1
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kreatif merupakan industry yang dikembangkan oleh pemerintah di Indonesia. Perkembangan teknologi mengarahkan adanya peningkatan ekonomi berbasis pengetahuan serta kreativitas. Hal tersebut menyebabkan ekonomi di industri kreatif semakin ditingkatkan (Arifianti dan Alexandri, 2017). Masyarakat menyadari bahwa industri kreatif akan meningkatkan sumber ekonomi yang baru serta berperan penting dalam menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (Vernia 2015). Industri kreatif menjadi sangat berpotensi sebagai penyedia lapangan kerja.
Berdasarkan data dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur (2018), kontribusi ekonomi dari industri kreatif Jawa Timur menyumbang 4,75% PDB Nasional pada tahun 2018. Hal ini terkait penyerapan tenaga kerja, konstribusi ekspor, dan jumlah UMKM yang terlibat di Jawa Timur. Menurut data Biro Administrasi Perekonomian Sekertaris Daerah Jawa Timur fokus perkembangan industri kreatif di Jawa Timur yang berpotensi ditingkatkan adalah sub sektor kerajinan, pakaian jadi, desain, kuliner, music, film, video, dan fotografi (Pemerintah Propinsi Jawa Timur, 2018).
Adanya potensi yang sangat besar dari masyarakat Jawa Timur dan perhatian dari pemerintah pusat menyebabkan kemungkinan pertumbuhan UMKM di Jawa Timur sangat tinggi. Menurut Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur
2
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI (2021), berdasarkan data dari BPS, 414.000 usaha kecil menegah bertumbuh setiap tahunnya di Jawa Timur. Hal ini menyumbang 57,52% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur pada tahun 2020, Potensi usaha kecil menengah yang sangat besar ini didukung oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur melalui peningkatan kualitas para pelaku usaha. Sejak tahun 2018, Jawa Timur menduduki posisi nomor dua dengan penyumbang usaha kecil menengah yang melakukan ekspor di industri kreatif (Disperindag Jawa Timur, 2018). Di samping itu, tenaga kerja yang terlibat dalam industri kreatif telah meingkat hingga 16,28% melebihi data nasional yakni hanya 14,28% sejak tahun 2018.
Perusahaan kecil menengah di Indonesia identik dengan perusahaan milik keluarga. Menurut Rahadi (2017), perusahaan milik keluarga merupakan awal dari pengembangan perusahaan kecil menengah. Para pemilik bisnis dapat mengelola dengan sangat profesional supaya bertumbuh menjadi perusahaan yang lebih besar.Hal ini dilakukan pemilik dengan pengelolaan yang baik sejak generasi pertama, kedua, dan seterusnya. Dengan demikian, perusahaan akan dikelola dengan sistem manajemen yang dianut oleh keluarga. Menurut Habbershon, Nordqvist, dan Zellweger (2010:3), perushaaan kecil menengah menunjukkan bisnis keluarga karena faktor kepemilikan yang mayoritas adalah keluarga dan faktor keterlibatan keluarga. Pada umumnya,perusahaan seperti ini di Indonesia didirikan oleh pendiri dan akan diturunkan ke generasi berikutnya. Keluarga terlibat dalam pengelolaan sejak dari pemberi modal awal hingga terjun langsung menjadi bagiandalam organisasi tersebut
.
3
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI Perusahaan keluarga adalah organisasi yang merupakan sintesis dari perusahaan dan keluarga dimana keluarga berperan sebagai sumber daya yang unik dan bersifat idiosynchratic. Hal ini berarti bahwa setiap anggota keluarga merupakan sumber daya yang kekuatannya besar, sulit tergantikan, dan khusus (Dawson dan Mussolino, 2014). Keluarga merupakan sumber beraneka ragam kapabilitas yang dibutuhkan perusahaan melalui komitmen, loyalitas, kemampuan, keahlian, kemampuan, juga sumber pengetahuan yang bersifat tacit dalam organisasi. Selain itu, perusahaan keluarga memiliki sumber daya yang unik karena ada aspek familiness di dalamnya. Familiness merupakan sumber daya unik yang dimiliki perusahaan keluarga yang tercipta karena interaksi sistem antara keluarga, anggota individu keluarga, dan bisnis (Habbershon dan Williams, 1999).
