• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENJELASKAN FILSAFAT ALAM SEBAGAI SIKAP DEMITOLOGI dan IDEALISME PLATO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENJELASKAN FILSAFAT ALAM SEBAGAI SIKAP DEMITOLOGI dan IDEALISME PLATO"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MENJELASKAN FILSAFAT ALAM SEBAGAI SIKAP DEMITOLOGI dan

IDEALISME PLATO

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah

Filsafat Umum

Dosen pengampu : Muhammad Rofik Junaidi

Oleh :

Muhammad Arif Pamungkas (143111223)

Efi Nur Rezeki (143111202)

Vidyah Ayu Lestari (143111218)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN TARBIYAH

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus di terima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya satu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng – dongeng).

Setelah pada abad ke-6 sm muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia. Dengan munculnya ahli pikir inilah maka kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.

Zaman Yunani kuno di pandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide – ide atau pendapatnaya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi – mitologi.

Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern, dan sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa, beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Anaximandros, Amaximenes, dan lain-lain.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

FILSAFAT ALAM SEBAGAI SIKAP DEMITOLOGI

A. Sejarah Munculnya Filsafat Alam

Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini di tandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.

Para pemikir filsafat Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.

Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui poemikirannya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban: apakah sebetulnya alam ini. Apakah inti sarinya? Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.

Filsafat Yunani muncul dari pengaruh mitologi, mistisme, matematika, dan persepsi yang kental. Para Filsuf Yunani awal menemukan dirinya dalam kenyataan yang patut di tiru. Kebudayaan mereka kaya akan kreatif, namun dikelilingi oleh orang – orang yang sportif dan kompotitif.

(5)

tenpat kemudian itupun terpisah – pisah pula. Sebab itu banyak rakyat Grik yang terpaksa merantau ketanah asing dan mendirikan negeri baru disana. Berangsur – angsir ,ereka menduduki pulau – pulau yang berdekatan dengan laut Egia, dan mendiami daratan dipantai Asia Minor. Rakyat Grik dahulu kala jadi tukang perantau karena keadaaan negerinya.

Mereka yang merantau itu makmur hidupnya. Mereka hidup dari perniagaan dan pelayaran. Kemakmuran itu memberi kelonggaran bagi mereka untuk mengerjakan yang lain-lain selain-lain daripada mencari penghidupan. Waktu yang terluang dipergunakannya untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan buah pikiran.

Itulah sebabnya, maka literatur dan filosofi Yunani yang mula-mula lahir di daerah perantauan itu. Yang sangat kesohor dan makmur di waktu itu ialah kota Miletos di Asia Minor. Puncak kemakmurannya terdapat di abad yang ke enam sebelum Isa. Di sanalah pula tempat kediaman filosof-filosof Grik yang pertama sebagai Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Mereka disebut filosof alam, sebab tujuan filosofi mereka ialah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang terjadi soal bagi mereka.

B. Para Filosof Alam Beserta Pemikirannya

Berikut ini akan dijelaskan para filosof alam beserta pemikira-pemikiranya yang berkenaan dengan alam semesta:

1. Thales ( 625 – 545 SM )

Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece), Aristoteles memberikan gelar The Father Of Philosohy juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.

Thales mengembangkan filsafat dalam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika.

(6)

demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning ( bapak penalaran deduktif ).

Sebagai seorang pesisir dapat ia melihat setiap hari, betapa air laut menjadi sumber hidup. Dan di Mesir dilihatnaya dengan mata kepalanya, betapa nasib rakyat di sana bergantung kepada air sungai Nil. Air sungai Nil itulah yang menyuburkan tanah sepanjang alirannya, sehingga dapat di diami oleh manusia. Jika tak ada sungai Nil itu yang melimpahkan airnya sewaktu – waktu ke darat, negeri Mesir kembali menjadi padang pasir.

Sebagai seorang saudagar pelayar Thales melihat pula kemegahan air laut, yang menjadikan ia ta’jub. Sewaktu-waktu air laut itu menggulung dan menghanyutkan. Ia memusnahkan serta menghidupkan. Disini dihapuskannya segala yang hidup.

