• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panca Diah Hayyu Nuur Utami, Dra. Dwi Amalia Chandra Sekar, M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panca Diah Hayyu Nuur Utami, Dra. Dwi Amalia Chandra Sekar, M.Si"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN SOSIAL BAGI REMAJA BERKESULITAN BELAJAR

SPESIFIK DI SEKOLAH KHUSUS

(Studi Kasus di Sekolah Talenta Yayasan Peduli Anak Spesial, Jakarta

Barat)

Panca Diah Hayyu Nuur Utami, Dra. Dwi Amalia Chandra Sekar, M.Si

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

pancautami37@gmail.com, amaliasekar@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini menjelaskan mengenai gambaran dukungan sosial yang diterima oleh Remaja Berkesulitan Belajar Spesifik di Sekolah Talenta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Di dalam penelitian ini dijelaskan mengenai dukungan sosial yang diterima oleh remaja dari pihak sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama menjalani pendidikan di Sekolah Talenta, bentuk-bentuk dukungan sosial yang diterima oleh remaja berkesulitan belajar spesifik di sekolah ini adalah dukungan emosional dan penghargaan, dukungan nyata/instrumental, dukungan informasi, dan dukungan kebersamaan /persahabatan. Bentuk dukungan yang diterima oleh setiap remaja juga tergantung pada situasi-situasi yang dihadapi oleh remaja tersebut.

Abstract

This study explain about description of social support that be accepted by adolescent with specific learning disabilities in Talenta School. This study is a qualitative research with descriptive design. In this study explained about social support that accepted by adolescent from the school. The result from this study show that during their study in School, the forms of social support received by the adolescent with specific learning disabilities in this school is

(2)

emotional and esteem support, tangible support, informational support, and companionship support. Form of social support received by every adolescent also depend on the situations faced by the adolescent.

Keywords: Social support, Adolescent with Specific Learning Disabilities, Specific School

Pendahuluan

Anak berkesulitan belajar (ABBS) biasanya memiliki perilaku atau hambatan ketika berhadapan dengan masalah akademis, dimana masalah tersebut dapat muncul ketika anak sedang dalam proses belajar. Pada kondisi yang dimiliki ABBS ini, dukungan sosial dari sekolah menjadi penting sebab sebagian besar proses belajar akademis anak terjadi di sekolah. Sekolah lebih memahami kondisi anak tersebut ketika masalah anak berkaitan dengan permasalahan belajar dan akademis. Sekolah pun tidak berdiri sendiri, di lingkungan sekolah terdapat beberapa orang yang membantu anak dalam perkembangannya diantaranya adalah guru sebagai pengajar dan pendidik, walikelas selaku orang tua anak di sekolah, fasilitas sekolah, peer group, dan lain sebagainya yang termasuk dalam suatu sistem yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Permasalahan kemudian bertambah kompleks ketika anak-anak dengan

kesulitan belajar spesifik ini memasuki masa remaja mereka dimana masa remaja ini merupakan masa pencarian identitas atau jati diri bagi mereka. Seseorang yang memiliki kesulitan belajar spesifik dan sejak masa kanak-kanak ia mendapatkan perlakuan tidak adil dari lingkungannya tentu akan membuatnya terhambat dalam perkembangan identitas dirinya di masa remaja. Perlakuan negatif dari lingkungan sekolah yaitu sebutan bodoh akan berpengaruh buruk pada perkembangan remaja seperti krisis kepercayaan diri dan masalah keminderan yang merupakan masalah dari aspek psikologisnya. Selain itu, dilihat dari remaja dalam konteks umum Hall dalam Santrock (2003, hal. 10) mengatakan bahwa remaja adalah masa antara usia 12-23 tahun dan penuh dengan topan dan tekanan, yang dimaksud topan dan tekanan ini yaitu masa yang penuh goncangan yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati.

Dalam konteks umum terlihat bahwa masa remaja memiliki berbagai masalah, begitupun remaja dengan

(3)

kesulitan belajar spesifik yang juga tentu memiliki lebih banyak masalah dari remaja pada umumnya karena masalah pada masa remaja mereka diperumit dengan masalah lain yaitu kesulitannya dalam belajar yang spesifik dimana masalah tersebut dapat mengganggu kondisi psikologis dan sosialnya yang berakibat juga pada kesulitan mereka untuk dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolahnya.

Selanjutnya berkaitan dengan lingkungan, Hall dalam Santrock (2003, hal. 10) mengakui bahwa lingkungan berperan lebih besar dalam perubahan perkembangan pada masa remaja ketimbang di waktu sebelumnya dan Hall juga percaya bahwa hereditas berinteraksi dengan pengaruh lingkungan untuk menentukan perkembangan individu. Peran yang besar dari lingkungannya untuk mempengaruhi perkembangan, menjadikan para remaja ini memerlukan peran atau dukungan sosial dari lingkungannya agar perkembangan mereka dapat berjalan optimal. Dukungan sosial juga merupakan hal yang penting dan perlu diberikan pada remaja berkesulitan belajar spesifik karena dukungan sosial memiliki peran yang sangat besar dalam membantu mereka untuk membangun kepercayaan dirinya, mengembangkan potensi akademik maupun non-akademinya, membangun keterampilan sosialnya, dan membentuk perilakunya ke arah yang lebih baik.