Selanjutnya Kim dan Gao (2013) menjelaskan bahwa familiness merupakan modal penting dalam pengelolaan bisnis. Modal keluarga ini dapat menunjukkan nilai- nilai tersendiri, sehingga menghasilkan perilaku yang unik dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan (Afriany et al., 2019).
Dalam terminologi bisnis terdapat dua jenis perusahaan keluarga, yaitu yang pertama adalah Family Owned Enterprise (FOE) dan Family Business Enterprise (FBE). FOE merupakan perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh profesional yang berasal dari luar keluarga sedangkan FBE adalah perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendirinya. FBE memiliki ciri bahwa anggota keluarga memegang posisi kunci dalam perusahaan (Susanto et al, 2007: 4). Di Indonesia sendiri, perusahaan keluarga lebih banyak memiliki bentuk FBE (Susanto, 2007). Perusahaan keluarga memiliki kencederungan untuk lebih
4
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI melibatkan keluarga dalam posisi manajerial untuk membantu keberlangsungan perusahaan keluarga (Danes et al., 2009). Hal ini diperkuat dengan hasil survei mengenai perusahaan keluarga yang dilakukan oleh Pwc (2018) memaparkan bahwa perusahaan keluarga di Indonesia 57% memiliki keterlibatan anggota keluarga di dalamya. Keterlibatan anggota keluarga dapat berupa peran sebagai CEO, Board of Director, keterlibatan dalam tim kepemimpinan bahkan ada yang bekerja tanpa memiliki kedudukan sebagai senior sebagai bentuk keterlibatan dalam bentuk kepemilikan.
Perusahaan keluarga dengan dengan skala kecil menengah dapat mencapai keberlangsungan bisnis mereka karena hubungan kekerabatan yang ada dalam perusahaan sehingga memudahkan pemilik untuk lebih mengelola antara bisnis dengan keluarga (Chu, 2011). Usaha kecil dan menengah milik keluarga yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah yang bergerak dalam industri kreatif di Jawa Timur.
Industri kreatif yang mencakup 14 subsektor usaha memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Bekraf, 2016). Sektor Ekonomi Kreatif memiliki perkembangan yang penting terhadap perekonomian nasional yaitu sebesar 10,14% per tahun, dari tahun 2010-2015. Sektor kreatif memberikan sumbangan 852 triliun rupiah terhadap PDB nasional (7,38%), dan menyerap 15,9 juta tenaga kerja (13,90%), nilai ekspor yang dihasilkan US$ 19,4 miliar (12,88%).
Industri kreatif ini sangat dinamis sehingga membutuhkan evolusi dan penyesuaian produksi konstan dan terus menerus. Selain itu, industri kreatif bersifat padat karya sekaligus membutuhkan keterlibatan yang besar. Oleh karena itu, industri kreatif
5
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI membutuhkan banyak pengembangan keahlian dan kompetensi serta peningkatan kinerja kreatif dari pengelola usahanya.
Perusahaan keluarga yang memiliki skala kecil menengah merupakan satu perusahaan yang sebagian besar memasuki generasi kedua dan terletak pada fase menumbuhkan bisnisnya. Pada model Greiner, dipaparkan bahwa tahapan ini membutuhkan dukungan kreativitas dalam mengembangkan perusahaan.Pada tahapan ini perusahaan memiliki struktur sederhana dan pengambilan keputusan banyak dikendalikan oleh pemilik keluarga yang turut memiliki dan terlibat dalam pengembangan perusahaan (Jirasek dan Bilek, 2018).
Komunikasi antar tingkatan di dalam organisasi berlangsung intensif dan informal.
Pada tingkatan seperti ini dibutuhkamn banyak kreativitas untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.. Pada industri kreatif itu sendiri kreativitas menjadi modal utama; tanpa kreativitas perusahaan tidak dapat berlangsung berkelanjutan (Indriartiningtias et al., 2019). Kreativitas tentulah menjadi suatu masukan atau input yang vital bagi perusahaan keluarga yang bergerak dalam industri kreatif.
