• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan semakin hari semakin meningkat. Hal ini mendorong masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut melalui pemanfaatan media massa seperti koran, radio, televisi, dan internet. Dalam pemberitaan yang dimuat oleh media online tempo.com tahun 2013, Nielsen Media Research menyatakan bahwa karakter televisi sebagai media audio visual yang enak untuk ditonton, membuat televisi menjadi pilihan utama sebagai pemenuh kebutuhan informasi dan hiburan tersebut (Sumber Nielsen Media Research via http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)

Menurut Morrisan (2009: 10) televisi memiliki daya jangkau yang besar dalam upaya penyampaian informasi dan hiburan. Dampak yang dihasilkan dari penyebaran informasi dan hiburan melalui televisi juga sangat luas, hal tersebut yang menjadikan televisi sebagai industri padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Di Indonesia sendiri televisi menduduki peringkat teratas sebagai media massa yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat. Menurut riset yang diumumkan pada tanggal 6 Maret 2012 dalam acara Media and Advertising Spend 2012 oleh Nielsen Media Research, tercatat pada tahun 2012 televisi berhasil menduduki peringkat teratas untuk media massa dengan konsumen terbanyak dibandingkan dengan media massa lainnya. (Sumber Nielsen Media Research via http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)

(2)

2 Gambar 1.1

Data Konsumsi Media Massa di Indonesia Tahun 2012

Sumber: Nielsen Media Research melalui http://www.tempo.com (diakses 2 Agustus 2013)

Menurut Nielsen, walaupun terdapat penurunan terhadap konsumsi televisi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun tercatat pengguna televisi di Indonesia menempati peringkat teratas bila dibandingkan media massa lainnya. Sebanyak 94% dari populasi terpapar televisi dan jauh mengungguli pengguna internet sebanyak 30%, radio 25%, newspaper 13%, tabloid 8%, dan magazine 7%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat menjadikan televisi sebagai pilihan utama untuk pemenuh kebutuhan informasi dan hiburan mereka.

Di Indonesia sendiri terdapat sejumlah stasiun televisi swasta nasional selain TVRI sebagai stasiun televisi milik pemerintah. Stasiun televisi swasta tersebut diantaranya SCTV, RCTI, TRANS TV, TRANS7, MNC TV, Global TV, Indosiar, ANTV, TV ONE, Metro TV, NET TV, dan B-Channel.

(3)

3 Gambar 1.2

Pembagian Stasiun Televisi Indonesia Berdasarkan Segmentasi Penonton

Sumber: Data Internal NET TV (Menurut Nielsen Media Research) Setiap stasiun televisi memiliki segmentasi dan target penonton yang berbeda-beda, yang dibagi berdasarkan kategori Social Economic Status atau SES. Menurut Lloyd Warner (Morrisan, 2009 : 174-275) kelas sosial tersebut terbagi menjadi 6 yaitu kelas atas-atas (A+), kelas atas bagian bawah (A), kelas menengah atas (B+), kelas menengah bawah (B), kelas bawah bagian atas (C+), dan kelas bawah bagian bawah (C). Keenam kelas tersebut memiliki minat dan karakter tersendiri dalam mengkonsumsi program yang disiarkan televisi. Seperti diketahui program siaran televisi secara umum terbagi atas dua bagian besar yakni berupa informasi (straight news, features, infoteinment, current affair, magazines, talks how, documentary) dan hiburan (sinetron, film, cartoon, quiz, ketangkasan, reality show, sulap, komedi, dan tarian) (Morrisan, 2009 : 215).

Masing-masing dari penonton di Indonesia memilih jenis program tayangan televisi tersebut sesuai dengan kelas sosial dan kebutuhan mereka. Tidak hanya motif atau kebutuhan terhadap tontonan program siaran yang berbeda, tetapi setiap khalayak juga memiliki kebiasaan waktu yang berbeda ketika menonton televisi, baik dari segi frekuensi maupun durasi. Peter K menyatakan bahwa terdapat pembagian waktu menonton khalayak, yakni pada pagi hari (06.00-09.00), jelang siang (09.00-12.00), siang hari

(4)

(12.00-4 16.00), sore hari atau early fringe (16.00-18.00), jelang malam atau prime time access (18.00-19.00), malam hari atau prime time (20.00-23.00), tengah malam atau late night (23.00-02.00), dan pada dini hari atau over night (02.00-06.00) (Peter.K dkk, 1991: 133-139).