Dari pendapat itu kita artikan bahwa apa yang di sebut sebagai arche (asas pertama dari alam semesta) adalah air. Katanya, semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung di atasnya.

2. Anaximandros ( 610 – 547 )

Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Ia mempunyai prinsip dasar alam memang tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang di katakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.

Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera kita. Adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Oleh karena itu barang asal, yang tidak berhingga, dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu.

Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Dimana bermula yang dingin, disana bermula yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang terbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.

(7)

kepada yang lain. Yang cair menjadi beku dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada Apeiron dan kembali pula kepada Apeiron.

Jika kita melihat sifat – sifat yang di berikan oleh Anaximandros tentang Apeiron yaitu sebagai zat / sesuatu yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat di serupakan dengan alam, maka barang kali yang di maksud dengan Apeiron adalah Tuhan.

3. Anaximenes ( 590 – 548 )

Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximenes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, demikian alasannya. Pembicaraan ketiga filosof ini saja telah memperlihatkan bahwa di dalam filsafat dapat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan, bukan terletak pada kongklusi. Persoaalan inilah yang akan dikembangkan dalam filsafat sofisme.

Anaximenes mengatakan, bahwa intisari alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di perlukan oleh nafasnya.

Aniximenes yang mencari asal alam, belum memperhatikan benar soal jiwa dalam penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam perhubungan alam besar saja. Jiwa itu menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga supaya tubuh itu jangan gugur dan bercerai – berai. Juga alam besar itu ada karena udara. Udaralah yang jadi dasar hidupnya. Kalau tak ada udara, gugurlah semuanya itu. Makro kosmos (alam) dan Mikro kosmos (manusia) pada dasarnya satu rupa.

Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi. Tetapi walaupun dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan juga yang hidup dengan yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa itu keluar. Yang mati tidak berjiwa.

(8)

PENUTUP

Filsafat Yunani kuno biasa disebut dengan filsafat alam, karena pada periode tersebut ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan pusat pemikirannya kepada apa yang mereka amati disekitarnya.

Thales memiliki pemikiran “semuanya itu air” yaitu asalnya dari air dan berakhirpun ke air, ia berpendapat demikian karena ia hidup dipesisir laut dan ketika ia kemesir, ia melihat penduduk mesir sangat mengandalkan air Sungai Nil, jadi air adalah pangkal dari awal mulanya dan kembali ke air.

Anaximandros memiliki pemikiran “barang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan” yang ia sebut “Apeiron”. Apeiron itu tidak dapat dirupakan dan tak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan didunia ini.

. Sedangkan Anaximenes memiliki pemikiran yaitu “udara” karena udara yang memalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Ia berfikir seperti itu mungkin terpengaruh oleh ajaran Anaximandros bahasa “jiwa itu serupa dengan udara”.

(9)
(10)

A. PENDAHULUAN

Perkembangan filsafat Yunani berlangsung begitu cepatnya, sehingga dalam usaha untuk menggambarkannya dengan mudah akan mengalami kesukaran mengenai kronologisnya. Perkembangan ini berlangsung berangsur-angsur, meskipun secara relatif berjalan cepat. Sampai saat ini filsafat Eropa dan Amerika juga didasarkan atas daya pikir orang-orang Yunani, tidaklah mungkin untuk memahami filsafat dewasa ini tanpa mengetahui sejarah dan asal-usulnya. Yang menjadi asal mulanya dalam arti sempit ialah pemikiran Plato dan Aristoteles, dalam arti lebih

luas lagi ialah seluruh pikiran kuno sampai dengan surutnya peradaban kuno.

Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat diantara para pemikir yang satu dengan yang lain, namun filsafat merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini merupakan upaya memahami. Para

filsuf yang paling tua merupakan orang-orang pertama yang tidak lagi merasa puas dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos, melainkan menghendaki penjelasan yang masuk akal.

