ANALISIS P ARALELISASI
HE TIPE PLAT DAN SHELL Al;{D
TUBE UNTUK REAKTOR KARTINI P ADA DAY A 250 kW
Soyamto, Ma'som Ischaq, Tri Wotan Tjiptono
P3TM -BATAN
~
ABSTRAK
ANALISIS PARALELISASI HE TIPE PLAT DAN SHELL AND TUBE UNTUK REAKTOR KARTINI PADA DAYA 250 kW: Dalam rangka peningkatan daya reaktor Kartini menjadi 250 kW; telah dilakukan analisis perhitungan beban pendinginan untuk paralelisasi HE ripe Plat (PHE) dan ripe Shell and Tube (STHE). Pada analisis sebelumnya diketahui bahwa dengan PHE tunggal tidak cukup untuk menurunkan suhu ATR pada batas yang diijinkan. Analisis dan perhitungan didasarkan pada kondisin dan kinerja PHE dab STHE saar ini yaitu efektivitas cp = 0,394 dan q = 0,5. Dalam analisis, kedua HE dipanda~g sebagai HE tunggal yang dioperasikan secara bersamaan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa apabila reaktor dioperasikan pada daya 250 kW; suhu ATR masih berada di bawah harga maksimum yang dijinkan yaitu 38,83 DC. Sedangkan besar perpindahan kalor untuk masing-masing HE adalah 118,937 kW(102,29. 103
kcalljam) untuk PHE dan 130,857 kW(1 12,53. 103 kcal/jam) untuk STHE.
ABSRACT
ANALYSIS OF THE PLATE AND SHELL AND TUBE TYPE HEAT EXCHANGER PARRALEL FOR KARTINI REACTOR AT 250 Kw OPERATION. On behalf of increasing Kartini's reactor PQwer lexel to 250 kW have been carried out the analysis of the cooling load for Plate type Heat Exchanger's (PHE) and Shell and Tube type Heat Exchanger (STHE) in parallel. At the previous analysis has been known that for HE single operating it isn't able to cool the reactor water tank up to the temperature level allowed. Analysis was carried out based on its PHE's and STHE's present performances i.e. effectivity} of both HE: &p = 0,394 and: q = 0,5. During analysis both HE is operated together as single HE. The result swohs that with present condition, the water reactor tank temperature still in allowed temperature i.e. 38.83 DC. While the heat transferred are 118.937 kW (102.29103 kcaVh)for PHE and 130.857 kW (112.53103 kcal/h) for STHE respectivelly.
PENDAHULUAN
pendinginan A TR menggunakan satu buah HE padadebit tetap, tidak cukup untuk menurunkan suhu A TR sampai pada batas yang diijinkan. Di samping itu, dalam sistem perpindahan kalor temyata masalah debit air pendingin merupakan faktor yang
sangat dominan (3.4. SI.
Untuk itu perlu dilakukan analisis dan per-hitungan sistem pendingin susunan seri-paralel dari kedua HE berikut pompa dan instalasi pemipaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan sistem pendiI1gin primer bila ke 2 HE yang ada dihubungkan seri atau paralel pada daya 250 kW.
DASARTEORI
Penggabungan 2 buah HE atau lebih di-maksudkan untuk menaikkan kapasitas pen-dinginannya. Gambar I dan 2 menunjukkan susunan seri dan paralel ke dua HE reaktor Kartini. Dengan
D
alarn operasinya pada daya 100 kW, reaktorKartini menggunakan 2 buah alat penukar kalor atau Heat Exchanger (HE) tipe plat atau Plate Heat Exchanger (PHE) serta tipe cangkang daD pipa atau Shell and Tube Heat Exchanger (STHE). Massing-masing HE mempunyai kapasitas disain pendinginan 250 kW dan juga berfungsi sebagai cadangan atau redundan. Oi samping itu suhu air tangki reaktor (A TR}-maksimum yang diijinkan dari reaktor Kartini sebesar 41 DC!I.2].
