• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDSIANG D Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat Shift Pagi, Siang Dan Malam Bagian Rawat Inap Kelas Vip Sampai Vvip Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDSIANG D Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat Shift Pagi, Siang Dan Malam Bagian Rawat Inap Kelas Vip Sampai Vvip Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERBED SIANG D VVIP Disusun se Ju DAAN TING DAN MALA RUMAH S ebagai salah urusan Kese PROGRAM F UNIVERS GKAT KER AM BAGIA SAKIT PKU

h satu syara ehatan Mas

S J

M STUDI K FAKULTAS ITAS MUH RJA ANTAR AN RAWAT U MUHAMM at menyelesa syarakat Fa Oleh: SULASTRI J410120042 KESEHATA S ILMU KE HAMMADIY

2016

RA PERAW T INAP KEL MADIYAH aikan Progr akultas Ilmu AN MASYA SEHATAN YAH SURA WAT SHIFT LAS VIP SA H SURAKAR

ram Studi S u Kesehatan ARAKAT N AKARTA T PAGI, AMPAI RTA

trata I pada n

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN TINGKAT KERJA ANTARA PERAWAT SHIF T PAGI, SIANG DAN MALAM BAGIAN RAWAT INAPRUMAH SAKIT

PKU MUHAMMADIYAHSURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

SULASTRI

J 410 120 042

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

dr. Hardjanto, MS., SpOK NIK. 131269137

Pembimbing II

(3)

3

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN TINGKAT KERJA ANTARA PERAWAT SHIF T PAGI, SIANG DAN MALAM BAGIAN RAWAT INAPRUMAH SAKIT

PKU MUHAMMADIYAHSURAKARTA

OLEH

SULASTRI

J 410 120 042

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Hardjanto, MS, Sp.O ( ...)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Badar Kirwono, SKM., M.Kes ( ...)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Bejo Raharjo., M.Kes ( ...)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr.Suwaji, M.Kes.

(4)
(5)

1

PERBEDAAN TINGKAT KERJA ANTARA PERAWAT SHIF T PAGI, SIANG DAN MALAM BAGIAN RAWAT

INAP KELAS VIP SAMPAI VVIPRUMAH SAKIT

PKU MUHAMMADIYAHSURAKARTA

Abstrak

Pekerjaan perawat rawat inap di dalam rumah sakit tidak terlepas dari pengaturan jam kerja yang dikenal dengan shift kerja. Stres kerja merupakan respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat stres kerja antara perawat shift pagi, siang dan malam bagian rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap yang bekerja shift pagi, siang dan malam di ruang Multazam, Umar dan Abu Bakar Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 50 perawat. Teknik pengambilan sampel menggunakan Exhaustive sampling. Analisis menggunakan Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan tingkat stres kerja antara shift pagi, siang dan malam pada perawat rawat inap di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta p value = 0,001 dengan tingkat stres tertinggi pada shift malam dengan nilai mean rank 56,92. Disarankan Perawat hendaknya melakukan istirahat yang cukup setelah bekerja untuk menjaga kondisi fisik dan mental serta menerapkan pola hidup sehat sebagai bentuk pencegahan terjadinya stres.

Kata kunci : Shift Kerja, Stres Kerja, Perawat

Abstract

(6)

2

after working for to take care of the condition of physical and bounce and also apply the healthy life pattern as prevention form the happening of stress.

Keywords : Work Shift, Work Stress, Nurse

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan peleyanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan baik, Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan tenaga medis salah satunya yaitu perawat yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Perawat merupakan peran yang paling dominan dalam menghadapi pasien. Peran perawat hampir sama yakni melakukan kegiatan yang dilaksanakan berpusat pada pasien, meliputi pemberian obat-obatan, kebersihan pasien, membantu kebutuhan nutrisi, komunikasi dengan pasien serta keluarga pasien, membantu visit dokter dan merujuk pasien.