Disini kita akan menyampaikan sejarah singkat tokoh filsafat dan pemikirannya. Plato merupakan filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan

persamaan pemberian kesempatannya. Mengenai kehidupan sosial, Plato mengemukakan semacam komunisme yang melarang adanya hak milik dan kehidupan berfamili. Menurutnya, adanya hak milik akan mengurangi dedikasi dan loyalitas seseorang pada kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Namun, “komunisme” ala Plato ini hanya terbatas pada kelas penguasa dan pembantu penguasa saja, sedangkan kelas pekerja diperbolehkan memilik hak milik pribadi dan

berfamili, karena merekalah yang menghidupi kelas lainya dan tugas mereka adalah untuk menyelenggarakan produksi perekonomian.

Pemikiran Plato sesungguhnya berdasar pada corak masyarakat saat itu, bukan memaksakan sebuah sistem kepada masyarakat Athena. Pada saat itu, kesenjangan antara si kaya dan si miskin

(11)

B. PEMBAHASAN 1. Biografi Plato

Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan meninggal disana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar. Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya. Dalam tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperoleh dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air.

2. Pengertian Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini telah dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J.G. Fichte, Sckelling, dan Hegel.

(12)

Menurut Plato ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide.Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini melampaui segala ide yang ada. Tokoh aliran idealisme adalah plato (427-374 SM), ia adalah murid sokrates. Aliran idealisme adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Ia adalah murid dan teman Socrates. Setelah runtuhnya penguasaan TigaPuluh Penguasa Lalim ia terpaksa meninggalkan Athena, dan ia tidak hadir pada peristiwa kematian serta proses peradilan Socrates. Karena sering

mengadakan perlawatan ia memperoleh pengetahuan yang banyak jumlahnya. Usaha untuk menerapkan teori-teorinya pada pemerintahan Dionysius I di Syarcuse mengalami kegagalan. Pada tahun 387 pada pemerintahan Dionysius II di Syarcuse, Plato sekali lagi menerapkan teori-teorinya, namun kembali mengalami kegagalan. Percobaan yang ketiga pada tahun 361 akhirnya juga kandas.

Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangan yang berbentuk dialog, bersoal jawab, sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran plato tergambar keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya, ia terus berbuat begitu. Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Ahtena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Athena lenyap ke bawah kekuasaan asing.

Menurutnya cita adalah gambara asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera, dalam pertemuan jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta

(13)

Keberadaan idea tidak nampak dalam wujud lahiriah tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea sebab, posisinya tidak menetap sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli, keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaan sangat mutlak, tidak bisa digunakan oleh material. Pada kenyataaanya idea digambarkan dengan dunia yang tidak terbentuk, demikian jiwa bertempat didalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguson rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yag lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi maupun dunia luar yang tidak dapat dikenal tetapi melainkan dunia daya hidup yang kreatif . Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita yaitu :

1. Yang Nampak, yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini.

2. Realitas sejati, yaitu merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh didalamnya terdapat nila-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan

kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang Nampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.

(14)

Sebagaimana Phidom mengetengahkan dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan disini adalah jiwa atau sukma, dengan demikian dunia pun terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Dunia nyata dan dunia tidak nyata.

2. Dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (kosmos neotos). Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasinya dimana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada dihadapan manusia, sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa dibalik alam nyata.

Memang kenyataannya sukar untuk mengerti unsur-unsur yang ada pada ajaran idealisme khususnya dengan plato ini disebabkan aliran platonisme bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu dari pada menampilkannya dan mencari dalil keterangan itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakana bahwa pikiran plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Adanya buah pikiran plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat

terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.

Menurut Betran Russel adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat plato adalah sebagai berikut :

a. Kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dan dikemukakan orang sebelumnya. b. Pendapatnya tentang idea merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh, persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. c. Pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian.

d. Buah pikiran tentang alam / cosmos. e. Pandangannya tentang ilmu pengetahuan.

Disisi lain filsafat idealisme plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan ke dalam dunia pendidikan. Dimana plato mendasari pendidikan itu kaitannya sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun bagi warga Negara dan ditambahkannya bahwa pelaksanaan pendidikan harus mengenyam pendidikan.

(15)

pengamatan berawal dari benda-benda menuju kepada aliran materialisme. Benda-benda atau objek diberi bentuk oleh akal yang disebut idealisme.

