• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini mencangkup beberapa hal yang dijelaskan sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini mencangkup beberapa hal yang dijelaskan sebagai"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencangkup beberapa hal yang dijelaskan sebagai berikut.

4.1.1 Data Persentase Daya Tolak /Repelensi

Berdasarkan hasil pengamatan uji repelensi dengan metode dua pilihan (dual-choice test) diperoleh hasil sesuai pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Hasil rata-rata persentase daya tolak Perlakuan

Rata-Rata (%) ± SD Konsentrasi Penggunaan Daun

A1 B1 68,50±14,45

B2 56,75±20,02

A2 B1 52,75±14,72

B2 45,00±14,98

A3 B1 36,50±17,59

B2 27,25±17,85

Kontrol

KP 75,25±14,03

KN 27,25±17,85

Hasil analisis deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata repelensi perlakuan A1B1 adalah 68,50±14,45%, sedangkan perlakuan A1B2 memiliki rerata persentase yang lebih rendah, yaitu 56,75±20,02%. Rerata persentase repelensi A2B1 adalah 52,75±14,72%, sedangkan untuk perlakuan A2B2 memiliki rata-rata dibawahnya, yaitu 45,00±14,98%. Rerata persentase repelensi pada perlakuan A3B1 adalah 36,50±17,59%, sedangkan A3B2 sebesar 27,25±17,85%. Tabel 4.1 juga menginformasikan bahwa rata-rata persentase repelensi pada perlakuan A1B1, A1B2, A2B1, A2B2, dan A3B1 memiliki hasil yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol negatif, namun lebih rendah dari pada kelompok kontrol positif. Berbeda halnya dengan perlakuan A3B2 yang memberikan nilai rata-rata yang sama dengan kelompok kontrol negatif.

4.1.2 Data Jumlah Imago Baru

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada berbagai perlakuan, diperoleh rata-rata jumlah imago baru sesuai pada Tabel 4.2.

(2)

Tabel 4. 2 Hasil rata-rata jumlah imago baru yang muncul Perlakuan

Rata-Rata (Ekor) ± SD Konsentrasi Penggunaan Daun

A1 B1 29±4,99

B2 33±4,65

A2 B1 35±0,95

B2 41±7,93

A3 B1 41±11,9

B2 54±7,14

Kontrol

KP 21±7,12

KN 60±3,27

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa perlakuan A1B1 memiliki rata-rata jumlah imago baru sebanyak 29 ekor yang mana hasil tersebut lebih sedikit dari imago baru yang terdapat pada kelompok kontrol negatif, yaitu sebanyak 60 ekor, namun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, perlakuan A1B1 menghasilkan nilai rata-rata yang lebih tinggi. Perlakuan yang menghasilkan rata-rata jumlah imago terendah setelah perlakuan A1B1 adalah perlakuan A1B2 yang memiliki rata-rata jumlah imago baru sebanyak 33 ekor, kemudian disusul oleh perlakuan A2B1, A3B1, A2B2, A3B2, dengan hasil rerata berturur-turut sebanyak 36, 41, 41, dan 54 ekor.

4.1.3 Data Persentase Kerusakan Beras

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil persentase kerusakan beras sesuai pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Hasil rata-rata kerusakan beras Perlakuan

Rata-Rata (%) ± SD Konsentrasi Penggunaan Daun

A1 B1 24,75±4,113

B2 28,00±4,967

A2 B1 34,75±0,957

B2 32,75±2,500

A3 B1 54,00±3,266

B2 58,00±7,257

Kontrol

KP 20,25±0,957

KN 54,50±4,509

Hasil persentase kerusakan beras pada perlakuan A3B2 memiliki rata-rata kerusakan beras paling tinggi, yaitu sebesar 58,00±7,257%, bahkan lebih tinggi dari kelompok kontrol negatif. Perlakuan yang memiliki nilai rata-rata kerusakan beras terendah jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif adalah adalah perlakuan A1B1, yaitu sebesar 24,75±4,113%.

(3)

4.1.4 Data Uji Organoleptik

Hasil uji organoleptik yang meliputi uji hedonik dan kualitas mutu hedonik tertera pada Tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Hasil rerata penilaian organoleptik nasi setelah diberi berbagai perlakuan

Keterangan Hedonik: (1) Tidak suka, (2) Agak suka, (3) Suka, (4) Sangat suka, (5) Amat sangat Keterangan Mutu Hedonik:

Warna: (1) Sangat hijau, (2) Hijau, (3) Sedikit hijau, (4) Agak putih, (5) Putih Tekstur: (1) Sangat kasar, (2) Kasar, (3) Sedikit kasar, (4) Pulen, (5) Sangat pulen Rasa: (1) Pahit, (2) Sedikit pahit, (3) Hambar, (4) Cukup enak, (5) Sangat enak

