• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG UPAYA PENCEGAHAN MALARIA DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Upaya Pencegahan Malaria Dengan Kejadian Malaria Pada Anak Usia 0-9 Tahun Di PUSKESMAS Timika Jaya Mimika Papua.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG UPAYA PENCEGAHAN MALARIA DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Upaya Pencegahan Malaria Dengan Kejadian Malaria Pada Anak Usia 0-9 Tahun Di PUSKESMAS Timika Jaya Mimika Papua."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG UPAYA

PENCEGAHAN MALARIA DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA

ANAK USIA 0-9 TAHUN DI PUSKESMAS TIMIKA JAYA MIMIKA

PAPUA

NASKAH PUBLIKASI

oleh:

SUCI WULANDARI RAHAYU

J 210 050 077

FAKULTAS KESEHATAN

(2)
(3)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

UPAYA PENCEGAHAN MALARIA DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA ANAK USIA 0-9 TAHUN DI PUSKESMAS TIMIKA JAYA

MIMIKA PAPUA

Suci Wulandari Rahayu* Arif Widodo, A.Kep. M.Kes.** Endang Zulaicha S.Kp**

Abstrak

Angka kejadian malaria di daerah Timika Jaya Mimika masih tinggi. data Dinas Kesehatan Timika Jaya Mimika Papua 2011 dari bulan Januari sampai Desember dengan jumlah 156 anak yang terjangkit malaria. Tingginya angka kejadian malaria banyak dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti alam di Timika yang mendukung berkembang biaknya nyamuk anopheles. Kejadian malaria pada anak sebenarnya dapat dicegah salah satunya adalah pengetahuan yang baik pada ibu untuk melakukan upaya pencegahan malaria. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang upaya pencegahan malaria dengan kejadian malaria pada anak usia 0-9 tahun di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, pendekatan penelitian secara cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai anak berumur 0 sampai 9 tahun di Desa Mimika Jaya, Timika Papua berjumlah 64 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner baik variabel pengetahuan tentang upaya pencegahan malaria, dan variabel kejadian malaria. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan 22 responden (34,4%) dengan pengetahuan tinggi, 14 responden (21,9%) dengan pengetahuan Cukup, dan 28 responden (43,8%) dengan pengetahuan kurang. Sebanyak 38 anak responden (59,4%) mengalami kejadian malaria, 26 anak responden (40,6%) tidak mengalami kejadian malaria dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai 2 = 7,898 dengan p = 0,019. Keputusan hipotesis yang diambil adalah Ho ditolak, sehingga kesimpulannya adalah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang upaya pencegahan malaria dengan kejadian malaria pada anak usia 0-9 tahun di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua.

(4)

CORRELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE OF MALARIA PREVENTION EFFORT WITH MALARIA INCIDENT OF

CHILDREN 0-9 YEARS OLD IN TIMIKA JAYA PUBLIC HEALTH SERVICE OF MIMIKA PAPUA

Abstract

Malaria incidence in Timika Mimika area is still high. Data Timika Papua Jaya Mimika Health Service at January to December 2011 get 156 children whose malaria ill. The high incidence of malaria are influenced by various factors, such as natural in Timika to support breeding of anopheles mosquito. The incidence of malaria in children can be prevented one of them is good knowledge for action on maternal behavior and healthy as well. The objective is aim to know correlation between mother’s knowledge of malaria prevention effort with malaria incident of children 0-9 years old in Jaya Timika Public Health Service of Mimika Papua. This research is a quantitative research using descriptive methods, with cross sectional approach. Sample research are mothers who have child 0- 9 years old in Mimika Jaya, village with 64 persons. Taking sample with simple random sampling. Instrument research use questionnaires for knowledge of malaria prevention effort variable, and incidence of malaria variable. Data analysis using Chi Square test. The results showed 22 respondents (34.4%) with a high knowledge, 14 respondents (21.9%) with fair knowledge, and 28 respondents (43.8%) with poor knowledge. 38 children of respondents (59.4%) with malaria incident, 26 children of respondents (40.6%) no incidence of malaria as long as last 3 months. results Chi Square test obtained X2 = 7.898 p = 0.019. so the conclusion is there is a correlation between mother’s knowledge of malaria prevention effort with malaria incident of children 0-9 years old in Jaya Timika Public Health Service of Mimika Papua