Kreativitas dapat diartikan sebagai munculnya ide-ide baru yang dimiliki oleh perusahaan untuk memecahkan masalah yang ada di perusahaan. Dengan adanya kreativitas dari setiap individu dalam perusahaan keluarga yang nantinya secara kolektif akan menjadi kreativitas perusahaan, keunggulan kompetitif keluarga pun akan terangsang sehingga mampu memberikan nilai dan profitabilitas. Dalam konteks organisasi pada industri kreatif ini, kreativitas organisasi tidak dapat dipisahkan dari kinerja kreatif seperti proses kreatif, produk kreatif, kreativitas, dan situasi kreatif. Kinerja kreatif memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan
6
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI keluarga karena erat kaitannya dengan pengembangan inovasi dan pengelolaan pengetahuan.
Dalam beberapa penelitian, kinerja kreatif dalam suatu perusahaan telah diinvestigasi termasuk dalam perusahaan keluarga. Yiing dan Ahman (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu hal yang dapat berda,pak pada kinerja kreatif adalah kapasitas pemimpin dalam perusahaan yang mendukung proses terbentuknya kreativitas di antara karyawan. Selanjutnya Brice (2013) juga mengatakan bahwa kinerja kreatif sangat erat kaitannya dengan budaya perusahaan dalam mengeksekusi ide-ide baru dalam memecahkan masalah dan meraih pasar.
Dalam pandangan lainnya, kinerja kreatif bersepadan dengan pengelolaan pengetahuan atau knowledge management. Bahkan Lee et al. (2011) dan Wang dan Wang (2012) dengan selaras mengatakan bahwa kreativitas merupakan sebuah hasil dari upaya pengembangan Knowledge management dalam suatu perusahaan baik kreativitas individu maupun kreativitas secara kolektif. Dengan demikian, industri kreatif harus ditopang oleh pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk mendorng terciptanya daya kreasi individu. Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu ini terkait erat dengan kompetensi yang dimiliki yang senantiasa harus dikembangkan agar perusahaan terus dapat berkembang dan bertahan secara generasi ke generasi.
Keberlangsungan perusahaan keluarga antar generasi adalah hal yang sangat penting. Perusahaan keluarga harus senantiasa dapat mengkaji lingkungan internalnya dan mempersiapkan organisasi dalam menghadapi lingkungan eksternalnya. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Maas and
7
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI Diederichs (2007) yang memandang permasalahan yang dapat dihadapi oleh perusahaan keluarga adalah kurangnya pengetahuan tentang pengaruh lingkungan eksternal dan dampaknya terhadap bisnis keluarga (Visser dan Tsoca, 2014).
Pendiri maupun penerus juga berpotensi memiliki sebuah visi yang terbatas tentang apa bisnis keluarga itu dan wawasan pengembangannya. Pengelola organisasi juga dihadapkan pada kondisi untuk berhati-hati, namun tetap harus mengambil resiko dalam tindakan manajerialnya. Selain itu, family business lebih mungkin untuk gagal karena kurangnya pengelolaan yang baik di antaranya melihat kekuatan pasar atau kondisi kompetisi. Pada penelitian perusahaan keluarga mendapati salah satu alasan utama generasi penerus tidak berhasil adalah kurangnya pengambilan keputusan yang efektif (Shepherd dan Zacharakis, 2000) dan kurangnya perencanaan yang tepat (Poza, 2007) yang terkait erat dengan budaya perusahaan.
Selanjutnya, salah satu sumber daya organisasi adalah budaya yang dimiliki organisasi (Barney, 1991). Pada perusahaan keluarga, budaya organisasi memiliki peran penting dalam pembentukan kohesi dan komitmen pada karyawan di dalam perusahaan keluarga, serta keberlangsungan perusahaan keluarga (Vallejo-Martos, 2011). Budaya organisasi merupakan perekat yang menyatukan elemen manusia dalam organisasi. Elemen dari budaya membentuk nilai perusahaan yang menyebabkan peusahaaan dapat berkembang lintas generasi (Vallejo, 2008).