Rumah Sakit Pusat Kesehatan Umum (PKU) Muhammadiyah Surakarta merupakan Rumah Sakit tipe B, yang menyediakan pelayanan kesehatan, mempunya fasilitas klinik medic dan nonmedik. Sumber daya manusia yang ada sejumlah 736 orang yg terdiri dari 300 tenaga kerja keperawatan, sedangkan untuk perawat rawat inap berjumlah 239 orang (Profil RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 2015).

(7)

3

satu faktor instrinsik penyebab stres kerja, dikarenakan pergantian shift dapat mempengaruhi emosional dan biological yang disebabkan olehgangguan ritme circadian (perubahan jam kerja), suhu dan pengeluaran adrenalin.

Ritme circadian merupakan salah satu dari berbagai keluhan yang dirasakan oleh perawat. Saat pergantian shift, perawat harus menyesuaikan keadaan tubuh dengan lingkungan kerjanya. Misalnya pertama pergantian shift malam, perawat diharuskan untuk tidak tidur pada malam hari sedangkan saat siang hari perawat mengalami susah tidur akibat belum terbiasa, hal ini dapat mengakibatkan mudah lelah dan tidak dapat berkonsentrasi dengan penuh saat bekerja pada shift malam akibat tubuh yang belum menyesuaikan dengan lingkungan.

Fungsi terpenting bagi berjalannya ritme circadian adalah tidur. Tidur, tanpa terganggu merupakan persyaratan bagi kesehatan, kenyamanan dan efisiensi. Orang dewasa normal umumnya membutuhkan tidur pada malam hari selama 8 jam/hari, meskipun tetap pada perbedaan-perbedaan individual. Bagi pekerja shift malam, jam tidur malam biasanya diubah menjadi tidur siang. Namun secara kuantitas dan kualitas, tidur siang banyak terganggu, antara lain oleh kebisingan lingkungan tempat tinggal sehingga mereka umumnya tidak bisa beristirahat (Grajean 1988 dalam Winarsunu, 2008).

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengungkapkan sebanyak 50,9% perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja menyatakan keluhan merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat yang antara lain dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi dan pekerjaan menyita waktu (PPNI, 2006). Mc Grath (1989) dalam Abraham (1997) menemukan kesepakatan substansial tentang sumber-sumber stres dalam keperawatan; 67% responden menyatakan waktu yang tidak mencukupi untuk melakukan tugas secara memuaskan merupakan sumber stres yang paling penting.

Shift kerja merupakan faktor intrinsik penyebab stres dalam pekerjaan.

(8)

4

berdebu, bau, suhu panas dan lembab, dll), stasiun kerja yang tidak ergonomis, pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru, dll.

Stres kerja merupakan respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasinya. Stres kerja sebagai psikologis yang terjadi sebagai konsekuensi dari perilaku atau kejadian-kejadian pada lingkungan kerja dan menimbulkan akibat-akibat khusus secara psikologis, fisiologis dan perilaku individu (Gibson, 2000).

Selye (1956) dalam Waluyo (2013) mengemukakan bahwa stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini tampaknya sangat menentukan apakah stressor ini dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat

berpengaruh terhadap respon yang akan muncul.

Dengan demikian, stres terjadi dalam komponen-komponen fisik. Pekerjaan atau lingkungan sosial pekerjaan biasanya dapat mengakibatkan ketegangan pada manusia, baik karena sebab-sebab yang rumit ataupun yang sederhana. Beberapa buku yang ditunjang oleh sejumlah literatur telah menunjukkan bahwa unsur-unsur tertentu seperti suara gaduh, suhu udara yang tinggi atau terlalu rendah dan banyak kondisi penghambat lain mempunyai kemungkinan yang tak terelakkan sebagai penyebab stres di dalam lingkungan kerja. Tak dapat disangkal lagi, bahwa dimana terdapat kondisi demikian, stres akan muncul dan pada gilirannya perasaan tidak puas akan sedikit banyak mempengaruhi produktivitas dan prestasi kerja (Anoraga, 2009).