Keywords: Knowledge, Malaria incident, Children Ages 0-9 years

PENDAHULUAN Latar Belakang

Di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah ketinggian sampai 1.800 meter di atas permukaan laut (dpl). Angka Annual Parasite Incidence (API) malaria di pulau Jawa pada tahun 2000 adalah 0,120 per 1.000 penduduk, sedangkan di luar pulau Jawa tingkat Parasite Rate (PR) tahun 2000 sebesar 4,78%. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah plasmodium falciparum dan

plasmodium vivax. (Marshcall dkk, 2000)

(5)

2

Pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan upaya positif untuk dapat melakukan suatu tindakan yang berarti guna meminimalkan terserangnya penyakit malaria bagi keluarganya. Tindakan menjaga kebersihan, pemakaian obat malaria, menghindar dari gigitan nyamuk, seperti memakai kelambu atau kasa anti nyamuk, vaksin malaria, memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air sepeti ikan kakap merah, menghindari keluar rumah pada waktu malam hari (Sumarmo, dkk, 2002). Tujuan Penelitian adalah megetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang upaya pencegahan malaria Indonesia (KBBI, 2000) pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui,kepandaian yang berkaitan dengan sesuatu hal. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek tertentu. Pengetahuan menurut Notoadmojo (2004) adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Oleh kerenaa itu pengetahuan masyarakat tentang malaria adalah pengetahuan tentang penyebab, gelaja dan tanda terkena malaria serta cara pencegahan dan pengobatan tentang penyakit malaria.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2006).

Malaria

Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal yang paludisme (Purwanto, 2004).

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasi Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional

Populasi dan Sampel

(6)

Kreteria sampel

Kriteria Inklusi: Ibu yang mempunyai anak 0-9 tahun, Ibu yang tinggal di daerah Timika Jaya, Ibu dapat membaca dan menulis

Kriteria Ekslusi, berupa Ibu yang pada saat penelitian sedang pergi ke luar kota

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa 15 pertanyaan Pengetahuan. Instrument kejadian malaria berupa kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan yaitu apakah anak pernah mengalami sakit malaria dalam kurun waktu 3 bulan terakhir.

Analisis Data

Analisis bivarat menggunakan uji

Chi-Square (Sugiono, 2006).

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Karakteristik ibu

Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur, pendidikan, status pekerjaan ibu di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua

Karakteristik Frekuensi % Umur

23-26 tahun 3 4.69 27-30 tahun 23 35.94 31-34 tahun 16 25.00 35-38 tahun 14 21.88 39-42 tahun 6 9.38 43-46 tahun 2 3.13

Pendidikan

SMP 18 28.1 SMA 41 64.1

D-3 2 3.1

S-1 3 4.7

Pekerjaan

Wiraswasta 8 12.5

PNS 4 6.3

IRT 32 50.0 Swasta 20 31.3

Tabel 3 menunjukkan responden paling banyak berpendidikan pada tingkat SMA (64,1%), dan pekerjaan ibu banyak sebagai ibu rumah tangga (IRT) (50%). Responden paling banyak Berumur antara 27-30 tahun (35,94%). Pembagian umur responden berdasarkan menggunakan rumus kelas interval yaitu 3,3 +log (N), sehingga diperoleh kelas interval sebanyak 6 dan dengan interval umur 3 tahun (Slamet, 2012).

Karakteristik anak

Karakteristik anak meliputi jenis kelamin dan umur. Distribusi frekuensi anak berdasarkan jenis kelamin dan umur ditampilkan dalam table 4.

Tabel 4. Distribusi frekuensi anak berdasarkan umur, dan jenis kelamin

di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua

Karakteristik Frekuensi % Umur

1-3 tahun 10 15.6 4-6 tahun 41 64.1 7-9 tahun 13 20.3 Jenis kelamin

Laki-laki 34 53.10 Perempuan 30 46.90

Tabel 4 menunjukkan anak banyak umur pada rentang 4-6 tahun sebesar 64,1%, jenis kelamin anak laki-laki sebesar 53,1%.