Aroma: (1) Sangat tidak sedap, (2) Tidak sedap, (3) Tidak berbau, (4) Wangi, (5) Sangat wangi

Hasil rerata uji hedonik kualitas nasi setelelah diberi berbagai perlakuan menunjukkan bahwa panelis agak suka pada warna nasi yang diberi perlakuan A1B2 dan A2B2, kemudian suka warna nasi pada perlakuan A1B1, A2B1, dan A3B2, serta panelis sangat suka pada nasi yang diberi perlakuan A3B1 dan kelompok kontrol. Jika dilihat dari segi tekstur, seluruh panelis memberikan penilaian yang sama pada setiap perlakuan, yaitu suka terhadap masing-masing tekstur nasi. Rasa nasi sangat disukai oleh panelis pada seluruh perlakuan, keculai pada perlakuan A1B2 dimana panelis agak suka pada nasi tersebut. Panelis sangat suka aroma nasi pada perlakuan A3B1 dan kelompok kontrol, serta suka aroma nasi pada perlakuan A1B1, A2B2, A2B1, A2B2, dan A3B2.

Berdasarkan uji mutu hedonik yang telah dilakukan, nasi memiliki warna agak putih pada seluruh perlakuan, kecuali pada perlakuan A1B2 dan A2B2 yang menghasilkan warna sedikit hijau. Hasil uji kualitas hedonik tektur nasi pada setiap perlakuan seluruhnya memiliki tekstur yang pulen, sedangkan rasa nasi memberikan hasil yang berbeda-beda. Perlakuan A1B2 menghasilkan nasi dengan rasa sedikit pahit, perlakuan A1B1 dan A3B1 menghasilkan rasa hambar dan perlakuan lainnya memberikan rasa nasi yang cukup enak. Berbeda halnya dengan

Organoleptik Perlakuan

A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 KP KN

Hedonik

Warna 3 2 3 2 4 3 4 4

Tekstur 3 3 3 3 3 3 3 3

Rasa 4 2 4 4 4 4 - 4

Aroma 3 3 3 3 4 3 4 4

Mutu Hedonik

Warna 4 3 4 3 4 4 4 4

Tekstur 4 4 4 4 4 4 4 4

Rasa 3 2 4 3 4 4 - 4

Aroma 4 4 4 4 3 3 3 3

Total Rata-Rata 3,5 2,9 3,6 3,2 3,8 3,5 3,6 3,8

(4)

aroma nasi, perlakuan A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2 memberikan aroma nasi yang wangi, sedangkan pada A3B1, A3B2, dan kelompok kontrol tidak menghasilkan aroma pada nasi.

4.2 Hasil Analisis Data

Data yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu persentase repelensi, jumlah imago baru, persentase penurunan berat beras, dan organoleptik, selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS 22.0.

4.2.1 Uji Repelensi

Data repelensi yang telah diperoleh dianalisis menggunakan uji two-way ANOVA. Beberapa syarat yang perlu dilakukan sebelum melakukan uji two-way ANOVA, yaitu data harus berdistribusi dengan normal dan homogen. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk secara terperinci tertera pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Hasil uji normalitas daya tolak

Interaksi Shapiro-Wilk

Keterangan

Statistik df Sig.

Repelensi A1B1 0.860 4 0.276 Data Terdistribusi Normal A1B2 0.997 4 0.990 Data Terdistribusi Normal A2B1 0.858 4 0.254 Data Terdistribusi Normal A2B2 0.864 4 0.275 Data Terdistribusi Normal A3B1 0.859 4 0.258 Data Terdistribusi Normal A3B2 0.864 4 0.276 Data Terdistribusi Normal KN 0.864 4 0.276 Data Terdistribusi Normal KP 0.864 4 0.275 Data Terdistribusi Normal

Hasil uji normalitas yang telah dilakukan menginformasikan bahwa setiap data memiliki nilai p > 0.05. Hal ini berarti seluruh data tersebut berdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Levene pada Tabel 4.6, diketahui bahwa nilai p > 0.05 yang menandakan bahwa data homogen dan dapat dilakukan uji two-way ANOVA.

Tabel 4. 6 Hasil uji homogenitas daya tolak

Hasil uji two-way ANOVA yang tertera pada Tabel 4.7 melaporkan bahwa pemberian konsentrasi Cymbopogon citratus berpengaruh signifikan terhadap daya tolak Sitophilus oryzae, yang ditunjukkan dengan nilai p yang diperoleh sebesar 0,004 atau nilai p < 0,05. Tabel 4.7 juga menginformasikan bahwa tidak

F df1 df2 Sig. Keterangan

Repelensi 0.205 7 24 0.981 Data Homogen

(5)

ada pengaruh signifikan penggunaan daun segar dan simplisia terhadap daya tolak Sitophilus oryzae, serta tidak ada interaksi antara konsentrasi dan penggunaan daun Cymbopogon citratus segar serta simplisia yang ditandai nilai p > 0,05.