Gambar 1.3

Jumlah Penonton Terbanyak Berada Pada Waktu Prime Time

Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, Oktober 2010. www.agbnielsen.net (diakses pada 4 Oktober 2012)

Riset yang dilakukan pada gambar diatas adalah pola menonton pemirsa pada stasiun televisi di seluruh waktu siaran selama empat tahun, dari 2006 hingga 2009. Jam tayang yang memiliki penonton terbanyak adalah waktu prime time access dan prime time. Pada jam tersebut sebagian besar bahkan seluruh segmen audiens mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia, baik laki-laki dan perempuan, tersedia sebagai penonton televisi. Maka dari itu masing-masing stasiun televisi cenderung menempatkan program unggulan di jam tersebut.

Berdasarkan fenomena yang terjadi selama 6 hingga 7 tahun terakhir, program siaran yang menguasai jam prime time adalah program hiburan. Seperti yang dilansir pada Newsletter dari lembaga riset Nielsen, bahwa audiens menghabiskan waktu 19 jam untuk menonton program hiburan dalam

(5)

5 sehari ( Newsletter Nielsen April, 2010). Ketatnya persaingan masing-masing program televisi di jam primetime mendorong stasiun televisi untuk menyajikan program unggulan yang digemari pemirsa.

Gambar 1.4

Penetrasi Program Hiburan di Jam Prime Time, Maret 2007

Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, March 2007, www.agbnielsen.net (diakses pada 4 Oktober 2012)

Pada tahun 2007 program tayangan di jam prime time di kuasai oleh program hiburan seperti program musik yang mencapai 47% dari populasi, menyusul setelahnya program hiburan lain seperti sinetron sebanyak 10%, variety show 4%, reality show 8%, light entertainment 5%, comedy 5%, quiz 17%, dan game show 5%.

Seiring dengan perkembangan pola kebutuhan penonton akan tayangan hiburan, maka terjadi beberapa perubahan akan konsumsi program siaran hiburan itu sendiri.

(6)

6 Gambar 1.5

Share Jam Tayang Program Hiburan Stasiun TV Nasional Tahun 2010

Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, April 2010 www.agbnielsen.net (diakses 4 Oktober 2013)

Berdasarkan riset yang dikemukakan Nielsen Media Research, selama bulan April 2010 program hiburan ditayangkan selama 877 jam. Terlepas dari lebih menonjolnya jam tayang program hiburan lain dibandingkan dengan program reality show dan comedy, namun bila dibandingkan dengan tahun 2007, maka terdapat kenaikan motif menonton audiens pada kedua jenis program siaran tersebut di tahun 2010.

Gambar 1.6

Konsumsi Program Hiburan Periode 2007 vs 2010

Sumber: Analisis Penulis Berdasarkan Newsletter Nielsen Media Research 0 10 20 30 40 50 2007 2010

Terdapat kenaikan sebanyak 15% pada reality show dan 4% pada

(7)

7 Dari data konsumsi program reality show dan comedy tahun 2007 hingga 2010, terlihat bahwa terdapat kenaikan sebanyak 15% pada reality show dan 4% pada program comedy di tahun 2010. Walaupun jam tayang dan kenaikan konsumsi program reality show lebih tinggi dibandingkan dengan comedy, namun Nielsen Media Research menyatakan, pada tahun 2010 program comedy atau lawak menjadi program yang wajib bagi audiens untuk di tonton “Recently, comedy show has been a new ‘must watched’ TV show” (Sumber: Newsletter Nielsen, April 2010, www.agbnielsen.net Di akses 4 Oktober 2013). Jam tayang yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan program hiburan lainnya memang menyebabkan sedikitnya juga jam menonton terhadap program komedi, namun terbukti program komedi menjadi salah satu program dengan penonton terbanyak dan memiliki arti dimata pemirsa.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan konsumsi program komedi yang diinginkan pemirsa, maka dengan itu semakin bertambah juga durasi menonton penonton terhadap program komedi. Terdapat berbagai program komedi yang disiarkan oleh stasiun televisi setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa diantaranya ditayangkan pada jam prime time karena memiliki rating dan share yang tinggi.