Saat ini, ranah pendidikan pun memberikan dukungannya dengan menyediakan lingkungan sekolah khusus untuk menunjang perkembangan remaja kesulitan belajar spesifik sesuai kebutuhannya yang juga spesifik atau khusus. Salah satu sekolah khusus kesulitan belajar spesifik ini bernama Sekolah Talenta. Sehingga berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian di Sekolah Talenta ini memiliki tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana dukungan sosial yang diterima oleh remaja berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Talenta.

Tinjauan Teoritis

Terdapat tiga teori utama dalam bagian ini diantaranya adalah pengertian remaja, kesulitan belajar, dan dukungan sosial. Remaja dalam Santrock (2003, hal. 26) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional, masa ini dimulai sekitar usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Selanjutnya pengertian remaja menurut Hall dalam Santrock (2003, hal. 10) yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 dan

(4)

penuh dengan topan dan tekanan. Masa remaja dikatakan sebagai masa yang penuh dengan topan dan tekanan karena masa ini dianggap Hall sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Meskipun sedikit berbeda, kedua pernyataan di atas ini memberikan pengertian yang serupa mengenai rentang usia masa remaja yaitu ketika seseorang berada pada awal usia belasan hingga awal usia dua puluhan.

Pada masa remaja, seseorang mengalami berbagai proses dalam perkembangan mereka diantaranya antara lain (Santrock, 2003, hal. 23-24) :

 Perkembangan Biologis

Kematangan seksual adalah ciri utama perubahan pubertas yang mencakup sejumlah perubahan-perubahan fisik seperti pertumbuhan penis, perkembangan testis, dan rambut kemaluan pada anak laki-laki dan rambut kemaluan dan payudara pada anak perempuan.

 Perkembangan Kognitif

Proses kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa individu. Dalam tahap operasional formal menurut Piaget (1952), pemikiran remaja bersifat abstrak, idealistis, dan logis. Pada pemikiran abstrak, remaja berpikir secara lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak, misalnya dapat

memecahkan persamaan aljabar abstrak. Pada kemampuan berpikir idealistis, remaja kerap berpikir mengenai hal-hal yang mungkin terjadi, mereka memikirkan karakteristik ideal dari diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Pada kemampuan berpikir logis, remaja mulai berpikir lebih seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah, dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.

 Perkembangan Sosial-Emosional Proses ini meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Buhrmester, Goldfarb, dan Cantrell dalam Rice (1996) mengatakan bahwa perkembangan sosio-emosional ini dapat meningkatkan interpersonal remaja, sehingga pada masa ini remaja mulai dapat berbagi perasaan dengan orang lain seperti empati, mengerti sudut pandang orang lain.

Sedangkan kesulitan belajar pertama kali didefinisikan oleh Kirk yang disampaikannya dalam pertemuannya dengan beberapa orang tua dan ahli yang memperhatikan tentang kesulitan belajar pada tahun 1963. Namun Kirk sebenarnya telah mendefinisikan konsep kesulitan

(5)

belajar tersebut pada tahun 1962, yaitu keterbelakangan, gangguan, atau keterlambatan perkembangan pada satu atau lebih dari proses berbicara, berbahasa, membaca, menulis, berhitung, atau mata pelajaran lain yang dihasilkan dari ketidakmampuan psikologis yang mungkin disebabkan oleh disfungsi pada otak dan / atau gangguan emosional atau perilaku. Ini bukanlah hasil dari keterbelakangan mental, gangguan sensorik, atau faktor budaya dan instruksional ((Kirk, 1962) dalam Gargiulo (2004, hal. 205)).

Kemudian pada tahun 1988, The National Joint Committee for Learning

Disabilities (NJCLD) mendefinisikan

kesulitan belajar spesifik sebagai gangguan umum yang mengacu pada keberagaman kelompok dari gangguan yang ditampilkan dalam bentuk kesulitan yang signifikan dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, memahami, atau kemampuan berhitung. Gangguan-gangguan ini pada hakekatnya dialami oleh individu diduga disebabkan karena disfungsi sistem saraf pusat, dan dapat terjadi sepanjang hidup. Masalah-masalah perilaku pengendalian diri, persepsi sosial, dan interaksi sosial dapat terjadi bersamaan dengan masalah sulit belajar tapi bukan berarti mereka kesulitan belajar. Meskipun kesulitan belajar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi kesulitan atau

gangguan lain (seperti gangguan sensorik, keterbelakangan mental, gangguan emosi serius) atau dengan berbagai pengaruh eksternal (sepertu perbedaan budaya, instruksi yang tidak sesuai) mereka bukan hasil dari berbagai kondisi atau pengaruh tersebut ((National Joint Committee on Learning Disabilities, 1988) dalam Gargiulo (2004, hal. 209)).

Selanjutnya teori dukungan sosial menurut Cobb (1976), Gentry & Kobasa (1983), dan Wills (1984) yang mendefinisikan bahwa dukungan sosial mengacu pada pemberian rasa nyaman, perhatian, penghargaan diri, atau bantuan seseorang yang diterima dari orang lain atau kelompoknya (Sarafino E. P., 1994, hal. 102-103). Untuk melengkapi pernyataan Cobb, J.M. Siegel (1993) menyatakan bahwa informasi tersebut dapat berasal dari suami/isteri atau kekasih; kerabat lainnya; teman; kontak sosial dan masyarakat seperti gereja atau klub; atau bahkan hewan peliharaan yang setia (Taylor, 1995, hal. 276). Selain itu, Uchino (2004) juga menegaskan bahwa dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, pernghargaan, dan pertolongan yang tersedia untuk seseorang dari orang lain atau kelompok-kelompok lain.