Tabel 4. 7 Hasil uji two-way ANOVA daya tolak Sitophilus oryzae

Source Jumlah Kuadrat df Rata-rata Kuadrat Fhitung Sig.

Corrected Model 9043,469a 7 1291,924 4,707 ,002

Intercept 69090,875 1 69090,875 251,707 ,000

Konsentrasi 3796,333 2 1898,167 6,915 ,004

Bahan 551,042 1 551,042 2,008 ,169

Konsentrasi * Bahan 16,333 2 8,167 ,030 ,971

Error 6587,750 24 274,490

Total 91389,000 32

Corrected Total 15631,219 31

Uji lanjut dilakukan dengan Uji Duncan taraf 5%. Data hasil Uji Duncan sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Hasil uji Duncan 5% pengaruh konsentrasi terhadap daya tolak

Perlakuan Mean Notasi

KN 27,250 a

5% 31,875 a b

10% 48,875 b c

20% 62,625 c d

KP 75,250 d

Hasil uji Duncan taraf 5% pada tabel 4.8 menginformasikan bahwa kelompok kontrol negatif tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 5%, namun berbeda nyata dengan konsentrasi 10% dan 20%. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, maka hanya konsentrasi 20% yang tidak berbeda nyata.

4.2.2 Jumlah Imago Baru

Data jumlah imago baru yang diperoleh dianalisis menggunakan uji two- way ANOVA, yang sebelumya perlu dilakukan uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk secara lengkap tertera pada tabel 4.9.

Hasil uji normalitas yang telah dilakukan memberikan informasi bahwa setiap data memiliki nilai p > 0.05, yang berarti seluruh data tersebut berdistribusi secara normal, sehingga dapat dilakukan uji asumsi homogenitas. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada Tabel 4.10 diketahui bahwa nilai p = 0.186 atau p >

(6)

0,05 yang menandakan bahwa data homogen. Data yang normal dan homogen kemudian dapat dianalisis dengan uji two-way ANOVA.

Tabel 4. 9 Hasil uji normalitas jumlah imago baru

Interaksi Shapiro-Wilk

Keterangan

Statistik df Sig.

Jumlah imago baru

A1B1 0.905 4 0.457 Data Terdistribusi Normal A1B2 0.962 4 0.792 Data Terdistribusi Normal A2B1 0.863 4 0.272 Data Terdistribusi Normal A2B2 0.950 4 0.716 Data Terdistribusi Normal A3B1 0.882 4 0.349 Data Terdistribusi Normal A3B2 0.945 4 0.687 Data Terdistribusi Normal KN 0.895 4 0.683 Data Terdistribusi Normal KP 0.945 4 0.405 Data Terdistribusi Normal

Tabel 4. 10 Hasil uji homogenitas jumlah imago baru

Hasil uji two-way ANOVA yang tertera pada Tabel 4.11 melaporkan bahwa, pemberian konsentrasi Cymbopogon citratusmemberikan pengaruh nyata terhadap jumlah imago baru yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,001. Begitu juga penggunaan daun segar dan simplisia memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah imago baru (p < 0.05). Adanya pengaruh signifikan yang dihasilkan kemudian dianalisis lebih lanjut dengan uji lanjutan. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang dihasilkan antara konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia terhadap jumlah imago baru. Tidak adanya interaksi antara konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia yang digunakan ditunjukkan dengan nilai p = 0,406 atau p > 0,05.

Tabel 4. 11 Hasil uji two-way ANOVA jumlah imago baru

Source Jumlah Kuadrat df Rata-rata kuadrat F Sig.

Corrected Model 4601,469a 7 657,353 14,398 ,000

Intercept 45315,161 1 45315,161 992,529 ,000

Konsentrasi 1074,250 2 537,125 11,765 ,000

Bahan 392,042 1 392,042 8,587 ,015

Konsentrasi * Bahan 85,583 2 42,792 ,937 ,406

Error 1095,750 24 45,656

Total 56021,000 32

Corrected Total 5697,219 31

F df1 df2 Sig. Keterangan

Jumlah imago baru 1.375 7 24 0.186 Data Homogen

(7)

Guna mengetahui kelompok perlakuan mana yang berbeda secara signifikan, maka perlu dilakukan uji lanjutan. Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan Uji Duncan taraf 5%. Data hasil Uji Duncan sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4.12 dan 4.13.

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa perlakuan kontrol negatif berbeda nyata dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan kontrol positif. Konsentrasi 20% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%, namun berbeda nyata dengan konsentrasi 5%. Konsentrasi 5% berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif.