Hasil-hasil karya Plato memberikan kesaksian mengenai luasnya pengetahuan yang dipunyai mengenai para pendahulunya. Plato berusaha meleyakan suatu jembatan penghubung yang dapat mempersatukan pertentangan yang ekstrim antara sikap mengingkari keadaan diam yang

diajarkan oleh Heraclitus dengan sikap mengingkari keadaan bergerak yang diajarkan oleh Parmenides. Hal ini menimbulkan ajarannya mengenai idea, yang bagaimanapun bukan

merupakan suatu sikap yang mengabaikan kenyataan sehari-hari. Plato senantiasa mengajarkan agar orang berpangkal pada sesuatu yang terdapat di atas kenyataan duniawi, namun sekaligus berpegang erat kepada kenyataan duniawi. Keadaan ini harus ditinjau dari segi ide-ide.

Ajarannya tidak berkecenderungan untuk memandang dunia sebagai sesuatu yang buruk, dunia merupakan suatu yang harus diatur oleh manusia. Kitab-kitabnya yang berjudul Negara dan Hukum memperlihatkan bahwa Plato tidak mengajarkan manusia melarikan diri dari kenyataan duniawi.

Pemikiran yang dicetuskan Plato : Intisari dari pada filosofi plato ialah pendapatnya tentang idea. Itu adalah suatu ajaran yang sangat sulit memahamkannya. Salah satu sebab ialah bahwa

pahamnya tentang idea selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Kemudian meluas menjadi pandangan hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik sosial dan mencakup pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang lahir, dimana berlaku pandangan Herakleitos, dan alam pengertian yang abstrak dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya kiraan. Sebab kalau semuanya mengalir dengan tidak berhenti-hentinya, tiap barang bagi tiap orang pada setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya. Maka manusia menjadi ukuran dari segalanya, seperti dikatakan oleh Protagoras. Tetapi pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap adanya, yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak. Ia timbul semata-mata karena kecerdasan berfikir. Pengertian yang dicari dengan pikiran ialah idea. Idea pada hakikatnya sudah ada, tinggal mencarinya saja. Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan

(16)

dan budi, yang dicarinya bersama-sama dengan sokrates, pada hakekat dan asalnya berlainan sama sekali dari pemandangan. Sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian. Ia diperoleh atas usaha akal sendiri. Idea menurut paham plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah. Tetapi yang baru dalam ajaran plato ialah pendapatnya tentang suatu dunia yang tidak bertubuh. Filosofi sebelumnya dia tidak mengenal gambaran dunia semacam itu. juga adanya dalam pikiran Parmenides, yang mengisi sepenuh-penuhnya sehingga di sebelah tidak ada lagi tempat yang kosong, masih merupakan sesuatu yang bertubuh.

Pendapat Plato seterusnya tentang etik bersendi ada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan diteruskannya ke dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seorang bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan pula oleh pendapat itu. dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektik timbul budi yang lebih tinggi daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Jadinya, menurut Plato ada 2 macam budi. Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Dengan uraian yang terbentang dalam dialog itu plato membawa pembacanya ke daerah kosmologi dan filosofi alam. Dialog itu menunjukkan bahwa plato bukan saja seorang filosof yang menguasai seluruh filosofi sebelumnya, tetapi juga mempelajari berbagai ilmu spesial yang diketahui pada masanya. Menurut Plato Tuhan sebagai pembangun alam menyusur anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan. Kedalam bentuk yang satu itu Tuhan memasukkan jiwa dunia yang akan menguasai dunia ini. Oleh karena itu pembangunan dunia sekaligus menentukan sikap hidup manusia dalam dunia ini.

Yang penting ialah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan ide, dengan itu ia

(17)

Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya

mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai . Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam dunia, ia menolak bahwa Negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial, dengan demikian semua menurut kodratnya hidup. Negara menurut Plato Negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakan semua pekerjaan dalam satu waktu. Negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya penambahan penduduk dan kebutuhan pun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.