Gambar 1.7

Program Komedi Dengan Share Diatas 10.0, Tahun 2012

(8)

8 Stasiun televisi menghadirkan program komedi sebagai alternatif hiburan bagi penonton untuk melepaskan penat. Dari beberapa program komedi dengan share diatas 10.0 diatas, program komedi Opera Van Java, Bukan Empat Mata, Pesbukers, dan Pas Mantab adalah program komedi yang ditayangkan pada jam prime time. Opera Van Java yang disiarkan TRANS7 berhasil memperoleh pemirsa terbanyak dengan perolehan share sebanyak 19.5 mengalahkan program lainnya yang disiarkan di program siaran prime time.

Gambar 1.8 Logo Opera Van Java

Sumber: Website Resmi Trans7 http:trans7.co.id (diakses 6 Oktober 2013)

Dari awal kemunculannya hingga saat ini, Opera Van Java berhasil mempertahankan eksistensi program dengan baik dari segi setting panggung yang menggunakan sketsa reality, ataupun dari segi inovasi dan kreatifitas isi cerita, serta cast dan talent yang memiliki karakter dan keunikan masing-masing. Keseluruhan kemasan tersebut berhasil menimbulkan kecintaan dan kesetiaan masyarakat terhadap program Opera Van Java, terbukti dengan pencapaian rating dan share yang tinggi.

Bahkan Opera Van Java berhasil menduduki posisi teratas dari program yang paling banyak penontonnya di segmen usia diatas 5 tahun di 10 area survei pada tahun 2010 (Sumber: Nielsen Media Research, April 2010, www.agbnielsen.net, diakses 6 Oktober 2013). Tiga tahun berselang, di tahun

(9)

9 2013 yakni di tahun ke-6 disiarkannya program Opera Van Java, program komedi ini masih menduduki peringkat atas untuk rating dan share program televisi yang disiarkan di jam prime time.

Tabel 1.1

Rating dan Share Program Televisi di Jam Prime Time, Mei 2013

Program Name Rating Share

TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES 6,3 27,2

BERKAH 4,3 16,6

ON THE SPOT 4,0 15,3

OPERA VAN JAVA 3,6 15,6

RADEN KIAN SANTANG 3,3 14,4

HITAM PUTIH 3,2 13,5

Sumber: Data Internal TRANS7

Hingga tahun 2013, Opera Van Java juga masih menjadi program acara unggulan yang disiarkan oleh stasiun televisi TRANS7. Berdasarkan data rating dan share yang penulis dapatkan dari internal TRANS7, Opera Van Java tercatat termasuk kedalam lima program unggulan TRANS7 yang memiliki rating dan share tertinggi bila dibandingkan dengan program unggulan TRANS7 lainnya, seperti Hitam Putih, Bukan Empat Mata, Rekreasi Azis Nunung, Gila Makan, Makan Besar dan Selebritas Siang.

Seiring dengan perjalanannya, kecintaan penonton akan program ini dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diraih oleh program Opera Van Java.

(10)

10 Table 1.2

Penghargaan Program Komedi Opera Van Java

Tahun Penghargaan

2010 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award

2011 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award

2011 Indonesia Most Favorite Youth Brand – Majalah Marketeers & Markplus Insigh

2012 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award

Sumber: Website Resmi Trans7 http:trans7.co.id (diakses 6 Oktober 2013) Penghargaan yang diraih Opera Van Java diatas, menjadi cerminan kesuksesan program Opera Van Java. Kesuksesan ini juga yang menjadi salah satu alasan diperpanjangnya episode Opera Van Java. Bila dihitung sejak awal kemunculannya pada 27 November 2008 hingga 12 November 2013, Opera Van Java tercatat telah menghasilkan lebih dari 1050 episode baik taping maupun live. Bila diawal kemunculannya Opera Van Java hanya memiliki jam siaran selama setengah jam saja, seiring perjalanannya, hingga saat ini Opera Van Java memiliki jam tayang selama dua jam lebih, yang selalu ditayangkan pada jam prime time yakni dari pukul 20.00-22.00. (Sumber: Website resimi TRANS7, www.trans7.co.id. Diakses 20 Oktober 2013)

Fenomena kesuksesan yang diraih Opera Van Java yang dapat bertahan hingga hampir enam tahun ini memunculkan keinginan bagi penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai program komedi. Hal ini menarik untuk diteliti, karena program komedi adalah program yang dapat menjangkau lintas usia dan segmentasi penonton yang beragam. Beragam disini termasuk juga kedalam kebiasaan menonton penonton yang cenderung berbeda-beda. Yang dalam hal ini penulis tertarik untuk membagi kategori penonton kedalam penonton aktif dan penonton pasif, mengingat frekuensi, durasi dan perhatian dari setiap penonton dalam mengkonsumsi televisi cenderung berbeda-beda.