Oalam rangka peningkatan daya reaktor dari 100 kW menjadi 250 kW, harus dilakukan analisis dan perhitungan ulang beban pendnginan terhadap kedua HE tersebut. Hal ini dilakukan karena kenaikan suhu air pendingin reaktor sesuai dengan
kenaikan daya yang direncanakan.
Dari anal is is sebelumnya diketahui bahwa bila reaktor dioperasikan pada daya 250 kW dengan
Prosiding Pertemuan dan Presentasl IImlah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nuklir P3TM-BATAN Yoovakarta. 7 -8 Aaustus 2001
Suyamto, dkk. ISSN 0216 -3128
157
2. Dalam keadaan tunak, suhu air pendingin
rnasuk ke PRE daD STHE sarna besar, sehingga
TilP = TilT
Karena tidak ada hilang kalor pada, pipa daD
pem1ukaan kolam, rnaka kalor total yang harus
dipindahkan oleh PRE daD STHEQp + QT = Q
rnaka untuk susunan paralel dapat diturunkan
rumusan
perpindahan
kalor sebagai
berikut.
(MC)IP (Til- ToVP + (MC)IT (Til -Tol>T =Q (3)
(indek P untuk PRE dan indek T untuk STHE)
Karena TilP = TilT = Til rnaka
(MC)IP (Til -ToIP) + (MC)IT (Til -To IT = Q (4)
Dengan rnernasukkan
data besaran debit air
pendingin primer M (tetap), efektivitas RE ~ (saat
ini), suhu air pendingin rnasuk ke HE TilP = TilT,
perpindahan
kalor total Q = 215xlO3 kcaVjam daD
suhu rnasuk air pendingin sekunder
Ti2 (konstan)
ke
dalam rumus I sampai dengan 4, dapat dihitung
beban pendinginan
untuk rnasing-rnasing
HE.
TAT A KERJA
mempertimbangkan
kondisi PHE dan STHE pada
saat ini maka susunan paralel merupakan pilihan
yang lebih baik karena
1. HE yang lain dapat dipakai sebagai redundan
pada tingkat daya 100 kW
2. Instalasinya lebih mudah,
sederhana
dan murah
Dengan susunan para1el,
maka analisisnya dapat
dilakukan dengan menganggap
bahwa ke dua HE
bekerja secara bersama-sama
mendinginkan A TR
sebagai HE tunggal. Sehingga dengan melihat
susunan paralel pada Gambar 2, rumusan yang
digunakan dalam anal
is is perpindahan
kalor dapat
dilakukan seperti HE tunggal, yaitu sebagai
berikut
[3, 4, 5].
I. Efisiensi atau efektivitas
HE f. adalah
E = (Tit -Tot)/(Tit -TiV
(1)
2. Jumlah perpindahan kalor antara primer daD
sekunder
Ql = (MC)l (t1.Tl) = (MC)l (Til-Tol)
Q2 = (MChJATV = (MC>2 (Ti2 -ToV
Q3 = E (MC>t (t1.T)
= (MC)l (Til -TiV
Q4 = A U (LMTD)
(2)
Untuk dapat menghitung perpindahan kalor
di dalam PHE dan STHE secara baik dan akurat
dilakukan hal-hal sebagai
berikut.
'.
I. Kalibrasi flow meter agar debit yang dipakai
dalam perhitungan
dapat akurat
2. Pengoperasian
reaktor sampai dalam kondisi
tunak minimal 6 jam operasi
3. Pengamatan suhu air pendingin primer dan
sekunder harus dilakukan berulang-ulang pada
kondisi udara luar yang berbeda-beda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengoperasian PHE daD STHE serta kalibrasi flow meter yang telah dilakukan .';obe-lumnya diketahui besaraan air pendingin (tabell) .
Dari basil pengamatan suhu air pendingin masuk-keluar HE pada label 1 daD dengan menggunakan rumus 1 diperoleh efektivitas saat ini
yaitu Ep = 0,394 dan Ep = 0,5.
Besarnya efektivitas saat ini dianggap tetap dan hanya akan berubah hila kondisi HE semakin
jelek karena terjadi pengotoran yang semakin
banyak. Di samping itu karena debit air pendingin tetap maka suhu air pendingin sekunder hanya dipengaruhi oleh kondisi kondisi udara luar sehingga Ti2P = 28,64 °c dan Ti2T = 29,13 °c (tabrel I) dianggap tetap.Dimana
Q: kalor ycmg dipindahkan, W atau kcaVjam T: suhu air pendingin, 0 C
M: laju aliran air pendingin (M = G Y), kg/jam
G: debit air pendingin, m3/jam Y : beratjenis air pendingin, kg/m3 C: kalor jenis air pendingin, kcal/kg 0 C U: koefisien perpindahan kalor, W 1m K A: luas permukaan perpindahan kalor, m2 LMTD : 'Logajiithmic Mean Temperature
0
Difference" .C
(notasi indek 1 untuk primer, 2 untuk sekunder, 1 masuk ke HE dan 0 keluar dari HE)
'. Bila reaktor dioperasikan pada daya 250 kW, maka kalor yang harus di~indahkan oleh PHE clan STHE adalah 215 10 kcaVjam dengan mengabaikan hilang kalor ke dinding tangki reaktor dan pipa [6, 7, 8], sehingga diperoleh asumsi-asumsi clan persamaan berikut.
1. Suhu air pending in sekunder masuk HE yang tergantung pada keadaan udara luar sarna seperti
158
Tabell. Besaran air pendingin HE do/am keadaan
tunak pada daya reaktor 100 kW.
Dengan memasukkan
besarnya Ep, Ep, T i2P daD
Ti2T ke dalam rumus I maka diperoleh
(Til -Tol)p/(Til -28,64)p = 0,394
TilP = (1,65 TolP -18,62)
(Til -Tol}r/(Tfl-
28,64}r = 0,5
TiIT= (2 ToIT- 30)
Karena TilP = TilT maka,
(1,65 TolP -18,62) = (2 TolT -30)
TolP = (1,212 ToIT- 6,89689)
1. TilP = TilT =Til (lihat Gambar 2) daD besarnya
Y dapat diambil dari nila rata-ratantara
YIP daD
.3
YIT, yaltu Ylr = 1/2(YIT + YIP) = 994,24 kg/m
2. Debit air pendingin primer untuk ke dua He
sarna besar. Jadi GIP =
GIT = 428,77
liter/menit, sehingga
:
(MC)IP = (MC)IT =(M Ylr C)I
= (428,77)(10-3)
(60)(994,24XO,997)
= 25.501,28 kca/jam °c
°
2TilT -TolP -TolT = 8,4309 C
° 2TilT-(1,212T-6,8969)-TolT =8,4309 C
TilT=(1,06TolT +0,767)
Dengan mensubtitusikam TilT ke persamaan TilT = (2 TolT -30) akhimya diperoleh TilT = 34,416 °C,
sehingga besaran-besaran
suhu yang lain dapat
dihitung. Hasilnya adalah TolP = 34,818 °c daD Til°
P = TilT = 38,829 C
Selanjutnya dengan memakai persamaan 2 dapat dihitung besarnya perpindahan kalor untuk masing-masing HE, yaitu ",
QIP = (MC)lP (Til -Tol)P
= (25.501,28)(38,829 -34,818) = 102.286,634 kcaVjam = 118,937 kW QIT = (MC)lT (Til -Tolh
= (25.501,28)(38,829 -34,416) = 112.537,149 kcaVjam = 130,857 kW
Dari rumus 2, akhirnya dapat dihitung besaran air pendingin sekunder untuk masing-masing HE sebagai berikut. 2. Untuk PHE QIP = Q2P = (MC)2p (T 02 -Tivp --102.286,634 = (555,5)(10.3)(60)(995,06) (0,997)(T 02 -28,64)p ° To2P=31,82 C
2. UntukSTHE
QIT = Q2T = (MC)2P(To2 -Ti2)T 112.537,149=(649,12)(10.3)(60)(995,53) (0,997)(T02 -30h
°
To2T=32,91 C
Til-TOIP+Til-TOIT=
g,43090C
Subtitusi TiP = TiT dan TolP = 1,212 T- 6,8969, diperoleh
Proslding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yoglyakarta, 7.8 Agustus 2001
Maka dari rumus 4 diperoleh
(Til -TolP + Til -To IT) = Q/(MC)I) = 215.0000/25.501.28
Suyamto, dkk. ISSN 0216 -3128
159
6. QIT=Q2T= 112537,149kcaVjam
7. Qp + QT = Q = 215.000 kcaVjam
8. (~TIP) = (Til -Tol)P = Qlp/(MC)IP = 4,0156
9. (~TIT) = (Til -Tolh
= QIT/(MC)IT =
4,4188
"-10. Ep = 0,394 = (38,829 -ToIP)/38,829 -Ti2P)
11. ET = 0,5 = (38,829 -ToIT)/38,829 -Ti2T)
Dengan melakukan subtitusi-subtitusi
seperti pada
perhitungan
sebelumnya
diperoleh basil seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2, di mana perubahan y
ternyata tidak
begitu berpengaruh terhadap
perubahan suhu air pendingin. Dari basil
perhitungan dapat digambarkan bentuk atau profil
suhu air pendingin di dalam PRE dan STHE
(Gambar
3 dan 4)
Jadi total kalor yang dipindahkan oleh ke dua HE
adalah 249,794 kW. Perbedaan
yang ada sebesar
0,206 kW atau 0,08 % terjadi karena adanya
pembulatan
dalam perhitungan.
Dari basil perhitungan terlihat bahwa besarnya
TiIP, TilT' TolP clan To IT berbeda
dengan basil
pengarnatan
pada daya 100 kW. Untuk itu agar
hasilnya lebih akurat dilakukan perhitungan ulang
secara iterasi pada daya 250 kW sebagi
berikut.
0
1. Besar TilP = TilT =38,829 C, TolP = 34,818
0 0
C clan TilT = 34,416 C
3 3
2. YIPr = 993,31 kg/ill clan YlTr = 993,38 kg/ill
3. Besar efektivitas ke dua HE tetap yaitu Ep =
0,394 clan Ep = 0,5.
4. Besarnya perpindahan kalor pada ke dua HE
tetap
5. QlP = Q2P = 102.286,634
kcaVjam
Tabel2. Besaran
air pendingin HE do/am keadoan tunak pada daya reaktor J 00 kW.
KART A, Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Kartini, 1995
2. GENERAL ATOMIC Division of GENERAL DYNAMIC, 250 KW Triga Mark II Reactor Mechanical Maintenance and Operating Manual, chapter 4.10, Agustus 1962 '.
3. SUY AMTO; "Anal is is daD Perhitungan Beban Sistem Pendingin Tipe Plat (PHE) Reaktor Kartini Pada Daya 250 kW", Prosiding Pertemuan daD Presentasi 11miah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan daD Teknologi Nuklir, Yogyakarta , 25 -26 Juli 2000.
4. SUY AMTO; "Analisis daD Evaluasi Unjuk Kerja Alat Penukar Kalor (APK) Tipe Cangkang daD Pipa, Presentasi Peneliti Muda , Nopember
1994 di PPNY
5. SUY AMTO, SUPRAPTO, "Analisis daD Evaluasi Unjuk Kerja Alat Penukar Kalor Tipe Plat Reaktor Kartini, Prosiding Pertemuan daD Presentasi 11miah Penelitian Dasar 11mu
KESIMPULAN
I. Dengan merangkai secara paralel PHE dan
STHE untuk daya reaktor 250 kW, suhu ATR
masih di bawah harga yang diijinkan
2. Dengan debit yang tetap masing-masing
seperti
pacta saat ini maka perpindahan
kalomya sudah
cukup, masing-masing sebesar 118,937 kW
(102,29. 103 kcaVjam) untuk PHE dan 130 kW
(112,53.103 kcaVjam)
untuk STHE
3. Dengan mengoperasikan ke dua HE secara
paralel maka tidak diperlukan HE baru
4. Karena kedua HE harus selalu dioperasikan
maka perlu dipikirkan fasilitas redundan untuk
sistem pendingin, baik primer maupun sekunder
DAFTARPUSTAKA
BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, PUSA T PENELITIAN NUKLIR YOGY
A-Proslding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Daaar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Aguatua 2001
.
