• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN 1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat dan Sumarno (1991), kedelai merupakan sumber protein dan lemak yang sangat tinggi bagi gizi manusia dan hewan. Kedelai mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan oleh manusia. Biji-bijinya mengandung 30 persen protein kasar dan lemak sebanyak 16-24 persen. Biji kedelai digunakan untuk berbagai produk olahan. Menurut Sudaryanto dan Swastika (2007), kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting setelah padi dan jagung. Kedelai segar sangat dibutuhkan pada berbagai industri pangan.

Berdasarkan penggunaannya yang beragam, mengakibatkan tingkat konsumsi kedelai menjadi tinggi, namun hal ini tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang cukup. Semakin bertambahnya penduduk Indonesia, hal ini semakin menambah besarnya tingkat konsumsi kedelai. Prospek pengembangan kedelai sangat baik ditinjau dari permintaan yang terus meningkat sejalan meningkatnya jumlah penduduk. Permintaan komoditas kedelai didominasi oleh industri. Berbagai industri di Indonesia menggunakan kedelai sebagai bahan baku utama dalam produksinya. Beberapa industri tersebut antara lain industri kecap, industri tahu, industri tempe, industri susu kedelai, dan taoco.

Komoditas tanaman pangan cukup potensial dikembangkan di wilayah Jawa Timur. Salah satu komoditas tanaman pangan yang dikembangkan di Jawa Timur adalah kedelai. Jawa Timur merupakan penghasil kedelai utama di Indonesia. Pada tahun 2007, Jawa Timur mampu menghasilkan lebih kurang 42,5% produksi nasional kedelai (Gunawan, dkk., 2011).

(2)

2

Tabel 1.1. Data Produksi Kedelai (ton) dan Persentase Produksi Tahun 2013 di Indonesia Lokasi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Persentase tahun 2013(%) Aceh 19.025 43.885 63.538 53.347 50.006 51.439 45.027 5,81 Sumatera Utara 4.345 11.647 14.206 9.439 11.426 5.419 3.229 0,42 Sumatera Barat 1.131 1.459 3.175 1.834 1.925 1.106 732 0,09 Riau 2.419 4.689 5.298 5.830 7.100 4.182 2.211 0,29 Jambi 4.316 5.969 9.132 5.320 5.668 3.516 2.372 0,31 Sumatera Selatan 2.873 7.305 13.702 11.664 13.710 12.162 5.140 0,66 Bengkulu 1.747 2.316 5.323 2.719 3.458 2.316 3.987 0,51 Lampung 3.396 6.678 16.153 7.325 10.984 7.993 6.156 0,79 Bangka Belitung 0 8 1 52 1 1 0 0,00 Kepulauan Riau 0 2 2 6 7 15 18 0,00 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0,00 Jawa Barat 17.438 32.921 60.257 55.823 56.166 47.426 51.172 6,60 Jawa Tengah 123.209 167.345 175.156 187.992 112.273 152.416 99.318 12,81 DI Yogyakarta 29.692 34.998 40.278 38.244 32.795 36.033 31.677 4,09 Jawa Timur 252.027 277.281 355.260 339.491 366.999 361.986 329.461 42,49 Banten 262 6.452 15.888 11.662 5.885 5.780 10.326 1,33 Bali 8.417 9.323 13.521 5.554 8.503 8.210 7.433 0,96

Nusa Tenggara Barat 68.419 95.106 95.846 93.122 88.099 74.156 91.065 11,74 Nusa Tenggara Timur 1.561 2.295 2.101 1.780 1.378 2.781 1.675 0,22 Kalimantan Barat 802 1.562 2.046 3.477 2.027 1.339 1.677 0,22 Kalimantan Tengah 784 1.860 2.136 2.764 2.823 1.700 1.684 0,22 Kalimantan Selatan 206 3.818 3.838 3.809 4.376 3.860 4.072 0,53 Kalimantan Timur 2.008 2.578 2.255 2.204 2.281 1.364 1.402 0,18 Sulawesi Utara 4.578 7.217 7.667 7.627 6.319 2.973 84 0,01 Sulawesi Tengah 2.589 2.927 4.722 3.555 6.900 8.202 5.780 0,75 Sulawesi Selatan 18.972 29.125 41.279 35.711 33.716 29.938 12.654 1,63 Sulawesi Tenggara 3.375 3.812 5.615 3.203 6.113 3.710 45.693 5,89 Gorontalo 5.694 2.514 5.527 3.403 2.156 3.451 3.595 0,46 Sulawesi Barat 108 2.054 3.153 3.195 2.433 3.222 4.411 0,57 Maluku 148 1.563 1.579 1.183 297 348 1.181 0,15 Maluku Utara 1.134 1.278 652 944 1.100 1.303 254 0,03 Papua Barat 1.361 1.740 1.208 600 403 650 1.227 0,16 Papua 3.982 3.983 3.998 4.152 3.959 4.156 669 0,09 Total 775.382 100,00

Sumber data : BPS Indonesia, diolah (2014)

Berdasarkan data BPS Indonesia, dapat diketahu bahwa dari tahun ke tahun, daerah Jawa Timur merupakan penghasil kedelai terbesar di Indonesia, dengan jumlah produksi yang berfluktuasi. Pada tahun 2010, produksi kedelai Jawa Timur

(3)

3

menurun jika dibandingkan tahun 2009, begitu pula pada tahun 2012 jika dibandingkan tahun 2011 dan pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012. Meskipun demikian, produktivitas pada tahun 2010 justru mengalami peningkatan, sampai pada tahun 2012, namun pada tahun 2013 produktivitasnya mengalami penurunan.

