• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA RESERVOIR BATUPASIR MENGGUNAKAN METODE ATRIBUT ROOT MEAN SQUARE (RMS) DI CEKUNGAN JAWA TENGAH UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA RESERVOIR BATUPASIR MENGGUNAKAN METODE ATRIBUT ROOT MEAN SQUARE (RMS) DI CEKUNGAN JAWA TENGAH UTARA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA RESERVOIR BATUPASIR MENGGUNAKAN

METODE ATRIBUT ROOT MEAN SQUARE (RMS) DI

CEKUNGAN JAWA TENGAH UTARA

SKRIPSI

ANANDA REGGY CORNELIA SAPUTRY 11160970000048

PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISA RESERVOIR BATUPASIR MENGGUNAKAN

ATRIBUT ROOT MEAN SQUARE (RMS) DI CEKUNGAN

JAWA TENGAH UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)

ANANDA REGGY CORNELIA SAPUTRY 11160970000048

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Tati Zera, M.Si Praditiyo Riyadi, M.Si

NIP. 19690608 200501 2 002 NIP. 2014280419891

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Atribut Root Mean Square (RMS) digunakan untuk melihat nilai amplitudo pada suatu batuan dengan memberikan kontras warna atau biasa disebut dengan

brightspot. Adanya brightspot ini mengindikasikan tingginya saturasi reservoir

batupasir pada zona target penelitian yaitu pada Formasi Parigi dan Cibulakan. Semakin terang brightspot menunjukkan semakin bagus zona prospek reservoir yang diperoleh. Data yang digunakan berupa data seismik 2D dengan penggunaan sumur sebanyak 3 yaitu TU-1, TU-2 dan TU-3 serta lintasan seismik sebanyak 40. Pada penelitian ini nilai atribut yang tinggi ditandai dengan warna kuning dan nilai atribut rendah ditandai dengan warna biru. Pada atribut tinggi diperoleh nilai dengan rentan antara 7000-11.000ms pada kedalaman 1500-1700m sedangkan pada atribut yang rendah berada pada rentan 3000-5000ms pada kedalaman 2100-2200m. Hasil dari atribut ini mengidentifikasi zona reservoir batu pasir yang berada pada zona target khususnya pada zona target Formasi Parigi dan Cibulakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa zona target pada Formasi Parigi dan Cibulakan memiliki prospek reservoir yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai cadangan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi.

(6)

ABSTRACT

The attribute is Root Mean Square (RMS) used to see the amplitude value of a rock by providing color contrast or commonly known as a bright spot. The existence of bright spot thisindicates the high saturation of the sandstone reservoir in the research target zone, namely the Parigi and Cibulakan Formations. The brighter the brightspot indicates the better the reservoir prospect zone is obtained. The data used are 2D seismic data using 3 wells, namely TU-1, TU-2 and TU-3 and 40 seismic trajectories.In this study, high attribute values are marked in yellow and low attribute values are marked in blue. . In the high attribute, the susceptibility value is obtained between 7000-11,000ms at a depth of 1500-1700m, while the low attribute is vulnerable at 3000-5000ms at a depth of 2100-2200m. The results of this attribute identify the sandstone reservoir zone in the target zone, especially in the target zone of the Parigi and Cibulakan Formations. So it can be said that the target zone in the Parigi and Cibulakan Formations has the prospect of a reservoir that can be reused as reserves to produce oil and natural gas.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisa reservoir batupasir menggunakan atribut Root Mean Square (RMS) pada daerah Jawa Tengah Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini maupun dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan berbagai pihak saat proses kerja praktek berlangsung di Lembaga Minyak dan Gas (LEMIGAS). Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua Orangtua serta kakak dan adik penulis yang selalu

memberikan dukungan, kasih sayang, semangat serta doa yang diberikan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud selaku dekan

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Tati Zera, M.Si, selaku pembimbing I serta kepala Program

Studi Fisika yang telah memberikan dukungan, saran serta bimbingan pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Taufan Junedi, S.T selaku pembimbing II Tugas Akhir di

PPPTMGB LEMIGAS yang telah bersedia membimbing dan membagi pengetahuannya dalam pelaksanaan dan penyelesaian Tugas Akhir ini.

5. Bapak Pradityo Riyadi, M.Si selaku pembimbing II dan seluruh

staff unit Eksplorasi 1 dan 3 LEMIGAS yang dengan sabarnya

membimbing dan membagi pengetahuannya kepada penulis selama pelaksanaan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh Dosen Prodi Fisika yang telah membimbing penulis

selama menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

7. Fauziah Larasati selaku partner skripsi dalam melaksanakan tugas akhir ini.

8. Adinda Ardani, Dinniar Damayanti, Nadya Dwi, Maurin Puspita,

Olivianintya N. Oceany, Yolanda Desmita sebagai teman yang telah memberikan semangat dan motivasi serta pengetahuannya agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.

9. Faith Aisyah Azzahra, Agisnifatizah, Dita Aprillia, Widiarti

Hanum, Icha Nurcholizah yang telah memberikan dukungan serta sebagai penyemangat dan penerima keluh kesah penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Fisika UIN Angkatan 2016 atas dukungan serta semangatnya.

11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin dengan menggunakan segala kemampuan, upaya serta ilmu yang penulis miliki. Namun penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 03 Februari 2021

Ananda Reggy Cornelia S. NIM. 11160970000048

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACK vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Batasan Masalah 2 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5 Manfaat Penelitian 3 1.6 Sistematika Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Atribut Root Mean Square (RMS) 5

2.2 Kondisi Regional 6

2.2.1 Letak Geografis Wilayah 6

2.2.2 Struktur Regional 7 2.2.3 Stratigrafi Regional 8 2.3 Well Logging 10 2.3.1 Log Listrik 11 2.3.2 Log Radioaktif 12 2.3.3 Log Akustik 13 2.3.4 Log Penunjang 14 2.4 Wavelet Seismik 15 2.5 Resolusi Seismik 16 2.5.1 Resolusi Vertikal 16 2.5.2 Resolusi Horizontal 17 2.6 Dekonvolusi 17 2.7 Seismogram Sintetik 17

2.8 Well Seismic Tie 18

2.9 Atribut Seismik 18

2.10 Densitas Batuan 18

2.11 Porositas Batuan 19

2.12 Reservoir 21

2.13 Batuan Reservoir 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 23

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 23

3.3 Tahapan Penelitian 23

3.4 Pengumpulan Data 24

(10)

3.4.2 Data Checkshot 25

3.4.3 Data Marker Geologi 25

3.4.4 Data Seismik 26

3.5 Pengolahan Data 27

3.5.1 `Analisa Log 27

3.5.2 Wavelet 28

3.5.3 Well Seismic Tie 29

3.5.4 Picking 31

3.5.5 Pembuatan Peta Struktur Waktu 31

3.5.6 Proses Analisa Atribut Seismik 32

3.5.7 Interpretasi 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1 Analisa Zona Target 35

4.2 Analisa Sensitivitas 38

4.3 Analisa Well Seismic Tie 40

4.4 Analisa Struktur Target Reservoar 42

4.5 Analisa Structure Time Map 44

4.6 Analisa RMS Amplitudo 46

4.7 Analisa Zona Prospek Reservoir Batupasir 51

BAB V PENUTUP 55

5.1 Kesimpulan 55

5.2 Saran 55

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kualitas porositas reservoir 21

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Cekungan Jawa Tengah Utara 6