Dukungan sosial kemudian terbagi lagi ke dalam empat jenis yang terdapat

(6)

dalam Sarafino & Smith (2011, hal. 81-82), diantaranya yaitu:

 Dukungan Emosional dan Penghargaan(emotional and esteem support)

Jenis dukungan ini meliputi empati, kepedulian, perhatian, pandangan positif, dan motivasi atau semangat kepada seseorang. Hal-hal tersebut memberikan kenyamanan dan penentraman hati dengan rasa memiliki dan dicintai pada saat stres.

 Dukungan Nyata atau Instrumental (tangible or instrumental support)

Dukungan ini meliputi bantuan langsung, seperti ketika seseorang memberikan atau meminjamkan uang kepada orang lain atau membantunya menyelesaikan masalah atau tugas-tugasnya ketika stres.

Dukungan Informasi (informational support)

Dukungan informasi termasuk memberikan nasihat, arahan, saran, atau umpan balik (feedback) tentang bagaimana sesuatu yang telah dilakukan oleh orang tersebut. Misalnya, seseorang yang sakit mungkin mendapatkan informasi dari keluarga atau ahli kesehatan seputar upaya perawatan atau penanganan mengenai penyakit yang dideritanya.

 Dukungan Kebersamaan atau Persahabatan (companionship support)

Dukungan ini mengacu pada ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan seseorang, dengan demikian memberikan perasaan keanggotaan dalam sebuah kelompok dari orang yang saling berbagi minat dan aktivitas sosial. Sehingga seseorang yang diberikan dukungan ini merasa menjadi bagian dari suatu kelompok tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai dukungan sosial yang diterima oleh remaja berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Talenta. Menurut Creswell (2013:4) penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Kemudian menurut Neuman (2013: 44), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menyajikan gambaran yang spesifik mengenai situasi, penataan sosial, atau hubungan.

(7)

Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Creswell (2013:20), menyatakan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Untuk itu, pada penelitian ini peneliti melakukan penyelidikan dari berbagai macam informasi untuk menggambarkan dukungan sosial yang diterima oleh sekelompok individu yaitu anak berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Talenta, Slipi, Jakarta Barat secara cermat.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan wawancara mendalam, pengumpulan informasi melalui studi literatur, dan melakukan observasi. Menurut Bungin (2007:111), wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian. Lalu studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mendapatkannya dari sumber sekunder atau sumber yang tidak langsung ditujukan kepada peneliti (Moleong, 2003). Sedangkan observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap individu/kelompok sasaran yang akan diteliti. Ketika

melakukan observasi, peneliti akan mengamati berbagai gejala yang terlihat, jadi bukan yang tertulis atau terucap. Observasi ini berisi tentang perilaku siswa dan pihak sekolah selama berada di sekolah dan ketika wawancara; interaksi antara siswa dengan pihak sekolah dan antara keduanya dengan peneliti; serta berbagai hal lain yang dapat memberikan data tambahan sebagai pelengkap data yang sudah ada. Kemudian waktu yang digunakan dalam penelitian ini untuk proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Mei 2014.

Dalam teknik pemilihan informan penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan teknik pemilihan purposive sampling. Sesuai dengan tujuan dari purposive sampling, yakni bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin variant informasi yang selanjutnya dapat berguna menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul (Moleong, 2003). Penggunaan teknik ini mempermudah peneliti untuk memilih sample (informan penelitian) berdasarkan karakteristik tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut ini adalah karakteristik yang dijadikan acuan dalam memilih informan penelitian, yaitu:

 Informan siswa dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa Sekolah Talenta memiliki 30 siswa yang terbagi ke dalam 6 jenis

(8)

kelas. Dari 30 siswa tersebut, siswa yang berusia remaja sebanyak 24 siswa. Dari 24 orang siswa, yang telah bersekolah di Sekolah Talenta lebih dari 2 tahun hanyalah 17 siswa. Kemudian dari 17 siswa, yang telah mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik yaitu sebanyak 15 siswa. Dari 15 siswa, 3 diantaranya merupakan siswa dengan mental retardation sehingga didapatkan 12 siswa yang bukan termasuk siswa dengan mental retardation. Dari 12 siswa ini, terdapat 6 siswa dengan autis berat sehingga tersisa 6 siswa yang merupakan siswa dengan masalah kesulitan belajar spesifik. Selanjutnya dari 6 siswa ini, dipilih siswa yang mewakili kondisi kesulitan belajar spesifik dengan memiliki 3 dari 8 karakteristik kesulitan belajar spesifik dan didapatkan 3 siswa. Ketiga siswa ini diharapkan dapat mewakili kondisi kesulitan belajar spesifik.

 Kepala Sekolah merupakan strata tertinggi dalam institusi ini (Sekolah Talenta). Ia memiliki wewenang untuk memutuskan suatu kebijakan bagi para siswanya, termasuk juga dalam hal pemberian dukungan sosial. Kepala Sekolah Talenta juga merupakan orang pertama yang berhadapan dengan orang tua siswa ketika ada calon siswa yang akan masuk ke sekolah tersebut,

selain itu ia juga menjadi orang pertama yang berhadapan dengan orang tua siswa ketika ada kasus tertentu pada anak yang memerlukan partisipasi dari orang tuanya untuk menyelesaikan kasus tersebut. Oleh karena itu, kepala sekolah dianggap sebagai orang yang mengetahui banyak hal terkait kondisi sekolah secara keseluruhan baik dari sisi sekolah, siswa, maupun keluarga siswa.

