• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM EVALUASI

TAPAK INSTALASI NUKLIR

Dedi Hermawan dan Nur Siwhan

Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir – BAPETEN Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat 10120

email: d.hermawan@bapeten.go.id

ABSTRAK

IDENTIFIKASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR. Salah satu aspek yang perlu dievaluasi dalam tapak instalasi nuklir adalah lepasan bahan kimia berbahaya dan beracun. Perka BAPETEN No. 6 Tahun 2008 sudah menjelaskan tahapan evaluasi yang perlu dilakukan oleh pemohon evaluasi tapak (PET) dalam melakukan evaluasi aspek ulah manusia, termasuk lepasan bahan kimia berbahaya dan beracun. Perka tersebut tidak menjelaskan jenis bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun apa saja yang perlu dievaluasi oleh PET yang kemungkinan terdapat di suatu industri kimia sehingga menyulitkan bagi pemohon izin dalam melakukan identifikasi dan juga menyulitkan evaluator dalam mengevaluasi. Metoda yang digunakan dalam makalah ini adalah dengan cara studi literatur. Berdasarkan tinjauan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa dokumen yang dapat digunakan sebagai penunjang Perka BAPETEN No. 6 Tahun 2008 dalam mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun di industri kimia yaitu diantaranya Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. KEP. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Regulatory Guide 1.78 rev. 1 Tentang Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release dan NUREG/CR-6624 tentang Recommendations for Revision of Regulatory Guide 1.78.

Kata kunci: bahan berbahaya dan beracun, tapak, instalasi nuklir

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF HAZARDOUS AND TOXIC MATERIALS IN EVALUATION OF NUCLEAR INSTALLATION SITE. One aspect that needs to be evaluated in the nuclear installation site is the release of hazardous and toxic chemicals. BAPETEN Chairman Regulation No. 6 Year 2008 has explained the evaluation stage that need to be done by applicant in order to evaluating aspects of human induced events, including release of hazardous and toxic chemicals. This BCR doesn’t cover the various of hazardous and toxic chemicals that need to be evaluated by applicants which may be present in a chemical industry that cause difficulties for applicants to identify and also cause difficulties for evaluators to evaluate. This reasearch will be based on literature study method. Based on this review, it can be concluded that there are several documents that can be used as a support for BCR in order to identifying hazardous and toxic materials in the chemical industry such as Indonesian labour ministrial decree No. 187/MEN/1999 about controlled of hazardous chemical substance on workplace, Government regulation No. 74 year 2001 about control for Hazardous dan toxic substance, Regulatory Guide 1.78 rev. 1 about Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release and NUREG/CR-6624 about Recommendations for Revision of Regulatory Guide 1.78.

Keyword: hazardous and toxic materials, site, nuclear installation

PENDAHULUAN

Tujuan utama evaluasi tapak instalasi nuklir dalam hal keselamatan nuklir adalah untuk melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari konsekuensi radiologi pelepasan material radioaktif akibat kondisi operasi normal dan kondisi kecelakaan.

(2)

Secara umum, terdapat beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan evaluasi kesesuaian tapak untuk instalasi nuklir yaitu :

- Aspek kejadian eksternal di wilayah tapak (kejadian eksternal dapat berasal dari alam atau akibat ulah manusia)

- Karakteristik tapak dan lingkungan sekitar yang dapat berpengaruh pada perpindahan material radioaktif yang dilepaskan

- Densitas dan distribusi populasi penduduk

Fasilitas dan aktivitas manusia di wilayah tapak suatu instalasi nuklir dapat berpengaruh bagi keselamatan pengoperasian instalasi nuklir. Oleh sebab itu, sumber-sumber potensi kejadian eksternal akibat ulah manusia (KAUM) terhadap instalasi nuklir harus diidentifikasi serta tingkat keparahan yang mungkin terjadi hendaknya dievaluasi untuk memperoleh dasar desain instalasi nuklir yang tepat. Identifikasi dan evaluasi ini harus dipantau dan dikaji secara berkala selama umur pakai instalasi untuk memastikan kesesuaiannya dengan asumsi desain instalasi.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Evaluasi Tapak Reaktor Daya Untuk Aspek Kejadian Eksternal Akibat Ulah Manusia [1], disebutkan pada pasal 2 bahwa aspek kejadian eksternal akibat ulah manusia meliputi :

a. jatuhnya pesawat terbang;

b. lepasan fluida berbahaya dan beracun; c. ledakan;

d. kejadian eksternal lainnya yang diakibatkan ulah manusia; dan

e. bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas lain yang terletak pada tapak yang sama yang ditangani selama tahap konstruksi, operasi, dan dekomisioning.