Budaya perusahaan keluarga merupakan nilai yang dianut anggota keluarga bersama bukan anggota keluarga yang terbentuk dari generasi ke generasi. Budaya organisasi dapat bersifat terlihat maupun tidak terlihat (Fletcher et al., 2012;
Katiravelu, et al., 2014). Budaya yang tidak terlihat terdiri dari filosofi, misi
8
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI organisasi, dan nilai yang dianut. Budaya tidak terlihat berkaitan dengan persepsi orang yang bekerja dalam organisasi, dan mencerminkan nilai yang tidak dibicarakan secara eksplisit. Baik budaya yang bersifat tampak atau tidak tampak memiliki pengaruh terhadap knowledge sharing. Komponen budaya terkait dengan cara sebuah organisasi dikelola, bagaimana organisasi itu dibentuk strukturnya yang berpengaruh pada knowledge sharing (Sharrat and Usoro, 2003; Park et al., 2004). Hasil penelitian Kucharska dan Wildowicz (2017) mengungkapkan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap knowledge sharing. Selain itu, budaya organisasi dapat mempengaruhi kemampuan karyawan untuk melakukan knowledge sharing di dalam perusahaan.
Kim dan Lee (2006) menjelaskan bahwa salah satu aspek budaya organisasi yang mempengaruhi knowledge sharing karyawan adalah jejaring sosial atau jejaring informal dalam organisasi. Model berbagi dalam jaringan termasuk berbagi melalui komunikasi, dialog, dan interaksi individu atau kelompok yang mendukung dan mendorong kegiatan karyawan yang terkait dalam memperoleh pengetahuan.
Knowledge sharing merupakan budaya interaksi sosial, yang melibatkan pertukaran
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan karyawan, pada seluruh departemen atau organisasi (Swan et al. 1999).
Hubungan formal dan informal dan kontak antara karyawan dianggap penting untuk berbagi perspektif dan pengetahuan dalam organisasi. Yang (2007) dalam penelitiannya yang mengukur budaya organisasi dari aspek kolaborasi kerja, kolaborasi supervisor, dan dukungan dari organisasi, menyatakan bahwa terdapat interaksi terutama yang bersifat non formal. Interaksi semacam ini memiliki
9
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI peranan penting bagi kelancaran pembagian informasi dan pengetahuan antar anggota organisasi. Selain itu menurut Maas (2014), permasalahan yang sering muncul adalah komunikasi antar anggota keluarga atau organisasi, di mana aspek ini erat terkait dengan knowledge sharing dalam organisasi atau perusahaan keluarga tersebut. Hal ini disebabkan karena pada organisasi, sering tidak tersedia cukup waktu untuk diskusi tentang masalah sehari hari dalam pengelolaan usaha, seperti penerapan nilai-nilai spesifik dan apa yang ingin disumbangkan oleh setiap anggota keluarga.
Aktivitas knowledge sharing tidak hanya dipengaruhi budaya, namun juga dipengaruhi oleh individu dan organisasi di dalamnya yaitu pimpinan (Razmerita, et al.,, 2016). Pimpinan melakukan kegiatan knowledge sharing untuk memperkuat
kompetensi dan keahlian anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan keluarga. Pengetahuan pada perusahaan keluarga memiliki bentuk tacit dan eksplisit yang keduanya merupakan hal yang unik dan sulit ditiru (idiosyncratic) (Chirico, 2008). Keunikan pengetahuam pada perusahaan keluarga menyebabkan perlunya pengelolaan pengetahuan pada perusahaan keluarga (Jassimuddin et al., 2005).
Dalam memimpin suatu perusahaan, setiap pemimpin memiliki perilaku kepemimpinan yang berbeda-beda. Perilaku kepemimpinan adalah pola perilaku yang diperlihatkan seseorang pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain.
