• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non. rendahnya pendidikan non formal (Supriatna,1997).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non. rendahnya pendidikan non formal (Supriatna,1997)."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan situasi serba terbatas yang terjadi bukan atas kemauan orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin apabila ditandai dengan pendapatan rendah, pendidikan yang rendah, produktivitas kerja rendah, kesehatan dan gizi rendah, serta kesejahteraan hidup yang rendah. Kemiskinan juga disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal yang pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan non formal (Supriatna,1997).

Tingkat kemiskinan di pulau Madura merupakan tingkat kemiskinan tertinggi di provinsi Jawa Timur. Wilayah dengan tingkat kemiskinan tertinggi berada di kabupaten Sampang yaitu rata-rata sebesar 25.06 persen, hal tersebut disebabkan karena pendapatan per kapita yang masih rendah atau mendekati garis kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, serta indeks pembangunan manusia juga rendah. Rendahnya pendidikan dan IPM akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah pula kualitas tenaga kerja. Jika kualitas tenaga kerja rendah maka produktifitas juga rendah.

Olehkarena itu akan mengakibatkan rata-rata penghasilan penduduk juga rendah, sehingga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan dapat dikatakan penduduk tersebut miskin. Penduduk di kabupaten

(2)

Sampang rata-rata menyelesaikan pendidikannya hanya sampai tamatan sekolah dasar (SD), dan bahkan ada yang tidak sampai selesai.

Sementara lulusan pada jenjang menengah ke atas relatif lebih rendah, sehingga akan sulit bersaing dalam dunia kerja. Sedangkan tingkat kemiskinan terendah berada di kabupaten Pamekasan yaitu rata-rata sebesar 17.21 persen, hal tersebut karena rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar Rp.317.144, sedangkan pada tahun 2017 hanya sebesar Rp.302.431.

Kabupaten Pamekasan juga disebut sebagai kabupaten pendidikan karena memiliki banyak lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi hingga pesantren.

Tingkat kemiskinan di pulau Madura selama kurun waktu 2012- 2018 mengalami penurunan meskipun tidak signifikan, namun tetap saja tingkat kemiskinan tersebut masih berada diatas rata-rata persentase provinsi Jawa Timur. Pemerintah daerah maupun pusat telah berusaha untuk mengatasi tingkat kemiskinan dengan cara melaksanakan berbagai program untuk pengentasan kemiskinan, namun program yang dilaksanakan tersebut belum mampu memperlihatkan hasil yang optimal.

Tetapi disisi lain, kabupaten di pulau Madura merupakan pemasok utama garam nasional dan memiliki sejumlah kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pariwisata, tetapi beberapa kawasan yang memiliki potensi tersebut juga belum dikerjakan secara optimal. Oleh

(3)

karena itu diperlukan sebuah strategi yang baik dan sinergis agar masalah kemiskinan tersebut dapat diselesaikan secara tuntas.

Gambar 1.1. Persentase Penduduk Miskin Tahun 2014-2018

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah), 2019.

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa persentase penduduk miskin dari tahun 2014-2018 yang paling tinggi terdapat di Kabupaten Sampang dengan nilai rata-rata sebesar 24,07 persen, tingkat kemiskinan tertinggi kedua terdapat di Kabupaten Bangkalan dengan nilai rata-rata sebesar 21,45 persen, tingkat kemiskinan tertinggi ketiga berada di Kabupaten Sumenep dengan nilai rata-rata sebesar 20,11 persen, dan tingkat kemiskinan paling rendah berada di Kabupaten Pamekasan yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 16,46 persen. Kemudian jika dilihat dari keseluruhan rata-rata pada empat Kabupaten di Pulau Madura, angka tersebut mengalami penurunan meskipun tidak signifikan, yaitu sebesar 20,53 persen.

2014 2015 2016 2017 2018 rata-rata

bangkalan 22.38 22.57 21.41 21.32 19.59 21.45

sampang 25.8 25.69 24.11 23.56 21.21 24.07

pamekasan 17.74 17.41 16.70 16.00 14.47 16.46

sumenep 20.49 20.2 20.09 19.62 20.16 20.11

rata-rata 21.60 21.47 20.58 20.13 18.86 20.53 jawa timur 12.28 12.34 12.05 11.77 10.98 11.88

0 5 10 15 20 25 30

(4)

Pada persentase penduduk miskin di provinsi Jawa Timur tahun 2014-2018 sebesar 11,88 persen, sedangkan kabupaten di pulau Madura sebesar 20,53 persen. Artinya jika dibandingkan, maka persentase penduduk miskin kabupaten di pulau Madura lebih tinggi daripada di provinsi Jawa Timur.