Gambar 2.2 Penampang Geologi Cekungan Jawa Tengah Utara

dan sekitarnya 8

Gambar 2.3 Stratigrafi Regional Cekungan Jawa Tengah Utara 10

Gambar 2.4 Ilustrasi Pembacaan Log SP 12

Gambar 2.5 Transit Interval Porositas Batupasir 14

Gambar 2.6 Jenis-jenis wavelet 16

Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian 24

Gambar 3.2 Daerah penelitian cekungan Jawa Tengah Utara 26

Gambar 3.3 Base Map Penelitian Cekungan Jawa Tengah Utara 27

Gambar 3.4 Tampilan Pengolahan Data Analisa Crossplot 28

Gambar 3.5 Tampilan Wavelet Time Response dari

Hasil Ekstraksi Menggunakan Use Well 29

Gambar 3.6 Hasil Analisa Atribut RMS pada Line Seismik 33

Gambar 4.1 Tampilan Analisa Zona Target pada Sumur TU-1 37

Gambar 4.2 Tampilan Analisa Zona Target pada Sumur TU-2 37

Gambar 4.3 Tampilan Analisa Zona Target pada Sumur TU-3 38

Gambar 4.4 Tampilan Crossplot untuk Formasi Parigi 38

Gambar 4.5 Tampilan Crossplot untuk Formasi Cibulakan 39

Gambar 4.6 Tampilan Well Seismic Tie pada Sumur TU-1 41

Gambar 4.7 Tampilan Well seismic Tie pada Sumur TU-2 42

Gambar 4.8 Tampilan Well Seismic Tie pada Sumur TU-3 42

Gambar 4.9 Tampilan Analisa Struktur untuk Formasi Parigi

dan Cibulakan 44

Gambar 4.10 Tampilan Peta Struktur Waktu Formasi Parigi 45

Gambar 4.11 Tampilan Peta Struktur Waktu Formasi Cibulakan 46

Gambar 4.12 Peta Surface Attribut RMS Formasi Parigi 47

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan khususnya dalam pencapaian tujuan yang baik yaitu energi fosil. Seiring berjalannya waktu energi fosil mengalami peningkatan, salah satunya ialah minyak dan gas bumi[1]. Oleh sebab itu, perlu adanya cadangan minyak dan gas bumi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam jangka waktu panjang. Hal ini mengakibatkan perlu dilakukannya kegiatan eksplorasi yang berkelanjutan agar dapat menghasilkan cadangan minyak dan gas bumi. Keberadaan sumber daya minyak dan gas bumi telah banyak ditemukan di Indonesia salah satunya di bagian tengah Pulau Jawa.

Target dalam penelitian ini yaitu pada reservoir Cekungan Jawa Tengah Utara. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan proses karakterisasi reservoir sehingga meminimalisir kegagalan eksplorasi. Karakterisasi minyak dan gas bumi dapat diperoleh dengan mengetahui jenis batuan reservoir. Batuan reservoir dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuan sandstone (batupasir) dan batuan karbonat. Agar dapat mengetahui jenis batuan yang terkandung pada daerah penelitian, maka perlu dilakukan karakterisasi antar batuan untuk membedakan jenis batuan pada bawah permukaan yang termasuk dalam batuan reservoir.

Dalam proses mendapatkan informasi pada eksplorasi minyak dan gas bumi ini maka perlu diketahui letak serta posisi adanya batuan reservoir pada suatu wilayah ataupun daerah, maka dibutuhkan beberapa teknik guna untuk mengetahui keberadaan persebaran batuan yang mengindikasikan adanya potensi reservoir. Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam eksplorasi ini yaitu attribut Root Mean Square (RMS). Atribut Root Mean Square (RMS) merupakan salah satu atribut yang memanfaatkan bentuk pemodelan bawah permukaan berdasarkan data seismik secara horizontal serta data sumur yang digunakan sebagai kontrol atau titik acuan guna mengetahui persebaran reservoir pada daerah Jawa Tengah Utara.

(14)

Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa atribut seismik memiliki sensitivitas yang baik terhadap reservoir[2]. Serta atribut ini dapat memberikan informasi anomali yang berada dibawah permukaan bumi sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui keberadaan batuan reservoir. Salah satu jenis atribut tersebut yaitu Root Mean Square (RMS), dimana atribut ini memiliki sensitivitas terhadap perubahan nilai amplitudo pada batuan reservoir.

Atribut RMS amplitudo merupakan nilai akar pangkat kuadrat dari amplitudo jejak seismik asli, karena sifatnya tersebut maka atribut RMS amplitudo memiliki kelebihan dalam membedakan berbagai jenis litologi dan Nilai amplitudo RMS yang tinggi umumnya terkait dengan litologi porositas tinggi, seperti pasir berpori, yang berpotensi sebagai reservoir berkualitas tinggi. Reservoir dapat diketahui yaitu berdasarkan brightspot pada peta seismik yang menunjukkan besar kecilnya amplitudo yang dapat menunjukkan nilai porositas suatu batuan reservoir.

Keberadaan batuan sedimen pada cekungan Jawa Tengah Utara ini berada pada fase awal tersier hingga fase kompresi akhir tersier-kuarter. Salah satunya yaitu formasi Cibulakan yang berada pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah yang terdiri atas tiga bagian yaitu Cibulakan atas, tengah dan bawah memiliki potensi adanya batuan reservoir[3]. Batuan reservoir yang terkandung salah satunya ialah batupasir atau sandstone yang berasal dari batuan induk. Sedangkan untuk formasi Parigi berpotensi adanya batuan reservoir berupa batuan karbonat gamping serta batupasir (sandstone). Selain formasi Cibulakan, target penelitian ini juga meliputi formasi Parigi pada Miosen Akhir dengan jenis batuan batuan gamping dolomit dan batuan pasir yang merupakan jenis batuan reservoir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui jenis batuan reservoir pada daerah Jawa Tengah Utara guna mengetahui kandungan minyak dan gas bumi dengan menggunakan metode attribut Root Mean Square (RMS). Metode ini berfungsi memberikan gambaran

(15)

Batuan reservoar pada umunya memiliki nilai porositas yang besar. Salah satu batuan yang memiliki porositas yang cukup baik yaitu batupasir atau

sandstone. Maka, jenis batuan reservoir yang dicari keberadaannya pada target

penelitian ini adalah batupasir atau sandstone.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah ditulis maka batasan masalah dalam penelitian ini yaitu meliputi analisis atribut seismik Root Mean Square

(RMS). Analisis ini berguna untuk mengetahui keberadaan reservoir batupasir atau sandstone yang berada pada zona target Cekungan Jawa Tengah Utara. Penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan data seismik 2D sebanyak 40 line seismik dan 3 data sumur pada Formasi Parigi dan Cibulakan dengan perangkat lunak

Hampson Russell dan Petrel 2009 melalui gambaran bentuk bawah permukaan

yang telah disesuaikan dengan geologi regional daerah penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari batasan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian untuk daerah Jawa Tengah Utara yaitu:

1. Menentukan zona target batupasir menggunakan atribut Root Mean Square

(RMS) di Cekungan Jawa Tengah Utara.

2. Menentukan keberadaan batupasir berdasarkan brightspot pada Formasi Parigi dan Cibulakan.

3. Menganalisis hasil atribut Root Mean Square (RMS) di Formasi Parigi dan Cibulakan.

4. Memetakan persebaran batupasir di Formasi Parigi dan Cibulakan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi karakterisasi reservoir batupasir. Memberikan informasi pemetaan karakterisasi batupasir yang berada pada target penelitian. Serta dapat mengetahui

(16)

dimana semua informasi ini nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut guna untuk dijadikan cadangan minyak dan gas bumi pada khususnya pada daerah Jawa Tengah Utara.

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dituliskan berdasarkan sistematika penelitian yang telah ditentukan berikut merupakan beberapa uraian dari sistematika yang telah dilakukan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi mengenai landasan teori penelitian, yang terdiri dari geologi regional daerah penelitian, informasi metode penelitian yang digunakan, hingga teknik yang digunakan pada penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah dilakukannya penelitian yang meliputi waktu penelitian yang telah dilaksanakan, peralatan yang digunakan pada penelitian, data yang digunakan pada penelitian hingga tahapan penelitian yang akan dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan melalui tahapan pengolahan data berdasarkan hasil yang telah diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari semua hasil penelitian serta saran penelitian berdasarkan dari tujuan yang dilakukannya penelitian ini

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Attribut Root Mean Square (RMS)

Atribut seismik merupakan salah satu analisa data seismik dengan dasar informasi berupa amplitudo, waktu, frekuensi, attenuasi, serta fasa pada trace seismik. Atribut ini memiliki peran memberikan informasi reservoir di bawah permukaan bumi yang diperoleh melalui data seismik. Seiring dengan berkembangnya teknologi, atribut seismik pun mengalami perkembangan sehingga semakin banyak informasi yang dapat diperoleh untuk mengetahui kondisi bawah permukaan guna untuk keperluan interpretasi karakterisasi reservoir.

Dalam interpretasi seismik, atribut seismik berperan menunjukkan anomali yang tidak terlihat secara jelas dari data normal seismik. Tiap atribut memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap sifat reservoir. Atribut yang digunakan adalah atribut amplitudo Root Mean Square (RMS) atribut ini sangat umum digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi karena mampu memberikan informasi stratigrafi serta reservoar pada daerah penelitian.