ISSN 0216 -3128
160
Suyamto, dkk.
ber/awanan
dengan
yang ado soot ini sehingga
terjadi a/iran "cross" sehingga
/ebih efisien.
Anwar Budianto
-Apakah
pemah dicoba suatu analisis serial
sehingga dapat dihitung factor kelipatan efisiensi
total terhadap
analisis parallel.
-Pemahkah dilakukan anlisis berapa jumlah HE
(baik PHE dan STHE) agar reaktor Kartini tetap
save suhunya ? (Dengan pertimbangan faktor
kegagalan
perangkat).
Pengetahuan
daD Teknologi Nuklir, Yogyakarta
,8 -10 Juli 1997.
6. UT AJA, HERU SUPRAPTO daD HARt
SUDIRJO, Transien Suhu Dalam Penukar
Kalor, Buku Penelitian Bahan Mumi daD
mstrumentasi
Jilid IIlnstrumc:-ntasi,
1984
7. UT AJA, HERU SUPRAPTO daD HARt
SUDIRJO, Pendingin Primer Untuk Daya
Reaktor 250 K watt, Buku Penelitian Bahan
Murni dan Instrumentasi
Jilid II Instrumentasi,
1984
8. UT AJA, BAMBANG SETIADn, Menentukan
Harga Air Reaktor Kartini, Prosiding Pertemuan
daD Presentasi Ilmiah, Penelitian Dasar Ilmu
Pengetahuan
daD Teknologi Nuklir, Yogyakarta
, 5 -8 Mei 1986
Suyamto
-Belurn,
karena jelas untuk susunan
seri kurang
menguntungkan dibanding dengan susunan
parallel ditinjau dari segi kondisi ini don
debitnya.
-Pernah
dipikirkan, yaitu dengan PHE don
STHE yang ado soot ini, tinggal menambah
-sebuah HE barn sebagai redundan. Dengan
dernikian diperlukan 3 buah HE, sehingga
laktar kegagalannya
dapat diturunkan.
TANYAJAWAB
Widarto
-Dalam pengkopelan / pemasangan HE, dikatakan parallel lebih menguntungkan, ditinjau dari segi
apa?
-Apakah juga telah dilakukan analisis untuk pemasangan ke dua HE tersebut dalam posisi tidak parallel ("Cross")
Sony
-Didalam
analisis apakah juga dilakukan
perhitungan bila yang diparalel PHE clan PHE
atau STHE clan STHE, sehingga
didapatkan
harga
optimasi.
-Bagaimana analisisnya
bila salah satu HE gagal ?
Suyamto
-Be/um
pernah, tetapi ha/ ini bisa di/akukan
dengan asumsi dipasang PHE maupun STHE
baru don efektivitas ke duo HE ditentukan / di
asumsikan.
-Tidak
bo/eh, karena harus dipasang HE
redundan. (/ihat kesimpu/an
nomer 4).
Suyamto
-Darisegi;-Kondisi
instalasi soot ini secarafisik.
-Kondisi
HE soot ini yang sudah kurang baik
sehingga tidak mungkin dinaikkan debitnya.
-lnstalasi
untuk parallel akan lebih mudah
sederhana
don murah.
-Untuk
seri tidak memungkinkan
untuk "cross",
input-output HE yang satunya diletakkan
Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta. 7 -8 Agustus 2001