Tabel 4. 12 Hasil uji Duncan 5% pengaruh konsentrasi terhadap jumlah imago baru

Perlakuan Mean Notasi

KP 21,000 a

20% 31,000 b

10% 39,750 b

5% 47,375 c

KN 60,000 d

Tabel 4. 13 Hasil uji Duncan 5% pengaruh penggunaan daun segar dan simplisia terhadap jumlah imago baru

Perlakuan Mean Notasi

KP 21,000 a

Daun Segar 35,333 b

Daun Simplisia 42,330 b

KN 60,000 c

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa perlakuan kontrol negatif berbeda nyata dengan perlakuan yang menggunakan Cymbopogon citratus segar maupun simplisia. Begitu halnya dengan perlakuan kontrol positif yang memberikan perbedaan nyata dengan bahan segar dan simplisia, namun daun segar memiliki perbedaan yang tidak signifikan jika dibandingkan dengan simplisia.

4.2.3 Persentase Kerusakan Beras

Data persentase kerusakan beras yang didapatkan dianalisis menggunakan uji two-way ANOVA, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk secara lengkap tertera pada tabel 4.14 berikut.

(8)

Tabel 4. 14 Hasil uji normalitas persentase kerusakan beras

Interaksi Shapiro-Wilk

Keterangan

Statistik df Sig.

Penurunan berat beras

A1B1 0.860 4 0.276 Data Terdistribusi Normal A1B2 0.997 4 0.990 Data Terdistribusi Normal A2B1 0.858 4 0.254 Data Terdistribusi Normal A2B2 0.864 4 0.275 Data Terdistribusi Normal A3B1 0.859 4 0.258 Data Terdistribusi Normal A3B2 0.864 4 0.276 Data Terdistribusi Normal KN 0.864 4 0.276 Data Terdistribusi Normal KP 0.864 4 0.275 Data Terdistribusi Normal

Hasil uji normalitas yang telah dilakukan menginformasikan bahwa setiap data memiliki nilai p > 0.05 yang mengindikasikan bahwa seluruh data tersebut berdistribusi secara normal. Data yang berdistribusi normal selanjutnya diuji dengan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas yang tercantum pada Tabel 4.15 menghasilkan nilai p = 0.132 atau p > 0,05 yang menandakan bahwa data bersifat homogen.

Tabel 4. 15 Hasil uji homogenitas persentase kerusakan beras

Data yang normal dan homogen kemudian dapat dianalisis menggunakan uji two-way ANOVA. Hasil uji two-way ANOVA yang tertera pada Tabel 4.16 melaporkan bahwa terdapat pengaruh nyata konsentrasi terhadap persentase kerusakan beras yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,001. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang nyata dari penggunaan daun segar dan simplisia terhadap persentase kerusakan beras, serta tidak terdapat interaksi antara konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia terhadap persentase kerusakan beras karena nilai p > 0,05.

Tabel 4. 16 Hasil uji two-way ANOVA persentase kerusakan beras

Source Jumlah Kuadrat df Rata-Rata Kuadrat F Sig.

Corrected Model 6223,500a 7 889,071 53,344 ,000

Intercept 41638,018 1 41638,018 2498,281 ,000

Konsentrasi 3805,583 2 1902,792 114,167 ,000

Bahan 18,375 1 18,375 1,102 ,304

Konsentrasi * Bahan 42,750 2 21,375 1,282 ,296

Error 400,000 24 16,667

Total 53748,000 32

Corrected Total 6623,500 31

F df1 df2 Sig. Keterangan

Kerusakan beras 1,806 7 24 0,132 Data Homogen

(9)

Berdasarkan informasi yang diperoleh pada Tabel 4.16 yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan konsentrasi terhadap persentase kerusakan beras, maka perlu dilakukan uji lanjutan guna mengetahui kelompok perlakuan mana yang berbeda secara signifikan. Uji lanjut dilakukan dengan menggunakan Uji Duncan taraf 5%. Data hasil Uji Duncan sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4.17. Tabel tersebut menginformasikan bahwa perlakuan kontrol negatif tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 5%, namun berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 10% dan 20%. Perlakuan dengan konsentrasi 20% berbeda nyata dengan konsentrasi 10% dan juga dengan perlakuan kontrol positif.

Tabel 4. 17 Hasil uji Duncan 5% pengaruh konsentrasi terhadap persentase kerusakan beras

Perlakuan Mean Notasi

KP 20,250 a

20% 26,375 b

10% 33,750 c

KN 54,500 d

5% 56,000 d

4.2.4 Organoleptik

1. Uji Kualitas/Mutu Hedonik

Kualitas hedonik nasi yang diuji meliputi beberapa aspek, antara lain yaitu warna, tekstur, rasa dan aroma.