(9)

5

Banyudono Boyolali dengan p value =0,036, dengan kesimpulan yakni perawat yang bekerja pada shift malam mempunyai nilai stress kerja yang paling tinggi dengan nilai rata-rata 66,91 sedangkan nilai stres yang paling rendah yatu shift sore dengan nilai rata-rata 49,41.

Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan kuesioner yang telah di isi oleh 10 perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, diperoleh 6 perawat mengalami stres kerja sedang dan 4 perawat mengalami stres kerja ringan. Keluhan yang dirasakan yaitu merasa repot jika ada rujukan pasien ke rumah sakit lain, waktu beristirahat kurang, merasa bosan, kurangnya perhatian dari atasan dan manajemen yang kurang baik. 2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasion analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang Multazam, Umar dan Abu Bakar di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dengan jumlah 50 perawat. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunankan teknik exhaustive sampling, dimana semua subjek dari populasi sumber sebagai sampel untuk diteliti. Sehingga jumlah sampel yang digunakan yaitu 50 perawat. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan derajat kepercayaan 95%

(α=0,05). Jika nilai p ≤0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima yang berarti terdapat

perbedaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1karakteristik Responden

Hasil penelitian karakteristik responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:

(10)

6

Karakteritik Frekuensi

(n = 50)

Persentase (%) Jenis Kelamin

1 Laki-laki 15 30

2 Perempuan 35 70

Umur

1 23 - 32 tahun 35 70

2 33 - 42 tahun 11 22

3 43 - 52 tahun 4 8

Pendidikan Terakhir

1 D3 Keperawatan 40 80

2 D4 Keperawatan 4 8

3 S1 Keperawatan 6 12

Status Pernikahan

1 Belum Menikah 12 24

2 Menikah 38 76

Lama Bekerja

1 < 5 tahun 15 30

2 5 - 10 tahun 23 46

3 11 - 15 tahun 5 10

4 > 15 tahun 7 14

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan paling banyak perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mempunyai jenis kelamin perempuan (70%). Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mayoritas berumur 23 – 32 tahun (70%). Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mayoritas berpendidikan D3 Keperawatan (80%). Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mayoritas sudah menikah (76%). Perawat telah bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta selama 5 - 10 tahun (46%). 3.2Analisa Univariat

(11)

7

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Kerja Perawat Berdasarkan Pembagian Shift Kerja Pagi, Siang dan Malam Hari

Stres Kerja Frekuensi (n = 50)

Persentase (%) Shift Pagi

Rendah 7 14

Sedang 41 82

Tinggi 2 4

Shift Siang

Rendah 4 8

Sedang 43 86

Tinggi 3 6

Shift Malam

Rendah 1 2

Sedang 43 86

Tinggi 6 12

Hasil penelitian menunjukkan paling banyak perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mengalami stres sedang baik pada saat shift pagi, siang ataupun malam hari, dimana pada shift pagi sebanyak 41 perawat (82%), pada waktu shift siang sebanyak 43 perawat (86%) dan pada waktu shift malam sebanyak 43 perawat (86%).

[image:11.595.150.511.155.351.2]
(12)

8 3.3Analisa Bivariat

Analisa hubungan antara variabel terikat stres kerja dengan variabel bebas yakni shift kerja yang terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov taraf signifikan 95%.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

Stres Kerja Signifikansi Keterangan

Shift Pagi 0,169 Normal

Shift Siang 0,011 Tidak normal

Shift Malam 0,054 Normal

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebaran data penelitian pada stres kerja perawat shift pagi mempunyai nilai signifikansi (p value) sebesar 0,169 > 0,05. Hal ini berarti sebaran data dinyatakan normal. Sedangkan pada sebaran data penelitian pada stres kerja perawat shift siang mempunyai nilai signifikansi (p value) sebesar 0,011 < 0,05. Hal ini berarti sebaran data dinyatakan tidak normal.