Seluruh aspek kejadian eksternal akibat ulah manusia tersebut harus dievaluasi untuk melihat pengaruhnya terhadap calon instalasi nuklir. Sesuai dengan pasal 2 diatas, salah satu aspek yang perlu dianalisis dalam kejadian akibat ulah manusia adalah terkait dengan lepasan fluida berbahaya dan beracun. Salah satu tahapan dalam proses analisis adalah identifikasi sumber bahaya yang dalam hal ini adalah menentukan apakah suatu jenis dan jumlah bahan kimia perlu dipertimbangkan dalam analisis selanjutnya.

Apabila tidak terdapat identifikasi yang jelas terkait dengan bahan berbahaya dan beracun, maka akan terdapat beberapa kesulitan seperti :

- Pemohon izin akan kesulitan dalam melakukan proses identifikasi

• Tanpa adanya acuan atau contoh yang jelas, maka pemohon izin akan kesulitan dalam menentukan apakah suatu sumber memang layak untuk diidentifikasi dan dimasukan pada tahapan berikutnya

• Kurangnya efisiensi pemohon izin karena harus mengidentifkasi seluruh sumber yang ada

• Terdapat potensi tidak teridentifkasinya sumber-sumber yang sebenarnya memiliki potensi bahaya yang besar bagi instalasi nuklir

- Evaluator akan kesulitan dalam menentukan apakah suatu sumber yang ada memang merupakan sumber yang berbahaya dan perlu dievaluasi oleh pemohon izin

Dalam Perka No. 6 Tahun 2008 tersebut sudah dijelaskan tahapan evaluasi yang perlu dilakukan oleh PET dalam melakukan evaluasi aspek KAUM secara rinci, akan tetapi di dalam Perka tersebut tidak dijelaskan/disebutkan jenis bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun apa saja yang perlu dievaluasi oleh PET yang kemungkinan terdapat di suatu industri kimia. Oleh sebab itu, proses identikasi merupakan salah satu tahapan awal yang penting dalam melakukan evaluasi terhadap kejadian akibat ulah manusia adalah terkait dengan lepasan fluida berbahaya dan beracun.

Pada makalah ini akan dipaparkan identifikasi bahan berbahaya dan beracun yang dapat digunakan dalam proses evaluasi tapak khususnya aspek lepasan fluida berbahaya dan beracun.

(3)

POKOK BAHASAN

Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah :

- Identifikasi jenis dan jumlah bahan berbahaya dan beracun dalam evaluasi tapak instalasi nuklir aspek kejadian akibat ulah manusia.

- Kajian ini tidak mencakup identifikasi gas dan cairan bersifat korosif dan radioaktif METODOLOGI

Dalam kajian ini, metodologi yang digunakan adalah dengan metode studi literatur terhadap beberapa dokumen terkait.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lepasan Fluida Berbahaya dan Beracun

Salah satu aspek yang perlu dianalisis dalam kejadian akibat ulah manusia adalah terkait dengan lepasan fluida berbahaya dan beracun.

Fluida berbahaya dan beracun tersebut terdiri dari :

a. Gas dan uap mudah terbakar yang dapat membentuk awan ledakan dan dapat memasuki saluran sistem ventilasi, kemudian terbakar atau meledak;

Pada kategori ini, yang perlu diperhatikan adalah bahan yang dapat menjadi gas atau uap dan kemudian bergerak mendekati reaktor atau instalasi nuklir dan menimbulkan ledakan sehingga mempengaruhi keselamatan reaktor dan instalasi nuklir. Potensi bahaya awan ledakan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu :

- ketika awan awan berada di luar reaktor, maka awan tersebut dapat memberikan potensi bahaya yang mirip dengan beberapa bahaya eksternal lainnya akibat ulah manusia seperti kebakaran, ledakan, dan efeknya yang terkait.

