• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk para pengemudi ojek dalam jaringan. Pengemudi ojek dalam jaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk para pengemudi ojek dalam jaringan. Pengemudi ojek dalam jaringan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Bekerja sebagai pengemudi ojek memang memiliki suka duka tersendiri untuk para pengemudi ojek dalam jaringan. Pengemudi ojek dalam jaringan tersebut, yang memang karena tuntutan pekerjaan harus menghabiskan banyak waktu mereka di jalan raya, tentu memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dari pekerjaan lainnya. Risiko tersebut dapat berupa penipuan berupa orderan yang ternyata tidak ditemukan siapa yang memesan yang tentu menimbulkan kerugian materi untuk pengemudi ojek tersebut, pembatalan sepihak oleh penumpang yang telah melakukan pemesan, tidak menemukan alamat karena aplikasi yang tidak akurat, kecelakaan motor, hingga yang sering terjadi saat ini yaitu kekerasan secara lisan sampai fisik yang mereka terima dari para pengemudi ojek pangkalan yang mengganggap mereka semua sebagai kompetitor dan risiko tersebut biasanya terjadi ketika pekerjaan mereka berlangsung.

Kita semua ketahui bahwa semua orang yang bekerja, pasti memiliki risiko dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut juga tidak terlepas karena kehidupan manusia selalu berkisar antara ketidak pastian yang berkepanjangan dan terus menerus. Keadaan tidak pasti tersebut yang disebut sebagai risiko. Dalam kenyataannya, manusia selalu menghadapi risiko karena memang pada hakekatnya manusia merupakan suatu obyek tumpuan

(2)

2

risiko, yang sebagaimana sifat hakiki manusia itu sendiri dan lebih jelas, AS/NZS (Standar manajemen risiko dari Australia dan New Zaeland), mengatakan bahwa risiko merupakan peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian. 1

Pengertian secara jelas dan pasti mengenai risiko kerja memang belum ada hingga saat ini. Menurut Ramli, risiko dapat digambarkan sebagai peluang dan kemungkinan (probability) suatu bahaya untuk menghasilkan kecelakaan kerja serta tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi (severity). Keberadaan ojek dalam jaringan sendiri pun masih diperdebatkan di negara kita, hal tersebut dikarenakan legalitas keberadaan mereka di Indonesia masih dipertanyakan. Ojek dalam jaringan yang dianggap sebagai angkutan umum, juga telah mengalami perkembangan. Ojek yang semula hanya menyediakan jasa transportasi antar orang sekarang juga melakukan pengiriman paket bahkan pemesanan makanan.

Peraturan-peraturan terkait yang dianggap bertentangan dengan keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia yakni sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :

Pasal 47

(1) Kendaraan terdiri atas:

a. Kendaraan bermotor;

1 Soeisno Djojosoedarso. 2003. Prinsip – Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Salemba Empat, Jakarta, hlm.72

(3)

3

b. Kendaraan tidak bermotor.

(2) Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelompokkan berdasarkan jenis :

a. Sepeda motor b. Mobil Penumpang;

c. Mobil Bus;

d. Mobil Barang; dan e. Kendaraan Khusus

(3) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, c dan d dikelompokkan berdasarkan fungsi:

a. Kendaraan bermotor perseorangan;

b. Kendaraan bermotor umum.

Pasal 53

(1) Kendaraan bermotor umum wajib dilakukan uji berkala dalam

rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan.

Pasal 138

(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau;

(2) Angkutan umum dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum

(4)

4

Pasal 139

(1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota, antar provinsi serta lintas batas negara;

(4) Penyedia jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 173

(1) Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan.

a. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

b. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek;

c. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

2. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor:

Pasal 39

(3) Warna TNKB sebagai berikut:

a. dasar hitam, tulisan putih untuk kendaraan bermotor perseorangan dan kendaraan bermotor sewa;

b. dasar kuning, tulisan hitam untuk kendaraan bermotor umum;

c. dasar merah, tulisan putih untuk kendaraan bermotor dinas Pemerintah;

(5)

5

d. dasar putih, tulisan biru untuk kendaraan bermotor Korps Diplomatik negara asing; dan

e. dasar hijau, tulisan hitam untuk kendaraan bermotor di kawasan perdagangan bebas atau (Free Trade Zone) yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, bahwa kendaraan bermotor tidak boleh dioperasionalkan/dimutasikan ke wilayah Indonesia lainnya.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

Pasal 23

(3) Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan orang dalam Trayek meliputi:

a. Mobil Penumpang umum; dan/atau b. Mobil Bus umum.

Pasal 43

(2) Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) paling sedikit:

a. Mobil Penumpang umum; atau b. Mobil Bus umum

(6)

6

Berdasarkan Pasal-Pasal diatas, dapat dilihat yang dikategorikan sebagai angkutan umum adalah berupa mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, atau kendaraan khusus (minimal kendaraan beroda tiga), itu berarti sepeda motor tidak dapat dianggap sebagai angkutan umum, dan tanda nomor kendaraan bermotor angkutan umum harus berwarna kuning bukan hitam.2 Peraturan resmi yang menyebutkan bahwa ojek dalam jaringan ini sebagai angkutan umum memang belum juga dibuat sehingga hal tersebut tentu menimbulkan dampak buruk untuk perusahaan dan para pengemudi khususnya. Jika pemerintah berniat untuk menghapuskan keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia, maka hal tersebut bisa mengakibatkan risiko diputusnya hubungan kerja para pengemudi ojek dalam jaringan tersebut dan berdampak akan semakin bertambahnya pengangguran di negara kita.