Tabel 4. 18 Hasil uji Kruskal Wallis kualitas hedonik nasi dilihat dari segi warna

Chi-Square 13,577

df 7

Asymp. Sig. 0.059

Tabel 4. 19 Hasil uji Kruskal Wallis kualitas hedonik nasi dilihat dari segi tekstur

Chi-Square 7.507

df 7

Asymp. Sig. 0.378

Tabel 4. 20 Hasil uji Kruskal Wallis kualitas hedonik nasi dilihat dari segi rasa

Chi-Square 11.680

df 6

Asymp. Sig. 0.070

(10)

Tabel 4. 21 Hasil uji Kruskal Wallis kualitas hedonik nasi dilihat dari segi aroma

Chi-Square 10.630

df 7

Asymp. Sig. 0.156

Berdasarkan Tabel 4.18-4.21 yang telah disajikan, diketahui bahwa pemberian berbagai konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas hedonik warna, tekstur, rasa dan aroma nasi (p > 0.05).

2. Uji Hedonik

Beras yang telah diberi perlakuan kemudian dilakukan uji hedonik yang meliputi warna, tekstur, rasa dan aroma.

Tabel 4. 22 Hasil uji Kruskal Wallis hedonik nasi dilihat dari segi warna

Chi-Square 11.132

df 7

Asymp. Sig. 0.133

Tabel 4. 23 Hasil uji Kruskal Wallis hedonik nasi dilihat dari segi tekstur

Chi-Square 13.031

df 7

Asymp. Sig. 0.071

Tabel 4. 24 Hasil uji Kruskal Wallis hedonik nasi dilihat dari segi rasa

Chi-Square 9,029

df 6

Asymp. Sig. 0.172

Tabel 4. 25 Hasil uji Kruskal Wallis hedonik nasi dilihat dari segi aroma

Chi-Square 9,370

df 7

Asymp. Sig. 0.227

Berdasarkan pada Tabel 4.22-4.25, diketahui bahwa pemberian berbagai konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis pada warna, tekstur, rasa dan aroma nasi (p > 0.05).

(11)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Repelensi/Daya Tolak

Pemberian konsentrasi Cymbopogon citratus terhadap daya tolak Sitophilus oryzae memberikan pengaruh yang nyata secara statistik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa, konsentrasi terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi setelah kontrol positif terdapat pada perlakuan konsentrasi20%. Konsentrasi 20%

merupakan konsentrasi paling tinggi dalam penelitian ini. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin banyak zat-zat fitokimia yang terkandung, sehingga lebih berpotensi untuk menolak hama (Tuntun, 2016;

Sayono et al., 2010)

Zat fitokimia yang dapat berperan dalam menolak hama yaitu flavonoid.

Cara kerja flavonoid sama dengan minyak atsiri, yaitu masuk ke dalam sistem internal Sitophilus oryzae melalui spirakel dan mengganggu sistem pernapasan (Muhridja et al., 2016; Jayakumar et al., 2017). Terganggunya sistem pernapasan disebabkan karena adanya penurunan fungsi oksigen (Shinta, 2020). Keadaan tersebut dapat mempengaruhi berbagai perilaku, seperti perilaku kawin, perilaku makan maupun pemilihan suatu habitat pada hama (Hasyim et al., 2014).

Kandungan zat aktif lain yang dapat mempengaruhi hama Sitophilus oryzae adalah saponin. Penelitian Sami dan Shakoori (2014) menyebutkan bahwa saponin mampu menjadi repellent terhadap Tribolium cataneum yang termasuk kelompok Coleoptera. Saponin akan masuk melalui sistem respirasi dan meningkatkan fluiditas membran (Maazoun et al., 2019). Saponin dapat mengurangi viabilitas sel dengan meningkatkan permeasi membran hingga memfasilitasi masuknya zat insektisida (De Geyter et al., 2012).

Hasil penelitian ini juga melaporkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan daun segar dan simplisia terhadap daya tolak Sitophilus oryzae, serta tidak ada interaksi yang dihasilkan antara konsentrasi dengan penggunaan daun segar maupun simplisia. Tidak adanya pengaruh signifikan tersebut dapat disebabkan karena bahan alami yang digunakan mengalami kadar penurunan toksisitas. Rusdi et al. (2017) menyebutkan bahwasanya pestisida nabati memiliki kelemahan, yakni rentan mengalami kerusakan dan daya kerjanya

(12)

yang relatif lambat, sehingga membutuhkan frekuensi penyemprotan yang lebih sering.

4.3.2 Jumlah Imago Baru

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh signifikan pemberian konsentrasi terhadap jumlah imago baru. Jumlah imago baru paling sedikit terdapat pada perlakuan konsentrasi 20%. Konsentrasi 20% lebih banyak mengandung zat aktif, salah satunya flavonoid. Flavonoid memiliki gugus katekol pada cincin B yang bertanggungjawab terhadap aktivitas toksikan serangga.