- Awan tersebut juga dapat menyebar masuk ke gedung reaktor dan mengakibatkan bahaya bagi personil dan item penting terhadap keselamatan, khususnya untuk awan yang berasal dari gas beracun, gas asfiksia, atau gas eksplosif. Awan ini juga mempengaruhi kemampuan layak huni ruang kendali dan area penting lainnya dari reaktor daya.

b. gas beracun dan gas asfiksia yang dapat mengancam kehidupan manusia dan merusak fungsi kesehatan yang penting;

Lepasan bahan beracun dan asfiksia ini berpotensi memberikan berbagai potensi bahaya seperti :

- Ancaman terhadap kehidupan dan kesehatan manusia dan menurunnya tingkat layak-huni area yang terkait keselamatan.

- Hambatan terhadap terpenuhinya fungsi keselamatan oleh operator

c. gas dan cairan bersifat korosif dan radioaktif yang dapat mengancam kehidupan manusia dan merusak fungsi peralatan.

Sumber-sumber dari fluida berbahaya dan beracun tersebut dapat berupa sumber bergerak ataupun tetap seperti tangki penyimpanan, jalur pipa, perlengkapan pemadam kebakaran, truk tangki, jalur jalan raya dan juga kapal tongkang.

Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun Berdasarkan Perka BAPETEN No. 6 Tahun 2008

Pada Perka 6 tahun 2008, tidak terdapat uraian yang cukup rinci terkait dengan jenis-jenis bahan atau sumber yang perlu diidentifikasi dan dievaluasi oleh pemohon izin.

Pada bagian lampiran disebutkan bahwa semua instalasi pada tahap konstruksi, operasi, dan/atau dekomisioning yang menangani, memproses, atau menyimpan bahan berbahaya dan beracun harus di identifikasi sebagai sumber bahaya antara lain:

a. bahan eksplosif; b. bahan mudah terbakar; c. bahan korosif;

d. bahan beracun, atau zat radioaktif;

Namun demikian, uraian ini tidak memberikan informasi yang jelas tentang contoh bahan yang termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun yang perlu diidentifikasi sebagai sumber bahaya.

Hal ini akan berpotensi memberikan kesulitan dalam proses identikasi sumber bahaya yang dilakukan.

(4)

Identifikasi bahan kimia berbahaya berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. KEP. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

Berdasarkan pada Kepmen 187/MEN/1999, disebutkan bahwa kategori potensi bahaya perusahaan atau industri akan ditentukan berdasarkan pada Nama, Kriteria dan Nilai Ambang Batas (NAK) bahan kimia berbahaya yang terdapat di lokasi perusahaan atau industri tersebut [2]. Kriteria dari bahan kimia berbahaya tersebut terdiri dari :

a. bahan beracun b. bahan sangat beracun c. cairan mudah terbakar d. cairan sangat mudah terbakar e. gas mudah terbakar

f. bahan mudah meledak g. bahan reaktif

h. bahan oksidator

Kriteria penetapan bahan kimia berbahaya yang beracun dan sangat beracun akan tergantung pada sifat kimia, fisika dan toksik dari bahan tersebut atau seringkali disebut dengan parameter Lethal Dose 50 (dosis yang menyebabkan kematian pada 50 % binatang percobaan) dan Lethal Concentration 50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian pada 50 % binatang percobaan) Semakin kecil nilai Lethal Dose (LD50) dan Lethal Concentration 50 (LC50), maka bahan kimia tersebut memiliki tingkat racun yang semakin tinggi.

Contoh kriteria bahan beracun dan sangat beracun berdasarkan LD 50 dan LC 50 adalah sebagai berikut :

a. bahan beracun dalam hal pemajaman melalui Mulut : LD50 > 25 atau < 200 mg/kg berat badan, atau kulit : LD 50 > 25 atau 400 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : LC 50 > 0.5 mg/l dan 2 mg/l

b. bahan sangat beracun dalam hal pemajaman melalui Mulut : LD 50 ≤ 25 mg/kg berat badan, atau kulit : LD 50 ≤ 25 mg/kg berat badan, atau pernafasan LC 50 ≤ 0.5 mg/l.

Keputusan menteri ini juga menetapkan bahan kimia berbahaya berdasarkan nilai ambang kuantitas (NAK), dimana jika kuantitas bahan kimia tersebut melebihi NAK maka bahan kimia tersebut digolongkan menjadi potensi bahaya besar, sedangkan jika kuantitas dibawah NAK maka digolongkan menjadi potensi bahaya menengah. Contoh NAK dari bahan beracun dan sangat beracun dapat dilihat di tabel 1 dan tabel 2 berikut, sedangkan untuk rincian lengkapnya dapat mengacu ke lampiran Keputusan Menteri.