Untuk sebaran data penelitian pada stres kerja perawat shift malam mempunyai nilai signifikansi (p value) sebesar 0,054 > 0,05. Hal ini berarti sebaran data dinyatakan normal.

3.3.1 Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Perawat Shift Pagi, Siang dan Malam

Dikarenakan salah satu sebaran data tidak normal maka penguji analisis bivariat menggunakan Kruskal-Wallis. Hasil pengujian Kruskal-Wallis pada taraf signifikansi 95% dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Hasil Uji Kruskal-Wallis

Shift Kerja Mean Rank p-value

Shift Pagi 85,15

0,001

Shift Siang 84,43

Shift Malam 56,92

Hasil penelitian menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis dengan mean rank sebesar shift pagi 85,15; shift siang 84,43 dan shift malam 56,92. Dari

(13)

9

(0,001 ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara shift kerja pagi, siang dan malam atau dengan kata lain paling tidak terdapat perbedaan stres kerja perawat antara dua kelompok shift kerja.

Sistem kerja dengan menggunakan shift memiliki efek yang tidak begitu baik bagi kesehatan seorang tenaga kerja termasuk perawat. Dimana fungsi tubuh akan meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari, jika terjadi ketidaknormalan pada hal tersebut akan mengakibatkan beberapa gangguan, seperti halnya gangguan tidur, kelelahan, gangguan detak jantung, produksi adrenalin, gangguan tekanan darah sampai gangguan kemampuan fisik.

Shift kerja malam perawat yang memiliki tingkat stres paling tinggi,

dikarenakan pola aktifitas tubuh akan terganggu bila bekerja di malam hari, oleh karena banyak efek yang ditimbulkan dari shift kerja malam, dimana pekerja mengalami kelelahan, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan keluarga, terjadi gangguan tidur, banyak waktu luang yang terbuang, menurunnya kapasitas fisik kerja, menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. Shift kerja malam lebih banyak mengakibatkan terjadinya stress kerja karena secara tidak langsung perawat yang sedang bertugas harus memberikan pelayanan baik pada siapa pun dan jam berapa pun, oleh karena sedikitnya tenaga yang ada waktu shift kerja malam. Selain itu perawat yang mendapat shift kerja malam merasakan

lebih berat beban kerjanya dibandingkan shift kerja pagi maupun siang, dimana pada shift kerja malam dengan tenaga yang minimal mengharuskan perawat memberikan pelayanan yang maksimal pada setiap pasien rawat inap, belum lagi memberikan pertolongan yang cepat pada pasien gawat darurat dengan fasilitas dan tenaga yang minim, menuntut suatu tanggung jawab yang berat, lain halnya pada shift pagi dan siang, dimana pada jam kerja ini masih bisa berinteraksi dengan teman sejawat lainnya dengan mudah. Selama shift kerja malam dapat terjadi penurunan kinerja serta penurunan kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

(14)

10

Untuk membuktikan kelompok manakah yang terdapat perbedaan maka digunakan analisis post-hoc test. Alat untuk melakukan analisis post-hoc test untuk uji Kruskal-Wallis adalah dengan menggunakan uji Mann Whitney. Sehingga kita perlu melakukan uji Mann-Whitney antara kelompok shift pagi, shift siang dan shift malam. Hasil analisis Mann-Whitney secara keseluruhan

dapat diringkas seperti pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Hasil Analisa Kruskal-Wallis dan Uji Mann-Whitney N Median

(min-maks)

Mean±SD P Stres Kerja Perawat Shift Pagi Shift Siang Shift Malam 50 50 50 123,5 (101-156) 125 (101-143) 115 (100-149) 124,84±14,87 123,84±12,40 115,84±11,26 < 0,05 Uji Kruskal Wallis, Uji post-hoc Mann Whitney: pagi vs siang p = 0,847; pagi vs malam p =0,002; siang vs malam p = 0,001