Peraturan resmi yang mengatur keberadaan ojek dalam pangkalan memang belum dibuatkan hingga saat ini, sehingga hal tersebut membawa dampak negatif mengenai perlindungan hukum yang diberikan oleh para perusahaan ojek dalam jaringan kepada para pengemudinya sebagai wujud nyata tanggung jawab mereka terhadap risiko kerja yang mungkin terjadi bahkan telah terjadi kepada para pengemudi mereka. Perlindungan hukum tersebut dapat berupa keikutsertaan pengemudi ojek dalam jaringan sebagai anggota BPJS baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan maupun mendapatkan asuransi kecelakaan lainnya, akan tetapi hingga saat ini perlindungan hukum tersebut masih belum penuh dirasakan oleh para

2 Ini aturan yang membuat gojek cs dilarang beroperasi oleh kemenhub, dalam : http://news.detik.com/berita/3098973/ini-aturan-yang-membuat-go-jek-cs-dilarang-beroperasi- oleh-kemenhub diakses pada tanggal 21 April 2016.

(7)

7

pengemudi ojek dalam jaringan, hal tersebut dapat dilihat dengan masih banyaknya pengemudi ojek dalam jaringan yang masih belum menjadi anggota Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) atau yang saat ini disebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ataupun asuransi kecelakaan lainnya dari perusahaan. Hal tersebut, tidak terlepas dari masih belum adanya pengaturan yang jelas mengenai keberadaan ojek dalam jaringan tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pelaksanaan pemberian perlindungan hukum terhadap para pengemudi ojek dalam jaringan belum berjalan secara efektif, dan karena hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisa mengenai legalitas ojek dalam jaringan di Indonesia dan perlindungan terhadap risiko kerja para pengemudi ojek dalam jaringan di Indonesia dengan menuangkan di dalam tesis yang berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Risiko Kerja Para Pengemudi Ojek Dalam Jaringan”.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka berikut ini adalah rumusan penelitian yang akan diteliti lebih lanjut oleh peneliti:

1. Bagaimana legalitas mengenai keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap risiko kerja para pengemudi ojek dalam jaringan di Indonesia?

(8)

8

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan penelitian pada sub-bab sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisis legalitas mengenai keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia.

2. Mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap risiko kerja para pengemudi ojek dalam jaringan di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya terkait mengenai perlindungan hukum terhadap risiko kerja para pengemudi ojek dalam jaringan dan legalitas akan keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dan pembahasan dalam Tesis ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan hukum bisnis khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap risiko kerja para pengemudi ojek dalam jaringan dan legalitas keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia.

(9)

9

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang mengkaji tentang Perlindungan Hukum Terhadap Risiko Kerja Para Pengemudi Ojek Dalam Jaringan khususnya terkait legalitas keberadaan ojek dalam jaringan di Indonesia, sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya dan sifatnya adalah asli, namun terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan Perlindungan Hukum Terhadap Risiko Kerja Para Pengemudi Ojek Dalam Jaringan, yaitu :

1. Pada Tahun 2010, penelitian Halimah, “Tukang Ojek Di Makassar Studi Kasus 8 Tukang Ojek Di Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar”, Tesis di Program Studi Sosiologi Universitas Hasanuddin dengan rumusan masalah : a) Bagaimana Karakteristik Sosial Ekonomi Dari Para Tukang Ojek? b) Bagaimana Dinamika Jaringan Sosial Diantara Tukang Ojek?

2. Pada Tahun 2014, penelitian Andi Moh. Era. W, “Urgensi Pengaturan Ojek Di Daerah Sebagai Angkutan Umum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009”, Skripsi di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dengan rumusan masalah : a) Alasan Urgensi Pengaturan Ojek Di Dalam Undang-Undang; b) Alasan Hukum dan Rasionalitas Untuk Dibuatnya Aturan Mengenai Ojek Sebagai Angkutan Umum.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Risiko Kerja Para Pengemudi Ojek Dalam Jaringan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian- penelitian sebelumnya terletak pada judul, rumusan masalah, serta lokasi

(10)

10

penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan normatif empiris yaitu menggabungkan penelitian hukum normatif dan empiris dengan mengambil lokasi penelitian di Jakarta.

(11)

11

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan pembetulan adalah bersesuaian dengan kesan yang berlaku yang ditemui semasa audit dalaman, kawalan kualiti, aduan pelanggan dan kajian semula pengurusan.. Prosedur

Pembuatan laporan akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Circuit Breaker dalam memproteksi arus gangguan hubung singkat yang terjadi di Gardu Induk Bungaran.. Arus

yang disusun berderet secara horizontal, yang menjadi motif pokok adalah Sandat dan Lumbung, motif pengisinya berupa bale lumbung dan kembang setangi. Pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor keagamaan nasabah terhadap keputusan menabung, untuk mengetahui dan

Sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu

Tradisi yang dimaksud di wilayah tersebut adalah tradisi Le’ Melle’ yang secara harfiahnya dapat diterjemahkan dengan sebutan begadang, atau dalam istilah bahasa

atas, pada node ini tidak ada input dan bisa tidak mempunyai output atau mempunyai output lebih dari satu. Untuk menentukan data atribut yang digunakan sebagai