Dari sini diseleksi lagi untuk dijadikan calon pemimpin politik, dan untuk

membentuk pemimpin mereka harus belajar filsafat hingga usia 30 tahun, tujuan belajar filsafat ini untuk melatih mereka dalam mencari kebenaran. Dari sini diseleksi lagi dan mereka

yang lulus seleksi akan mempelajari filsafat dan dialektika secara lebih intensif selama 5 tahun. Dan jika dalam pandidikan ini berhasil maka selama 15 tahun ia menduduki beberapa jabatan Negara, tujuannya agar mereka tahu pekerjaan-pekerjaan negara. Dan pada usia 50 tahun, baru mereka siap menjadi seorang pemimpin. Ada tiga golongan dalam Negara yang baik, yaitu pertama, golongan penjaga ynag tidak lain adalah para filsuf yang sudah mengetahui yang baik dan kepemimpinan dipercayakan pada mereka. Kedua, pembantu atau prajurit. Dan ketiga golongan pekerja atau petani yang penanggung kehidupan ekonomi bagi seluruh polis. Plato tidak begitu mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah dan peraturan itu sulit di sama-ratakan itu semua tergantung

masyarakat yang ada di polis tersebut. Ada pun Negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, hingga perlu diadakan

penggabungan, dan Negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.

(18)

keadaan yang berlaku abadi. Plato menegaskan bahwa manusia begitu terikatnya pada dunia tangkapan inderawi, sehingga sukar sekali baginya untuk mendaki kedalam dunia idea. Plato sering menggambarkan titik puncak pemikirannya dengan menggunakan suatu cerita, suatu mitos.

Filsafat plato merupakan suatu upaya perkasa untuk menjembatan pertentangan diantara tokoh-tokoh yag mendahuluinya. Plato mencoba untuk menghindari dilema yang dihadapi oleh Zeno dari Elea, dengan jalan memberikan bentuk kenyataan sendiri-sendiri kepada yang berubah dan yang tetap.

a. Ciri-ciri Karya-karya Plato 1. Bersifat Sokratik

Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.

2. Berbentuk dialog

Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.

b. Pandangan Plato tentang Karya Seni

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.

c. Pandangan Plato tentang Keindahan

(19)
(20)

c. Penutup

Kesimpulan

Plato (429-347 SM), salah satu penulis yang paling mempesona dalam tradisi sastra Barat dan salah satu, penulis paling penetrasi luas, dan berpengaruh dalam sejarah filsafat. Warga Negara Athena status tinggi, ia menampilkan dalam karyanya penyerapan dalam peristiwa politik dan gerakan intelektual pada masanya, tapi pertanyaan dia mengangkat begitu mendalam dan strategi yang dipakai untuk menangani mereka sehingga pembaca kaya sugestif dan provokatif yang berpendidikan hampir setiap periode memiliki dalam beberapa cara telah dipengaruhi olehnya, dan hampir di setiap zaman ada filsuf yang menghitung diri Platonis dalam beberapa hal penting. Dia bukan pemikir pertama atau penulis kepada siapa kata "filsuf" harus diterapkan. Tapi dia begitu sadar diri tentang bagaimana filsafat harus dipahami, dan apa ruang lingkup dan ambisi baik adalah, dan ia begitu mengubah arus intelektual yang ia bergulat, bahwa subjek filsafat, seperti yang sering disebut yang ketat dan pemeriksaan sistematis masalah etika, politik, metafisik, dan epistemologis, bersenjata dengan metode berbeda bisa disebut

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,Asmoro. 2005, Filsafat Umum. Jakarta: Rajagrafindo Persada Syadali,Ahmad. 2004, Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia

Adib,Muhammad. 2010, Filsafat Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bertens,K. 1998, Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Poedjawijatna. 1990, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta Hatta Mohammad. 1986, Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Tintamas

Delfgaauw, Bernard. 1992. Sejarah Singkat Fisafat Barat. Yoyakarta: Tiara Wacana

Dr Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. PT Rosdakarya. Bandung, Cet.VI, 1994

Hamersma, H. Tokoh-tokoh Filsafat modern, Gramedia, Jakarta, 1986

Http://www.darkpoem.co.cc/2009/03/kisah-plato.html

Jalaluddin dan Idi, Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama

Referensi

Dokumen terkait