Flavonoid dapat mengganggu kerja hormon otak, hormon ekdison maupun hormon juvenil yang yang berperan dalam proses metamorfosis (Kurniawan et al, 2013). Hormon otak berperan untuk memicu kelenjar prothorax agar mensekresikan hormon ekdison. Hormon ekdison bertugas dalam proses pengelupasan kulit (molting) dan hormon juvenil berperan dalam pertumbuhan pada masa larva (Embrikawentar dan Ratnasari, 2019; Hendrival et al., 2017).

Pembentukan hormon yang tidak optimal akibat aktivitas flavonoid akan mempengaruhi siklus metamorfosis sehingga dapat mempengaruhi pembentukan imago baru.

Jumlah imago baru yang muncul juga dipengaruhi oleh penggunaan ekstrak dari daun segar maupun simplisia. Jumlah imago baru paling sedikit ditemukan pada pemberian ekstrak dari daun segar. Penggunaan daun segar lebih efektif dari simplisia karena tidak melewati proses pengeringan. Proses pengeringan bahan alami yang tidak tepat dapat menyebabkan rusaknya senyawa aktif karena proses hidrolisis oleh enzim dan oksidasi (Ahmad, 2013). Oksidasi senyawa aktif dapat dipengaruhi oleh suhu, waktu, kelembaban udara, kelembaban bahan, kadar air bahan, aktivitas air, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan bahan (Muhammad et al., 2015;

Kosim et al., 2015).

Hasil analisis statistik juga menginformasikan bahwa tidak ada interaksi yang dihasilkan antara konsentrasi dan jenis bahan Cymbopogon citratusterhadap jumlah imago, namun demikian jumlah imago baru terendah dapat diketahui dari rata-rata yang diperoleh pada setiap perlakuan. Perlakuan A1B1, yaitu konsentrasi

(13)

20% bahan segar menghasilkan jumlah imago baru terendah setelah kelompok kontrol positif.

4.3.3 Persentase Kerusakan Beras

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa terdapat pengaruh konsentrasi Cymbopogon citratusterhadap persentase kerusakan beras. Kerusakan beras yang disebabkan oleh serangan Sitophilus oryzae dapat ditandai dengan adanya lubang dan gumpalan pada beras, selain itu terbentuk bubuk dan juga penumpukan kotoran (feces) pada beras (Hendrival & Melinda, 2017). Kerusakan beras dapat diakibatkan oleh aktivitas larva maupun imago Sitophilus oryzae yang memakan butir beras, sehingga beratnya menjadi berkurang. Menurut Rajashekar et al. (2012) dengan adanya pemberian ekstrak nabati pada bahan makanan serangga dapat menjadikannya tidak menarik dan tidak enak. Pengaplikasian ekstrak nabati pada penelitian ini yang menghasilkan persentase kerusakan beras terendah, terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 20%. Kontrasi ekstrak 20%

lebih banyak mengandung alkaloid jika dibandingkan dengan konsentrasi dibawahnya.

Alkaloid mengandung gugus N yang bersifat toksik pada serangga dan memiliki efek menghambat nafsu makan (antifeedant) (Adeyemi dan Mohammed, 2014). Alkaloid juga dapat mengakibatkan efek pre-ingestive, yakni efek jera akibat rasa yang dihasilkan, misalnya pahit (Hansen et al., 2016). Alkaloid masuk ke dalam tubuh serangga melalui pembentukan kompleks dengan lapisan lipid kutikula, sehingga menyebabkan hilangnya integritas membran. Senyawa alkaloid yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan dan mengganggu kerja sistem saraf pusat, yakni dengan cara menghambat enzim asetilkolinesterase (AChE) (Maazoun et al., 2019). Enzim AChE berfungsi untuk menghidrolisis asetikolin (neurotransmiter) menjadi asetat dan kolin. Apabila enzim ini terganggu, maka akan terjadi akumulasi asetilkolin yang berlebih (Hidayatullah et al., 2020).

Asetilkolin yang tidak terhidrolisis akan terus menempel di reseptornya pada membran post sinapsis dan megakibatkan kontraksi otot berkepanjangan (vasokontriksi) (Setyawati et al, 2011).

Penelitian ini juga melaporkan bahwa tidak ada pengaruh Cymbopogon citratus segar maupun simplisia terhadap kerusakan beras, serta tidak ada interaksi

(14)

yang dihasilkan antara konsentrasi dan jenis bahan terhadap persentase kerusakan beras. Jika dilihat dari analisis secara deskriptif, diperoleh nilai rata-rata persentase kerusakan beras terendah terdapat pada perlakuan A1B1, yaitu konsentrasi 20% dari Cymbopogon citratussegar.

4.3.4 Organoleptik 1) Warna

Hasil analisis deskriptif melaporkan bahwa mutu hedonik warna nasi terendah terdapat pada perlakuan A2B2 dan A3B2, yakni warna yang dihasilkan sedikit hijau. Jika ditinjau dari tingkat kesukaannya, panelis agak suka dengan warna nasi tersebut dan lebih cenderung menyukai warna nasi pada umumnya.

Hasil yang diperoleh tersebut sejalan dengan penelitian Rahmawati dan Adi (2016) bahwasanya masyarakat lebih menyukai permen jely pada umumnya yang tidak diberi perlakuan.

Jika dilihat dari hasil analisis dengan uji Kruskal-Wallis, diketahui bahwa konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesukaan dan kualitas warna nasi. Tidak adanya pengaruh secara signifikan menunjukkan bahwa nasi pada setiap perlakuan memiliki warna yang sama. Perlakuan terbaik dapat ditunjukkan dengan nilai rata- rata tertinggi, yakni pada perlakuan A3B1. Warna nasi yang dihasilkan pada setiap perlakuan dapat dilihat ada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4. 1 Warna nasi setelah diberi berbagai perlakuan Sumber: Dokumen peneliti

A2B2 A2B1 A1B2 A1B1

A3B1 A3B2 KN KP

(15)

2) Tekstur

Tekstur nasi jika dilihat secara analisis deskriptif melalui nilai rata-rata, memberikan hasil yang sama pada setiap perlakuan, yakni seluruh tekstur nasi pulen dengan tingkat kesukaan berada pada tingkat suka. Jika ditinjau melalui analisis secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis, melaporkan bahwa konsentrasi dan penggunaan daun segar serta simplisia tidak berpengaruh signifikan terhadap tekstur nasi. Tidak adanya perubahan tekstur disebabkan karena pemberian konsentrasi dari daun segar dan simplisia tidak mempengaruhi kandungan air nasi, sehingga tekstur seluruh nasi yang dihasilkan sama. Nasi dengan kandungan air rendah menyebabkan teksturnya menjadi keras, sedangkan nasi dengan kandungan air yang tinggi menyebabkan teksturnya menjadi lembek (Mukti et al., 2018).

3) Rasa

Tingkat kesukaan dan kualitas rasa nasi setelah diberi berbagai perlakuan dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata terendah pada uji hedonik terdapat pada perlakuan A1B2 dimana panelis agak suka pada rasa nasi tersebut, sedangkan perlakuan lainnya memberikan nilai rata-rata yang sama yaitu hingga mencapai tingkat suka. Tingkat mutu hedonik rasa nasi berdasarkan nilai rata-rata menghasilkan hasil yang bervariasi. Hasil terendah diperoleh pada perlakuan A1B2 dimana rasa yang dihasilkan sedikit pahit. Rasa sedikit pahit yang dihasilkan mengindikasikan adanya senyawa alkaloid yang terkandung pada nasi. Rasa pahit karena alkaloid dapat diatasi dengan suatu bahan yang mengandung tanin. Penelitian Ledoh dan Irianto (2016) yang melaporkan bahwa adanya tanin pada kulit buah jambu mente dapat mengendapkan alkaloid pada daun pepaya, yakni dengan Reagen Wagner membentuk endapan berwarna merah bata. Jika ditinjau dari hasil analisis dengan Kruskal-Wallis, pemberian konsentrasi dari daun segar maupun simplisia tidak berpengaruh signifikan terhadap rasa nasi atau dapat dikatakan bahwa rasa nasi tetap sama pada setiap perlakuan.

4) Aroma

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa nasi yang menghasilkan aroma wangi terdapat pada perlakuan A1B1, A1B2, A2B1,

(16)

dan A2B2. Adanya aroma wangi yang khas dapat ditimbulkan dari minyak atsiri yang terkandung pada Cymbopogon citratus (Mosse et al.,2021). Perlakuan yang menghasilkan aroma nasi tidak berbau adalah perlakuan A3B1, A3B2, dan kelompok kontrol. Jika dilihat dari analisis secara statistik dengan uji Kruskal- Wallis melaporkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan konsentrasi dari daun Cymbopogon citratus segar maupun simplisiaterhadap aroma nasi.

4.4 Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Biologi

Hasil penelitian tentang pengaruh konsentrasi dari daun Cymbopogon citratussegar serta simplisia terhadap perkembangbiakan Sitophilus oryzae dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi apabila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut.

1. Kejelasan Potensi

Kejelasan potensi dalam penelitian ini yakni didasarkan pada suatu objek, yaitu daun Cymbopogon citratus yang dapat menangani permasalahan terhadap hama Sitophilus oryzae. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan pemahaman tentang adanya bahan-bahan alami yang potensial dalam melawan hama pada produk pertanian. Penggunaan bahan alami dalam menangani hama disebabkan karena adanya berbagai zat aktif yang terkandung di dalamnya.