 Dua walikelas Wali kelas merupakan orang yang terdekat dengan siswa kelasnya dan mengetahui serta memahami permasalahan dan kondisi maupun latar belakang siswa tersebut.

 Seorang ortopedago sekolah yang juga mengisi kelas BK (Bimbingan & Konseling) di kelas dianggap mengetahui permasalahan anak dari hasil sesi bimbingan serta konseling yang dilakukan di kelas maupun yang di lakukan secara individual.

Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan berasal dari 3 jenis (Neuman, 2013: 571) diantaranya yaitu:

 Pertama, data yang diperoleh melalui pengumpulan data hasil mendengarkan, mengobservasi, dan wawancara pada objek penelitian, data ini merupakan data yang masih belum dikelompokan dan masih merupakan data mentah.

(9)

 Kedua, data yang diperoleh melalui perekaman suara, perekaman visual, dan catatan lapangan termasuk jotted notes dan ingatan.

 Ketiga, data yang diperoleh melalui hasil analisis data yang dilakukan dengan cara pertama, memilah dan menggolongkan data meliputi open coding, yaitu membaca dan memahami dengan seksama semua catatan data

dan menulis kode yang

menggambarkan ide, proses, dan tema. Kedua,axial coding adalah mengorganisir semua kode yang sudah dituliskan selama proses open coding dalam sebuah struktur, kemudian dikelompokan berdasarkan kelompok besar dan kecil. Ketiga,selective coding yaitu menentukan dan memilih data yang sudah teroganisir digunakan dalam penjelasan pada laporan.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Talenta yang terletak di Slipi, Palmerah, Jakarta Barat. Sekolah Talenta merupakan satu-satunya sekolah khusus kesulitan belajar spesifik di Jakarta yang menyediakan kelas mulai dari SD hingga tingkat SMA. Sekolah ini telah berdiri sejak tahun 2007. Sejak awal pendiriannya, sekolah ini sudah mengkhususkan diri menjadi sekolah khusus kesulitan belajar spesifik. Sekolah ini berada di bawah naungan suatu yayasan yang peduli dengan anak-anak spesial. Untuk meningkatkan

kualitas penelitian, pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi. Menurut Neuman (2013), triangulasi merupakan proses melihat suatu hal dari beberapa sudut pandang untuk dapat meningkatkan keakuratan penelitian. Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka digunakan beberapa sudut pandang yang berasal dari siswa, walikelas, ortopedago, dan juga kepala sekolah di Sekolah Talenta.

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, dukungan sosial yang diberikan dari pihak sekolah untuk remaja berkesulitan belajar spesifik ini terdiri dari beberapa jenis. Dalam temuan lapangan ini terdapat empat jenis dukungan sosial yang ada di Sekolah Talenta, diantaranya adalah dukungan emosional dan penghargaan; dukungan nyata/instrumental; dukungan informasi; dan dukungan kebersamaan/ persahahabatan. Di bawah ini akan diuraikan mengenai empat jenis dukungan sosial yang terdapat di Sekolah Talenta. a. Dukungan Emosional dan Penghargaan

Dari hasil pengamatan di kelas DH dan SB. Keduanya terlihat menerima dukungan dari walikelas mereka ketika walikelas tersebut mengajar di kelasnya dengan memberikan motivasi pada DH dan

(10)

motivasi serta reward untuk SB. Dukungan RD ini terlihat dapat membuat informan DH dan SB lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelasnya dan lebih cepat menyelesaikan tugasnya dibanding ketika di sebagian kelas lainnya dimana guru hanya hanya menyuruh ayo cepat selesaikan tugas tanpa memahami terlebih dahulu apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh DH dan SB. Lalu berdasarkan pengamatan di sekolah yaitu ketika RF, DH, dan SB sedang tidak dalam proses akademis atau pembelajaran di kelas. Ketiganya terlihat mendapatkan dukungan dari pihak sekolah seperti diberikan kepedulian baik secara verbal maupun non-verbal ketika ketiganya terlibat masalah di sekolah seperti berkelahi, merusak fasilitas sekolah, dan membuat kegaduhan, serta juga motivasi untuk membuat siswa semangat menghadapi ujian juga lomba.

b. Dukungan Nyata/Instrumental

Dari hasil pengamatan juga terlihat bahwa bantuan nyata yang diberikan pihak sekolah tergantung pada jenis perbuatan yang dilakukan oleh siswa, tergantung seberapa besar efek yang ditimbulkannya. Jika masalahnya hanya hal sepele, seperti pertengkaran ringan maka pihak

sekolah hanya memberikan penyelesaian secara simpel dan tidak perlu menindaklanjuti anak sampai ruang guru. Dan dalam hal pertengkaran yang terjadi di sekolah atau ketika ada siswa yang bertindak merusak, siswa-siswa lainnya pun memberikan bantuan nyata dengan langsung mengadukan kejadian yang dilihatnya pada guru bahkan dalam beberapa kelas, ketika ada siswa yang bertengkar atau mengamuk di kelas tersebut maka ada siswa lainnya yang langsung keluar kelas dan pergi ke ruang guru untuk mengadukan hal tersebut meskipun terkadang sudah ada guru di kelas tersebut. Biasanya siswa akan pergi ke ruang guru untuk mengadukan pada guru lainnya ketika guru di kelasnya tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah dalam waktu yang cukup lama.