Tabel 1. Contoh NAK Bahan Beracun

No Nama Barang NAK

(ton) No Nama Barang

NAK (ton) 1 Aceton Cyanohydrin

(s-Cyanopropan-2-1) 200 6 Hydrogen Chloride (Liquefied gas) 250 2 Acrolein (2-propenal) 200 7 Hydrogen cyanide 20

3 Acrylonitrile 20 8 Hydrogen fluoride 0

4 Allyl alcohol (2-propen-1-1) 200 9 Hydrogen sulphide 50 5 Allyamine 200 10 Methyl bromide (Bromomethane) 200

Tabel 2. Contoh NAK Bahan sangat beracun

No Nama Barang NAK

(ton) No Nama Barang

NAK (ton)

1 Aldicarb 0.1 6 4-Flurocrotonic acid, esters 0.1

2 4-Aminodiphenyl 0.001 7 4-Flurocrotonic acid, amides 0.001 3 Amiton 0.001 8 4-Floro-2-hydroxybutyric acid 0.001 4 Anabasine 0.1 9 4-Floro-2-hydroxybutyric acid, salts 0.1 5 Arsenic pentoxide, arsenic

(V) acid and salts 0.5 10

4-Floro-2-hydroxybutyric acid,

ester 0.5

Tabel tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya industri yang kemudian dapat digunakan untuk menganalisis tingkat bahaya ke instalasi nuklir.

(5)

Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun Berdasarkan PP 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang bertujuan mengatur pengelolaan B3 untuk mencegah dan atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pada pasal 5 ayat 1 peraturan tersebut, disebutkan bahwa bahan berbahaya dan beracun dapat diklasifikasikan sebagai berikut [3]:

a. mudah meledak (explosive); b. pengoksidasi (oxidizing);

c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); d. sangat mudah menyala (highly flammable);

e. mudah menyala (flammable);

f. amat sangat beracun (extremely toxic); g. sangat beracun (highly toxic);

h. beracun (moderately toxic); i. berbahaya (harmful); j. korosif (corrosive); k. bersifat iritasi (irritant);

l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment); m. karsinogenik (carcinogenic);

n. teratogenik (teratogenic); o. mutagenik (mutagenic).

Pada bagian penjelasan peraturan tersebut juga disampaikan identifikasi klasifikasi yang menjelaskan lebih rinci kriteria bahan berbahaya dan beracun yang terdapat pada pasal 5 (1) tersebut. Dengan demikian, terdapat kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan apakah suatu bahan kimia tercakup pada kategori bahan B3.

Salah satu hal yang dapat digunakan dalam PP 74 tahun 2001 ini adalah terdapat rincian B3 yang mempermudah identikasi apakah suatu bahan termasuk B3 ataukah tidak. Rincian tersebut dapat diringkas sebagai berikut :

1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dipergunakan sejumlah 209 bahan kimia

2. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilarang dipergunakan sejumlah 10 bahan kimia

3. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang terbatas dipergunakan sejumlah 45 bahan kimia

Contoh dari bahan berbahaya dan beracun tersebut dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan rincian lengkap dapat dilihat pada lampiran PP 74 tahun 2001.

Tabel 3. Contoh bahan Berbahaya dan Beracun berdasarkan PP 74 tahun 2001 No. No. Reg. Chemical1

Abstract Service Nama Bahan Kimia Sinonim/ Nama Dagang Rumus Molekul 1 540-59-0 1,2-dikloroetilena Acetylene dichloride; 1,2- dichloroethylene; 1,2- dichloroethene; 1,2- dichloroethylene; symdichloroethylene; Dioform. C2H2Cl2 2 79-06-1 Akrilamida Acrilylamide; 2- propenamide C3H5NO 3 107-13-1 Akrilonitril Acrylonitrile; 2-propenitrile; Vinyl cyanide; Cyanoethylene; Acritet; Fumigrain; Ventox C3H3N

(6)

Daftar bahan kimia berbahaya dan beracun yang terdapat dalam peraturan tersebut dapat digunakan sebagai alat penapis awal apakah suatu bahan kimia yang terdapat dalam instalasi kimia, jalur pipa, tangki ataupun penyimpanan lainnya tercakup dalam kategori bahan berbahaya dan beracun. Dengan menggunakan daftar tersebut, maka akan mengurangi potensi lolosnya suatu bahan kimia berbahaya dan beracun dari proses penapisan. Selain itu daftar tersebut akan mempermudah proses identifikasi yang dilakukan oleh pemohon izin ataupun proses evaluasi yang dilakukan oleh BAPETEN.