Hasil analisis Mann-Whitney diketahui antara perawat shift pagi dan siang tidak terdapat perbedaan stres kerja (p value > 0,05); sedangkan antara perawat shift pagi dan malam terdapat perbedaan stres kerja (p value < 0,05); dan antara

perawat shift siang dan malam terdapat perbedaan stres kerja (p value < 0,05). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Rishapati (2013); Yuliastuti (2014); Ikrimadhani (2015); Sumarto (2016) dimana hasil penelitian mereka juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres akibat kerja antara shift pagi, siang, dan malam, dengan skor stres tertinggi terdapat pada shift malam. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Marchelia (2014) tentang stres kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan bahwa ada perbedaan stres kerja yang signifikan ditinjau dari shift kerja pada karyawan p = 0,000 (p<0,05), dimana shift malam lebih tinggi tingkat stresnya dibandingkan shift pagi dan shift siang. Jadi dapat disimpulkan bahwa perawat yang mendapat shift malam, cenderung akan mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, dapat dikarenakan adanya pemicu stres lain yang sangat mempengaruhi tingkat stres mereka diantaranya adalah adanya gangguan pola tidur yang membuat seseorang mengalami tingkat emosi yang tinggi dan cenderung stres.

(15)

11

pagi dan siang. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yaitu membuktikan bahwa sumber stres berada pada shift malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelelahan kerja pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan kerja shift sore lebih rendah dari pada shift

malam. Tingkat kelelahan kerja shift pagi lebih rendah dari pada shift malam. Pada malam hari manusia berada pada fase ‘trophotropic’ yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energi/penguatan kembali.Sedangkan pada siang hari manusia berada pada fase ‘ergotrophic’ yaitu fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan. Fungsi tubuh tersebut yaitu suhu badan, denyut jantung, tekanan darah, kapasitas fisik, kemampuan mental dan produksi adrenalin meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Oleh karena itu karyawan yang bekerja pada malam hari berada pada suasana bekerja akan tetapi ritme circadiannya berada pada fase rileks. Selain itu juga dapat menimbulkan masalah lainyaitu gangguan pencernaan, kelelahan kronik, kehidupan keluarga dan sosial yang terganggu. Bagi pekerja shift malam jam tidur malam diubah menjadi tidur siang. Namun secara kuantitas dan kualitas, tidur siang banyak terganggu oleh kebisingan lingkungan tempat tinggal sehingga umumnya tidak bisa beristirahat menyebabkan jam tidur berkurang. Selain itu juga bekerja pada malam hari akan menurunkan produktifitas dan meningkatkan kecelakaan kerja.

4. PENUTUP

4.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

4.1.1 Perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mayoritas berjenis kelamin perempuan (70%), berumur 23 – 32 tahun (70%), berpendidikan D3 Keperawatan (80%), mempunyai status pernikahan sudah menikah (76%) dan telah bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta selama 5 - 10 tahun (46%).

(16)

12

malam hari, dimana pada shift pagi sebanyak 41 perawat (82%), pada waktu shift siang sebanyak 43 perawat (86%) dan pada waktu shift malam sebanyak 43 perawat (86%).

4.1.3 Terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara shift pagi, siang dan malam di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dengan nilai p value = 0,001 yang berarti p value 0,001<0,05.

4.1.4 Perawat yang bekerja pada shift pagi mempunyai nilai stres kerja paling tinggi dengan nilai rata-rata 85,15. Nilai stres paling rendah yaitu pada perawat shift malam dengan nilai rata-rata 56,92.

4.1.5 Stres kerja perawat antara shift pagi dan siang tidak terdapat perbedaan (p value > 0,05); sedangkan stres kerja perawat antara shift pagi dan malam

terdapat perbedaan (p value < 0,05); dan stres kerja perawat antara shift siang dan malam juga terdapat perbedaan (p value < 0,05).