c. Dukungan informasi

Dari hasil pengamatan di sekolah, terlihat bahwa pihak sekolah baik walikelas RF maupun walikelas DH dan SB sama-sama memberikan dukungan informasi yang berupa

feedback ketika informan remaja

kesulitan belajar, nasihat ketika mereka terlibat perkelahian dengan teman, juga peringatan khusus kepada informan remaja DH agar ia ingat dan tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi.

(11)

Sesuai pengamatan diketahui pula adanya rutinitas berbaris sebelum masuk kelas yang selalu disertai dengan pemberian nasihat oleh pihak sekolah.

d. Dukungan Kebersamaan/Persahabatan Dari hasil pengamatan di sekolah terlihat adanya kedekatan antara informan remaja dan pihak sekolah. Pihak sekolah khususnya walikelas yang selalu menemani dan mengawasi RF, DH, dan SB ketika jam istirahat dan kedua walikelas ini juga seringkali mengontrol kelas ketiga informan remaja ini, kedua walikelas ini juga biasanya berada di pintu masuk sekolah untuk menyambut kedatangan siswa di pagi hari dan juga bertanggung jawab mengantarkan siswa kepada orang yang menjemputnya bahkan juga menemani siswa yang belum dijemput. Dari pengamatan yang dilakukan, terlihat sikap yang bersahabat dari pihak sekolah kepada ketiga informan remaja yaitu RF, DH, dan SB.

Pembahasan

Kesulitan belajar spesifik adalah kesulitan yang mengacu pada keberagaman gangguan yang muncul dalam bentuk beberapa kesulitan yang signifikan dalam

kemampuan seseorang untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, memahami, atau berhitung. Kesulitan ini dapat membuat seseorang mungkin kesulitan dalam mengikuti beberapa jenis pelajaran yang ada di sekolah. Karena kesulitannya dalam belajar, seseorang dengan masalah ini terlihat berada di bawah rata-rata kemampuan teman-temannya terutama mereka yang berada di sekolah umum. Masalah pun tidak sampai disana, secara sosial kesulitan ini juga membuat mereka menjadi bahan ejekan atau bullying dari lingkungan sekolahnya . Jika mengingat pada konsep kesejahteraan sosial dan kesejahteraan anak, tentu saja secara sosial kebutuhan mereka tidak terpenuhi, dimana ketika anak-anak lain memiliki teman, kedua informan remaja ini ternyata dijauhi dan dibully bahkan salah satu dari kedua informan ini tidak memiliki teman di sekolah lamanya, sehingga masalah yang berawal dari kesulitan belajar spesifiknya ini juga ikut mengganggu perkembangan mereka, baik perkembangan sosial maupun psikologisnya.

Kemudian masalah pun akan semakin bertambah berat ketika seesorang dengan kesulitan belajar spesifik memasuki masa remaja, karena disamping memiliki kesulitan dalam belajar, masa remaja adalah masa yang kompleks, dimana diketahui bahwa perkembangan

(12)

pada masa ini remaja mengalami masa yang penuh tekanan yang ditandai dengan banyaknya konflik dan perubahan suasana hati. Permasalahan ini terlihat dari perkembangan perilaku informan siswa kesulitan belajar yang berada pada masa remaja di Sekolah Talenta, dimana mereka memiliki berbagai permasalahan yang membuat mereka seringkali berkelahi. Untuk itu diperlukan bantuan atau dukungan sosial dari pihak sekolah yang tidak hanya menangani siswa dalam hal akademis tapi juga perlu membantu menangani masalah-masalah mereka di luar masalah akademis seperti masalah perkembangan perilaku siswa.

1. Gambaran Dukungan Sosial yang Diterima Remaja Berkesulitan Belajar Spesifik

Menurut beberapa studi epidemologi dalam (Kaplan, Jr, & Patterson, 1993), dukungan sosial didefinisikan sebagai jumlah kontak sosial yang dikelola oleh seseorang atau jaringan yang lebih luas. Dalam pembahasan yang berdasarkan hasil temuan lapangan ini mengaitkan pemahaman dari pihak sekolah dengan teori-teori dukungan dari para ahli. Kepala sekolah mengatakan bahwa dukungan sosial adalah hasil dari interaksi dalam masyarakat luas yang bersifat membantu demi tercapainya perkembangan yang positif. Lalu

Sheridan dan Radmacher (1992) dalam bukunya mengatakan bahwa mereka mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber daya yang diberikan kepada kita melalui interaksi kita dengan orang lain. Dari kedua pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dukungan sosial di sekolah ini adalah sumber daya atau bantuan yang berasal dari proses interaksi sosial dalam lingkungan sekolah baik interaksi antar anak, antar pihak sekolah, maupun antar pihak sekolah dengan anak.