Meskipun demikian, PP 74 tahun 2001 ini hanya menampilkan contoh bahan yang termasuk B3 secara umum, sedangkan ukuran kuantitas (NAK) suatu B3 dapat menggunakan Kepmen No. KEP. 187/MEN/1999.

Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun Berdasarkan Regulatory Guide 1.78 revision 1 Tentang Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release

Ruang kendali reaktor nuklir atau instalasi nuklir sebaiknya dilindungi dari berbagai bahan berbahaya dan beracun yang dapat diakibatkan oleh kegagalan peralatan, kesalahan manusia atau kejadian dan kondisi diluar instalasi nuklir tersebut.

Pelepasan bahan berbahaya dan beracun tersebut dapat menyebabkan ruang kendali menjadi tak dapat ditempati dan akhirnya akan menyebabkan operator tak dapat melakukan fungsi keselamatan seperti yang diharuskan [4].

Oleh sebab itu, US NRC mengeluarkan RG 1.78 Tentang Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release yang merupakan pedoman dalam melakukan kajian keselamatan kemampuan huni ruang kendali sewaktu dan setelah postulasi pelepasan eksternal bahan kimia berbahaya dari sumber tetap atau bergerak baik pada tapak ataupun luar tapak.

Selain itu, RG 1.78 juga memberikan asumsi dan kriteria penapisan kejadian pelepasan bahan kimia berbahaya yang tidak perlu dipertimbangkan dalam evaluasi kelayakan huni ruang kendali. Untuk lebih memudahkan proses evaluasi, pada dokumen tersebut juga dijabarkan metoda evaluasi rinci kelayakan huni ruang kendali dan kriteria penapisannya, seperti jarak antara sumber pelepasan dan ruang kendali, frekuensi pemindahan (untuk menghitung frekuensi pelepasan dari sumber bergerak), jumlah dan durasi pelepasan, tingkat toksisitas bahan kimia, kondisi meteorologi (untuk perhitungan dispersi), serta laju infiltrasi udara kedalam ruang kendali [5].

Pada RG 1.78 ini, diberikan identifikasi tentang jenis bahan berbahaya dan beracun yang dapat berpotensi menyebabkan ruang kendali reaktor menjadi tidak layak huni.

Sesuai dengan tujuan evaluasi tapak pada aspek bahan berbahaya dan beracun, maka RG ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun apa saja yang perlu dipertimbangkan.

Secara umum, RG 1.78 menyebutkan bahwa untuk sumber tetap bahan berbahaya dan beracun ini akan diperhitungkan apabila berada dalam jarak radius 5 mil terhadap instalasi. Sedangkan jarak minimal bahan berbahaya dan beracun untuk dipertimbangkan dalam evaluasi kelayakan huni ruang kendali adalah jarak 0.3 mil dari ruang kendali dengan jumlah 100 pound.

Sedangkan untuk sumber bergerak, kriteria penapisan yang dipertimbangkan juga terkait dengan frekuensi perpindahan bahan berbahaya dan beracun tersebut dalam radius 5 mil dari instalasi. Batasan frekuensi untuk dilakukannya evaluasi kelayakan ruang kendali reaktor adalah 10 kali per tahun untuk pemindahan truk, 30 kali per tahun untuk penggunaan kereta, atau 50 kali per tahun untuk pemindahan menggunakan tongkang. Nilai frekuensi ini didasarkan pada nilai statistik yang relatif tetap setiap tahunnya.