4.2Saran

4.2.1 Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta

4.2.1.1Diharapkan pihak manajemen rumah sakit dapat memberikan pendidikan pelatihan terkait peningkatan kecerdasan emosional, sehingga para perawat mampu mengelola emosinya dengan baik dan membantu menurunkan tingkat stres.

4.2.1.2Menciptakan lingkungan kerja yang baik yang dapat mendukung hasil kerja yang dapat meningkatkan produktivitas kerja perawat.

4.2.2 Bagi Perawat

4.2.2.1Perawat hendaknya melakukan istirahat yang cukup setelah bekerja untuk menjaga kondisi fisik dan mental. Hal tersebut guna menghindari terjadinya stres, terutama saat bekerja pada shift malam.

4.2.2.2Untuk mengurangi stres perawat dapat melakukan refreshing pada saat libur atau berolah raga secara teratur dan juga relaksasi. Selain itu perawat harus menerapkan pola hidup sehat sebagai bentuk pencegahan terjadinya stres.

(17)

13

4.2.3.1Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan stres kerja perawat, karena hasil penelitian ini hanya untuk mengetahui perbedaan stres kerja terhadap shift dan tidak melakukan uji perbedaan pada karakteristik responden.

4.2.3.2Peneliti lain dapat memperbanyak jumlah responden yang dijadikan sampel serta menambahkan lokasi tempat penelitian seperti IGD, PICU, NICU, ICVCU dan HCU ataupun di beberapa rumah sakit sekaligus, sehingga diketahui hasil penelitian yang lebih komplek dan variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, C dan Eamon, S. 1997. Alih bahasa Leony Sally M. Editor Robert Priharjo dan Yasmin Asih. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Gibson. 2000. Organisasi, Perilaku; Struktur dan Prose. Alih Bahasa: Agus Dharma. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ikrimadhani, T. 2015. Perbedaan Tingkat Stres Kerja antara Shift Pagi, Sore dan Malam pada Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali. . Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Marchelia, V. 2014. Stres Kerja ditinjau dari Shift Kerja pada Karyawan. Jurnal Psikologi ISSN: 2301-8267 Vol. 02, No.01. januari 2014: Universitas Muhammadiyah Malang.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

PPNI. 2006. Survey stres Kerja Perawat. Diakses pada anggal 30 juli 2016 22.54.

http://www.64.203.71.11/ver1/kesehatan/0705/12/htm.

Rishapati, P. 2013. Perbedaan Tingkat Stress Akibat Kerja antara Shift Pagi, Siang dan Malam pada Perawat bagian Kelas III di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

(18)

14

Sumarto, I. 2016. Perbedaan Stress Kerja di Tinjau dari Shift Kerja Pagi, Siang dan Malam Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. . Kendari: Universitas Halu Oleo.

Urip, E. 2015. Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada Perawat diruang Interna RSUD. DR.H Aloe Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Keperawatan. Juli 2015: Universitas Negeri Gorontalo.

Waluyo, M. 2013. Manajemen Psikologi Industri. Jakarta: Indeks.

Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Kerja Perawat Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa Kepemilikan institusional dan tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap

Sebagai kesimpulan yaitu kombinasi protein kedelai dengan EE dan NETA tidak memberi proteksi terhadap kerusakan jaringan miokardium pascaiskemia pada monyet ekor panjang

Demikian halnya yang terjadi pada simpang Stagger Jl. Tanjung Anom- Jl. Wahid Hasim Surakarta tidak terlepas dari masalah kemacetan. dan kesemrawutan arus lalulintas yang

Based on the conclusion, it is recommended to other researchers to analyze social criticisms on poetry by usingother theories and approaches to enrich the

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor, (2)

Skala foto udara 1:25.000 dapat memberikan informasi yang lebih rinci untuk analisis geomorfologi melalui stereoskop cermin (3-D) dibandingkan dengan SRTM Citra dari

ISO 22000 adalah suatu standar internasional yang menggabungkan dan melengkapi elemen utama ISO 9001 dan HACCP dalam hal penyediaan suatu kerangka kerja yang efektif untuk