Selanjutnya pemahaman dukungan sosial dijelaskan lebih aplikatif oleh ortopedago yang mengatakan bahwa dukungan sosial intinya adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang lainnya dengan mengacu pada apa yang dibutuhkan. Lalu menurut teori dukungan sosial dari Cobb dalam (Sarafino 1994: 103), ia mengatakan bahwa seseorang yang mendapatkan dukungan sosial yakin bahwa mereka dicintai, diperhatikan, berharga, dan bernilai, serta merupakan bagian dari lingkungan sosialnya, antara lain seperti keluarga ataupun komunitas organisasi, yang dapat memberikan kebaikan, pelayanan, dan perlindungan satu sama lain ketika dibutuhkan atau dalam keadaan mendesak. Dari

(13)

pernyataan pihak sekolah dan Cobb didapatkan pemahaman bahwa dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan atau disaat keadaan mendesak seperti ketika anak membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas guru yang sulit atau ketika anak membutuhkan dukungan karena memiliki masalah dengan teman, guru, ataupun keluarganya dan pemberian dukungan pada saat-saat yang dibutuhkan ini dapat membuat anak merasa dirinya bernilai, dicintai, dan diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, seperti informan remaja DH yang merasa disayang ketika walikelasnya memberikan semangat pada saat DH akan lomba.

Menurut pihak sekolah berikutnya, dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan kepada anak secara sosial yang membuat anak tersebut merasa dirinya dianggap dan dipedulikan. Hal ini dipertegas juga oleh pihak sekolah lainnya yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah memberikan dukungan seperti perhatian ke anak sehingga anak tersebut merasa bahwa masih ada yang peduli kepada mereka dengan apapun kondisi dan kekurangan mereka. Kemudian menurut Uchino (2004), ia menegaskan bahwa dukungan sosial

mengacu pada kenyamanan, kepedulian, penghargaan, dan pertolongan yang tersedia untuk seseorang dari orang lain atau kelompok-kelompok lain. Dari keterkaitan pemahaman antara pihak sekolah dengan teori dukungan sosial dari para ahli, dapat dipahami bahwa dukungan sosial seperti perhatian dan kepedulian dapat memberikan arti yang lebih dalam bagi penerima dukungan yaitu anak berkesulitan belajar spesifik, karena dengan begitu anak merasa bahwa keberadaan mereka dianggap oleh orang lain dengan apapun kondisi dan kekurangan mereka. Seperti ketika RF yang diberikan kepedulian oleh walikelasnya ketika RF berkelahi, kepedulian ini memberikan arti yang lebih dalam bagi RF, kepedulian ini membuat RF menjadi lebih tenang dan meredakan emosinya.

a. Dukungan Emosional dan Penghargaan Adapun beberapa bentuk dalam dukungan sosial, menurut Sarafino dan Smith (2011: 81-82), bentuk-bentuk dukungan sosial terbagi ke dalam empat bentuk diantaranya yaitu dukungan emosional dan penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan informasi, dan dukungan kebersamaan. Berdasarkan hasil temuan lapangan yang didapat, diperoleh gambaran bahwa ketiga

(14)

informan remaja menerima bentuk-bentuk dukungan sosial dari pihak sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, ortopedago, dan dua orang walikelas. Hasil temuan lapangan juga menemukan bahwa dukungan sosial yang diterima oleh ketiga informan remaja ini beragam tergantung pada masalah atau peristiwa yang mereka hadapi.

Bentuk dukungan sosial pertama yang diterima oleh remaja berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Talenta Yayasan Peduli Anak Spesial (YPAS) adalah dukungan emosional dan penghargaan. Terdapat beberapa bentuk dukungan emosional dan penghargaan yang telah diberikan oleh pihak sekolah kepada masing-masing informan remaja yaitu dukungan yang berupa kepedulian dan motivasi terkait kondisi kesulitan belajar anak, dan juga motivasi ketika anak terlibat masalah di sekolah serta ketika akan menghadapi ujian atau lomba. Kepedulian dan motivasi adalah salah satu dari beberapa bentuk dukungan emosional dan penghargaan yang terdapat dalam teori dukungan sosial menurut Sarafino dan Smith (2011: 81-82), yang mengatakan bahwa dukungan emosional dan penghargaan dapat berupa empati, kepedulian, perhatian, pandangan positif, dan

dorongan atau semangat yang diberikan kepada seseorang, hal-hal tersebut juga memberikan kenyamanan dan penentraman hati pada orang tersebut.

b. Dukungan Nyata/Instrumental

Bentuk dukungan sosial kedua yang ditemukan di Sekolah Talenta ialah dukungan nyata atau instrumental. Dukungan instrumental diberikan oleh pihak sekolah baik kepala sekolah, ortopedago, maupun kedua walikelas dan bentuknya sangat beragam karena tergantung pada situasi-situasi yang dihadapi oleh anak. Dukungan nyata/instrumental yang diberikan pihak sekolah secara garis besar telah sesuai dengan teori dukungan sosial menurut Sarafino dan Smith (2011: 81-82), meliputi bantuan langsung, seperti ketika seseorang memberikan atau meminjamkan uang kepada orang lain atau membantunya menyelesaikan masalah atau tugas-tugasnya. Dari hasil temuan lapangan yang diperoleh, pihak sekolah memang tidak pernah memberikan bantuan berupa uang namun pihak sekolah memberikan bantuan berupa tindakan praktis kepada anak untuk membantu anak meringankan dan menyelesaikan masalah atau tugas-tugasnya.