RG 1.78 juga menjabarkan identifikasi jenis bahan kimia berbahaya dan beracun yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi kelayakan huni ruang kendali seperti yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

(7)

Tabel 4. Batas Toksisitas (Batas IDLH) Dari beberapa Bahan Kimia Berbahaya Berdasarkan Regulatory Guide 1.78

Batasan dalam Tabel 4 adalah didasarkan pada konsep tingkat paparan immediately dangerous to life and health (IDLH) yang dikembangkan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Nilai ambang ini didasarkan pada tingkat paparan 30 menit yang dapat menyebabkan kematian atau efek kesehatan yang merugikan secara permanen jika tidak diberikan perlindungan dalam 30 menit. Untuk setiap bahan tersebut, batas IDLH yang dapat ditoleransi adalah waktu 2 menit bagi kondisi personil normal. Oleh sebab itu, waktu paparan 2 menit pada batas IDLH merupakan margin dalam melindungi operator ruang kendali dan diharapkan operator dapat melakukan tindakan fungsi keselamatan yang diperlukan.

Daftar yang lebih lengkap dari batas atau ambang IDLH terdapat pada L.B. Sasser et al., Recommendations for Revision of Regulatory Guide 1.78, NUREG/CR-6624, USNRC, July 1999.3. NUREG ini akan dipaparkan lebih rinci pada bagian selanjutnya.

Selain memberikan identifikasi bahan berbahaya dan beracun, pada RG 1.78 juga diberikan metode sederhana untuk melihat apakah suatu bahan berbahaya dan beracun perlu untuk dipertimbangkan pada evaluasi ruang kendali terkait dengan jarak dan juga jumlah bahan berbahaya dan beracun. Hal tersebut secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Berat Bahan Kimia Berbahaya Yang perlu Dipertimbangkan dalam Evaluasi Ruang Kendali (Untuk Batas Toksisitas 50 mg/m3 dan kondisi Meteorologi Stabil) Berdasarkan

(8)

Secara umum, jumlah bahan berbahaya dan beracun pada tabel di atas berdasarkan pada batas toksisitas 50 mg/m3; laju pertukaran udara 0.015, 0.06, dan 1.2 per jam; serta stabilitas Pasquill kategori F yang mengindikasikan 5 % kondisi meteorolgi terburuk yang teramati pada sebagian besar tapak PLTN.

Jika tingkat toksisitas, laju pertukaran udara, atau kondisi meteorolgi berbeda dengan asumsi yang diberikan pada tabel, maka dapat digunakan perhitungan sederhana untuk menentukan jumlah bahan kimia berbahaya dan beracun untuk dipertimbangkan dalam evaluasi ruang kendali.

Dari RG 1.78 ini, dapat digunakan beberapa informasi dalam proses identifikasi bahaya bahan berbahaya dan beracun yaitu :

- Tabel 1 yang berisi ambang IDLH dari berbagai bahan berbahaya dan beracun dapat digunakan sebagai daftar penapis bahan kimia yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi tapak khususnya dalam hal kelayakan huni ruang kendali.

- Tabel 2 dapat digunakan untuk menghitung jumlah bahan berbahaya dan beracun yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi kelayakan huni ruang kendali berdasarkan jarak antara sumber bahan berbahaya dan beracun terhadap instalasi nuklir.

Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun Berdasarkan NUREG/CR-6624 Recommendations for Revision of Regulatory Guide 1.78

NUREG/CR-6624 pada tahun 1999 ini merupakan sebuah laporan yang disiapkan untuk US NRC ketika akan melakukan revisi terhadap RG 1.78 tentang Assumptions For Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release tahun 1974. Revisi RG 1.78 ini kemudian dikeluarkan dengan nama Regulatory Guide 1.78 revision 1 Tentang Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release [6]

Salah satu tujuan dari revisi ini adalah untuk meninjau ulang jenis dan batasan bahan kimia berbahaya dan beracun yang terdapat pada RG 1.78 didasarkan pada hasil revisi konsentrasi IDLH oleh NIOSH pada tahun 1997. Nureg tersebut merekomendasikan penggunaan NIOSH Pocket Guide (NIOSH, 1997) yang berisi daftar bahan berbahaya dan beracun untuk digunakan sebagai referensi perubahan daftar dan batas bahan berbahaya dan beracun pada RG 1.78.

Meskipun demikian, pada RG 1.78 revisi 1 akhirnya hanya ditampilkan daftar contoh bahan kimia berbahaya yang sering digunakan serta yang sering dipindahkan dalam jumlah besar. Pada lampiran A NUREG tersebut disampaikan hasil revisi bahan beserta nilai IDLH yang ditetapkan oleh NIOSH yang merupakan daftar bahan berbahaya dan beracun sejumlah 406 bahan.