Amplitudo RMS merupakan salah satu jenis atribut seismik yang bertujuan untuk mendapatkan nilai amplitudo asli sehingga dapat dilakukan analisis reservoir pada daerah penelitian, dimana dengan memanfaatkan perubahan nilai amplitudo. Amplitudo seismik ini dilakukan dengan menggunakan linier sehingga dapat mengevaluasi jenis reservoir berdasarkan nilai amplitudo. Besar rata-rata amplitudo Root Mean Square (RMS) dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut: [4] √ ∑ (1) dimana : = amplitudo seismik (ms)

(18)

2.2 Kondisi Regional

2.2.1 Letak Geografis Wilayah

Cekungan Jawa Tengah Utara di kenal juga dengan The North Serayu

Through/Basin dan saat ini terangkat menjadi daerah yang dikenal dengan North Serayu Range. Posisi geografis cekungan 108o 30’- 110o 30’ BT dan 6o 10’ - 7o

20’ LS. Luas area cekungan 16.660 km2

, dengan luas di daerah daratan sekitar

5.176 km2 dan di lepas pantai luasnya sekitar 11.484 km2.

Gambar 2.1 Lokasi Cekungan Jawa Tengah Utara [5]

Berdasarkan dari gambar 2.1 daerah penelitian ini berada di pantai utara Jawa Tengah dari Tegal hingga Semarang. Lokasi ini berada di perbatasan sesar Muria-Kebumen dan sesar mendatar menganan Sesar Cilacap-Pamanukan. Pergerakan sesar ini disebabkan oleh pengangkatan bagian selatan Jawa Tengah (Bumiayu) sehingga terjadi penurunan batuan dasar (depression) karena isostasi.

(19)

2.2.2 Struktur Regional

Pulau Jawa berada di batas interaksi lempeng antara Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Hindia. Batuan dasar pada daerah Jawa terdiri dari Lempeng Benua Eurasia dan intermediate accreted terrain. Elemen tektonik utama yang dihasilkan dari pertemuan dua lempeng tersebut antara lain palung subduksi, busur magmatik-volkanik, prisma akresi, dan cekungan busur depan dan belakang. Batuan sedimen dan batuan volkanik diintrusi oleh beberapa intrusi magmatik yang merupakan transisi antara batuan dasar benua di Jawa Barat dan batuan dasar intermedier di Jawa Timur [5].

Penampang seismik utara-selatan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar

2.2 adanya graben besar yang membentuk cekungan. Terlihat pula adanya

tinggian batuan dasar yang membatasi cekungan. Sesar-sesar normal yang bertingkat-tingkat terbentuk di bagian sebelah utara cekungan, dan terus menghilang hingga batas Karimun Jawa Arc.

Gambar 2.2 Penampang geologi Cekungan Jawa Tengah Utara dan sekitarnya [6]

Dalam penampang ini terlihat bahwa sesar-sesar normal tersebut teraktifkan kembali pada pengendapan Formasi Parigi dan Cibulakan, ditandai dengan terpotongnya formasi batuan yang lebih tua dan adanya penebalan di tengah

(20)

cekungan untuk endapan Formasi Parigi dan Cibulakan (sedangkan tidak ada penebalan pada endapan sebelumnya). Hadirnya dua formasi batu gamping menunjukkan bahwa terjadi dua fase terhenti/berkurangnya aktifitas tektonik di daerah tersebut.

2.2.3 Stratigrafi Regional

Cekungan ini tersusun atas batuan sedimen yang berumur Eosen sampai dengan Pliosen yang diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar Pratersier berupa batuan beku dan metamorfik. Batuan dasar yang tersusun berupa metasedimen, kuarsit, dan batuan beku intrusif, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan sedimen fluvial dan lakustrin Sedimentasi batuan volkanik maupun karbonat yang mengisi subcekungan-subcekungan sejak awal Tersier, berlanjut hingga pada fase kompresi akhir Tersier-Kuarter (Gambar 2.4) [6].

Gambar 2.3 Stratigrafi Regional Cekungan Jawa Tengah Utara [6]

(21)

a. Formasi Cibulakan

Diendapkan selaras di atas Formasi Jatibarang adalah Formasi Cibulakan pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah, dengan ketebalan maksimum 2640 m. Formasi ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Anggota Cibulakan Bawah, Tengah dan Atas.

Anggota Cibulakan Bawah yang diendapkan pada Oligosen Akhir-Miosen Awal, terdiri atas serpih, serpih karbonan, batupasir, dan batulanau. Serpih banyak mengandung bahan organik yang cenderung menjadi batuan induk di bagian utara. Bagian bawah anggota ini diendapkan pada lingkungan rawa pantai yang seiring dengan penurunan dasar cekungan dan fase genanglaut. Di daerah lepas pantai, formasi ini setara dengan Formasi Talang Akar.

Anggota Cibulakan tengah diendapkan pada Miosen Awal bagian atas, terdiri dari serpih (setara dengan Formasi Gumai di daerah pantai) dan batugamping terumbu (yang setara dengan Formasi Baturaja di daerah lepas pantai), yang berkembang pada lingkungan laut dangkal dan sebagai batuan reservoir yang potensial.

Anggota Cibulakan Atas (Anggota Cibulakan Klastik) diendapkan pada Miosen Tengah, terdiri atas batulempung, serpih, dan batupasir. Di beberapa tempat menunjukkan adanya reservoir yang potensial. Anggota Cibulakan Atas ini dibagi menjadi Formasi masif dan Formasi main, yang setara dengan Formasi Air Benakat dan Pre Parigi.

b. Formasi Parigi

Diendapkan selaras diatas Formasi Cibulakan adalah Formasi Parigi pada Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan laut dangkal pada fase genanglaut, yang ditandai oleh pertumbuhan batugamping yang kaya foraminifera, koral, dan briozoa, juga berkembangnya batugamping dolomit dan batupasir. Beberapa lapisan calcareous serpih dan napal dapat ditemukan di bagian bawah formasi ini. Batugamping biohermal dan biostromal berfungsi sebagai batuan reservoir yang potensial dengan berkembangnya porositas dan permeabilitas sekunder. [6]

(22)

2.3 Data Sumur

Data sumur digunakan dalam eksplorasi untuk memperoleh data pada bawah permukaan bumi dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke dalam lubang sumur bor, agar dapat mengevaluasi formasi batuan serta mengidentifikasi batuan bawah permukaan. Selain itu, tujuan utama dari dilakukannya well logging yaitu untuk mengetahui informasi litologi, porositas, dan resistivitas pada bawah permukaan [7]. Pada dasarnya well log dibedakan atas beberapa jenis diantaranya ialah:

a. Log Resistivitas

Resistivitas adalah kemampuan suatu batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan. Kegunaan dari log resistivitas yaitu mendeteksi kandungan fluida dalam batuan reservoir (hidrokarbon atau air) serta menentukan porositas suatu batuan. Kegunaan yang paling utama ialah untuk membedakan kandungan air dan kandungan minyak pada sebuah reservoir. Nilai porositas batuan reservoir akan memberikan nilai resistivitas tinggi karena merupakan sebuah medium nonkonduktif namun listrik akan mudah melewati ataupun mengalir apabila porositas reservoir terisi oleh air sehingga akan mengecilkan nilai resistivitas yang terbaca.

b. Log Self-potential (SP)

Log SP adalah jenis log yang membaca voltase atau potensial alami dengan satuan milivolt (mv). Potensial listrik alami meningkat karena adanya faktor elektrokimia, dimana faktor elektrokimia muncul karena adanya perbedaan antara salinitas lumpur pemboran dengan salinitas air formasi pada sebuah lapisan permeable. Besar nilai log SP ini dapat dilihat berdasarkan kurva defleksi dimana defleksi akan bernilai minus (-) ketika salinitas air formasi (Rmf) lebih besar daripada salinitas lumpur pemboran (Rw) dan defleksi akan bernilai positif (+) apabila salinitas air formasi lebih kecil daripada salinitas lumpur pemboran seperti yang ditunjukkan pada gambar

2.4. Sehingga dapat diketahui cara kerja dari log SP dengan merekam perbedaan potential listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan

(23)

reservoar maka defleksi akan menunjukkan nilai (+) hal ini dikarenakan salinitas minyak lebih besar dari salinitas lumpur pemboran [8].

Gambar 2.4 Ilustrasi Pembacaan Log SP [8]

c. Log Densitas

Pada umumnya log densitas digunakan untuk menentukan litologi dan jenis mineral tertentu, dengan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi

gamma yang telah diletakkan pada dinding lubang bor. Ketika sinar gamma

menembus dinding batuan kemudian kehilangan sebagian energinya dan sebagiannya lagi dipantulkan kembali yang kemudian akan ditangkap oleh detektor yang berada di atas sumber radiasi [9]. Selain itu, log densitas juga mengukur nilai bulk density dari suatu formasi yang merupakan gabungan dari beberapa densitas material penyusun batuan, matriks, fluida yang mengisi pori- pori [10].

d. Log Gamma Ray

Log gamma ray adalah salah satu log radioaktif yang digunakan untuk memperkirakan volume shale pada suatu sumur dengan menggunakan spectral

(24)

gamma ray. Log gamma ray dilakukan dengan cara mendeteksi arus yang yang

ditimbulkan oleh ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi gas ideal yang terdapat di dalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada sonde. Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat diidentifikasikan jenis batuan yang berada di bawah permukaan bumi [10].

Partikel radioaktif banyak dijumpai di formasi yang berukuran lempung, sehingga nilai gamma ray tinggi diasumsikan sebagai shale. Sedangkan nilai gamma ray yang rendah diasumsikan sebagai batupasir dan karbonat. Log gamma ray adalah yang paling baik untuk memisahkan shale–sand.

e. Log Neutron Porositas

Log neutron porositas digunakan untuk mengetahui jenis kandungan atom hidrogen yang terdapat dalam formasi batuan dengan menembakan atom neutron dengan energy yang tinggi. Sehingga akan terjadi tumbukan dengan material yang mengakibatkan neutron akan kehilangan energinya. Besar energi neutron yang hilang bergantung dengan banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi batuan tersebut.

Prinsip kerja log neutron yaitu dengan cara memancarkan partikel neutron dengan kecepatan tinggi yang kemudian akan bertabrakan

dengan atom hidrogen yang berada di dalam batuan. Karena medium yang

paling kuat menyerap energi neutron adalah unsur hidrogen ,maka semakin banyak unsur hidrogen yang terserap semakin besar pula porositas batuan tersebut.

f. Log Sonic

Log sonic atau DT adalah log yang bekerja berdasarkan kecepatan rambat gelombang suara. Gelombang yang dipancarakan dari suatu formasi akan dipantulkan ke receiver, dengan selisih waktu yang disebut dengan interval

transit time. Besarnya selisih waktu yang dibutuhkan tergantung dari jenis

porositas batuan, selisih waktu dinyatakan dalam satuan microseconds per

(25)

Prinsip kerja log ini dengan cara mengirimkan sinyal gelombang seismik untuk mendapatkan interval waktu transit formasi batuan. Dari hasil interval waktu ini maka dapat dilakukan estimasi porositas yang terkandung dalam suatu batuan.

Gambar 2.5 Transit Interval Yang Relatif Tinggi (DT = 81 μsec / ft) Menunjukkan

Porositas Tinggi Batu Pasir [11]

g. Log Calliper

Log calliper berguna untuk menentukan volume semen pada operasi cementing dengan menyesuaikan lubang bor tersebut. Log calliper

memanfaatkan dua buah lengan yang menekan dinding lubang bor. Pergerakan secara lateral dari lengan-lengan ini didefinisikan sebagai hambatan yang berubah-ubah, untuk melakukan kalibrasi yang sederhana hambatan yang berubah-ubah ini diterjemahkan menjadi variasi diameter lubang bor terhadap kedalaman [12].

(26)

2.4 Wavelet Seismik

Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah gelombang harmonik yang memiliki amplitudo, frekuensi serta phase yang berbeda, dimana wavelet memiliki karakteristik yang dapat dilihat melalui spektrum amplitudo dan spektrum fasa yang mengandung informasi dan sifat wavelet [13]. Berdasarkan konsentrasi energinya wavelet dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

a. Zero Phase Wavelet

Wavelet berfasa nol (zero phase wavelet) mempunyai konsentrasi energi

maksimum di tengah dan waktu tunda nol, sehingga wavelet ini mempunyai resolusi dan standout yang maksimum. Wavelet berfasa nol (disebut juga

wavelet simetris) merupakan jenis wavelet yang lebih baik dari semua jenis wavelet yang mempunyai spectrum amplitudo yang sama.

b. Minimum Phase Wavelet

Wavelet berfasa minimum (minimum phase wavelet) memiliki energi yang

terpusat pada bagian depan. Dibandingkan jenis wavelet yang lain dengan spektrum amplitudo yang sama, wavelet berfasa minimum mempunyai perubahan atau pergeseran fasa terkecil pada tiap-tiap frekuensi. Dalam terminasi waktu, wavelet berfasa minimum memiliki waktu tunda terkecil dari energinya.

c. Maximum Phase Wavelet

Wavelet berfasa maksimum (maximum phase wavelet) memiliki energi

yang terpusat secara maksimal dibagian akhir dari wavelet tersebut, jadi merupakan kebalikan dari wavelet berfasa minimum.

d. Mixed Phase Wavelet

Wavelet berfasa campuran (mixed phase wavelet) merupakan wavelet yang

(27)

Gambar 2.6 Jenis-jenis wavelet berdasarkan konsentrasi energinya, yaitu zero phase

wavelet (a), minimum phase wavelet (b), maximum phase wavelet (c), dan mixed phase wavelet (d) [13]

2.5 Resolusi Seismik

Resolusi atau daya pisah adalah kemampuan batas antara dua objek yang dapat dipisahkan dengan menggunakan gelombang. Sehingga lapisan batuan yang tipis dapat ditunjukkan atau ditampilkan oleh gelombang seismik. Faktor yang dapat mempengaruhi resolusi seismik yaitu panjang gelombang atau frekuensi dominan gelombang seismik yang digunakan. Resolusi seismik dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.5.1 Resolusi Vertikal

Daya pisah pada arah kedalaman yang dipresentasikan oleh sumbu waktu. Resolusi vertikal ini bergantung pada frekuensi dominan sinyal yang dipakai sehingga semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi pula resolusinya. Namun, tingginya frekuensi yang digunakan dibatasi oleh adanya efek serap medium sehingga mengurangi daya tembus sinyal.

Resolusi ini biasa digunakan apabila ketebalan suatu lapisan batuan lebih besar dari ketebalan tunning nya maka, batas antar lapisannya dapat dibedakan, sehingga kedua gelombang ini akan berinterferensi positif yang dapat menyebabkan peningkatan amplitudo. Apabila ketebalan suatu lapisan batuan

(28)

lebih kecil dari tunning nya maka, gelombang akan berinterferensi negatif yang dapat mengurangi amplitudo refleksi gelombang [13].

2.5.2 Resolusi Horizontal

Resolusi ini merupakan kemampuan melihat dua buah objek yang terpisah secara lateral. Sehingga apabila resolusinya rendah maka, dua benda yang terpisah akan tampak menjadi satu benda. Nilai resolusi horizontal akan menurun pada saat posisi pengamatan bergerak menjauhi objek, sehingga dua benda akan tampak lebih menyatu lagi dengan menurunnya resolusi horizontal.

Zona Fresnel merupakan bagian dari reflektor dengan energi gelombang yang direfleksikan dengan setengah atau seperempat siklus panjang gelombang setelah terjadinya refleksi pertama. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kedalaman, kecepatan dan frekuensi gelombang refleksi [14].

2.6 Dekonvolusi

Dekonvolusi adalah suatu proses yang digunakan untuk meningkatkan resolusi dari data seismik, dengan menganalisa wavelet seismik dasar. Dekonvolusi berfungsi untuk mengurangi pengulangan refleksi yang dapat mengganggu interpretasi data seismik. Biasanya dekonvolusi dilakukan dengan cara konvolusi antara data seismik dengan sebuah filter yang biasa dikenal dengan

Wiener Filter. Sehingga dengan dilakukannya dekonvolusi, maka dapat

mengetahui kondisi bawah permukaan yang tidak ideal berdasarkan sumber

wavelet yang masuk kedalam bumi dengan mengubah sumber wavelet menjadi spike [15].

2.7 Seismogram Sintetik

Seismogram sintetik merupakan sebuah rekaman seismik buatan, yang dibuat berdasarkan dari data log kecepatan dan densitas [16]. Seismogram ini digunakan untuk mengkorelasikan antara informasi sumur berupa litologi terhadap penampang seismik yang telah diperoleh untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap serta komprehensif [17]. Cara kerja dari seismogram sintetik ini yaitu dengan dilakukannya konvolusi dengan wavelet, konvolusi antara koefisien refleksi dengan wavelet seismik akan menghasilkan seismogram sintetik

(29)

mengkoreksi model stikogram digunakan agar dapat mengkolerasi secara optimum.

2.8 Well Seismic Tie

Dalam seismik refleksi, well seismic tie digunakan untuk mengetahui posisi kedalaman yang sesungguhnya agar data seismik yang diperoleh dapat dikorelasikan dengan data geologi yang telah di plot dengan menggunakan skala kedalaman yang diletakkan secara horizon. Untuk itu perlu dilakukannya well

seismic tie dalam penelitian ini. Pada umumnya, dengan memanfaatkan

seismogram sintetik yang diperoleh dari hasil survey kecepatan (well velocity

survey) diantaranya ialah checkshot survey.

Pada checkshot survey kecepatan diukur dalam lubang bor dengan sumber gelombang dalam lubang bor dan sumber gelombang yang digunakan sama dengan yang digunakan pada survei seismik. Kegunaan utama dari checkshot

survey adalah untuk mendapatkan time depth curve yang kemudian dimanfaatkan

lebih lanjut untuk pengikatan data seismik dan data sumur, kecepatan rata-rata, perhitungan kecepatan antar interval serta koreksi data sonic pada seismogram sintetik [18].

2.9 Attribut Seismik

Seismik atribut adalah segala informasi yang diperoleh dari data seismik baik melalui pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman. Seismik atrubut diperlukan untuk memperjelas anomali yang tidak terlihat secara kasat mata pada data seismik konvensional. Analisis seismik biasanya digunakan untuk memprediksi sifat reservoir seperti porositas, kandungan lempung, saturasi air, dll, berdasarkan masukan data atribut seismik. Atribut seismik merupakan pengolahan data seismik yang cukup baik untuk menggambarkan citra seismik dan pengukuran zona-zona menarik serta untuk menentukan struktur atau lingkungan pengendapan.

2.10 Densitas Batuan

Densitas (ρ) didefiniskan sebagai perbandingan massa (m) terhadap volume (v) suatu batuan, dituliskan :

ρ = m

(30)

diketahui : = densitas (kg/m3 ) = massa (kg) = volume (m3 )

Densitas merupakan sifat fisis batuan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap parameter fisis lainya dari beberapa jenis batuan. Dalam SI densitas

mempunyai satuan kg/m3. Karena batuan bersifat heterogen, maka diperlukan

pengertian-pengertian densitas khusus yang berkaitan dengan komponen- komponen materi penyusun yang membentuk suatu batuan. Sehingga dikenal adanya

a. Densitas bulk, yaitu densitas rata-rata dari suatu volume batuan ( termasuk didalamnya adanya pori, lubang, dan lainya).

b. Densitas individu dari komponen batuan, misal densitas mineral kuarsa. c. Densitas rata-rata dari matrik padat suatu batuan, misal densitas matrik

karbonat (tanpa pori-pori)

d. Densitas fluida yang mengisi pori rata-rata, misalnya densitas air pori

Apabila di dalam pori berisi fluida, maka besarnya kandungan fluida tersebut dinyatakan dengan derajat kejenuhan fluida (saturasi). Batuan yang berisi gas dan air akan mempunyai densitas gabungan dari ketiga materi tersebut yaitu materi padat, fluida dan gas [19].

2.11 Porositas Batuan

Porositas adalah perbandingan antara volume ruang pori (vp) terhadap

volume total dari masa batuan (v) yang secara matematis dituliskan sebagai:

(3)

dimana :

Φ = porositas

(31)

Porositas adalah besaran yang tidak berdimensi dan sering dinyatakan dalam bagian atau persen. Porositas merupakan hasil proses geologi, fisis dan kimiawi selama dalam proses pembentukan batuan tersebut maupun pada tahap setelah pembentukan, sehingga dapat menimbulkan porositas primer maupun sekunder [20]. Secara petrografi asal mula pembentukan porositas dapat dibedakan menjadi:

a. Porositas intergranular adalah pori yang terbentuk antar butir partikel atau fragmen material klastik.

b. Porositas rekahan, diakibatkan oleh adanya proses fisis mekanik atau proses kimiawi secara parsial terhadap batuan yang masive pada awalnya, seperti pada batu gamping, porositas jenis ini merupakan porositas sekunder.

c. Porositas vugular adalah porositas yang dibentuk oleh organisme dan bersamaan dengan terjadinya proses kimia pada tahapan selanjutnya. Secara umum porositas pada batuan diperoleh berdasarkan urutan porositas yang semakin mengecil pada batuan berikut ini :

1. Sedimen laut berpori

2. Sedimen yang tak terkompaksi 3. Batupasir

4. Batuan karbonat 5. Anhydrit

6. Batuan beku dan batuan masive lainya

Secara teoritis numerik porositas dapat bernilai dari 0% sampai 100%, namun secara fisis nilai porositas hanya berkisar antara 5% sampai 40% saja. Nilai porositas dibawah atau sama dengan 5% sudah dianggap tidak komersial dikarenakan sudah sangat kecil dan pada umumnya permeabilitasnya juga kecil sehingga sudah tidak mampu mengalirkan fluida. Secara teoritis nilai porositas tidak akan lebih dari 47,6% [21]. Kualitas baik atau buruknya suatu batuan dapat dilihat berdasarkan nilai porositasnya. Secara umum, Secara umum, semakin bertambahnya kedalaman maka porositas batuan akan berkurang, karena semakin dalam batuan tersebut maka batuan semakin kompak akibat dari tekanan di atasnya.

(32)

Nilai porositas sangat berpengaruh terhadap kecepatan dari gelombang seismik. Jika gelombang seismik melewati suatu formasi yang memiliki porositas yang semakin besar maka kecepatan gelombang seismik akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.

Tabel 2.1 Kualitas Porositas Reservoar

No. Nilai Porositas Skala 1 0-5% Diabaikan 2 5-10% Buruk 3 10-15% Cukup 4 15-20% Baik 5 20-25% Sangat Baik 6 >25% Istimewa 2.12 Reservoir

Reservoir merupakan tempat akumulasi fluida hidrokarbon yang dapat berupa gas, minyak dan air yang telah bermigrasi dari batuan induk. Reservoir memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal yang mempengaruhi perbedaan karakteristik ini diantaranya ialah jenis komposisi yang terbentuk, temperatur serta tekanan tempat atau daerah terjadinya akumulasi hidrokarbon yang terkandung didalamnya. Suatu reservoir yang mengandung minyak dan gas bumi memili beberapa syarat yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

a. Batuan reservoir (reservoir rock), merupakan wadah yang terisi dan dijenuhi oleh minyak ataupun gas. Pada batuan reservoir memiliki struktur lapisan yang berongga atau berpori-pori.

b. Lapisan penutup (sealing cap rock), merupakan lapisan yang berfungsi sebagai penahan ataupun pelindung fluida yang terkandung didalamnya agar tidak mudah mengalir keluar atau biasa disebut sebagai lapisan

impermeable, sehingga minyak dan gas dapat tetap terakumulasi dalam

(33)

menjadi minyak ataupun gas bumi, yang kemudian bermigrasi dan terperangkap pada batuan berpori sehingga menjadi batuan reservoir.

2.13 Batuan Reservoir

Batuan reservoir merupakan wadah yang terisi dan dijenuhi oleh minyak ataupun gas. Struktur ruang penyimpanan minyak dalam reservoir berupa rongga- rongga atau berpori-pori, umumnya batuan reservoir ini sangat berpengaruh terhadap besarnya porositas yang merupakan perbandingan antara volume pori- pori terhadap keseluruhan suatu volume batuan dan permeabilitas yang merupakan kemampuan dari medium berongga atau berpori untuk mengalirkan kandungan suatu batuan. Sehingga hal ini mnegakibatkan batuan reservoir memiliki kemampuan untuk menyimpan serta melepaskan minyak bumi.

2.13.1 Batupasir (Sandstone)

Batupasir merupakan batuan sedimen utama yang terdiri dari mineral yang berukuran butir-butir atau biasa yang disebut dengan pasir yang berasal dari pecahan batuan-batuan lainnya. Batuan ini terbentuk akibat adanya sedimentasi yang terjadi ketika pasir terlepas dari suspensi sehingga batuan terseret atau menggelinding hingga terakumulasi. Ketika telah berakumulasi, pasir berubah menjadi batu pasir yang kompaksi oleh tekanan dan endapan diatasnya serta disementasi oleh presipitasi mineral di dalam pori-pori antar butiran.

Menurut Pettijohn [22], batupasir dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Orthoquarzites, merupakan kelompok jenis batuan sedimen yang terbentuk

dari proses yang menghasilkan unsure silica yang tinggi, dengan tidak mengalami metamorfosa dan kepadatan, terutama pada mineral kuarsa atas (quartz) dan mineral lainnya yang stabil. Material pengikatnya berupa semen yang merupakan bahan dasar utama yang terdiri atas karbonat dan silica.

b. Graywacke, merupakan jenis kelompok batu pasir yang tersusun dari unsur-unsur mineral yang berbutir besar, terutama pada kuarsa dan feldspar serta fragmen-fragmen batuan. Material pengikat pada jenis kelompok batuan ini yaitu berupa clay dan karbonat.

(34)

c. Arkose, merupakan jenis kelompok batupasir yang biasanya tersusun dari

quartz sebagai mineral yang dominan. Meskipun pada umumnya mineral

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yang bertempat di Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) Jl. Ciledug Raya No. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Pelaksanaan tugas akhir ini ditunjang dengan menggunakan beberapa alat dan bahan diantaranya yaitu:

a. Perangkat lunak Schlumberger 2009 dan Humpson Russell 2009

Perangkat lunak ini digunakan pada saat proses pengolahan data seismik refleksi yang melalui proses picking hingga interpretasi.

b. Microsoft Office 2010

Microsoft Office ini digunakan pada saat penyusunan data sumur, checkshot, well top yang akan di input ke dalam software yang akan

digunakan.

c. Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini berupa data log sumur, densitas, resistivitas, gamma ray, calliper, neutron porosity serta

spontaneus potential.

d. Perangkat lunak Arcmap 10.7

Pada perangkat lunak ini digunakan untuk pembuatan peta persebaran daerah penelitian Cekungan Jawa Tengah Utara.

3.3 Tahapan Penelitian

Pada tahapan ini yaitu merupakan bagian dari langkah penelitian dalam pengolahan data yang tersusun dalam bentuk flowchart. Berikut merupakan

(36)
(37)

3.4.1 Data Sumur

Data sumur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak tiga sumur dengan berbagai macam log densitas pada masing-masing sumurnya. Kelengkapan log pada tiap sumur diantaranya ialah caliper log, density log,

gamma ray log, neutron porosity log, resistivity log serta spontaneous potential log. Data sumur yang digunakan dalam pengolahan data ini yaitu TU-1, TU-2 dan

TU-3.

Tabel 3.1 Data Sumur & Kelengkapan Log

No Well Log

checkshot NPHI RHOB GR Cal Resistivity SP

1 TU-1 v v v v v v v

2 TU-2 v v v v v v v

3 TU-3 v v v v v - v

3.4.2 Data Checkshot

Checkhsot merupakan suatu tembakan yang bertujuan untuk mengkoreksi

serta mengontrol hasil survey kecepatan kontinu (Well Velocity Survey) yang berfungsi untuk menentukan waktu koreksi yang tiba pada sumur. Prinsip kerja dari checkshot ini yaitu dengan menempatkan geophone ke dalam lubang sumur bersamaan dengan log sonik. Waktu dapat diatur dan dikontrol oleh checkshot

time, hal ini dapat memberikan informasi waktu rambat yang akan diterima oleh

perekam checkshot [23].

Dalam penelitian ini, dengan menggunakan data sumur yang memiliki domain yang berbeda-beda maka diperlukan data checkshot yang berfungsi untuk menyamakan domain data sumur kedalaman menjadi domain waktu. Berdasarkan dari penelitian yang akan dilakukan ini maka data checkshot yang digunakan adalah checkshot TU-1, checkshot TU-2 dan checkshot TU-3.

3.4.3 Data Marker Geologi

Data marker merupakan data yang digunakan sebagai acuan penanda lapisan yang berfungsi memberikan informasi untuk menandai letak dari zona

(38)

target reservoir dan top dari sebuah formasi pada sumur. Dengan adanya data marker juga dapat mengetahui kedalaman dari reservoir target pada daerah penelitian. Data marker yang digunakan berasal dari well report dari 3 buah sumur yang berbeda, dimana data marker ini dianalisa berdasarkan data log, litologi, dan biostratigrafi. Formasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Parigi dan Cibulakan.

3.4.4 Data Seismik

Data seismik merupakan suatu penggambaran dari lapisan batuan yang berada di bawah permukaan dengan gambaran kemenerusan dari amplitudo gelombang seismik dimana data seismik ini memiliki domain time. Pada penelitian eksplorasi data seismik sangat dibutuhkan karena melalui data seismik maka akan diperoleh penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan pada cekungan Jawa Tengah Utara. Data seismik yang digunakan dalam penelitian ini berupa seismik 2D post-stack dengan jumlah line sebanyak 40 line.

(39)

3.5 Pengolahan Data 3.5.1 Analisa Log

Sebelum melakukan analisa terhadap data seismik, maka dilakukan terlebih dahulu analisa data log. Analisa data log ini berguna untuk menentukan zona target serta analisa crossplot. Analisa zona target yang dilakukan berfungsi untuk penentuan zona prospek berdasarkan dari log sumur penelitian. Sedangkan analisa

crossplot dilakukan untuk mengetahui sensitifitas data terhadap kemampuan

untuk memisahkan bagian antara batu pasir dengan serpih yang berguna untuk menentukan kelayakan pada proses inversi [23].

a. Analisa Zona Target

Analisa ini biasa digunakan untuk melakukan penentuan zona prospek eksplorasi berdasarkan dari log sumur penelitian. Berdasarkan dari respon data

log sumur tersebut maka dapat diketahui keadaan kondisi reservoir yang berada

di bawah permukaan [24]. Selain menggunakan data log sumur juga dapat digunakan data hasil sumur yang telah diperoleh sebelumnya dimana apabila menggunakan data hasil sumur yang telah ada maka diperlukan marker pada sumber sumur produksi tersebut yang digunakan sebagai acuan potensi keberadaan reservoir.

Melalui analisa zona target ini, dapat menentukan formasi mana yang akan dijadikan target untuk dianalisa, untuk mengetahui informasi log yang mengindikasikan adanya reservoir pada formasi yang telah dipilih maka dapat diindikasikan dengan menggunakan log triple combo yang terdiri atas log

gamma ray, log spontaneus (SP), serta log calliper pada kolom log bagian

pertama. Log resistivity pada kolom bagian kedua dan pada kolom log bagian ketiga terdiri atas log neutron porosity (NP) dan log density.

b. Analisa Crossplot

Analisa ini digunakan untuk mengetahui sensitivitas data terhadap kemampuan untuk memisahkan bagian antara batuan pasir dengan serpih yang berada pada daerah reservoir. Pada penelitian ini, dilakukan analisa crossplot antara density log, gamma ray log, dan P-impedance log. Nilai-nilai ini menunjukkan besar perbedaan antara batu pasir dengan serpih. Selain itu,

(40)

perlu dilakukan cut-off suatu nilai fisis batuan agar mempermudah dalam memisahkan anomali keberadaan reservoir.

Gambar 3.4 Tampilan Pengolahan Data Analisa Crossplot

3.5.2 Wavelet

Tahapan wavelet ini digunakan untuk memudahkan dalam melakukan pengikatan data sumur dengan data seismik yang dimiliki pada penelitian ini. wavelet yang digunakan yaitu “use well” dimana dengan menggunakan jenis wavelet tersebut dapat menyesuaikan berdasarkan seismik yang berada disekitar sumur sehingga dapat memudahkan dalam melakukan ektraksi wavelet.

Pembuatan wavelet dengan menggunakan “use well” ini menghasilkan bentuk wavelet dengan tipe minimum phase dimana energi dominan yang terbentuk terletak pada awal waktu. Karena dengan menggunakan wavelet

minimum phase maka akan diperoleh sintetik yang mirip dengan data seismik

yang digunakan.

Dalam hal ini, bentuk wavelet sangatlah mempengaruhi dalam penelitian karena pembentukan wavelet yang tepat akan memudahkan dalam melakukan pengikatan antara data sumur dengan data seismik pada penelitian karakterisasi reservoar hidrokarbon batupasir pada Cekungan Jawa Tengah Utara untuk Formasi Parigi dan Cibulakan

(41)

Gambar 3.4 Tampilan Wavelet Time Response dari Hasil Ekstraksi Menggunakan Use

Well

3.5.3 Well Seismik Tie

Well seismik tie merupakan proses pengikatan data sumur yang memiliki

domain kedalaman dengan data seismik yang memiliki domain waktu. Tujuan dilakukannya well seismic tie ini yaitu agar dapat mengkorelasikan data sumur dengan data seismik yang berada pada domain yang berbeda menjadi berada pada domain yang sama yaitu time to depth (DT) sehingga akan diperoleh posisi yang sesuai antara data sumur dan data seismik agar dapat dilakukan penarikan kemenerusan lapisan pada zona target.

Sebelum dilakukan well seismic tie ini maka perlu dilakukan koreksi

checkshot terlebih dahulu. Koreksi checkshot ini berfungsi untuk mengubah

domain kedalaman sumur menjadi domain waktu atau kedalaman yang sebenarnya. Data yang dibutuhkan pada proses well seismic tie ini adalah data log densitas (log RHOB), data p-wave serta data seismik. Pada tahapan well seismic

tie ini dibutuhkan ekstraksi wavelet dari data seismik untuk menghasilkan wavelet

yang akan dikonvolusikan untuk menghasilkan seismogram sintetik. Well seismic

tie ini dikontrol oleh nilai korelasi koefisien refleksi dengan minimum sebesar 0,5.

(42)

akan dilakukan ekstraksi wavelet ulang hingga mendapatkan nilai minimum korelasi koefisien refleksi.

Proses ini merupakan tahapan terpenting dalam pengolahan data seismik karena hasil dari well seismic tie ini akan mempengaruhi bentuk seismik pada tahapan selanjutnya. Well seismic tie dilakukan pada semua sumur penelitian ini yaitu sumur TU-1, TU-2 dan TU-3. Pada tahapan ini dilakukan pengikatan pada Formasi Parigi dan Cibulakan yang merupakan target reservoir penelitian.

Proses well seismic tie diawalai dengan pembuatan log akustik impedansi dengan menggunakan data log densitas dan log sonik, kemudian log akustik impedansi diubah menjadi koefisien refleksi/RC. Dari data seismik dilakukan ekstraksi wavelet secara statistik, yang mana wavelet yang diekstraksi hanyalah wavelet pada tras seismik yang dilewati oleh sumur TU-1, TU-2 dan TU-3. Kemudian RC dari data sumur di konvolusikan dengan wavelet hasil ekstraksi dari data seismik sehingga didapatkan seismogram sintetik. Langkah berikutnya adalah proses well seismic tie yaitu pengikatan antara seismogram sintetik dengan seismogram tras seismik hingga didapatkan nilai koefisien korelasi antara sesimogram sintetik dan seismogram tras seismik diatas 0,5 sesuai dengan standar penelitian.

3.5.4 Picking

Setelah melakukan pengikatan antara data seismik dengan data sumur maka dilanjutkan pada tahapan selanjutnya yaitu picking. Picking yang dilakukan diantaranya ialah picking fault dan picking horizon pada formasi Parigi dan juga Cibulakan. Proses ini juga merupakan tahapan penting karena akan digunakan sebagai dasar pada tahapan selanjutnya. Tujuan dari picking itu sendiri ialah untuk mengetahui top dari target pada data seismik, sehingga nantinya akan didapatkan persebaran dan geometri top dari target penelitian dengan pembuatan peta time

struktur dari horizon.

(43)

dilakukan untuk melihat keteraturan penampakan refleksi secara lateral berdasarkan dari data seismik yang digunakan dimana hasil dari picking ini dapat menunjukkan persebaran batuan pada target penelitian.

Proses picking horizon dapat dipermudah dengan melakukan pembuatan batas-batas sesar pada data seismik 2D agar dapat mengetahui daerah yang kemungkinan mengandung batupasir serta kemenerusan horizon dari data tersebut. Picking horizon ini dilakukan dengan cara mengikatkan satu lintasan seismik yang memiliki data sumur agar dapat diketahui korelasi antara data seismik dengan marker.

3.5.5 Pembuatan Peta Struktur waktu

Tahapan selanjutnya dilakukan pembuatan peta struktur waktu dari hasil

picking tersebut. Pembuatan peta struktur waktu ini berfungsi untuk membantu

dalam menginterpretasikan pada zona bawah permukaan dengan menggunakan kecepatan. Sehingga dapat menunjukkan perbandingan data seismik pada domain waktu dan juga pada kedalaman. Selain itu, dengan bantuan pembuatan peta struktur kedalaman maka akan memberikan informasi terkait interpretasi struktur pada daerah target penelitian ini.

3.5.6 Proses Analisa Attribut Seismik

Proses analisa atribut seismik untuk karakterisasi reservoir pada lokasi penelitian digunakan sebagai penunjang dalam menganalisa lokasi yang prospek dalam menyimpan reservoir. Selain itu, proses ini juga dapat melihat anomali yang tidak terlihat secara langsung dari data seismik dengan memberikan informasi yang terkandung pada wiggle seismik diantaranya ialah informasi frekuensi, waktu, amplitudo serta gelombang fasa. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis attribut seismik yaitu attribut amplitudo Root Mean

Square (RMS).

Proses analisa attribut seismik ini dilakukan setelah pembuatan peta struktur waktu formasi target reservoir. Langkah yang dilakukan dalam proses attribut ini

(44)

yaitu dengan membuat surface attribute yang kemudian dengan memilih jenis atribut yang akan digunakan, karena dalam penelitian ini menggunakan jenis atribut RMS maka pemilihan atribut pada window software yaitu RMS amplitude kemudian dengan meng-input horizon yang telah dibuat atau telah didapatkan dari hasil picking yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu dengan meng-klik OK maka atribut akan muncul pada penampang hasil horizon yang telah dilakukan.

Berikut merupakan hasil dari mengaktifkan atribut RMS yang digunakan dimana hasil ini menunjukkan kontras warna pada penampang seismik yang digunakan. Kontras warna ini menunjukkan nilai amplitudo pada setiap lintasan atau pada setiap persebaran dari batuan yang berada pada seismik ini dimana sesuai dengan teori atribut itu sendiri yaitu akan menunjukkan nilai amplitudo yang tinggi maka dari atribut RMS yang digunakan ini dapat dilihat bahwa kontras dengan warna merah menunjukkan jenis amplitudo yang tinggi sedangkan untuk kontras warna biru menunjukkan nilai amplitudo yang rendah.

(45)

Selanjutnya melakukan pembuatan surface pada target reservoir untuk setiap attribut yang digunakan. Setelah melakukan pembuatan surface, maka didapatkan peta persebaran dari hasil attribut seismik yang digunakan tadi baik pada attribut RMS. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisa dari hasil attribut tersebut yang berguna dalam mengkarakterisasikan reservoir batu pasir pada Formasi parigi dan juga Formasi Cibulakan.

3.5.7 Interpretasi

Tahapan terakhir dari pengolahan data seismik pada penelitian ini yaitu interpretasi. Interpretasi ini membahas mengenai zona paling prospek sebagai reservoir batupasir pada Formasi Parigi dan Cibulakan dengan menggunakan kombinasi antar peta yang telah dibuat sebelumnya yaitu peta struktur waktu dan peta RMS amplitudo.

Pada tahapan ini, merupakan tahapan menganalisis dari hasil yang telah dilakukan selama melakukan pengolahan data pada penelitian reservoir batupasir, hal yang perlu dilakukan yaitu menganalisa amplitudo dengan menggunakan peta struktur waktu sebagai kontrol geologi dalam penentuan target zona prospek reservoir batupasir serta melihat zona yang paling berpotensi menyimpan reservoir batupasir [25]. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa terhadap karakteristik, kelebihan serta kekurangan dari atribut RMS amplitudo dan menganalisa zona prospek reservoir batupasir dengan menggunakan peta RMS amplitudo, untuk mengetahui dimana zona poros batupasir pada target dengan zona amplitudo tinggi.

Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui secara jelas mengenai apa saja yang telah diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan ini. Serta mengetahui perbedaan yang ada pada masing-masing formasi yang digunakan serta untuk menganalisa lebih lanjut zona yang mungkin bisa menghasilkan reservoir batu pasir.

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Zona Target

Pada penelitian kali ini sumur yang digunakan sebanyak 3 yaitu sumur TU- 1, TU-2, dan TU-3. Berdasarkan analisa nilai pada well logging terhadap ketiga sumur ini maka diperoleh zona target penelitian berupa reservoir batupasir pada batasan target Formasi Parigi dan Cibulakan. Keberadaan batupasir ini diidentifikasikan berdasarkan kurva analisa log pada masing-masing sumur.

Analisa zona target reservoir dilakukan dengan menggunakan log kombinasi yang terdiri dari log gamma ray, log spontaneous potential (SP), log calliper, log

resistivity, log density, serta log neutron porosity. Nilai log pada reservoir batu

pasir yang diperoleh pada Formasi Parigi dan Cibulakan mendekati sama, yaitu memiliki nilai log gamma ray yang rendah dimana pada umumnya nilai ini menunjukkan litologi batuan yang terkandung pada zona target penelitian.

Sedangkan log gamma ray memiliki peran sebagai pembaca radioaktivitas batuan reservoir yang terkena oleh sinar gamma pada alat eksplorasi. Jika batuan yang terkena sinar gamma ini memiliki pembacaan gamma ray yang tinggi maka merupakan batuan serpih sedangkan pada pembacaan gamma ray yang rendah merupakan batuan pasir. Berdasarkan dari kurva log gamma ray yang terlihat menunjukkan nilai yang rendah dengan ditunjukkannya kurva yang bergeser ke

kiri dengan nilai yang dihasilkan antara 0.3 – 65 API (American Petroleum

Institute) dimana pada nilai tersebut menunjukkan keberadaan batupasir pada

Formasi Parigi dan Cibulakan [26].

Selanjutnya dengan menggunakan log spontaneus potential (SP) pada ketiga sumur yang terbaca memiliki nilai yang rendah dengan ditunjukkan berdasarkan kurva yang bergeser ke kiri dengan nilai antara -30 hingga 8 mV. Semakin kecil salinitas maka semakin besar potensi minyak yang terkandungnya [27]. Dengan

(47)

Agar dapat memberikan informasi yang lebih jauh mengenai litologi batuan yang terkandung pada Formasi Parigi dan juga Formasi Cibulakan pada ketiga sumur maka dibantu lagi dengan menggunakan log calliper. Log calliper ini menunjukkan ukuran dari lubang bor pada pengambilan data eksplorasi ini. Dari hasil kurva menunjukkan ukuran dari lubang bor yang terdeteksi yaitu memiliki ukuran lubang bor yang cukup baik, dimana ukuran dari lubang bor ini sangat mempengaruhi pembacaan pada alat pendeteksi. Besar nilai calliper ini merupakan pendukung korelasi log gamma ray yang menunjukkan keberadaan batuan reservoir, semakin rendah nilai yang diperoleh maka menunjukkan adanya reservoir yang terkandung [28] dan pada umumnya nilai <30 cm menunjukkan indikasi batu pasir. Pada formasi Parigi dan Cibulakan menunjukkan nilai calliper dengan defleksi yang kecil <30 cm maka dapat diketahui batuan yang terkandung berupa batupasir.

Pada track kedua dari masing-masing sumur yaitu menempati tempat log resistivitas, akan tetapi pada sumur TU-3 tidak memiliki nilai log resistivitas karena tidak terdeteksi adanya indikasi pembacaan log ini pada alat. Log resistivitas memiliki peran yang berfungsi untuk mengetahui jenis batuan yang terkandung berdasarkan ketahanan batuan terhadap sifat kelistrikannya. Selain itu log ini juga berfungsi sebagai alat bantu ataupun penunjang dari log gamma ray sehingga adanya keterikatan antara hasil dari log gamma ray dengan log resistivitas ini. Karna pada dasarnya batuan reservoir akan memiliki nilai resistivitas tinggi yang mengindikasikan bahwa batuan tersebut mengandung minyak dan apabila batuan yang terbaca pada alat pendeteksi memiliki nilai yang rendah maka batuan tersebut terisi oleh air formasi. Pada penelitian ini nilai

resistivitas yang ditunjukkan yaitu tinggi dengan nilai 100 mΩ atau dapat terlihat bahwa kurva bergeser ke kanan yang menunjukkan kalau daerah zona target Formasi Parigi dan Cibulakan ini terisi oleh batuan reservoir. Berdasarkan penjelasan diatas maka batuan reservoir yang terkandung yaitu batupasir.

Pada track selanjutnya yaitu menunjukkan keberadaan atau pembacaan log densitas pada masing-masing sumur. Log densitas yaitu merupakan log yang mengidentifikasikan kandungan fluida yang terkandung pada batuan yang berada di bawah permukaan dengan melihat fluida yang terdapat di dalam pori batuan.

(48)

Dari kurva pembacaan log densitas menunjukkan nilai densitas yang tinggi antara 2.1 – 2.5 g/cc atau dengan bergeser ke kiri sehingga dapat diketahui bahwa adanya indikasi batuan pasir yang terperangkap pada Formasi Parigi dan juga Cibulakan.

Sedangkan pembacaan log neutron porosity pada kurva menunjukkan defleksi yang rendah sehingga mengindikasikan bahwa adanya batuan pasir yang berada pada Formasi Parigi dan Cibulakan yang kaya akan kandungan unsur hidrogen yang mana kita ketahui bahwa hidrokarbon adalah zat yang kaya akan unsur hidrogen. Selain itu, terlihat adanya cross-over pada kurva neutron porositas dan densitas dimana hal ini menunjukkan pada jarak separasi yang besar maka mengindikasikan adanya gas sedangkan pada jarak separasi yang sempit menunjukkan adanya minyak dan apabila jarak separasi yang terlihat semakin sempit maka menunjukkan adanya fluida air.

Berdasarkan dari analisa zona target yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa adanya indikasi batuan pasir yang berada di zona target penelitian pada Formasi Parigi dan Cibulakan dengan melakukan analisa terhadap masing-masing log yang digunakan pada saat dilakukannya penelitian.

(49)

Gambar 4.2 Tampilan Analisa Zona Target pada Sumur TU-2

Gambar 4.3 Tampilan Analisa Zona Target pada Sumur TU-3

4.2 Analisa Sensitivitas

Analisa ini dilakukan guna untuk mengetahui sensitivitas batuan yang terkandung pada bawah permukaan khususnya pada Formasi Parigi dan juga Cibulakan. Dari sensitivitas ini, maka dapat diketahui keberadaan batuan yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan log neutron porositas dan log densitas serta log gamma ray yang menunjukan persebaran batuannya berdasarkan warna atau color key.

(50)

Gambar 4.4 Tampilan Crossplot untuk Formasi Parigi

Gambar 4.5 Tampilan Crossplot untuk Formasi Cibulakan

Berdasarkan hasil crossplot yang telah dilakukan maka dapat terlihat pada gambar 4.4 dan 4.5 yang menunjukkan sumbu x untuk komponen log neutron porositas yang semakin ke kanan menunjukkan angka yang semakin besar. Dapat diketahui bahwa batuan reservoar memiliki nilai neutron porositas yang rendah dan berdasarkan analisa ini dapat terlihat neutron porositas untuk batuan pasir berada pada nilai kurang dari 0.45%.

Gambar

Tabel 2.1  Kualitas porositas reservoir  21  Tabel 3.1  Data sumur dan kelengkapan log  25
Gambar 2.1 Lokasi Cekungan Jawa Tengah Utara [5]
Gambar 2.2 Penampang geologi Cekungan Jawa Tengah Utara dan sekitarnya [6]
Gambar 2.3 Stratigrafi Regional Cekungan Jawa Tengah Utara [6]
+7

Referensi

Dokumen terkait