Analisis Univariat

Pengetahuan tentang PHBS

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang PENCEGAHAN MALARIAdi Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua

(7)

4

Tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang pencegahan malariamasih kurang sebesar 43,8%.

Kejadian malaria

Tabel 4. Distribusi frekuensi anak berdasarkan kejadian malaria di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua dalam periode 3 bulan terakhir

Kejadian malarian N % Tidak

Kejadian

26 40.6

Kejadian 38 59.4 Total 64 100.0 Tabel 4 memperlihatkan banyak anak responden yang mengalami kejadian malaria sebesar 58,4%.

Analisis Bivariat

Tabel 5. Tabulasi silang antara Pengetahuan Ibu Tentang pencegahan malariaDengan Kejadian Malaria Pada Anak Usia 0-9 Tahun Di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua

Pengetahua n

kejadian malaria pada anak

Total  p Tidak

Kejadian Kejadian

N % n % N %

7.898 0,019 Tinggi 13 20.3 9 14.1 22 34.4

Cukup 7 10.9 7 10.9 14 21.9 Kurang 6 9.4 22 34.4 28 43.8

Total 26 40.6 38 59.4 64 100

Tabel 5 memperlihatkan dari 22 responden (34,4%) yang mempuyai pengetahuan tentang PENCEGAHAN MALARIAyang tinggi terdapat 13 anak responden (20,3%) tidak mengalami kejadian malaria sementara 9 anak (14,1%) mengalami malaria. Dari 14 responden (21,9%) yang mempunyai pengetahuan cukup terdapat 7 anak responden (10,9%) tidak mengalami malaria demikian juga 7 anak responden (10,9%) mengalami malaria. Sebanyak 6 responden (9,4%) yang mempunyai pengetahuan kurang menjadikan anak mengalami kejadian malaria sementara 22 responden (34,4%) dengan pengetahuan kurang namun anak tidak mengalami kejadian malaria.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan alat analisis

Chi Square menunjukkan nilai 2 = 7,898 dengan p = 0,019. Keputusan hipotesis yang diambil adalah Ho

ditolak, sehingga kesimpulannya adalah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang PENCEGAHAN MALARIAdengan kejadian malaria pada anak usia 0-9 tahun di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua.

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan tentang PHBS

(8)

pendidikan, sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula seseorang menerima informasi. Akan tetapi dalam hal ini pendidikan tidak sama dengan pengetahuan, seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi belum tentu tahu dan paham tentang penyakit malaria.

Kurangnya pengetahuan responden juga dapat dipengaruhi adalah kurang efektifnya petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan, sehingga transfer pengetahuan dari petugas kepada responden masih sangat kurang yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat pemahaman tentang penyakit malaria secara benar. Apabila ibu membaca buku kesehatan mengenai masalah pencegahan malaria dan penyakit malaria seperti dari leflet atau dari koran, atau media informasi lain masih bersifat satu arah, artinya bahwa ibu hanya menerima informasi tanpa adanya informasi timbal balik. Jika ibu mengalami kesulitan dalam pemahaman dari apa yang dibaca, ataupun didengar maka ibu tidak dapat mendapatkan jawaban atas kurangnya pengetahuan tersebut. Oleh karena itu menjadi masalah tersendiri bagi ibu yang berusaha meningkatkan pengetahuan namun tidak didampingi oleh orang yang ahli dibidangnya.

Menurut hasil penelitian Stella (2010) mengatakan bahwa banyak masyarakat umum yang sering mendengar tentang PHBS, mendengar tentang penyakit malaria akan tetapi belum mengetahui dengan baik tentang penyakit malaria itu sendiri, penyebab, tanda gejala, penularan dan cara pencegahannya.

Dengan demikian, pengetahuan responden dapat dipengaruhi terhadap kejadian malaria.