(15)

Bentuk dukungan sosial ketiga yang ditemukan dalam Sekolah Talenta adalah dukungan informasi. Sekolah Talenta sebagai institusi pendidikan memberikan dukungan informasi kepada RF, DH, dan SB dengan cara memberikan nasihat setiap pagi hari saat siswa berbaris di lapangan sebelum memulai pelajaran. Dari pihak sekolah lainnya, dukungan informasi juga didapatkan RF, DH, dan SB yang berupa nasihat, arahan, saran, dan semua bentuk pencapaian informasi yang didapatkan bersamaan dengan konseling yang diberikan kepada ketiganya. Penyampaian informasi pada ketiga informan remaja secara individual terlihat berbeda sesuai dengan kasus-kasus pada masing-masing informan remaja. Beberapa bentuk dukungan informasi yang telah diberikan oleh pihak sekolah kepada masing-masing informan remaja sesuai dengan bentuk dukungan informasi dalam teori dukungan sosial menurut Sarafino dan Smith (2011: 81-82) yang menyatakan bahwa dukungan informasi ini termasuk memberikan nasihat, arahan, saran, atau umpan balik (feedback) tentang bagaimana sesuatu yang telah dilakukan oleh seseorang.

d. Dukungan Kebersamaan/Persahabatan

Bentuk dukungan yang keempat dan juga bentuk dukungan terakhir di Sekolah Talenta adalah dukungan kebersamaan. Menurut Sarafino dan Smith (2011: 81-82), dukungan ini berupa ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan seseorang dengan saling berbagi minat dan aktivitas sosial. Dalam temuan lapangan yang diperoleh, dukungan bentuk ini juga diberikan oleh keempat informan pihak sekolah. Dukungan kebersaman/ persahabatan pertama yang diberikan pihak sekolah adalah dengan menyediakan kegiatan-kegiatan belajar gabungan antar kelas yang memfasilitasi siswa dalam hal kebersamaan dan persahabatan dengan siswa kelas lainnya sehingga muncul perasaaan kekeluargaan, keluarga Sekolah Talenta. Dukungan kebersamaan yang diperoleh informan remaja RF dari pihak sekolah berikutnya dengan diberikan hubungan yang bersahabat dari pihak sekolah sehingga ketika RF kesulitan dalam belajar di sekolah, ia akan lebih mudah mengungkapkannya.

Selain itu, DH dan SB juga menerima dukungan kebersamaan, salah satunya ketika keduanya memiliki kesulitan terkait masalah belajar atau akademis mereka. Pihak

(16)

sekolah meluangkan waktu kepada keduanya dengan mau dihubungi di luar sekolah ketika DH dan SB ingin bertanya terkait pelajaran di sekolah. Pihak sekolah kemudian juga memberikan dukungan kebersaman dengan memberikan latihan tambahan di luar jam pelajaran kepada DH yang akan mengikuti ujian atau pun lomba dan SB ketika dia akan mengikuti ujian. Lebih dari itu, pihak sekolah juga menyatakan memberikan dukungan kebersamaan melalui konseling yang diberikan pada RF, DH, dan SB dimana dengan menyediakan dan meluangkan waktu untuk melakukan konseling itu juga termasuk dukungan kebersamaan karena kegiatan konseling merupakan masa-masa kebersamaan antara konselor dengan yang dikonseling atau klien.

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan sosial yang diterima oleh remaja berkesulitan belajar spesifik di sekolah khusus. Penelitian ini berangkat dari permasalahan anak berkesulitan belajar spesifik yang memiliki kerentanan mendapat perlakuan tidak adil

karena ketidakmampuannya pada beberapa bidang tertentu dalam hal akademis maupun perkembangannya. Masalah kesulitan belajarnya ini kemudian semakin bertambah kompleks ketika anak memasuki masa remaja. Pada masa remaja, secara umum remaja normal memiliki banyak masalah yang juga diketahui karena masa remaja adalah masa terjadinya perkembangan identitas dan masa yang penuh goncangan bagi seserorang. Masalah remaja secara umum yang kemudian datang bersamaan dengan masalah-masalah pada remaja berkesulitan belajar spesifik membuat remaja khusus ini memiliki masalah yang lebih berat dan kompleks dari remaja pada umumnya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak yang berada pada usia remaja di sekolah ini, diperoleh suatu kesimpulan bahwa dukungan sosial yang diterima oleh remaja di sekolah ini merupakan bagian dari upaya mengembangkan kemampuan siswa baik dalam hal akademis maupun non-akademis. Dukungan sosial bagi remaja berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Talenta YPAS terbagi ke dalam empat bentuk dukungan sosial diantaranya adalah dukungan emosional dan penghargaan, dukungan nyata/instrumental, dukungan

informasi, dan dukungan

kebersamaan/persahabatan. Dari keempat bentuk dukungan ini, terlihat bahwa

(17)

dukungan nyata/instrumental yang lebih banyak diberikan sekolah kepada siswa remaja. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh suatu kesimpulan bahwa dukungan sosial yang didapatkan remaja di sekolah ini turut berperan besar pada perkembangan diri remaja di sekolah. Hal ini terlihat dari perkembangan diri yang ditunjukkan ketiga siswa remaja ini, yaitu SB dan RF yang sudah mampu menjalin interaksi di sekolah dan DH yang sudah mulai mampu mengendalikan emosinya ketika marah.

Bentuk-bentuk dukungan sosial yang ditemukan di Sekolah Talenta memiliki pengaruh pada perkembangan remaja. Pemberian dukungan emosional dan penghargaan membantu ketiga informan lebih baik dalam kinerja belajarnya karena mereka menjadi lebih semangat setelah diberikan dukungan. Dukungan nyata yang diberikan juga membantu mereka bukan hanya dalam masalah belajar di sekolah, tapi juga perubahan perilaku mereka menjadi lebih baik. Selanjutnya pemberian dukungan informasi, pemberian dukungan ini dapat menjadi upaya pencegahan pada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti nasihat yang disampaikan kepala sekolah di waktu berbaris. Kemudian yang terakhir, pemberian dukungan kebersamaan menjadikan hubungan antara siswa remaja dan pihak sekolah menjadi

bersahabat sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketiga informan tidak senggan untuk mengobrol, bercanda, ataupun menceritakan masalahnya kepada pihak sekolah.

Dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan, dukungan sosial yang diberikan oleh Sekolah Talenta YPAS adalah salah satu bentuk upaya pelayanan dan kebijakan khusus yang diberikan untuk membantu remaja berkembang baik secara akademis, sosial, maupun psikologis agar kelak remaja dapat berpartisipasi aktif di tengah masyarakat dimana hal ini juga merupakan visi dari Sekolah Talenta YPAS.

Dengan demikian, sekolah sebagai salah satu institusi sosial mampu menciptakan kondisi kesejahteraan kepada ketiga informan remaja dalam penelitian ini dengan memberikan pelayanan pendidikan pada remaja yang dapat

menjamin pertumbuhan dan

perkembangannya dengan wajar. Sekolah dalam memberikan pelayanannya juga tidak bersebrangan dengan prinsip-prinsip hak anak yaitu memberikan perlakukan yang adil yaitu sesuai dengan masalah yang dihadapi anak; melihat kepentingan yang terbaik bagi anak dengan tidak memaksakan pada apa yang menjadi kelemahan anak; memberikan hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan yang terlihat dengan

(18)

perubahan ke arah yang lebih baik setelah ketiganya bersekolah di sekolah ini; dan penghargaan terhadap pendapat anak yang diberikan pihak sekolah dengan mau mendengarkan ungkapan-ungkapan dari remaja terkait pendapatnya mengenai masalah atau kesulitannya. Sehingga ketiga informan remaja ini mampu mengembangkan diri mereka dan meningkatkan keberfungsian sosialnya di lingkungan sekolah.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun beberapa saran yang yang diperuntukkan bagi seluruh pihak sekolah di Sekolah Talenta YPAS, antara lain yaitu:

1. Saran untuk Pihak Sekolah

a. Untuk meningkatkan partisipasi aktif siswanya di kelas, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah antara lain:

 Belajar sambil bermain yaitu dengan cara bermain peran (role play).

 Belajar dengan kegiatan diskusi.

 Belajar dengan berkelompok. b. Upaya perubahan pada

perkembangan perilaku remaja ke

arah yang lebih baik dapat dilakukan sekolah dengan membuat nominasi siswa berperilaku terbaik yaitu dengan cara menetapkan adanya angket siswa terbaik setiap bulan.

2. Saran untuk Kepala Sekolah

Sekolah dapat menciptakan beberapa kegiatan siswa atau yang dikenal dengan kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya yaitu:

a. Membuat ekstrakurikuler pramuka dan kegiatan berkemah yang dapat dilakukan di halaman sekolah setiap satu semester sekali. Kegiatan ini melatih siswa untuk hidup mandiri yang menjadi kebutuhan mereka di masa depannya.

b. Ekstrakurikuler lain yang mungkin dapat dibuat adalah ekstrakurikuler majalah dinding. Ekstrakurikuler ini dapat membantu remaja untuk mengembangkan kemampuannya dalam berkreasi dan berimajinasi. c. Sekolah juga dapat menciptakan

wadah organisasi seperti membuat organisasi siswa intra-sekolah (OSIS) dengan bentuk yang sederhana untuk melatih jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab pada siswa remaja.

(19)

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan mengamati dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya karena remaja terlihat lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dengan beberapa temannya yang merupakan kelompoknya.

Daftar Referensi

Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif : Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan ilmu sosial lainnya (edisi ke 2). Jakarta : Kencana.

Creswell, J. W. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif

dan mixed. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Gargiulo, R. M. (2004). Social education in contemporart society

second edition. Birmingham:

Thomsom Wadsworth.

 Kaplan, R. M., Jr, J. F., & Patterson, T. L. (1993). Health and human behavior. Singapore: McGraw Hill Book Co.

Moleong, L. J. (2003). Metodologi

penelitian kualitatif. Bandung:

Rosdakarya.

Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks.

Rice, F. P. (1996). The adolescent:

Development, relationships, and

culture. Massachusetts: Allyn &

Bacon.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

 Sarafino, E. P. (1994). Health

psychology: Biopsychosocial

interactions second edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

 Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial interactions (seventh edition). United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

 Sheridan, C. L., & Radmacher, S. A. (1992). Health psychology challenging the biomedical model. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

 Taylor, S. E. (1995). Health psychology third edition. Singapore: McGraw-Hill.

Uchino, B. (2004). Social support and physical health: Understanding the health consequences of relationships. New Haven, CT: Yale University Press.

Referensi

Dokumen terkait