Pertumbuhan ekonomi selalu kurang dan tidak pernah cukup untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, tetapi pertumbuhan ekonomi memang sangat dibutuhkan. Meskipun seperti itu, sebaik apapun pertumbuhan ekonomi jika tidak diiringi dengan pendistribusian dan pemerataan yang baik maka akan menjadi tidak berarti bagi masyarakat. Menurut Kuznet pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang (Tambunan,2008).

Salah satu cara untuk mengatasi pengentasan kemiskinan adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam sebuah aktivitas ekonomi yang akan menghasilkan pendapatan tambahan. Dengan adanya sebuah aktivitas ekonomi diharapkan dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur untuk menurunkan tingkat kemiskinan disuatu wilayah. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah maka keberhasilan pembangunan

(5)

tersebut dapat dilihat untuk mengukur tingkat kemiskinan, apakah tingkat kemiskinan tersebut masih tinggi atau rendah.

Tingginya angka kemiskinan kabupaten di pulau Madura menyebabkan pertumbuhan ekonomi belum maksimal. Ada beberapa daerah kabupaten di pulau Madura yang tingkat kemiskinannya masih tinggi yaitu di kabupaten Sampang dan kabupaten Bangkalan. Hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat serta dapat memicu rendahnya pertumbuhan ekonomi pula. Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten di pulau Madura sejak tahun 2014 cenderung membaik, kecuali di kabupaten Bangkalan. Potensi ekonomi yang paling dominan kabupaten di pulau Madura yaitu pertanian dan pertambangan, dimana mayoritas masyarakatnya mendapat penghasilan dari sektor tersebut.

Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2014-2018

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah), 2019.

2014 2015 2016 2017 2018 rata-rata

bangkalan 7.19 -2.66 0.66 3.53 4.26 2.60

sampang 0.08 2.08 6.17 4.69 4.51 3.51

pamekasan 5.62 5.32 5.35 5.04 5.46 5.36

sumenep 6.23 1.27 2.58 2.86 3.58 3.30

rata-rata 4.78 1.50 3.69 4.03 4.45 3.69

jawa timur 5.86 5.44 5.57 5.46 5.5 5.57

-4 -2 0 2 4 6 8

(6)

Pada gambar diatas selama kurun waktu 2014-2018 laju pertumbuhan PDRB kabupaten di pulau Madura di dominasi oleh kabupaten Pamekasan, hal tersebut dapat dilihat dari tingginya laju pertumbuhan PDRB dengan rata-rata sebesar 5,36 persen, kemudian kabupaten Sampang dengan rata-rata sebesar 3,51 persen, kabupaten Sumenep dengan rata-rata sebesar 3,30 persen, sedangkan laju pertumbuhan PDRB paling rendah adalah di kabupaten Bangkalan dengan rata-rata sebesar 2,60 persen. Jika dilihat secara keseluruhan pada empat kabupaten di pulau Madura, angka tersebut menunjukkan fluktuatif dengan nilai rata-rata sebesar 3,69 persen.

Pada rata-rata laju pertumbuhan PDRB di provinsi Jawa Timur tahun 2014-2018 sebesar 5,57 persen, sedangkan kabupaten di pulau Madura hanya sebesar 3,69 persen. Artinya jika dibandingkan antara rata- rata laju pertumbuhan PDRB kabupaten di pulau Madura dengan provinsi Jawa Timur, maka laju pertumbuhan PDRB di provinsi Jawa Timur lebih tinggi daripada kabupaten di pulau Madura.

Kemiskinan muncul juga disebabkan karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia, sumberdaya manusia yang rendah maka produktiftas juga rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia tersebut dikarenakan rendahnya pendidikan, adanya diskriminasi, serta karena adanya keturunan.

Pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Jika semakin tinggi tingkat

(7)

pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan indikator terpenting untuk seseorang dapat keluar dari zona kemiskinan. Kemiskinan dan pendidikan memiliki hubungan yang saling keterkaitan karena dengan pendidikan maka seseorang dapat memiliki kemampuan untuk berkembang dengan ketrampilan serta penguasaan ilmu yang dimilikinya (Suryawati, 2005).

Dalam penelitian ini pendidikan dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah yaitu penduduk yang menyelesaikan pendidikan formal. Semakin tinggi jenjang sekolah yang di selesaikan maka semakin tinggi pula ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang didapatkan, sehingga akan mendorong dan meningkatkan produktifitas.