(11)

11 Fenomena yang terjadi saat ini juga menunjukan bahwa pemain yang menjadi pemeran di program komedi mayoritas di perankan oleh pemain yang sama dengan gaya humor yang hampir serupa yakni slapstick, yang merupakan jenis komedi dengan mengedepankan gerak tubuh dengan penggunaan lelucon secara kasar namun tidak membahayakan. (Berger, 1998: 18). Seringkali aksi slapstick seperti pemukulan, saling ejek, dan berbagai kekerasan digunakan untuk menciptakan lawakan yang kini kian dianggap wajar dan penonton merasa senang dan tetap menyaksikan komedi seperti itu. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang ternyata sudah menjadi suatu hal yang wajar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hana Tripuspita dengan judul “Kekerasan dalam Komedi Opera Van Java”, dinyatakan bahwa slapstick membuat jenis komedi ini disukai oleh banyak kalangan untuk mendapatkan kesenangan melalui tawa. Kekerasan tersebut kian kuat ketika banyak bermunculan komedi-komedi jenis ini yang menjadi program unggulan stasiun televisi. (Tripuspita: 2010, 8). Selain itu, hal tersebut juga menunjukan bahwa Indonesia sendiri masih belum memiliki karakter gaya komedi yang menjadi identitas dan ciri khas yang dapat menjadi cerminan bagi masyarakat.

Maka dari itu, penulis ingin mengetahui apa motif yang mendasari penonton dalam menonton program komedi Opera Van Java, dan kepuasan seperti apa yang penonton dapatkan setelah menonton program tersebut, baik pada kategori penonton aktif, maupun penonton pasif. Penulis juga ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan atau kesenjangan antara motif menonton program komedi yang diinginkan pemirsa, dengan kepuasan yang mereka dapatkan.

Berdasarkan fakta dan fenomena yang penulis uraikan di atas, penulis tertarik untuk membuat dan mengulas penelitian dengan judul “Analisis Motif dan Kepuasan Penonton Program Komedi Opera Van Java”, dengan menggunakan pendekatan GS-GO atau gratification sought (motif

(12)

12 menonton yang diinginkan) dan gratification obtained (kepuasan menonton yang diperoleh).

1.2 Rumusan dan Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah yang dirumuskan peneliti adalah “Seberapa besar perbedaan Gratification Sought dan Gratification Obtained pada penonton program komedi Opera Van Java?”. Rumusan masalah tersebut berlaku pada masing-masing kategori penonton yakni penonton aktif dan penonton pasif.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka identifikasi masalah untuk masing-masing penonton baik aktif maupun pasif dari penelitian ini sebagai berikut:

1. a. Seberapa besar perbedaan antara motif informasi yang dicari dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton aktif?

b. Seberapa besar perbedaan antara motif informasi yang dicari dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton pasif?

2. a. Seberapa besar perbedaan antara motif identitas pribadi yang dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton aktif?

b. Seberapa besar perbedaan antara motif identitas pribadi yang dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton pasif?

3. a. Seberapa besar perbedaan antara motif hubungan personal yang dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh penonton aktif?

b. Seberapa besar perbedaan antara motif hubungan personal yang dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh penonton pasif?

4. a. Seberapa besar perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton aktif?

(13)

13 b. Seberapa besar perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton pasif?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motif dan kepuasan penonton terhadap tayangan program Opera Van Java di Trans7 pada dua kategori penonton aktif dan penonton pasif.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. a. Mengetahui perbedaan antara motif informasi yang dicari dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif informasi yang dicari dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton pasif.

2. a. Mengetahui perbedaan antara motif identitas pribadi yang dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif identitas pribadi yang dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton pasif.

3. a. Mengetahui perbedaan antara motif hubungan personal yang dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif hubungan personal yang dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh penonton pasif.

(14)

14 4. a. Mengetahui perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton pasif.

Tujuan diatas berlaku untuk pada masing-masing kategori penonton aktif dan penonton pasif.

1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan akademis

Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah :

1. Dengan penelitian ini, diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang penulis terima saat perkuliahan dan dapat menambah wawasan penulis.

2. Diharapkan melalui penelitian ini penulis dapat menguraikan teori mengenai motif dan kepuasan penonton aktif maupun penonton pasif dalam menonton televisi khususnya program komedi.

3. Penelitian ini pun dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, dan perbandingan dengan penelitian sebelumnya.

b. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini kita dapat mengetahui seperti apa motif menonton program komedi yang diharapkan dan kepuasan yang diperoleh pemirsa setelah menoton tayangan program Opera Van java. Hal ini juga akan berguna bagi pihak terkait seperti tim produksi Opera van Java untuk dapat lebih meningkatkan kualitas agar motif serta kepuasan penonton dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.

c. Aspek Umum

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi berbagai pihak, yang memungkinkan untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut oleh pihak tertentu.

(15)

15 1.5 Tahapan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti membagi proses menjadi beberapa tahap-tahap yang dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih enam bulan terhitung sejak bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014. Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian tersebut adalah:

a) Observasi

Dalam tahap ini peneliti mencari fenomena dan pokok permasalahan yang akan diangkat menjadi topik dalam penelitian. Setelah topik penelitian ditemukan lalu selanjutnya menentukan judul penelitian. Peneliti menemukan ketertarikan pada kepuasan penonton terhadap program komedi Opera Van Java TRANS7.

b) Merumuskan & Mengidentifikasikan Masalah

Judul penelitian yang telah ditentukan lalu diturunkan menjadi rumusan masalah dan kemudian diturunkan kembali menjadi pertanyaan-pertanyaan ilmiah dalam identifikasi masalah. Hal ini menjadi fokus dan batasan dari penelitian.

c) Pengumpulan Data

Data primer penelitian didapatkan dari survei yaitu dengan menyebarkan 400 kuisioner kepada 400 responden yaitu siapapun responden yang sesuai dengan kriteria dan pernah menonton tayangan program Opera Van Java. Media survei dilakukan melalui media sosial twitter dan secara manual disebar oleh penulis. Selain itu data sekunder juga didapatkan dari penelitian terdahulu dan data-data dari perusahaan yang dapat membantu kelengkapan penelitian ini.

d) Menganalisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara dihitung menggunakan rumus-rumus statistik yang harus berkaitan dengan topik penelitian.

(16)

16 Dari hasil data yang telah dihitung secara sistematis kemudian disajikan dan dibahas secara detail ditambah dengan pengaplikasian teori-teori yang dapat memperkuat pembahasan masalah dalam penelitian.

f) Kesimpulan dan Saran

Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir lalu memberikan saran berupa alternatif-alternatif yang ditawarkan menyangkut masalah yang diangkat dalam penelitian, dengan harapan dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga pembaca.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, namun respondennya bisa dari mana saja karena survei kuesioner dilakukan melalui media sosial Twitter dan penyebaran manual oleh penulis, sehingga siapapun yang termasuk kedalam kriteria responden dan pernah menonton program Opera Van Java bisa mengisi.

Untuk periode waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan September 2013– Februari 2014.

Tabel 1.2

Waktu Kegiatan Penelitian

No Tahapan Penelitian Bulan 9 /13 10 /13 11 /13 12 /13 1 /14 2 /14 1 Penetapan permasalahan dan judul penelitian

2 Penyelesaian Bab I,II,III hingga Seminar Proposal 3 Penyebaran Kuesioner dan Analisis Data

4 Penyusunan hasil penelitian berupa kesimpulan dan saran

Gambar

Gambar 1.8  Logo Opera Van Java

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

informasi tentang jenis dan berbagai motif batik store nusantara, dapat melakukan pemesanan batik secara online dengan mendaftarkan data diri pelanggan dan mengisi form

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

Untuk memproteksi dinas radio astronomi di pita 15.35-15.4 GHz, kumpulan rapat fluks daya yang diemisikan pada pita 15.35-15.4 GHz oleh semua stasiun-stasiun ruang angkasa di

Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan website di lingkungan IPDN, di harapkan unit pelayanan teknologi dan informatika dapat memperbaiki jaringan internet yang

Dari gambar 4.4 dapat kita ketahui juga daya rotor sudu dengan diameter 6 cm lebih besar daripada sudu dengan diameter 18 cm yang menggunakan konsentrator karena