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, lanjut usia atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

Upaya Pencegahan Penyakit Malaria

Hasil penelitian mengenai upaya pencegahan penyakit malaria menunjukkan banyak responden yang buruk dalam upaya pencegahan penyakit malaria. Buruknya upaya pencegahan penyakit Malaria ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor selain tingkat pengetahuan adalah faktor karakteristik keluarga, faktor sosial ekonomi, faktor peran tenaga kesehatan, dan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit malaria.

(9)

6

serta dituntut untuk membantu pekerjaan suami di sawah menyebabkan waktu luang ibu untuk memperhatikan kebersihan rumah maupun lingkungan di sekitar rumah menjadi kurang.

Kebiasaan-kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di Timika Jaya Mimika antara lain menggantungkan pakaian, menimbun sampah di pekarangan dan tidak menguras bak mandi. Hal sejalan dengan penelitian Yuniar (2011) yang meneliti mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan upaya pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali. Hasil penelitian adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan upaya pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali.

Hubungan Tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan malaria dengan Kejadian Malaria pada anak usia 0-9 tahun di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua

Berdasarkan hasil tabel 7 tabulasi silang antara pengetahuan ibu tentang pencegahan malaria dengan kejadian malaria pada anak menunjukkan dari 22 responden yang mempunyai pengetahuan tentang pencegahan malaria kategori tinggi, namun masih terdapat 9 anak responden mengalami kejadian malaria. Gambaran tersebut mempunyai arti bahwa pengetahuan yang tinggi pada ibu tidak serta merta dapat menurunkan atau menghindarkan anak terkena malaria. Hasil observasi peneliti diperoleh keterangan bahwa rata-rata tingkat ekonomi rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil distribusi responden menurut pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga, sehingga praktis pendapatan keluarga hanya

mengandalkan pendapatan dari kepala keluarga (ayah) sehingga dapat mempengaruhi kemampuan ekonomi keluarga khususnya masalah kesehatan seperti sarana kesehatan. Sebagai contoh, meskipun masyarakat tahu bahwa nyamuk anopheles dapat masuk ke dalam kamar, namun upaya ibu untuk mencegah seperti tersedianya kelambu akan sulit dicapai apabila tidak adanya kemampuan daya beli secara ekonomi. Faktor lain yang dapat mengakibatkan bahwa ibu telah berusaha sebaik mungkin dalam pencegahan namun anak tetap sakit malaria dapat terjadi bahwa nyamuk anopheles dapat menggigit anak pada saat tidak dirumah. contoh ibu yang mengajak anak pergi berbelanja di pasar, anak tergigit nyamuk anopheles pada saat di pasar, dimana pasar yang ada di daerah Timika masih terbuka dengan alam, sehingga nyamuk dengan mudah menggigit anak. Gigitan nyamuk anopheles ini mengakibatkan anak menjadi sakit malaria. Hal yang berbeda terjadi pada 13 responden dengan pengetahuan yang tinggi menjadikan anak tidak mengalami kejadian malaria. Ibu dengan pengetahuan yang tinggi menjadikan bekal untuk berpikir sebelum melakukan tindakan mencegah kejadian malaria pada anaknya. Tindakan atau perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan di dalam rumah maupun di lingkungan rumah. Tindakan membersihkan sarang nyamuk, selalu membersihkan saluran air, membuang genangan air seperti di pot tanaman. Tindakan yang dilakukan oleh ibu secara rutin dapat menjadikan anak tidak mengalami kejadian malaria.

(10)

kejadian malaria. Ibu dengan pengetahuan yang kurang menjadikan kurang mengerti akan perilaku hidup sehat. Kemauan untuk selalu berusaha hidup bersiha dan sehat dapat dipengaruhi oleh factor motivasi. Menurut Nursalam (2005) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.