Tabel 1.2. Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Jawa Timur Tahun 2009-2013

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ku) Produktivitas(Ku/Ha) 2009 264.779,00 3.552.600,00 13,42

2010 246.894,00 3.394.910,00 13,75 2011 252.815,00 3.669.990,00 14,52 2012 220.815,00 3.619.860,00 16,39 2013 210.618,00 3.294.610,00 15,64 Sumber data: BPS Indonesia, diolah (2014)

Berdasarkan Puslitbangtan (2012), salah satu wilayah yang menjadi sentra penghasil kedelai di Jawa Timur adalah Kabupaten Madiun. Kondisi lahan di Kabupaten Madiun sangat mendukung untuk usahatani di bidang pertanian, khususnya kedelai.

(4)

4

Tabel 1.3. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi di Jawa Timur Tahun 2013 Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

Banyuwangi 32979 16,71 55116 Sampang 24552 16,77 41166 Lamongan 23725 15,58 36953 Nganjuk 11346 20,01 22705 Jember 9456 22,32 21108 Pasuruan 11431 16,88 19290 Bojonegoro 15403 12,21 18801 Ponorogo 9027 16,96 15311 Blitar 10409 14,42 15012 Ngawi 9842 14,71 14481 Bangkalan 10293 10,74 11058 Madiun 7154 15,18 10863 Jombang 5103 16,16 8248 Trenggalek 3948 16,52 6523 Sumenep 6504 9,89 6431 Tulungagung 5468 11,27 6162 Mojokerto 3124 15,89 4964 Pacitan 3184 12,27 3908 Magetan 1620 20,46 3315 Tuban 1973 12,5 2466 Lumajang 1039 17,04 1770 Gresik 819 13,38 1096 Malang 481 16,09 774 Pamekasan 692 8,97 621 Sidoarjo 423 12,62 534 Probolinggo 257 12,95 333 Kota Madiun 98 15,19 149 Kota Mojokerto 53 15,53 82 Bondowoso 33 14,24 47 Kota Kediri 16 14,08 23 Situbondo 6 10 6 Kota Surabaya 2 10 2

Sumber data: BPS Jawa Timur, diolah (2014)

Produksi kedelai di Kabupaten Madiun cukup tinggi, dengan sentra produksinya di Kecamatan Pilangkenceng. Tingginya produksi kedelai menjadikan harapan dalam usahatani komoditas ini untuk dikembangkan. Akan tetapi untuk melakukan pengembangan tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usahatani kedelai. Faktor input merupakan faktor yang penting dalam usahatani. Penggunaan inputyang tidak efisien dapat berakibat pada

(5)

5

produktivitas usahatani kedelai, sehingga akan berimbas pada pendapatan petani. Jika konsep efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi dapat diterapkan oleh petani, maka petani akan mampu meminimalkan biaya produksi, sehingga pendapatan yang diperoleh akan maksimal. Oleh karena itu perlu diketahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kedelai, agar penggunaannya dapat optimal, sehingga akan meningkatkan produksi kedelai.

2. Rumusan Masalah

Jawa Timur merupakan wilayah penghasil kedelai terbesar di Indonesia. Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang menjadi sentra kedelai adalah Madiun. Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Madiun sangat mendukung untuk usahatani di bidang pertanian, khususnya usahatani kedelai. Hal ini tercermin dari hamparan tanaman kedelai yang tumbuh subur di Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun yang merupakan salah satu kawasan penghasil kedelai di Kabupaten Madiun (Puslitbangtan, 2012). Berbagai upaya dilakukan untuk terus meningkatkan produksi kedelai dan kesejahteraan petani kedelai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengefisienkan penggunaan faktor-faktor produksi. Berdasarkan Soekartawi (1995), usahatani dikatakan efisien jika petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya dan jika pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input. Oleh karena itu kajian tentang alokasi penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani dalam usahataninya perlu dilakukan untuk melihat apakah penggunaan faktor produksi tersebut sudah efisien.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan, antara lain sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kedelai di Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun?

2. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun sudah efisien secara alokatif?

3. Seberapa besar pendapatan yang diperoleh petani kedelai dari usahatani kedelai yang dijalankannya?

(6)

6

3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kedelai di Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.

2. Mengetahui efisiensi alokatif faktor-faktor produksi usaatani kedelai di Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.

3. Mengetahui besar pendapatan yang diperoleh petani kedelai dari usahatani kedelai yang dijalankannya.

4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan, pengalaman, dan wawasan dalam bidang sosial ekonomi pertanian khususnya usahatani kedelai sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Bagi pemerintah dan lembaga terkait, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan usahatani kedelai khususnya di Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi pihak BMT syirkah Muawanah NU Kramat cabang Purwokerto Bagi pihak BMT penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pemanfaatan

Kelemahan penggunaan teknik ini adalah relatif sukar, jumlah protoplas yang dihasilkan tidak banyak, keefektifannya dibatasi hanya pada sel-sel yang dapat diplasmolisa

Status dan peran (pembagian kerja) antara laki-laki dan perempuan yang akan diukur dengan akses dan beban kerja dilihat dari tiga kegiatan yaitu kegiatan produktif,

HOST sebagai tempat yang dimasuki AGENT (kuman2 penyakit) adalah penderita dan personil lain yang bertugas dirumah sakit, misalnya pada kasus menyuntik tadi maka penderita yang

Untuk menunjukkan penggunaan metode Stepping-Stone dapat digunakan dalam perencanaan biaya optimum pada proses pendistribusian bahan maka diaplikasikan pada

intellectual capital, profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, dan Islamicity income vs non-Islamic income secara simultan terhadap

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perencanaan Pembinaan dan Pengawasan

Nomor SNI Judul SNI Tgl Penetapan No... Nomor SNI Judul SNI Tgl