Pendidikan yang terdapat pada kabupaten di pulau Madura masih tergolong rendah dan tidak efektif. Pendidikan yang rendah dan tidak efektif tentu akan mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Ketidak efektifan pendidikan tersebut disebabkan karena kurangnya tenaga pendidik atau pengajar yang kurang berkualitas. Hal tersebut dapat mengakibatkan tingginya anak yang putus sekolah. Mayoritas penduduk kabupaten di pulau Madura menamatkan jenjang pendidikannya pada sekolah dasar, sedangkan untuk jenjang menengah keatas relatif rendah, karena penduduk kabupaten di pulau Madura tersebut memiliki pemikiran bahwa untuk bekerja sebagai seorang petani tidak perlu sampai sekolah yang tinggi. Akibatnya penduduk yang hanya tamatan sekolah dasar tidak akan bisa bersaing dalam dunia kerja.

(8)

Gambar 1.3. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2014-2018

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah),2019.

Pada gambar diatas mengenai rata-rata lama sekolah kabupaten di pulau Madura menunjukkan angka rata-rata yang paling tinggi berada di kabupaten Pamekasan dengan nilai sebesar 6.03, kemudian di kabupaten bangkalan dengan nilai sebesar 5.15, ketiga di kabupaten Sumenep dengan nilai sebesar 5.04, dan rata-rata lama sekolah paling rendah berada di kabupaten Sampang dengan nilai sebesar 3.88. Dilihat dari keseluruhan pada empat kabupaten di pulau Madura angka tersebut menunjukkan peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 5,02.

Pada rata-rata lama sekolah di provinsi Jawa Timur tahun 2014- 2018 sebesar 7.23, sedangkan kabupaten di pulau Madura hanya sebesar 5.02. Artinya jika dibandingkan antara angka rata-rata kabupaten di pulau Madura dengan provinsi Jawa Timur, maka angka rata-rata lama sekolah

2014 2015 2016 2017 2018 rata-rata

bangkalan 5.07 5.08 5.13 5.14 5.33 5.15

sampang 3.49 3.65 3.79 4.12 4.36 3.88

pamekasan 5.72 5.73 6.08 6.25 6.35 6.03

sumenep 4.77 4.89 5.08 5.22 5.23 5.04

rata-rata 4.76 4.84 5.02 5.18 5.32 5.02

jawa timur 7.05 7.14 7.23 7.34 7.39 7.23

0 1 2 3 4 5 6 7

(9)

tersebut lebih tinggi di provinsi Jawa Timur daripada kabupaten di pulau Madura.

Rendahnya pendidikan juga akan menyebabkan rendahnya indeks pembangunan manusia. Indeks pembangunan manusia memiliki tiga komponen yang berhubungan dengan produktivitas masyarakat. Tiga komponen tersebut yaitu pendidikan, kesehatan dan pengeluaran per kapita. Apabila masyarakat tersebut berpendidikan, sehat dan memiliki penghasilan yang layak maka produktivitas dan pengeluaran konsumsi masyarakat akan meningkat. Ketika pengeluaran konsumsi meningkat maka kemiskinan akan turun.

Todaro (2003) mengemukakan bahwa pembangunan manusia adalah tujuan terhadap pembangunan itu sendiri, yang merupakan kunci terbentuknya kemampuan suatu negara dalam menguasai teknologi yang modern serta memperluas kapasitas guna menciptakan pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Indeks pembangunan manusia kabupaten di pulau Madura masih terbilang rendah. IPM kabupaten di pulau Madura masih berada dibawah angka 70. Penyebab rendahnya IPM tersebut karena rendahnya kualitas pendidikan, yaitu rata-rata lama sekolah yang masih rendah. Mayoritas masyarakat kabupaten di pulau Madura hanya menuntaskan pendidikannya pada jenjang sekolah dasar. IPM yang memiliki angka rendah juga disebabkan karena kesenjangan pada tingkat pembangunan atau disparitas pembangunan kabupaten di pulau Madura masih tinggi, hal

(10)

itu dapat dilihat pada jalur utara dan jalur selatan kabupaten di pulau Madura yang sangat berbeda. Pada jalur utara, kondisinya lebih memprihatinkan karena kurangnya tempat pendidikan, tempat pelayanan kesehatan, dan kurangnya perbaikan jalan serta fasilitas jalan. Sedangkan pada jalur selatan kondisinya berbanding terbalik dengan yang ada di jalur utara, di jalur selatan dari segi apapun masih ada, seperti tempat pendidikan, tempat pelayanan kesehatan, dll. Akibat dari tingginya disparitas pembangunan tersebut maka kesejahteraan kabupaten di pulau Madura tidak merata.

