang atau lebih dimana pertanyaan diajukan oleh seseorang yang berperan sebagai pewawancara. Penelitian ini melakukan wawancara kepada pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang dan informan lainnya.

(32)

32

Penelitian ini akan mewawancarai beberapa informan yaitu:

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tajungpinang dengan Bapak Irianto, SH.

2. Ketua Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dengan Ibu Sumarni, S.Sos.

3. PLT Pelayanan Pendaftaran Penduduk dengan Ibu Ririn Noviana, S.Si.

4. Kasi pelayanan dengan ibu syaryati .

5. Kepala sekolah 005 Bukit Bestari dengan Bapak Hanapi.

6. Masyarakat dengan Bapak Abduli Syakir.

7. Masyarakat dengan Ibuk Eviansyah.

8. Masyarakat dengan Bapak Ari.

b. Dokumentasi

Menurut Yusuf, M. A dalam (Laksmi Nurita Tanjung, 2018) dokumen adalah catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu, dokumen yang menyangkut tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan berkaitan dengan fokus penelitian merupakan sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen resmi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang.

(33)

33

Tabel 1. 3 Rincian Data Dokumentasi

No Data/Laporan

1. Profil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang

2. RPJMD Kota Tanjungpinang Tahun 2018-2023

3. Renstra Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang tahun 2018-2023

4. LAKIP Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang Tahun 2018.

Sumber : di buat oleh penulis 5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2008).

Analisis data model Miles dan Huberman meliputi data collection, data reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Sugiono, 2017) :

a. Data collection (Pengumpulan Data)

(34)

34

Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data.

Pengumpulan data dengan wawancara observasi dan dokumentasi. Peneliti akan memperoleh data yang sangat banyak dan sangat bervariasi.

b. Data reduction (Reduksi Data)

Merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data dapat dilakukan dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu, dengan demikian akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

c. Data display (penyajian data)

Pengorganisasian data sehingga tersusun dalam pola hubungan. Dengan demikian, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Data drawing/verification (Penarikan Kesimpulan)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Penarikan kesimpulan berupa diskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

(35)

35

Data collection, data reduction, data display dan conclusion drawing/verification dalam penelitian ini terdiri dari temuan hasil

wawancara, observasi, dokumentasi, tentang evaluasi implementasi kartu identitas anak di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Tanjungpinang tahun 2018.

Gambar

Tabel 1. 1 Indikator Evaluasi Kebijakan
Tabel 1. 2  Informan Penelitian
Tabel 1. 3 Rincian Data Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah (1) memberikan pelatihan tentang teknik pemanenan dan pengelolaan pasca panen buah kopi, (2) memberikan

Indikator kinerja untuk siswa membaca hasil diskusi didepan kelas (penelitian awal sebelum tindakan) sebesar 0%, siklus I sebesar 37,5%, siklus II sebesar 50%, siklus

BANK berhak dengan ketentuan dan syarat-syarat yang dianggap baik oleh BANK untuk menjual dan/atau mengalihkan sebagian atau seluruh hak tagih BANK, baik pokok maupun bunga,

Hewan Penular Rabies Tersangka Rabies selanjutnya disingkat HPR Tersangka Rabies adalah Hewan Penular Rabies yang telah menggigit yang mengarah kepada terjangkitnya

Taman Satwa Semarang harus dilakukan secara profesional dengan menganut prinsip tata kelola perusahaan yang baik guna menunjang pertumbuhan perekonomian daerah dan

Dalam sistem hukum adat waris patrilineal, pewaris adalah seorang yang meninggal dunia dengan meninggalkan sejumlah harta kekayaan, baik harta itu diperoleh selama dalam perkawinan

Oleh karena itu, perjanjian-perjanjian tentang ekstradisi khususnya pasal yang mengatur penolakan ekstradisi terhadap pelaku kejahatan politik perlu ada suatu

tempat untuk klien berlatih perilaku yang adaptif. Pada Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi klien diajarkan untuk mengenal halusinasi sebagai sesuatu yang