Keadaan yang sebaliknya terjadi pada 6 responden, dimana dengan pengetahuan yang masih kurang, namun anak tidak mengalami sakit malaria. Meskipun ibu yang masih kurang pengetahuan dalam PHBS, namun perilaku untuk berusaha mencegah anak tidak sampai digigit nyamuk dengan baik merupakan salah satu tindakan PHBS. Sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian warga di timika, bahwa menggunakan obat bakar untuk mengusir nyamuk, tindakan ini merupakan agar anak maupun anggota keluarga tidak terkena gigitan nyamuk, namun ibu kurang mengetahui efek yang ditimbulkan dari asap obat nyamuk yang bakar.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini diketahui terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan malaria dengan kejadian malaria pada anak usia 0-9 tahun di Puskesmas Timika Jaya, Mimika Papua. Hal ini dapat diartikan mutlak dibutuhkan tingkat

pengetahuan ibu yang tinggi tentang pentingnya hidup bersih dan sehat serta dapat menerapkan program hidup bersih, sehat dengan benar yang pada akhirnya anak tidak mengalami kejadian malaria.

Depkes RI (2009) untuk dapat mewujudkan suatu lingkup lingkungan, lingkungan itu sendiri merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanti (2004). Penelitian ini berkesimpulan bahwa secara statistik ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Rumah Tangga dengan nilai korelasi sedang. Agar dapat mewujudkan suatu tatanan rumah yang sehat sebagai perwujudan gambaran penerapan pencegahan malaria maka syarat yang harus dimiliki adalah memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan. Karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau over behavior (Notoatmodjo, 2007).

(11)

8

karena itu diperlukan pengetahuan tentang pencegahan malaria bagi keluarga (Depkes, 2004). pencegahan malaria mencakup kebiasaan-kebiasaan yang harus dilakukan setiap saat. Dalam hal ini, pendidikan dalam keluarga memegang peran penting. Terutama pendidikan orang tua kepada anak-anaknya mengingat sebagian besar kebiasaan merupakan pola perilaku yang terbentuk sejak masa kanak-kanak. Dalam hal ini, orang tua harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya (Nadesul, 2008).

Program pencegahan malariadalam rumah tangga adalah upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta ikut berperan aktif dalam gerakan – gerakan peningkatan kesehatan masyarakat. Program pencegahan malariadalam rumah tangga ini perlu terus dipromosikan karena rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil di mana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota keluarga di dalamnya. Rumah tangga sehat juga merupakan suatu aset dan modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Terwujudnya masyarakat yang sehat tidak terlepas dari perilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan rumah tangga. Sebab, rumah tangga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat. Dengan terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat, merupakan modal utama dan aset yang sangat berharga untuk melaksanakan pembangunan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Manfaat pencegahan malaria di institusi kesehatan yaitu untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan preventif, promotif dan kuratif serta dapat menjadi sarana kesehatan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.

Tentunya dalam mewujudkan kesemua itu dibutuhkan pengetahuan tentang PHBS, hal ini tidak terlepas dari peran seluruh bidang kesehatan ataupun peran masyarakat untuk bekerja sama memberikan suatu bentuk penyuluhan (Gerakan Pemberdayaan), promosi dan pembelajaran sehingga pengetahuan masyarakat tentang pencegahan malariadapat meningkat. Diharapkan dengan bertambahnya pengetahuan sebuah masyarakat dalam skala makro dan individu atau keluarga dalam skala mikro, maka akan meningkat taraf kesehatannya dan dapat memenuhi indikator-indikator pencegahan malariayang ada (Depkes RI, 2009). Ketika indikator pencegahan malariasudah dapat terpenuhi sesuai konsep kesehatan berarti tujuan pencegahan malariasudah dapat tercapai sehingga setiap kalangan dalam masyarakat dapat mengambil manfaat dari penerapan pencegahan malaria ini.

Simpulan

1. pengetahuan ibu tentang pencegahan malaria masih kurang sebesar 43,8%

2. Sebanyak 58,4% anak mengalami kejadian malaria 3. Terdapathubungan antara

Pengetahuan Ibu Tentang pencegahan malariadengan Kejadian Malaria Pada Anak Usia 0-9 Tahun Di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua.

Saran

1. Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

(12)

meningkatkan perannya dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai penyakit malaria, cara pencegahan penyakit, dan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan kebersihan lingkungan yang masih kotor agar masyarakat tidak terjangkit malaria.

