PENGARUH PROFESSIONAL JUDGMENT AUDITOR, INDEPENDENSI
DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT
MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT LAPORAN KEUANGAN
(Studi Kasus pada Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali)
1Putu Indira Yunitasari, 1I Made Pradana Adiputra, 2 Edy Sujana Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]} @undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh professional judgment auditor, independensi dan pengalaman kerja terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemegang jabatan fungsional auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive
Sampling, dengan menggunakan sampel jenuh sebanyak 62 responden. Jenis data
penelitian adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS for windows versi 19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Professional judgment auditor (X1)
mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan; (2) Independensi auditor (X2)
mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan; (3) Pengalaman kerja auditor (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuanga; dan (4)
Professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja secara simultan
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Kata Kunci: Professional Judgment Auditor, Independensi, Pengalaman Kerja,
Pertimbangan Tingkat Materialitas.
Abstract
The study aimed at finding out the effect of professional judgment auditors, independency and working experiences towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report. It was a causal study utilizing quantitative approach. The population of this study were all the staffs of functional auditors in the office of Financial Supervision Body and Development (BPKP) Representation of Bali. There were 62 respondents involved as the samples of the study which were selected based on purposive random sampling by using saturated samples. There were two types of data, such as primary and secondary data, which all of them were collected by using questionnaire. The analysis was made based on multiple regressions supported by SPSS 19 program for windows.
The results indicated that (1) Professional judgment auditor (X1) had a significant effect and positive correlation towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report; (2) the auditor independency (X2) had a significant effect and positive correlation towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report; (3) the auditor’s working experiences (X3) had a significant effect and positive correlation towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report; (4) Professional judgment auditor, auditor independency, and auditor’s working experiences simultaneously had significant effects and positive correlations towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report.
Key-words: Professional Judgment Auditor, Independency, Working Experiences,
Materiality Level Judgment
PENDAHULUAN
Organisasi sektor publik merupakan suatu organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi stakeholder sektor publik, mereka
membutuhkan informasi yang lebih
bervariasi, handal dan relevan untuk
pengambilan keputusan. Tugas dan
tanggung jawab akuntan sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi
maupun eksternal organisasi, dengan
membuat laporan keuangan sebagai salah satu wujud akuntabilitas publik.
Dalam proses pembuatan laporan keuangan ini tidak terlepas dari adanya salah saji material maupun tidak material
baik diakibatkan karena adanya
kecurangan (fraud) maupun kekeliruan
(human error). Disinilah peran dari
pemerintah dalam rangka mewujudkan
good governance di lingkungan
pemerintahan pusat/daerah, dengan
melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan pusat/daerah. Salah
satu langkah yang harus dilakukan
pemerintah adalah dengan membentuk suatu badan pengawasan pengelolaan keuangan.
Lembaga audit, biasanya akan
mengarahkan pemeriksaannya pada
penugasan-penugasan yang mencakup
semua bidang yang secara finansial
signifikan dari aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh auditannya. Lembaga audit hanya akan berkonsentrasi pada bidang-bidang yang dianggap material. Seorang
auditor tidak mungkin memeriksa semua hal untuk memastikan bahwa semuanya telah diperlakukan dengan selayaknya dalam suatu sistem atau telah dilaporkan dengan benar. Auditor harus memutuskan sampai tingkatan mana memeriksa hal-hal tersebut yang sesuai dengan tujuan-tujuannya, dan karena hal inilah konsep materialitas muncul dalam audit.
Materialitas merupakan jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya
dengan kondisi yang bersangkutan,
mungkin membuat pertimbangan
pengambilan keputusan pihak yang
berkepentingan berubah atau terpengaruh
oleh salah saji tersebut. Informasi
dipandang sebagai material bila disajikan
salah atau tidak disajikan dapat
mempengaruhi keputusan-keputusan
ekonomis yang diambil oleh pengguna laporan yang mendasarkan keputusan-keputusannya sebagian pada informasi
dalam laporan keuangan (Murwanto,
2008:150). Saat ini belum ada standar akuntansi ataupun standar auditing yang
berisi pedoman tentang pengukuran
materialitas secara kuantitatif. Pada
kenyataannya dalam menentukan tingkat materialitas antar auditor berbeda-beda
sesuai dengan aspek situasionalnya,
sehingga penentuan materialitas terkesan bersifat subjektif.
Pertimbangan auditor mengenai
materialitas merupakan pertimbangan
profesional (professional judgment) dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas
kebutuhan orang yang memiliki
pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan
keuangan (PSA No. 25, SA Seksi 312, Paragraf 10). Menurut ISA 200 dalam
Tuanakotta (2011:89), professional
judgment auditor dipengaruhi oleh
penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing,
akuntansi dan standar etika, untuk
mencapai keputusan yang tepat dalam
situasi atau keadaan selama
berlangsungnya penugasan audit dan
auditor juga harus memiliki sikap skeptisme profesional.
Semua tahapan proses audit sangat tergantung pada professional judgment
auditor dalam menentukan tingkat
materialitas, resiko audit dan
merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji material atau
tidak, secara individual atau secara
gabungan, auditor biasanya harus
mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yoga Satria Prima (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa secara
parsial professional judgment auditor
berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada
auditor BPK RI Perwakilan Provinsi
Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat. Seorang auditor ketika melakukan pertimbangan tingkat materialitas juga harus menjunjung tinggi independensinya agar kepercayaan stakeholder terhadap
kualitas hasil pemeriksaan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Arens, dkk., (2011:74), independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit dan penerbitan laporan audit.
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagaimana
diatur dalam PERMENPAN Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008, mengatur tentang
independensi dan objektivitas auditor.
Dengan mempertahankan independensi, auditor akan mampu terhindar dari konflik
kepentingan dalam melakukan suatu
pertimbangan yang objektif untuk
merumuskan dan menyatakan pendapatnya
setelah menimbang apakah semua
informasi yang di dapat material atau tidak. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yoga Satria Prima (2012) dan Anesia Putri Kinanti (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa secara parsial indepedensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Selain menjunjung tinggi
independensinya, dalam standar umum audit pertama menegaskan bahwa berapa
pun tingginya kemampuan seseorang
dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar audit ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Pengalaman kerja
auditor adalah pengalaman dalam
melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani (Asih, 2006:26).
Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi
yang diperoleh selama melakukan
pemeriksaan untuk menentukan
pertimbangan tingkat materialitas dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Victor Tuahta (2010) dan Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa pengalaman auditor mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai salah satu organisasi sektor publik di Indonesia memiliki kompleksitas tugas yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari layanan yang diberikan oleh BPKP. BPKP tidak hanya merupakan auditor intern pemerintah pusat namun dalam pelaksanaan tugasnya BPKP juga memberikan layanan non audit.
Kompleksitas tugas audit dan ruang lingkup audit BPKP yang begitu luas menyebabkan auditor yang bekerja di
dalam instansi ini harus mengasah
kemampuannya ketika melakukan
proses audit laporan keuangan yang tentunya akan berpengaruh terhadap opini yang akan diterbitkan, tak terkecuali untuk auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali.
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Untuk menganalisis adanya pengaruh professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas; (2) Untuk menganalisis adanya pengaruh
independensi auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas; (3) Untuk
menganalisis adanya pengaruh
pengalaman kerja auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas; dan (4) Untuk menganalisis apakah professional
judgment auditor, independensi dan
pengalaman kerja secara bersama-sama
atau simultan berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
H1 : Professional judgment auditor
berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas
dalam proses audit laporan keuangan
Professional judgment auditor merupakan suatu pertimbangan pribadi
atau cara pandang auditor dalam
menanggapi informasi berhubungan
dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi auditor, yang akan mempengaruhi pembuatan opini akhir auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas (Jamilah, dkk., 2007:2). Professional
judgment dipengaruhi oleh penerapan
pengetahuan dan pengalaman seorang
auditor dalam melaksanakan audit.
Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Penerapan pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh auditor secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak
pemahaman yang tersimpan dalam
ingatannya dan auditor menjadi lebih peka
terhadap kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan, sehingga akan semakin mendukung proses pertimbangan tingkat materialitas. Professional judgment auditor juga ditentukan oleh sikap skeptisme profesional auditor yang pada akhirnya juga mendukung suatu pertimbangan tingkat materialitas.
Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa
seorang auditor yang menerapkan
pengetahuan, pengalaman dan sikap
skeptisme profesional dalam pengambilan
professional judgment akan menghasilkan
pertimbangan tingkat materialitas yang tepat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Prima (2012), yang
membuktikan bahwa secara parsial
professional judgment auditor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
H2 : Independensi auditor berpengaruh
positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses audit
laporan keuangan
Independensi merupakan suatu cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan
audit (Murwanto, 2008:106). Dalam
melaksanakan tanggung jawab audit suatu entitas, pemeriksa mungkin menghadapi tekanan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan pemerintah, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan
independensi pemeriksa dalam
mempertimbangankan tingkat materialitas, sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan dan mempengaruhi auditor dalam menentukan jenis opini audit yang akan diambil. Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor tidak dapat
bebas dari gangguan-gangguan yang
mengancam independensinya maka tingkat materialitas yang ditentukan tidak dapat dihandalkan.
Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa seorang auditor yang menjunjung tinggi independensinya akan menghasilkan suatu pertimbangan tingkat materialitas yang dapat dihandalkan. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Prima (2012) dan Kinanti (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa independensi auditor secara parsial berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H3 : Pengalaman kerja auditor
berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas
Pengalaman auditor dapat diperoleh dari lama bekerja sebagai auditor, frekuensi melakukan tugas audit dan banyak entitas yang pernah ditangani (Asih, 2006:26). Auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi serta pemilihan bukti yang relevan yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan
untuk memberi kesimpulan mengenai
pertimbangan tingkat materialitas yang dapat diandalkan.
Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa semakin banyak pengalaman seorang
auditor, maka pertimbangan tingkat
materialitas dalam laporan keuangan
perusahaan akan semakin tepat. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan
dari berbagai jenis instansi/lembaga
pemerintah. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuahta
(2010) dan Kusuma (2012) yang
membuktikan secara empiris bahwa
pengalaman auditor mempunyai pengaruh
positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
H4 : Professional judgment auditor,
independensi dan pengalaman kerja secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan
Dalam menentukan tingkat
materialitas laporan keuangan diperlukan
pertimbangan-pertimbangan yang tidak
mudah. Dalam menetapkan suatu tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku, oleh karena itu auditor dituntut
untuk menggunakan pertimbangan
profesional. Dalam suatu pengambilan
professional judgment auditor harus menerapkan pengetahuan, pengalaman
dan sikap skeptisme profesionalnya.
Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Seorang auditor yang memiliki
independensi tinggi akan mampu
menghasilkan suatu pertimbangan tingkat materialitas yang objektif dan handal.
Selain professional judgment dan
independensi, pengalaman kerja juga
mempengaruhi pertimbangan tingkat
materialitas. Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas-tugas
pemeriksaan laporan keuangan yang
pernah dilakukan, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas akan semakin baik.
Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa apabila ketiga faktor tersebut dimiliki oleh seorang
auditor, maka pertimbangan auditor
terhadap tingkat materialitas suatu laporan keuangan akan semakin baik.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam
penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemegang Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pola pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara
Purposive Sampling, dengan
mempertimbangkan kriteria, seperti JFA yang memiliki jenjang pendidikan terakhir minimal SMA atau DIII untuk jabatan auditor terampil dan minimal sarjana (S1) atau DIV untuk jabatan auditor ahli; memahami akuntansi, auditing dan etika profesi sebagai auditor; telah mengikuti pendidikan, pelatihan fungsional dan telah
memperoleh sertifikat lulus jabatan
fungsional auditor ahli dan auditor terampil; serta minimal lama bekerja 1 tahun di BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Sampel yang digunakan adalah sempel jenuh sebanyak 62 auditor.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data primer dan sekunder. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 4, yaitu (1) Professional
Judgment Auditor (X1); (2) Independensi
(X2); (3) Pengalaman Kerja (X3) dan (4)
Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini didapatkan melalui kuesioner.
Uji kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 19. Pengujian validitas dilakukan dengan teknik
korelasi bivariate (person correlation).
Untuk uji reliabilitas, suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Grobanch Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994
dalam Ghozali, 2012:48).
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov, grafik histogram, dan
kurva penyebaran P-Plot (Ghozali,
2012:160). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Adanya gejala
multikolinearitas, menurut Ghozali
(2012:106) adalah mempunyai VIF ≥ 10
dan mempunyai angka tolerance ≤ 0,10.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot, dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot.
Data dalam penelitian ini dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis koefisien determinasi dan analisis regresi linier berganda. Kriteria apabila hipotesis diterima adalah jika P value (sig) < α sebesar 0,05 dan jika koefisien regresi searah dengan hipotesis. Secara umum formulasi dari regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji parsial (uji t) maupun uji simultan (uji F). Uji Parsial (t-test) menguji pengaruh
antara variabel independen terhadap
variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Uji Simultan
(F-test) menguji pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah kuisioner yang disebar
sebanyak 62 buah, dengan tingkat
pengembalian 62 buah atau setara dengan 100%.
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam kuesioner valid, karena nilai signifikansi sudah berada di bawah 0,05. Hasil uji
reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dapat dikatakan reliabel karena nilai Cronbach’S Alpha > 0,70.
Hasil pengujian normalitas sudah menunjukkan data terdistribusi secara normal, karena hasil signifikansi variabel pengganggu atau residual adalah 0,911 > 0,05. Selain itu, pola distribusi dalam grafik histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan dalam grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Untuk lebih jelasnya hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 sebagai berikut.
Gambar 1 Grafik Histogram Uji Normalitas
Gambar 2 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas
Model regresi dalam penelitian ini
tidak ditemukan adanya gejala
multikolinearitas, dimana nilai VIF variabel
Professional Judgment Auditor sebesar
1,077, Independensi sebesar 1,169 dan Pengalaman Kerja sebesar 1,089. Nilai-nilai
tersebut semuanya kurang dari 10.
Sedangkan nilai tolerance untuk variabel
Professional Judgment Auditor sebesar
0,929, Independensi sebesar 0,855 dan Pengalaman Kerja sebesar 0,918 yang
lebih besar dari 0,10. Hasil uji
terdapat titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu pada scatterplot yang dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji koefisien determinasi (R2)
menunjukkan nilai adjusted R square
sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan dipengaruhi
oleh professional judgment auditor,
independensi, pengalaman kerja sebesar
47,5% sementara sisanya 52,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun hasil persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini:
Y= 9,498 + 0,390 X1+ 0,498 X2 + 0,337 X3
+ ε
Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan maka digunakan uji parsial dan uji simultan. Hasil uji parsial dan uji simultan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Parsial
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.498 6.138 1.547 .127 Professional Judgment Auditor .390 .134 .280 2.906 .005 Independensi .498 .112 .448 4.463 .000 Pengalaman Kerja .337 .117 .279 2.877 .006
a. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Sumber: Data Primer Diolah
Tabel 2 Hasil Uji Regresi Simultan
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 288.780 3 96.260 19.373 .000a
Residual 288.188 58 4.969
Total 576.968 61
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Kerja, Professional Judgment Auditor, Independensi b. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas
Sumber: Data Primer Diolah
Pada tabel 1, menunjukkan bahwa
professional judgment auditor memiliki t
hitung sebesar 2,906 > t tabel 1,6711 dan nilai
probabilitas yaitu 0,005 < 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Ini menunjukkan bahwa professional judgment
auditor berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Untuk
variabel independensi auditor memiliki t hitung
sebesar 4,463 > t tabel 1,6711 dan nilai
probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. Ini menunjukkan bahwa independensi auditor
berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit
laporan keuangan. Untuk variabel
pengalaman kerja auditor memiliki t hitung
sebesar 2,877 > t tabel 1,6711 dan nilai
probabilitas yaitu 0,006 < 0,05. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima. Ini menunjukkan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Dari uji ANOVA (Analysis of
Variance) atau uji F pada tabel 2, didapat F
hitung sebesar 19,373 > F tabel 2,76 dengan
tingkat signifikansi 0,000, jauh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat diterima. Ini menunjukkan bahwa
professional judgment auditor,
independensi, dan pengalaman kerja
secara simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Pembahasan
Pengaruh Professional Judgment
Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan professional judgment auditor
(X1) memiliki nilai probabilitas 0,005 dan
nilai t hitung sebesar 2,906. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut, maka hipotesis pertama diterima. Hal ini dikarenakan, t hitung lebih
besar dari t tabel yaitu 1,6711 atau 2,906 >
1,6711. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi professional
judgment auditor, maka semakin tinggi pula
pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yoga Satria Prima (2012), yang membuktikan bahwa secara parsial
professional judgment auditor berpengaruh
signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat.
Auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali menggunakan
pertimbangan profesional (professional
judgment) dalam menghasilkan suatu
pertimbangan tingkat materialitas yang tepat dalam pengauditan laporan keuangan suatu instansi pemerintah karena belum
ada standar baku yang mengatur.
Pertimbangan profesional ini didapat dari penerapan pengetahuan dan pengalaman audit selama bekerja di BPKP serta sikap
mental skeptisme profesional dalam
pengumpulan bukti dan memperoleh
informasi tambahan dari pihak manajemen.
Penerapan pengetahuan dan
pengalaman yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman yang tersimpan dalam ingatan auditor dan auditor menjadi lebih peka
terhadap kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan. Auditor dapat
mengembangkan pemahaman-pemahaman tersebut ketika melakukan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti,
sehingga auditor dapat menghasilkan
pertimbangan tingkat materialitas yang tepat. Selain itu, seorang auditor juga harus
memiliki sikap skeptisme profesional.
Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan
untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa salah saji material atau ketidakakuratan yang signifikan dalam data akan terdeteksi dan menetukan apakah salah saji tersebut sebenarnya merupakan praktik-praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan yang disengaja atau tidak.
Pengaruh Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan independensi auditor (X2)
memiliki nilai probabilitas 0,000 dan nilai t
hitung sebesar 4,463. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut, maka hipotesis kedua diterima. Hal ini dikarenakan, t hitung lebih
besar dari t tabel yaitu 1,6711 atau 4,463 >
1,6711. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam
proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yoga Satria Prima (2012) dan Anesia Putri Kinanti
(2012) yang membuktikan bahwa
independensi auditor secara parsial
berpengaruh signifikan dan berkorelasi
positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Laporan keuangan mengandung
salah saji material apabila laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara gabungan, material atau tidak, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. Dalam melaksanakan tanggung jawab inilah, pemeriksa mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan independensi seorang pemeriksa dalam mempertimbangankan tingkat materialitas, sehingga mempengaruhi pula jenis opini audit yang akan diterbitkanl.
Auditor yang bekerja di BPKP
Perwakilan Provinsi Bali dalam
melaksanakan tugas pengawasan,
termasuk dalam mempertimbangankan
tingkat materialitas selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam BPKP yang disingkat
dengan PIONIR, yaitu: Profesional,
Integritas, Orientasi pada pengguna, Nurani
dan akal sehat, Independen dan
Responsibel. Auditor wajib menggalang kerjasama dan menjamin interaksi yang
sehat dengan pihak yang diperiksa,
sehingga pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat materialitas dapat diandalkan dan dapat memperoleh hasil audit berkualitas.
Seorang auditor yang menjunjung tinggi independensinya sebagai seorang auditor profesional tidak akan mudah goyah
walaupun terdapat gangguan pribadi,
gangguan ekstern maupun organisasi yang mengancam independensi dalam proses penentuan tingkat materialitas dari salah
saji yang yang ditemukan. Auditor yang independen akan tetap fokus dan tidak
mudah terpengaruh ketika melakukan
pengumpulan dan pengevaluasian bukti sehingga temuan audit sesuai dengan kondisi dilapangan yang dapat menunjang
keputusan auditor dalam menentukan
pertimbangan tingkat materialitas yang dapat mewakili besarnya salah saji pada laporan keuangan.
Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan pengalaman kerja auditor (X3)
memiliki nilai probabilitas 0,006 dan nilai t
hitung sebesar 2,877. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut, maka hipotesis ketiga diterima. Hal ini dikarenakan, t hitung lebih
besar dari t tabel yaitu 1,6711 atau 2,877 >
1,6711. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Victor Tuahta (2010) dan Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012) yang membuktikan bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi
positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Dalam menetapkan pertimbangan tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku. Oleh karena itu seorang auditor harus memiliki pengalaman dalam menetukan tingkat materialitas yang tepat. Pengalaman auditor dapat diperoleh dari
lamanya bekerja dan banyaknya
penugasan yang pernah dilakukan.
Semakin lama seorang auditor bekerja dalam sebuah instansi dan semakin banyak penugasan audit yang pernah dilakukan oleh seorang auditor, maka semakin
terbiasa dan terampil auditor dalam
menghadapi situasi dan keadaan dalam setiap penugasan serta semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah
mempunyai pengalaman lebih akan menghasilkan kemampuan yang lebih dalam mendeteksi kesalahan, mencari penyebab kesalahan, dan selektif dalam memandang, menanggapi dan menentukan informasi yang relevan, untuk menunjang
pengambilan keputusan yang tepat
mengenai pertimbangan tingkat materialitas yang dapat mewakili besarnya salah saji dalam laporan keuangan.
Auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali dalam satu kali periode pengauditan tergabung dalam suatu tim audit melakukan pemeriksaan lebih dari 10 jenis entitas pada wilayah
pengawasan yang berbeda. Auditor
menjadi terbiasa mendapatkan tugas-tugas kompleks ketika melakukan pengawasan, terutama dalam mempertimbangkan tingkat materialitas suatu entitas yang mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-masing laporan keuangan pokok, karena
laporan keuangan tersebut saling
berhubungan. Banyaknya penugasan dan
kompleksitas tugas yang tinggi ini,
meningkatkan pengalaman auditor
mengenai entitas, mengetahui kerumitan entitas, serta ruang lingkup, program dan kegiatan entitas bersangkutan. Sehingga pada periode pengauditan selanjutnya menunjang kemampuan auditor dalam
mempertimbangkan tingkat materialitas
yang tepat untuk keseluruhan laporan keuangan entitas yang bersangkutan. Pengaruh Professional Judgment
Auditor, Independensi, dan Pengalaman Kerja Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan
Berdasarkan pengujian hipotesis
keempat melalui F-test terlihat bahwa F hitung
sebesar 19,373 > F tabel 2,76 dan nilai
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
professional judgment auditor,
independensi, dan pengalaman kerja
auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada auditor di BPKP Perwakilan provinsi Bali.
Hasil koefisien determinasi (R2)
menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan dipengaruhi
oleh professional judgment auditor,
independensi, pengalaman kerja sebesar
47,5% sementara sisanya 52,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dalam menentukan tingkat
materialitas suatu laporan keuangan
diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang tidak mudah. Dalam menetapkan suatu tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku, oleh karena itu auditor dituntut untuk memiliki suatu
pertimbangan profesional (professional
judgment) dalam menetapkan tingkat
materialitas. Professional judgment auditor yang diambil dalam pertimbangan tingkat
materialitas berdasarkan penerapan
pengetahuan, pengalaman dan sikap
skeptisme profesionalnya. Penerapan
pengetahuan dan pengalaman yang
dilakukan oleh auditor secara terus
menerus mengakibatkan lebih banyak
pemahaman yang tersimpan dalam
ingatannya yang dikembangkan pada saat melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti dan auditor
juga menjadi lebih peka terhadap
kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan. Selain penerapan pengetahuan dan pengalaman, seorang auditor juga harus memiliki sikap mental skeptisme profesional yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap keabsahan bukti pemeriksaan dan
informasi yang diberikan oleh pihak
manajemen.
Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang tidak memihak di dalam
melakukakan pertimbangan tingkat
materialitas. Auditor yang independen akan tetap fokus dan tidak mudah terpengaruh
ketika melakukan pengumpulan dan
pengevaluasian bukti sehingga temuan audit sesuai dengan kondisi dilapangan yang dapat menunjang keputusan auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas yang dapat mewakili besarnya salah saji pada laporan keuangan. Seorang auditor yang memiliki independensi tinggi
akan mampu menghasilkan suatu
objektif dan handal. Selain professional
judgment dan independensi, pengalaman
kerja juga mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan keuangan yang pernah dilakukan, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas akan semakin baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa professional judgment auditor, independensi dan pengalaman kerja dapat mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada auditor di BPKP Perwakilan Provinsi Bali.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) professional judgment auditor
(X1) mempunyai pengaruh yang signifikan
dan berkorelasi positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,005 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
professional judgment auditor, maka semakin tinggi pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. (2) Independensi
auditor (X2) mempunyai pengaruh yang
signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang
auditor, maka semakin baik pula
pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. (3) Pengalaman kerja auditor
(X3) mempunyai pengaruh yang signifikan
dan berkorelasi positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,006 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin tinggi pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan
provinsi Bali. (4) Professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman
kerja secara simultan berpengaruh
terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05.
Dari pengujian koefisien determinasi
diperoleh adjusted R square sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit
laporan keuangan dipengaruhi oleh
professional judgment auditor,
independensi, pengalaman kerja sebesar
47,5% sementara sisanya 52,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain: (1) Bagi pihak BPKP
Perwakilan Bali sebagai lembaga
pengawas keuangan dan pembangunan
yang independen dan professional
diharapkan lebih memperhatikan
professional judgment auditor,
independensi, dan pengalaman kerja
karena berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan; (2) Bagi
peneliti selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selajutnya, terutama bagi peneliti yang melakukan
penelitian yang berkaitan dengan
professional judgment auditor,
independensi, pengalaman kerja dan
pertimbangan tingkat materialitas sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang
dapat menjadi referensi di bidang
pengauditan; (3) Penelitian ini dimaksudkan
untuk mencari kejelasan pengaruh
professional judgment auditor,
independensi, dan pengalaman kerja
terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Ada beberapa variabel lain yang diindikasi mempengaruhi materialitas pemeriksaan laporan keuangan yang belum diungkap dalam penelitian ini, seperti diantarannya profesionalisme, etika profesi, integritas, obyektivitas, motivasi, dan komitmen organiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Jusuf. 2011.
Jasa Audit dan Assurance:
Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia). Jakarta: Salemba Empat.
Asih. 2006. Pengaruh Pengalaman
Terhadap Peningkatan Keahlian
Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Cetakan VI. Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007. Kinanti, Anesia Putri. 2012. Pengaruh
Kompetensi, Independensidan Motivasi
Auditor Terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas dalam Suatu
Pengauditan Laporan Keuangan.
Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Kusuma, Novanda Friska Bayu Aji. 2012.
Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor
terhadap Pertimbangan Tingakat
Materialitas (Studi Kasus pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah
Yogyakarta). Skripsi. Jurusan
Pendidikan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Murwanto, R., A. Budiarso, F.H.
Ramadhana. 2008. Audit sektor publik:
Suatu Pengantar Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah, BPPK – Departeman Keuangan RI.
Prima, Yoga Satria. 2012. Pengaruh Etika
Profesi, Independensi, dan
Professional Judgment Auditor
Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas dalam Proses Audit
Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Strata 1
Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatra Utara.
Tuahta, Victor. 2010. Pengaruh
Pengalaman Auditor Terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas (Survey Terhadap Beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung. Skripsi.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir
Kritis Dalam Auditing, Salemba Empat:
Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang
Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah.
Standar Profesi Akuntan Publik No. 25, SA Seksi 312 tentang Resiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit. www.bpkp.go.id/bali