Seorang pemimpin sebagai founder perusahaan keluarga menyadari bahwa sumber daya manusia yang dalam perusahaan terdiri dari keluarga dan bukan keluarga merupakan faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
10
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI keluarga (Cortes et al., 2013). Kepemimpinan dalam perusahaan keluarga memerlukan pendekatan dalam aktivitas knowledge sharing yang berbeda yang diterapkan pada anggota organisasi dari keluarga maupun non keluarga (Cunningham et al., 2016).
Kegiatan knowledge sharing yang merupakan bagian dari taksonomi knowledge management merupakan sebuah konsep yang cocok yang dapat
diterapkan dalam berbagai skala perusahaan keluarga salah satunya adalah bisnis keluarga dengan skala kecil dan menengah. Hal ini disebabkan oleh pengambilan keputusan yang tersentralisasi dan memiliki lebih sedikit jenjang manajemen (Ghobadian and Galler, 1997). Organisasi pada perusahaan ini memiliki struktur yang flat dan sederhana. Struktur ini mengurangi hambatan yang ditemui dalam berkoordinasi dan mengambil kepususan. Hal ini akan memungkinkan adanya penyatuan fungsional baik secara horizontal maupun vertikal menjadi lebih mudah dicapai dan (Wong and Aspinwall, 2004). Di samping itu, sumber daya manusia pada organisasi ini disatukan oleh keyakinan dan nilai umum, sehingga mempermudah menciptakan budaya berbagi pengetahuan. (Wong and Aspinwall, 2004). Keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh pemilik sehingga pemilik dapat berperan dalam mendorong munculnya budaya sharing dan transfer pengetahuan.
(Wong and Aspinwall, 2004). Pada bisnis keluarga dengan skala kecil menengah, knowledge sharing digambarkan sebagai kesadaran manajerial dan intensi individu
yang berada pada posisi kunci pada organisasi (Durst & Edvardsson, 2012).
Selanjutnya pada penelitian Wibisono (2018) mendapatkan hasil bahwa knowledge sharing berpengaruh pada keberlanjutan bisnis milik keluarga.
11
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI Penelitian tersebut mengembangkan pengukuran terhadap knowledge sharing dalam keluarga yang terlibat dalam pengelolaan bisnis. Penelitian tersebut meneliti pengalaman dari generasi pertama akan memberikan pengaruh pada kemampuan generasi yang terlibat pada pengelolaan. Banyak aktivitas berbagi pengalaman di dalam keluarga untuk kesuksesan bisnis, di antaranya berbagi ide di dalam keluarga untuk kesuksesan bisnis, membagi informasi di dalam keluarga untuk mengelila perusahaan. Selain itu, knowledge sharing berarti keinginan seseorang untuk belajar dan membantu pihak lainnya dalam mengembangkan kapabilitas baru (Bock et al, 2005) dan pengetahuan baru (Van den Hooff & De Ridder, 2004). Selanjutnya Pengetahuan yang dibagikan dapat berupa nilai, norma dan pengalaman dalam menjalankan usaha. Dalam perusahaan kecil yang dikelola oleh keluarga, pengetahuan akan dapat menjadi sebuah keunggulan bila dikelola dan digunakan dan dibagikan dengan baik. Selain itu, Wang et al. (2016) meneliti bahwa knowledge sharing berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan dimediasi oleh
modal manusia. Penelitian ini menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kinerja, maka knowledge sharing terlebih dahulu harus memberikan dampak terhadap pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki anggota organisasi. Untuk mendorong terciptanya pengetahuan eksplisit, maka perusahaan dapat menciptakan budaya dan struktur dalam organisasi. Demikian juga untuk mendorong knowledge sharing yang bersifat tacit, maka iklim kerja dan pengaruh sosial, di antaranya rekan kerja dan peran dari pemimpin yang lebih diperlukan (Wang et al., 2016). Melalui ini, karyawan dapat meningkatkan tingkat kompetensi dan tingkat kepercayaan untuk melakukan tugas terkait untuk tugas mereka (Heromi et a.l, 2016).
12
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Pwc (2018) dijelaskan bahwa tantangan utama bagi bisnis keluarga Indonesia dalam dua tahun ke depan adalah akses ke keterampilan dan kemampuan yang tepat, kebutuhan untuk berinovasi agar tetap maju, serta tantangan yang berasal dari lingkungan ekonomi dan persaingan.
Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, perusahaan keluarga harus memiliki pemeliharaan bakat terbaik dan kompetensi yang sesuai. Oleh sebab itu, pengembangan kompetensi merupakan bagian penting dari strategi yang dijalankan perusahaan keluarga. Pada penelitian Snijders et al. (2003), pengembangan kompetensi memiliki peran yang besar dalam mendukung kinerja organisasi.
Apabila seseorang mempunyai kompetensi yang kuat apalagi jika melekat pada pekerjaannya, maka orang tersebut dapat mencapai kinerja yang optimal. Selain itu, anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan harus memiliki kompetensi yang tepat. Hal ini dikarenakan perusahaan keluarga membutuhkan respon yang cepat dalam aktivitas manajerialnya dan memiliki alat pengelolaan yang fleksibel (Comi dan Eppler, 2014). Oleh karena itu, perusahaan memerlukan pemimpin dan personel kunci yang memiliki kompetensi yang memadai.
Pengelolaan sumber daya pada perusahaan keluarga melihat perilaku dan interaksi sosial di dalamnya yang digunakan untuk menjelaskan kepemimpinan founder dan budaya pada perusahaan keluarga, knowledge sharing, kompetensi
serta peranan dalam meningkatkan kinerja kreatif yang dijelaskan dalam kerangka Resource Based View. Resource based view yang dikemukakan oleh Habershon dan William (1999) membahas mengenai pengelolaan keunikan sumber daya familiness dalam perusahaan keluarga. Pandangan tersebut menjabarkan
13
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI keberlangsungan perusahaan keluarga ditopang oleh keluarga yang terlibat dalam organisasi. Knowledge sharing menciptakan peluang untuk memaksimalkan kemampuan organisasi dan menghasilkan solusi dan efisiensi sehingga menjadikan bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif (Lin, 2007). Dalam mencapai keunggulan kompetitif, maka sumber daya harus dibentuk kohesinya melalui kepemimpinan dan nilai-nilai yang dikembangkan pendiri. Anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan usaha, khususnya pada industri kreatif, akan berkinerja dengan baik dalam lingkungan organisasi yang memberikan dukungan positif dalam bekerja. Dukungan ini berada dalam budaya organisasi yang diciptakan oleh pendiri bisnis keluarga. Penciptaan kemampuan dalam mengelola juga didukung oleh perilaku knowledge sharing dalam organisasi, baik secara tacit maupun eksplisit. Untuk selanjutnya proses penciptaan nilai akan berperan pengembangan kompetensi anggota keluarga, yang menopang kinerja kreatif atau kinerja kreatif pada perusahaan keluarga yang bergerak pada industri kreatif di Jawa Timur.
Jika ditinjau dari penelitian-penelitian terdahulu, dalam meningkatkan kinerja kreatif dalam organisasi memang telah banyak diasosiasikan dengan kepemimpinan dari para pengambil keputusan dalam organisasi tersebut. Hal ini termasuk dalam gaya kepemimpinan yang muncul dalam beberapa penelitian sebelumnya (Kollman et al. , 2013; Alen et al., 2017). Selain itu, beberapa studi yang berkaitan dengan kinerja kreatif juga dikaitkan dengan beberapa konsep lainnya secara terpisah yaitu inovasi (Simmons & Sower, 2012) dan kegiatan knowledge sharing dan budaya perusahaan dalam perusahaan sebagai prediktor untuk mengukur kreativitas (Ahmed et al., 2016). Namun, literatur yang berkaitan
14
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI dengan konsep-konsep di atas seringkali dikaji dalam kerangka pemikiran yang berbeda dan memisahkan analisis yang dapat menjadi suatu tambahan baru dalam literatur budaya organisasi, kepemimpinan, knowledge management, dan kreativitas. Dari adanya kesenjangan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini konsep perilaku kepemimpinan, budaya perusahaan, dan knowledge sharing akan berperan sebagai prediktor untuk mengukur kreativitas dalam organisasi. Lebih lanjut, penelitian ini juga mengkaji kerangka pemikiran yang terdiri dari lima konsep di atas dalam lingkup industri kreatif dan perusahaan keluarga dalam skala kecil dan menengah yang didalamnya memiliki keunikan tersendiri dalam sumber daya yang melibatkan unsur keluarga dalam menjalankan perusahaan, yang sarat dengan nilai founder yang mewarnai pengelolaan sebuah bisnis keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah budaya perusahaan keluarga berpengaruh terhadap tacit knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
2. Apakah budaya perusahaan keluarga berpengaruh terhadap explicit knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
3. Apakah budaya perusahaan keluarga berpengaruh terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
4. Apakah perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap tacit knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
15
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI 5. Apakah perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap explicit knowledge
sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
6. Apakah perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
7. Apakah tacit knowledge sharing berpengaruh terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
8. Apakah explicit knowledge sharing berpengaruh terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur ?
9. Apakah budaya perusahaan keluarga berpengaruh terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur ?
10. Apakah perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
11. Apakah tacit knowledge sharing berpengaruh terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
12. Apakah explicit knowledge sharing berpengaruh terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
13. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan serta rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menguji dan menganalisis pengaruh budaya perusahaan keluarga terhadap tacit
knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
16
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI 2. Menguji dan menganalisis pengaruh budaya perusahaan keluarga terhadap
explicit knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur?
3. Menguji dan menganalisis pengaruh budaya perusahaan keluarga terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
4. Menguji dan menganalisis pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap tacit knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
5. Menguji dan menganalisis pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap explicit knowledge sharing pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
6. Menguji dan menganalisis pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
7. Menguji dan menganalisis pengaruh tacit knowledge sharing terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
8. Menguji dan menganalisis pengaruh explicit knowledge sharing terhadap kompetensi pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
9. Menguji dan menganalisis pengaruh budaya perusahaan keluarga terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
10. Menguji dan menganalisis pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
11. Menguji dan menganalisis pengaruh tacit nokwledge sharing kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
12. Menguji dan menganalisis pengaruh explicit knowledge sharing terhadap kinerja kreatif pada perusahaan keluarga di Jawa Timur
17
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI 13. Menguji dan menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja kreatif pada
perusahaan keluarga di Jawa Timur 1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, dengan menyajikan analisa berdasarkan bukti empirik mengenai pengembangan kompetensi anggota keluarga yang dipengaruhi oleh kepemimpinan dan budaya perusahaan keluarga.
2. Penelitian ini diharapkan mmeberikan sumbangan pemikiran bagaimana kompetensi dapat diperkuat dengan pertukaran pengetahuan yang terjadi dalam perusahaan keluarga dan dampaknya terhadap kinerja kreatif bagi perusahaan keluarga yang bergerak dalam industri kreatif.
3. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut, dan dapat mengambil pengembangan mengenai topik topik yang diteliti, yaitu variabel perilaku kepemimpian, budaya perusahaan keluarga, knowledge sharing, kompetensi, dan kinerja kreatif.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada perusahaan yang melibatkan anggota keluarga pada pengelolaan bisnisnya mengenai pentingnya budaya perusahaan keluarga dan perilaku kepempinan terhadap
18
DISERTASI PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN RATIH INDRIYANI kinerja kreatif secara umum serta kemampuan secara khusus dalam membantu pengelolaan bisnis.
2. Meningkatkan pemahaman mengenai keunikan perusahaan keluarga bila dikaji dari budaya yang terbentuk oleh pendiri dan diperkuat oleh anggota keluarga dalam aktivitas sehari hari.
3. Meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya perilaku berbagi pengetahuan antara pendiri dan anggota keluarga yang mengelola, baik secara tacit maupum secara eksplisit.
4. Memberikan gambaran mengenai kompetensi yang sekarang dimiliki oleh anggota keluarga, untuk selanjutnya dapat ditingkatkan demi mendukung keunggulan bersaing perusahaan keluarga terkhusus yang bergerak pada industri kreatif.