2. Bagi responden

Meningkatkan informasi dan kesadaran diri tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara selalu membersihkan rumah seperti menyapu rumah, menjaga agar rumah tidak lembab, agar terhindar dari penyakit malaria.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan dalam penelitian selanjutnya menganalisa tentang upaya pencegahan kekambuhan demam tifoid yang lebih variatif dan lebih luas yaitu dengan adanya observasi dalam penelitian, menambah variabel seperti faktor sosial ekonomi, dan faktor budaya masyarakat setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka

Briand (2007) Intermittent Preventive Treatment for the Prevention of Malaria During Pregnancy in High Transmission Areas. Malaria Journal. http://www.malariajournal.co m/content/6/1/160

DepKes RI.(2001). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Depkes RI. (2004). Modul Manajemen Pemberantasan Penyakit Malaria 6. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2009). Pengembangan Promosi Kesehatan Didaerah Melalui Dana Dekon 2009. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. (2006). Pengembangan Promosi Kesehatan Didaerah Melalui Dana Dekon2006. Jakarta

KBBI Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2000. edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Malau. (2009), Factors Related Malaria in Papua New Guinea. Health journal Malaria. National Malaria Treatment Policy http://www.malariajournal.co m/content/8/1/27

Marschall R. S, and. Greganti A, M. (2000). Netter’s Internal

Medicine, International Student Edition. Jakarta: EGC

(13)

10

Back Malaria http://www.malariajournal.co m/content/8//201

Nadesul, H. (2008). Tangkal Penykit dengan PHBS.PT.Kompas Media Nusantara : Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2003). Promosi Kesehatan dan Teori-Teori Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmojo. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta: Jakarta.

Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta

Purwanti E. 2004. Dampak Pemanasan Global terhadap Risiko Terjadinya Malaria. Vol 2, No 2 (2004): Jurnal Kesehatan Masyarakat http://www.jurnalkesmas.com /index.php/kesmas/issue/vie w/23

Purwanto S, (2004). Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara, Jakarta,

Slamet R. (2012) Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumarmo S. S, Herry G, dan Rezeki SS. (2010). Buku Ajar Infeksi

dan Pediatrik Tropis.Edisi 2Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Sumarmo S. S, 2002. Malaria di Indonesia, Situasi sekarang dan harapan di masa mendatang. Proceeding Seminar dan Workshop. Berbagai Aspek Malaria dan Penanggulangannya.

Universitas Indonesia. Depok. Jurnal. Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4

Yuniar, I, H. (2011) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit DBD Dengan Upaya Pencegahan Dbd di Desa Sukorejo Musuk Boyolali.

Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suci Wulandari Rahayu*;

Mahasiswa S-1 Keperawatan FIK UMS

Arif Widodo, A.Kep. M.Kes.**:

Staff pengajar FIK UMS

Gambar

Tabel 1  Distribusi responden berdasarkan umur, pendidikan, status pekerjaan   ibu  di Puskesmas Timika Jaya Mimika Papua
Tabel 4 memperlihatkan banyak

Referensi

Dokumen terkait

dari jaringan selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru. sampai sempurna ( exhaustive extraction ) yang umumnya

Hasil yang didapatkan pada penelitian menunjukkan bahwa kandungan triclosan pada sabun mandi antiseptik padat yang digunakan untuk menghilangkan bercak darah

Menurut Sagala sebagaimana dikutip oleh Siti Aminah, dlkk., (2015) menjelaskan bahwa tujuan diterapkannya MBS adalah untuk: (a) meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

Data yang digunakan ini merupakan bagian dari kegiatan pembuatan taman karang (coral garden) untuk menyelamatkan terumbu karang di perairan Cagar Alam Pulau Sempu. Macrochelid

Sedangkan pada aseptabilitas sediaan emulgel CTM basis CMC Na formula II dengan konsentrasi paraffin liquid 7% yang terpilih, karena memberikan aseptabilitas yang

“ PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, OPINI AUDIT, UMUR PERUSAHAAN, KOMITE AUDIT, SOLVABILITAS, AUDITOR INTERNAL TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris pada

[r]