Penggunaan daun Cymbopogon citratus untuk mengatasi hama Sitophilus oryzae diharapkan dapat mengurangi limbah daun yang tidak dimanfaatkan serta dapat menekan penggunaan pestisida sintetik, sehingga dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

2. Kejelasan Tujuan

Hasil penelitian yang telah diperoleh harus selaras dengan pembelajaran yang mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) tertentu. Penelitian ini bersinggungan dengan materi keanekaragam hayati yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) kelas X semester 1 pada KD 3.2. Kompetensi dasar 3.2 yakni “Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia beserta ancaman dan pelestariannya”. Penelitian ini pun sesuai dengan submateri yang membahas tentang manfaat keanekaragaman hayati bagi kesehatan. Penggunaan sumber hayati berupa ekstrak Cymbopogon citratus pada

(17)

beras akan membuat beras lebih tahan terhadap serangan hama, sehingga kualitas dan nilai gizinya tetap terjaga.

Berdasarkan KD dan submateri yang telah ditetapkan, maka indikator pembelajaran yang dapat dicapai akan melibatkan tiga ranah pembelajaran, yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Indikator pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

Ranah Afektif

Mengimplementasikan prinsip keselamatan kerja serta sikap ilmiah yaitu teliti, kritis, jujur terhadap fakta, disiplin, mampu bekerja sama serta peduli terhadap lingkungan.

Ranah Kognitif

1) Menjelaskan berbagai manfaat Cymbopogon citratus dalam kehidupan sehari- hari

2) Menguraikan mekanisme kerja ekstrak daun Cymbopogon citratus dalam menangani hama Sitophilus oryzae

Ranah Psikomotorik

1) Melakukan pengamatan pengaruh konsentrasi daun Cymbopogon citratus segar dan simplisia terhadap perkembangbiakan Sitophilus oryzae

2) Merancang laporan hasil pengamatan 3. Kejelasan Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini meliputi sasaran objek dan subjek penelitian.

Sasaran objek penelitian berupa tanaman Cymbopogon citratus yang dapat digunakan sebagai pestisida alami untuk melawan hama. Sasaran subjek dalam penelitian ini diperuntukkan bagi peserta didik SMA/MA kelas X semester ganjil serta masyarakat khususnya para pedagang beras.

Sasaran peruntukan bagi SMA/MA kelas X semester ganjil sangat sesuai karena dengan adanya penelitian ini peserta didik dapat menambah ilmu pengetahuan tentang adanya zat-zat aktif pada daun Cymbopogon citratus yang dapat berguna dalam membasmi hama, serta dapat memenuhi aspek-aspek pembelajaran dengan lengkap baik ditinjau dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penelitian ini juga diperuntukkan bagi masyarakat terutama para pedagang beras, sehingga dapat mengetahui sikap yang seharusnya dilakukan

(18)

untuk menangani beras yang berkutu dengan memanfaatkan ekstrak daun Cymbopogon citratus.

4. Kejelasan Informasi yang Diungkap

Kejelasan informasi meliputi fakta yang terjadi dalam sebuah penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat digunakan sebagai pengetahuan. Beberapa fakta yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Terdapat pengaruh konsentrasi Cymbopogon citratus terhadap daya tolak Sitophilus oryzae, jumlah imago baru Sitophilus oryzae dan persentase kerusakan beras.

2. Terdapat pengaruh penggunaan daun Cymbopogon citratus segar dan simplisia terhadap jumlah imago baru Sitophilus oryzae, namun tidak terdapat pengaruh jenis bahan terhadap daya tolak Sitophilus oryzae dan persentase kerusakan beras.

3. Tidak ada interaksi antara konsentrasi dan penggunaan daun Cymbopogon citratus segar maupun simplisia terhadap daya tolak Sitophilus oryzae, jumlah imago baru Sitophilus oryzae dan persentase kerusakan beras.

Gambar

Tabel 4. 1 Hasil rata-rata persentase daya tolak   Perlakuan
Tabel 4. 2 Hasil rata-rata jumlah imago baru yang muncul Perlakuan
Tabel 4. 4 Hasil rerata penilaian organoleptik nasi setelah diberi berbagai perlakuan
Tabel 4. 5 Hasil uji normalitas daya tolak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Konsentrasi K+ dlm larutan tanah merupakan indeks ketersediaan kalium, karena difusi K+ ke arah permukaan akar berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusi tgt pada

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru BK berdasarkan buku catatan kasus (permasalahan- permasalahan yang dialami peserta didik dalam belajar) yaitu masih

Pengukuran arah kiblat dengan berpedoman pada posisi matahari atau bayang-bayang kiblat (Rashd al-Qiblat) ini mempunyai dua cara, yaitu: Pertama, pengukuran arah kiblat

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi lumpur Lapindo sebagai bahan baku utama pembuatan komposit untuk bahan bangunan yang dikompositkan dengan

(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. BAB I