Gambar1.4. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2014-2018

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (data diolah),2019.

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa rata-rata kondisi IPM kabupaten di pulau Madura tahun 2014-2018 menunjukkan adanya peningkatan meskipun tidak signifikan. IPM tertinggi berada di kabupaten Pamekasan dengan nilai sebesar 64,02. Kemudian di urutan ke dua berada

2014 2015 2016 2017 2018 rata-rata

bangkalan 60.71 61.49 62.06 62.30 62.87 61.89 sampang 56.98 58.18 59.09 59.90 61.00 59.03 pamekasan 62.66 63.1 63.98 64.93 65.41 64.02 sumenep 61.43 62.38 63.42 64.28 65.25 63.35 rata-rata 60.45 61.29 62.14 62.85 63.63 62.07 jawa timur 68.14 68.95 69.74 70.27 70.77 69.57

52 54 56 58 60 62 64 66 68

(11)

di kabupaten Sumenep dengan nilai sebesar 63,35. Pada urutan ke tiga berada di kabupaten Bangkalan dengan nilai sebesar 61,89, dan IPM yang paling rendah berada di kabupaten Sampang dengan nilai sebesar 59,03.

Dapat dilihat dari keseluruhan rata-rata pada empat kabupaten di pulau Madura angka tersebut menunjukkan peningkatan meskipun tidak signifikan, dengan nilai rata-rata sebesar 62,07.

Pada rata-rata IPM di provinsi Jawa Timur tahun 2014-2018 sebesar 69,57, sedangkan kabupaten di pulau Madura hanya sebesar 62,07.

Artinya jika dibandingkan, maka rata-rata IPM di provinsi Jawa Timur lebih tinggi daripada kabupaten di pulau Madura.

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

kemiskinan di pulau Madura ?

2. Apakah terdapat pengaruh antara pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di pulau Madura ?

3. Apakah terdapat pengaruh antara IPM terhadap tingkat kemiskinan di pulau Madura ?

C. Batasan Masalah

Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, oleh karena itu untuk mengatasi pengentasan kemiskinan tidaklah mudah. Kabupaten di pulau Madura masih menjadi daerah termiskin di provinsi Jawa Timur, meskipun rata-rata tingkat kemiskinan setiap tahunnya mengalami

(12)

penurunan walaupun tidak signifikan dan tingkat kemiskinan tersebut masih berada diatas rata-rata provinsi Jawa Timur.

Tingkat kemiskinan di pulau Madura disebabkan karena pendapatan per kapita rendah, pendidikan rendah, indeks pembangunan manusia juga rendah, serta minimnya pekerjaan. Sehingga dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan akan meningkatkan kemiskinan.

D. Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini tujuan penelitian digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat kemiskinan di pulau Madura 2012-2018.

E. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat atau kegunaan yang dapat diambil dari berbagai pihak yang berkepentingan.

Adapun manfaat atau kegunaannya sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat kemiskinan di pulau Madura.

b. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat dijadikan pandangan dari sisi pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat kemiskinan

(13)

di pulau Madura guna membuat kebijakan yang efektif dan efisien serta perbaikan dibidang ekonomi oleh pemegang kebijakan.

Gambar

Gambar 1.1. Persentase Penduduk Miskin Tahun 2014-2018
Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2014-2018
Gambar 1.3. Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2014-2018

Referensi

Dokumen terkait

Pada perlakuan Dolomit dan konsentrasi MOL bonggol pisang dengan dosis yang semakin tinggi menjadikan tanah yang bersifat masam berubah menjadi netral sehingga

Di dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) disebut bahwa “ Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang

relevan dari setiap laporan kepatuhan atau penilaian yang disampaikan kepada FTC (Federal Trade Commission). Kerangka kerja Privacy Shield bertujuan agar program dapat

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek pendidikan kewirausahaan yang diterapkan dalam kelas eksperimen tidak lebih efektif dalam

Indikator ini didukung oleh 2 sub output, yaitu (1) Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket C, yang telah merealisasikan anggaran Rp. Jumlah desa

Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan

Untuk setiap kriteria dan alternatif kita harus melakukan perbandingan berpasangan (Pairwise comparison) yaitu membandingkan setiap elemen yang lainnya pada setiap tingkat

Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh analisis jabatan terhadap pencapaian kinerja organisasi baik