Dari NUREG/CR-6624 ini dapat digunakan informasi dalam proses identifikasi bahaya bahan berbahaya dan beracun yaitu penggunaan Apendix A sebagai salah satu referensi dalam melakukan proses identifikasi untuk menentukan apakah suatu bahan termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kajian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

• Lampiran dari PP 74 tahun 2001 dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifkasi bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi instalasi nuklir berdasarkan aspek bahan berbahaya dan beracun.

• Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. KEP. 187/MEN/1999 dapat digunakan sebagai identifikasi dari kuantitas, apakah bahan berbahaya dan beracun tersebut perlu mendapatkan perhatian untuk keperluan analisis lebih lanjut.

• Jenis bahan dan kuantitas pada RG 1.78 revisi 1 dapat digunakan sebagai salah satu penapisan dalam menentukan apakah suatu jumlah bahan kimia berbahaya dan beracun membutuhkan tahapan evaluasi lebih lanjut

• Nilai IDLH dari NIOSH pada NUREG/CR-6624 dapat digunakan sebagai pembanding dari lampiran PP 74 tahun 2001 untuk digunakan sebagai referensi dalam melakukan identifikasi bahan berbahaya dan beracun

Dokumen referensi yang digunakan dalam kajian ini disarankan dapat digunakan sebagai salah satu bahan rujukan dalam melengkapi Perka BAPETEN No. 6 Tahun 2008.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2008, “Evaluasi Tapak Reaktor Daya Untuk Aspek Kejadian Eksternal Akibat Ulah Manusia”, BAPETEN, Jakarta (2008)

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. KEP. 187/MEN/1999, “Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja”, Jakarta (1999)

3. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001, “Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun”, Jakarta (2001)

4. Regulatory Guide 1.78, “Assumptions For Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release”, US-NRC, Amerika Serikat (1974)

5. Regulatory Guide 1.78 revision 1,”Evaluating The Habitability Of A Nuclear Power Plant Control Room During A Postulated Hazardous Chemical Release”, US-NRC, Amerika Serikat (2001)

6. NUREG/CR-6624, “Recommendations for Revision of Regulatory Guide 1.78”, US-NRC, Amerika Serikat (1999)

DISKUSI/TANYA JAWAB 1. PERTANYAAN

Tadi dipaparkan identifikasi bahan berbahaya dan beracun yang berpotensi membahayakan ke Ruang Kendali. Apakah pada saat evaluasi tapak harus sudah tersedia desain ruang kendali?

JAWABAN

Ketika evaluasi tapak, tentu saja tidak diperlukan desain ruang kendali. Untuk keperluan evaluasi bahan berbahaya dan beracun terhadap ruang kendali, dapat digunakan perkiraan lokasi saja yang kemudia digunakan sebagai titik/lokasi acuan antara ruang kendali dengan lokasi bahan berbahaya dan beracun sekitar calon tapak instalasi nuklir.

Gambar

Tabel 5. Berat Bahan Kimia Berbahaya Yang perlu Dipertimbangkan dalam Evaluasi Ruang  Kendali (Untuk Batas Toksisitas 50 mg/m3 dan kondisi Meteorologi Stabil) Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Kepada para penyedia yang merasa keberatan atas pengumuman ini dapat mengajukan sanggahan secara tertulis yang ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan

EFEKTIVITAS MODEL ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA PADA MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN.. Tiara

Berdasarkan hasil analisis dalam penentuan urutan prioritas dan dengan membandingkan hasil urutan prioritas baik yang diperoleh dengan metode AHP maupun dengan metode IRMS, maka

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris tentang faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas sistem informasi (SI) dari sisi pengguna aplikasi SIMDA pada

Data kualitatif didapatkan dengan menggunakan pardekatan fenome'nologis yang menekankan pada interpretatif secara individu, ditunjukkan dalam perilaku tertentu di

LKP menyusun proposal yang berisi praktik baik ( best practice ) lembaga tentang inovasi di bidang manajemen kemitraan, pemasaran, pengembangan SDM, dan penggunaan

Apibendrinant pilietinių iniciatyvų sampratą galima teigti, kad pilietinės ini- ciatyvos gali būti apibrėžiamos skirtingai: kaip iš visuomenės kilusios iniciatyvos

Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam