• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012096 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012096 Full text"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

YOSEPHIN DARISTA HASFRENTIA 802012096

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yosephin Darista Hasfrentia

Nim : 802012096

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STES AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 11 Desember 2015

Yang menyatakan,

Yosephin Darista Hasfrentia

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yosephin Darista Hasfrentia

Nim : 802012096

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRES AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG Yang dibimbing oleh:

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 11 Desember 2015

Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRES AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG

Oleh

Yosephin Darista Hasfrentia

802012096

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015

Oleh:

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRES

AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG

Yosephin Darista Hasfrentia Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self

efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan melibatkan 100 pelajar SMAN 1

Tuntang dari kelas X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, dan XII IPS. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara self efficacy dengan

stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang. Tingkat self efficacy pada pelajar SMAN

1 Tuntang berada pada kategori tinggi dengan mean sebesar 54,76, sedangkan tingkat

stres akademik pelajar SMAN 1 Tuntang berada pada kategori sangat rendah dengan

mean sebesar 44,63. Self efficacy memberikan sumbangan pengaruh terhadap stres

akademik sebesar 60,68%.

(9)

ii Abstract

The aim of this study is to determine the significance of the relationship between self

efficacy with academic stress in students of SMAN 1 Tuntang. This research is a

quantitative correlation with the involvement of 100 students SMAN 1 Tuntang of class

X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, and XII IPS. The result shows that there is a negative and

significant relationship self efficacy between with academic stresses. SMAN 1 Tuntang

student’s self efficacy levels are on the high category with mean amounted to 54,76

while the level of academic stress SMAN 1 Tuntang student’s at the low category with

mean amounted to 44,63. Self efficacy give 60,68% influence on academic stress.

(10)

PENDAHULUAN

Masalah dari stres terus berkembang setiap tahunnya, di Indonesia terdapat

banyak sekali kasus yang terjadi diakibatkan dari ketidakmampuan peserta didik dalam

mengelola stres tuntutan pendidikan yang mereka rasakan hingga berbuntut pada hal-hal

tragis seperti putus sekolah dan tindakan bunuh diri misalnya, seorang siswa shock lalu

bunuh diri karena tidak lulus UN (Sahnaz, 2013). Dari hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti kepada beberapa guru dan siswa di SMAN 1 Tuntang bahwa tuntutan

akademik seperti mengerjakan banyaknya tugas, mendapat nilai bagus, dan memahami

setiap materi pelajaran terkadang membuat siswa menjadikan tuntutan akademik ini

sebagai beban. Tuntutan akademik ini yang dijadikan beban membuat siswa menjadi

takut dan cemas saat memikirkan masa depan, malas makan ketika banyak tugas yang

harus dikerjakan, sulit berkonsentrasi, mudah lelah dan malas untuk belajar. Dari

paparan tersebut, ada kemungkinan bahwa di SMAN 1 Tuntang ini ada pelajarnya akan

mengalami stres akademik.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dengan tujuan untuk

menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan

bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan

berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan

masyarakat (Maryati, 2008).

Menurut Rahmawati (2012) peningkatan mutu pendidikan akan meningkatkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan akan sangat dibutuhkan agar

mampu bersaing di dunia. Salah satu cara yang ditempuh untuk memajukan kualitas

SDM adalah melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan wahana yang dilalui

(11)

Jenjang pendidikan formal terbagi atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Sekolah

Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di

Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut Bangun (2011)

keunggulan SMA khususnya adalah dalam penguasaan konsep, cara berpikir,

performance sebagai bekal ke pendidikan berikutnya. Sekolah Menengah Atas memang

disiapkan untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu bangku perkuliahan.

Di lingkungan sekolah siswa rentan mengalami perubahan yang sangat

signifikan, salah satu perubahan signifikan tersebut adalah mengalami masa transisi

dari jenjang Sekolah Menengah Pertama ke Sekolah Menengah Atas. Perubahan

tersebut meliputi masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh,

meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian, peningkatan jumlah guru dan teman,

serta meningkatnya fokus pada prestasi dan menghadapi ekspektasi-ekspektasi

akademik yang lebih tinggi (Santrock, 2007). Hal tersebut merupakan salah satu

bentuk masalah emosional dan perilaku di lingkungan sekolah yang dapat

memicu terjadinya stres pada siswa. Menurut Nasution (2007) dalam menghadapi

pelajaran yang berat di sekolah akan menimbulkan stres pada siswa, terutama

bagi siswa high school, karena pada saat ini siswa pada umumnya mengalami tekanan

untuk mendapat nilai yang baik dan bisa masuk ke universitas favorit. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Elias (dalam Elwan, 2014) pada 376 siswa di Malaysia

membuktikan bahwa sebagian besar sumber stres remaja berasal dari masalah

akademik.

Menurut Sarafino (dalam Rahmawati, 2012) stres adalah suatu kondisi yang

disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan

(12)

ketidaksesuaian yang dihadapi oleh siswa itu berada pada tuntutan lingkungan dengan

sumber daya aktual yang dimiliki siswa. Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau

pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik. Olejnik dan Holschuh (2007)

mengambarkan stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya

tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Respon terhadap stresor akademik

terdiri dari cognitive, behavior, physical, affective. Cognitive response yaitu respon

yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri, takut gagal, sulit

berkonsentrasi, cemas akan masa depan, melupakan sesuatu, dan berfikir terus-menerus

mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan. Behavior response adalah respon yang

muncul dari perilaku, seperti menarik diri, menggunakan obat-obatan dan alkohol,

tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit,

dan menangis tanpa alasan. Physical response adalah respon yang muncul dari reaksi

tubuh, seperti: telapak tangan berkeringat, kecepatan jantung meningkat, mulut

kering, merasa lelah, sakit kepala, rentan sakit, mual, dan sakit perut. Affective

response adalah respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah,

murung, dan merasa takut.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdini (2009) mengenai tingkat stres

akademik pada siswa SMK N 8 Bandung menunjukan bahwa sebanyak 25,48% siswa

mengalami stres akademik pada area fisik: 19,78% siswa mengalami stres akademik

pada area perilaku, 37,09% siswa mengalami stres akademik pada area fikiran, dan

17,65% siswa mengalami stres akademik pada area emosi. Sebagian besar sumber stres

siswa berasal dari masalah akademik (Elias, 2011)

Stres akademik menimbukan dampak negatif bagi seseorang. Penelitian Bell

(13)

kinerja sekolah yang buruk pada siswa. Stres akademik yang meliputi kehidupan

siswa cenderung berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka, dan

kemampuan mereka untuk melakukan tugas sekolah yang efektif.

Alvin (2007) mengemukakan bahwa stres akademik ini diakibatkan oleh

dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang mengakibatkan stres

akademik yaitu pola pikir, kepribadian, dan keyakinan diri. Sedangkan faktor eksternal

yang mengakibatkan stres akademik pelajaran lebih padat, tekanan untuk berprestasi

tinggi, dorongan status sosial, dan orang tua saling berlomba. Menurut Bandura (1997)

untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang

sangat berguna. Odgen (2000) mengatakan bahwa keyakinan seseorang mengenai

kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon

individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres.

Self-efficacy merupakan kepercayaan pada satu kemampuan untuk mengatur

dan melaksanakan bagian dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan

yang diinginkan (Bandura, 1997). Hasil penelitian Schunk & Meece (2005)

menemukan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung akan

berhasil dalam bidang akademiknya. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi pula

akan memiliki komitmen dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Sedangkan siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran

yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang. Hargenhahn

(dalam Rizky, 2014) menyatakan bahwa orang yang menganggap tingkat

kemampuannya cukup tinggi akan berusaha lebih keras, dan lebih gigih

menjalankan tugas dibandingkan dengan orang yang menganggap kemampuan

(14)

Menurut Bandura (1997), ada beberapa tiga dimensi dari self-efficacy. Pertama,

dimensi level yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Pada dimensi

level, individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat

dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di

luar batas kemampuannya. Kedua, dimensi strength yang berkaitan dengan kekuatan

pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pada dimensi strength, pengharapan

yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya

mencapai tujuan. Ketiga, dimensi generality yang berkaitan cakupan luas bidang

tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Pada dimensi

generality, individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung

pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi

tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Pada siswa sekolah menengah, yang berada dalam masa remaja sering kali

terjadi banyak perubahan sehingga dibutuhkan adanya self-efficacy yang kuat dalam

diri untuk memperoleh kesuksesan dalam mencapai prestasi akademis siswa.

Self-efficacy mempengaruhi pemilihan perilaku, usaha, dan ketekunan seseorang.

Self-efficacy dapat menentukan bagaimana perasaan seseorang, cara berpikir, dan

berperilaku (Bandura, 1997). Akan tetapi dalam lingkungan sekolah, tidak semua siswa

memiliki self efficacy yang tinggi. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Dini

Kartika, Hairida, & Erlina (2012) pada 36 siswa kelas XI IPA SMA Kemala

Bhayangkari 1 Kubu Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self

efficacy tinggi sebanyak 16 siswa (44,4%) dan siswa dengan self efficacy rendah

(15)

Menurut Bandura (dalam Schunk dan Meece, 2005) untuk mengatur perilaku

apakah akan dibentuk atau tidak, dalam hal ini adalah perilaku yang disebabkan oleh

stres akademik yang dialami individu, individu tidak hanya mempertimbangkan

informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugiannya, tetapi juga

mempertimbangkan sampai sejauh mana individu tersebut mampu mengatur perilaku

tersebut, dan kemampuan ini disebut dengan self efficacy. Dalam hal ini individu

membutuhkan self efficacy akademik yang kuat sehingga mereka dapat melalui masa

transisi tersebut dengan sangat baik, salah satunya masa transisi dalam kategori

akademik sehingga mereka dapat terhindar dari stres akademik. Seorang individu yang

tidak memiliki self efficacy dalam menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang

mereka alami maka akan rentan mengalami stres. Ada beberapa penelitian yang

mengkorelasikan antara self efficacy dengan stres akademik. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rahmawati & Sri (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh self efficacy

terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN 1 Medan. Selain itu

penelitian yang dilakukan Fahmi (2011) pada mahasiswa Unika menunjukkan bahwa

adanya hubungan negatif anatara self efficacy dan stres akademik pada mahasiswa

Unika. Namun, Dwyer & Cummings (2001) menyimpulkan bahwa stres tidak

berhubungan dengan self efficacy. Dari paparan tersebut, peneliti bertujuan untuk

meneliti adanya hubungan negatif antara stres akademik dengan self efficacy pada

(16)

METODE Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

metode korelasional dan ingin mengukur korelasi antara self efficacy dengan stres

akademik pelajar SMAN 1 Tuntang.

Populasi dan Sampel

Azwar (1999) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak

dikenal generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian berjumlah 729 pelajar

SMAN 1 Tuntang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini

100 pelajar SMAN 1 Tuntang kelas X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dengan purposive sampling.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

skala psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur atribut psikologis

Azwar (1999). Skala bertingkat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu skala

likert. Skala likert adalah skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari

pernyataan-pernyataan untuk mengukur sikap. Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu:

1. Self efficacy Scale

Dalam penelitian ini, pengukuran self efficacy menggunakan skala milik

Ralf Schwarzer, dkk (1995) dari Universitas Freie, Berlin. Skala self efficacy

Ralf Schwarzer, dkk pertama kali dikembangkan pada tahun 1981 oleh

Jerussalem dimana versi aslinya dibuat dalam bahasa Jerman. Awalnya skala

seff efficacy ini terdiri dari 21 item, kemudian setelah berkembang menjadi 10

(17)

Albert Bandura. Selain itu, menurut Ralf Schwarzer, dkk koefisien reliabilitas

skala self efficacy ini antara 0,75 sampai 0,90 sehingga dapat dikatakan reliabel.

Skala ini memiliki nilai alpha cronbach sebesar 0,785. Pengujian reliabilitas

akan dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat

dari sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Hasil uji

seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan

ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala

pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada 2

item yang gugur yaitu item 13 dan 16, dengan reliabilitas sebesar 0,900.

Item-item dalam skala ini menggunakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Tabel 1. Sebaran Item Nomor Item Valid dan Gugur Skala Self Efficacy

Dimensi Indikator Item Total Item

Valid

F UF

Level Keyakinan individu atas

kemampuannya terhadap tingkat

Pemilihan tingkah laku berdasarkan

hambatan atau tingkat kesulitan

suatu tugas atau aktivitas

2, 4, 5, 7,

8, 13* - 5

Strength Tingkat kekuatan keyakinan atau pengharapan individu terhadap

kemampuannya.

11, 9 - 2

Generality Keyakinan individu akan

(18)

2. Student Academic Stress Scale (SASS)

Busari (2012), Student Academic Stress Scale (SASS) adalah ukuran dari

respon stres yang dikembangkan khusus untuk mengukur stres pada siswa dalam

domain respon stres, fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif. Skala ini terdiri

dari 50 item daan dimodifikasi serta diadaptasi sendiri oleh penulis berdasarkan

teori Olejnik & Golschuh (2007) sehingga menjadi 35 item. Model skala ini

menggunakan skala Likert yang terdiri dari 35 item dan menyediakan 4

pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS

(Sangat Tidak Setuju). SASS diproduksi keandalan yang sangat baik

menggunakan alpha cronbach untuk skala SASS keseluruhan dan sub-skala.

Semua Alpha berada di atas 0,80, hal ini menunjukkan bahwa SASS adalah

ukuran yang reliabel dari respon stres akademik. Pengujian reliabilitas akan

dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat dari

sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Hasil uji seleksi

item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan

dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat

dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada 5 item yang gugur

(19)

Tabel 2. Sebaran Item Nomor Item Valid dan Gugur Skala Stres Akademik

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya korelasi antara self efficacy dan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang.

Namun sebelum dilakukan uji korelasi , peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih

dahulu untuk menentukan jenis ststistik parametik atau non-parametik yang akan

digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan

skala Self efficacy (K-S-Z = 1,231, p = 0,097, p > 0,05) dan skala Stres

Akademik (K-S-Z = 0,839, p = 0,483, p > 0,05). Hasil ini menunjukkan data self

(20)

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara self

efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang dengan deviation

from linearity sebesar F = 1, 253 p = 0,215 (p = > 0,05).

Analisa Deskriptif

Tabel 3. Statistik Deskriptif Skala Self Efficacy dan Stres Akademik Pada Pelajar SMAN 1 Tuntang

Tabel 3 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.

Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari “sangat

rendah” hingga “sangat tinggi”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan

menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000). Tabel 4 dan 5 menunjukkan jumlah

partisipan untuk setiap kategori pada masing-masing variabel.

(21)

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa skor self efficacy berada pada

kategori tinggi dengan mean sebesar 54,76. Sebanyak 54 partisipan memiliki skor self

efficacy yang berada pada kategori tinggi sebesar 54%. 26 partisipan memiliki skor self

efficacy yang berada pada kategori sangat tinggi sebesar 26%. 17 partisipan

menunjukkan kategori self efficacy yang berada pada kategori rendah sebesar 17% dan

sisanya sebanyak 3 partisipan berada pada kategori skor sangat rendah 3%. Skor yang

diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 29 sampai dengan skor

maksimum sebesar 73 dengan standar deviasi 9,51.

Tabel 5. Kriteria skor Stres Akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase

1 97,5 ≤ x ≤ 120 Sangat tinggi 0 0%

2 75 ≤ x < 97,5 Tinggi 0 0%

3 52,5≤ x < 75 Rendah 19 19%

4 30≤ x < 52,5 Sangat rendah 44,63 81 81%

Total 100 100%

SD = 8,22 Min = 23 Max = 68

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa skor stres akademik berada pada

kategori sangat rendah dengan mean sebesar 44,63. Sebanyak 81 partisipan memiliki

skor stres akademik yang berada pada kategori sangat rendah sebesar 81%. 19 partisipan

memiliki skor stress akademik yang berada pada kategori rendah sebesar 35%. Skor

yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 23 sampai dengan skor

(22)

Tabel 6. Kriteria Skor Self Efficacy Setiap Kelas

No Interval Kategori Mean Kelas X Kelas XI Kelas XII

1 61,75≤ x ≤ 76 Sangat tinggi 6 9 5

2 47,5≤ x < 61,75 Tinggi 54,76 22 20 17

3 33,25≤ x < 47,5 Rendah 4 2 12

4 19≤ x < 33,25 Sangat rendah 1 2 0

Total 33 33 34

Tabel 7. Kriteria Skor Stres Akademik Setiap Kelas

No Interval Kategori Mean Kelas X Kelas XI Kelas

XII

1 97,5≤ x ≤ 120 Sangat tinggi 0 0 0

2 75 ≤ x < 97,5 Tinggi 0 0 0

3 52,5≤ x < 75 Rendah 5 2 9

4 30≤ x < 52,5 Sangat rendah 44,63 28 31 25

Total 33 33 34

Hasil dari tabel 6 dan 7 menunjukkan tingkat self efficacy dan stres akademik

pelajar pada masing-masing kelas.

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang

diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear maka uji korelasi

yang dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Tabel 8 menunjukkan hasil dari

(23)

Tabel 8. Korelasi Self Efficacy & Stres

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan

antara self efficacy dan stres akademik pada pelajar SMAN Tuntang, dengan r = -0,779

dengan p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi

negatif antara self efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang

diterima. Dengan demikian semakin tinggi self efficacy maka semakin rendah tingkat

stres akademik.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self efficacy dengan stres

akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang didapatkan hasil uji korelasi yang

menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara self efficacy dengan stres

akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang (r = -0.779), ini menunjukkan semakin tinggi

self efficacy pada pelajar SMAN 1 Tuntang, maka semakin rendah stres akademiknya.

Sebaliknya semakin rendah self efficacy pada pelajar SMAN 1 Tuntang, maka semakin

tinggi stres akademiknya.

Korelasi negatif yang signifikan antara self efficacy dengan stres akademik pada

(24)

mengenai hubungan self efficacy dengan stres akademik. Fahmi (2011) melakukan

penelitian mengenai self efficacy dengan stres akademik, menunjukkan hasil bahwa self

efficacy berhubungan negatif dengan stres akademik. Menurut Bandura (1997) untuk

melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang sangat

berguna. Odgen (2000) mengatakan bahwa keyakinan seseorang mengenai

kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon

individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres.

Menurut Bandura (dalam Schunk dan Meece, 2005) untuk mengatur perilaku

apakah akan dibentuk atau tidak, dalam hal ini adalah perilaku yang disebabkan oleh

stres akademik yang dialami individu, individu tidak hanya mempertimbangkan

informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugiannya, tetapi juga

mempertimbangkan sampai sejauh mana individu tersebut mampu mengatur perilaku

tersebut, dan kemampuan ini disebut dengan self efficacy. Dalam hal ini individu

membutuhkan self efficacy akademik yang kuat sehingga mereka dapat melalui masa

transisi tersebut dengan sangat baik, salah satunya masa transisi dalam kategori

akademik sehingga mereka dapat terhindar dari stres akademik. Seorang individu yang

tidak memiliki self efficacy dalam menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang

mereka alami maka akan rentan mengalami stres.

Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa

self efficacy berada pada kategori tinggi, sedangkan stres akademik berada pada kategori

sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pelajar SMAN 1 Tuntang memiliki tingkat

self efficacy yang tinggi dan memiliki tingkat stres akademik yang sangat rendah.

(25)

satu faktor yang mempengaruhi munculnya stres akademik pada pelajar SMAN 1

Tuntang.

Berdasarkan hasil uji korelasi, adapun sumbangan efektif yang diberikan oleh

self efficacy terhadap stres akademik pada pelajar adalah sebesar 60,68%. Ini berarti self

efficacy memiliki kontribusi sebesar 60,68% terhadap stres akademik pelajar, sedangkan

39,32% dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti pola pikir, kepribadian, pelajaran

yang padat, tekanan untuk berprestasi, dorongan status sosial dan orangtua (Alvin,

2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara self efficacy dengan stres

akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan negatif yang signifikansi antara self efficacy dengan stres akademik

pada pelajar SMAN 1 Tuntang.

2. Pelajar SMAN 1 Tuntang memiliki skor self efficacy yang berada pada kategori

tinggi dan pelajar SMAN 1 Tuntang memiliki skor stres akademik yang berada

pada kategori sangat rendah.

3. Sumbangan efektif yang diberikan oleh self efficacy terhadap stres akademik pada

pelajar adalah sebesar 60,68%. Ini berarti self efficacy memiliki kontribusi sebesar

60,68% terhadap stres akademik pelajar, sedangkan 39,32% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain di luar self efficacy yang dapat berpengaruh terhadap stres

(26)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi pelajar

Bagi pelajar yang memiliki tingkat self efficacy yang rendah disarankan agar

meningkatkan dimensi dari self efficacy seperti level, strength, dan generality

karena dengan memiliki self efficacy yang baik sehingga diharapkan para pelajar

dapat menghindari stres akademik. Pelajar juga dapat mengikuti pengembangan

diri yang ada di sekolah untuk meningkatkan self efficacy. Sedangkan bagi para

pelajar yang memiliki tingkat self efficacy yang tinggi diharapkan untuk

mempertahankan self efficacy tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenai stres akademik

hendaknya melibatkan faktor-faktor lain seperti pola pikir, kepribadian,

pelajaran yang padat, tekanan untuk berprestasi, dorongan status sosial dan

orangtua. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan metode penelitian

kualitatif agar mendapatkan hasil yang akurat dan menghindari adanya

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Alvin, N. O. 2007. Handling Study Stress: Panduan agar Anda Bisa Belajar bersama Anak-Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Azwar, S. (1999). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

---, S. (2010). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---, S (2012). Penyususnan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bandura, A. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Dalam Self efficacy Beliefs of Adolesences. Information Age Publishing.

---, A. (1997). Self Efficacy: the Exercise of Control. New York : Freeman.

Bangun, G. E. S. (2011). Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Yayasan Dharma Bakti Medan.

Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Busari, A. O. (2011). Validation of Student Academic Stress Scale (SASS). Journal of

Social Sciences. Retrieved September 18, 2015, from

http://www.readbag.com/eurojournals-ejss-21-1-09

Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Ishtifa, H. (2011). Pengaruh Self-Efficacy dan Kecemasan Akademis terhadap Self-Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UINJ.

Kartika, D., & Hairida., & Erlina. (2012). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kemandirian Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Kimia Di Sma. Jurnal.

Diunduh pada 19 September 2015, dari

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/1106/pdf

Maryati, I. (2008). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Keyakinan Diri (Self-Efficacy) dengan Kreativitas pada Siswa Akselerasi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Uiversitas Muhammadiah Surakarta.

(28)

Muharrani, T., dan Sri S. (2011). Hubungan antara Self-efficacy dengan Self-regulated Learning pada Mahasiswa. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Nasution, I. K. (2007). Stres Pada Remaja. Thesis. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Nurdini, K. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku dalam Mereduksi Stress Akademik Siswa SMK. Skripsi. Bandung: FIP UPI.

Pinugu, J. N. J. (2013). College Self-Efficacy and Academic Satisfaction Moderated by Academic Stress. Journal of Research and Review, 10, 34-52. Retrieved

September 17, 2015, from

http://www.academia.edu/7059868/College_SelfEfficacy_and_Academic_Satisf action_moderated_by_Academic_Stress

Rahmawati, D. D., & Sri S. (2012). Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1.

Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Rizky, E. (2014). Hubungan Efikasi Diri Dengan Coping Stress pada Mahasiswa http://www.ralfschwarzer.de/ diakses pada tanggal 7 Oktober 2015.

Schunk, D.H. dan Meece, J.L. (2005). Self-Efficacy Development in Adoloesences.

Gambar

Tabel 1. Sebaran Item Nomor Item Valid dan Gugur Skala Self Efficacy
Tabel 2. Sebaran Item Nomor Item Valid dan Gugur Skala Stres Akademik
Tabel 3. Statistik Deskriptif Skala Self Efficacy dan Stres Akademik Pada
Tabel 5. Kriteria skor Stres Akademik
+3

Referensi

Dokumen terkait

WHO (2016) juga memaparkan bahwa hipoksemia akan mengakibatkan anak jatuh pada kondisi letargi, kejang yang berkepanjangan, bahkan koma. Kondisi penurunan saturasi

File yang harus diunggah yaitu ijasah SD tidak perlu legalisir, halaman depan dan belakang, dijadikan 1 format .pdf, dengan ukuran file tidak lebih dari

Yang dimaksud dengan pelayanan navigasi penerbangan dilaksanakan dalam keadaan darurat penerbangan adalah pelayanan navigasi penerbangan yang diberikan kepada pesawat udara

Menurut Carl Davidson dan Philip Voss (2003), mengatakan bahwa mengelola knowledge sebenarnya merupakan bagaimana organisasi mengelola staf, sebenarnya menurut

Dalam penelitian ini , kualitas keterbacaan tersebut tidak ditujukan pada seluruh buku keagamaan MA kurikulum 2013 produk kementerian agama sebagaimana tersebut di atas,

Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Padang Lawas Utara, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website

Dalam konteks ini, biasanya pemerintah-lah yang bertugas memastikan adanya infratruktur dimaksud, tentu saja dengan bekerjasama bersama sektor swasta sebagai pembangun