DIALEKTOLOGI BAHASA MELAYU
DI
PESISIR
KABUPATEN
PONTIANAK-}
Patriantoro
U
niversitas Tanjungpura Pontianak
Pos-el :
patri
a n,to ro@yohoo,com
Inti
Sari
\Penelitian ini mengkaji dialektologi bahasa Melayu di Pesisir Kabupaten Pontianak, terutama di hilir sungai Mempawah. Bahasa Melayu ini digunakan oleh sebagian besar penduduk yang
tinggal
di
pesisir pantai. Penelitianini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode percakapan, teknik pancing dengan menunjukkangambar, benda, atau aktivitas. Metode yang digunakan dalam analisis data, yaitu komparatif sinkronis untuk analisis dialektologi dan komparatif diakronis untuk analisis rekontruksi bahasa. Rumus dialektometri digunakan untuk menghitung jarak unsur-unsur kebahasaan
dalam persentase. Teknik rekonstruksi dari atas ke bawah (top down reconstruction) digunakan untuk menemukan retensi dan inovasi. Penghitungan bed4 leksikon antartitik pengamatan
menggunakan segi tiga antardesa dan segi banyak. Berdasarkan analisis diketahui, hanya
titik
pengamatan L- 3 (yang mencapai 23%) dianggap beda wicara'aksen'. Titik pengamatan 1-
2,2
-
3, 2-
4, 3 - 4 (di bawah 21%) dianggap tidak ada perbedaan. Di daerah penelitian masih ditemukan adanya leksikon proto, inovasi, dan pinjaman.Kata kunci: komparatif sinkronis, komparatif diakronis, rekonstruksi bahasa
Abstuact
The research discusses the dialectology of Malay used by the people in the coastal area of Pontianak, paticularly those who lioe in the downstream area of the rioer. Malay has bem usedby a great number of people who reside in the coastal area. This research employs quantitatioe as well as qualitatiae research
methods. The data collected throught the use of in-depth interaiew method and elicitation technique by directly showing thepictures,pointing the areal objects, or explaining the intended actioites. The synchronic
comparatiae method is used to analyze the dialectology of Malay and the diachronic comparatioe method is used to help with the analysis of the language construction. The dialectometry is used to figure the percentage oflexicon differences betutern the research areas. The top down reconstruction technique seraes
as the way to analyze the data to find the retention and innoztation forms. The lexicon dffirmces in
dffirmt
areas are calculated by applying the triangular or polygones de thiessm. The result of the data analysis
shows that area 1-3 hold 23% of lexicon different which indicates that they are areas whith differmt wieSra, but still share same dialect. Haweoer areas L-2,2-3, 2-4, 3-4 hold under 21"/" of lexicon dffirences which indicates that they share the same and not dffirent. In the areas where the research is conducted, some of the relic froms of the proto-language are still found, as well as the innoaation forms the borrowing. Key wotds: Synchronic cornparathte, diachronic comparatioe, language reconstruction.
')
Naskah masuk tanggal 18 September 2012 Editor: Edi Setiyanto. EditL 19-24 Sptember 2012. Edit tr: 1-6 Oktober 2012, Edit ltr: 12-14 November2012.1.
PendahuluanBahasa Melayu rnerupakan satu
di
antarabeberapa bahasa daerah yang digunakan
se-bagai bahasa pergaulan
di
Kalimantan Barat umumnya dandi kabupaten
Pontianak khu-susnya" BahasaMelayu digunakan
sebagai bahasa pergaulandan
bahasa budaya.Pem-bicaraan bahasa
Melayu
di
kabupaten Ponti-anak belum banyak dilakukan. Ada beberapa tulisan tentang dialektologi yangditulis
olehPatriantoro, yaTto "Dialektologi Bahasa ivlelayu
di
Pesisir Kabupaten Sambas" (2000) dan "Di-alektologi Bahasa Melayu di Pesisir KabupatenBengkayang" (2001)"
Ada
tiga
pendapat mengenai asal usul bahasa Melayu yang digunakan oleh penuturdari pulau
Sumatra, Jawa, Kalimantan,Su-lawesi Maluku, NTB,
NTT
dan Papua. Per-tama, pendapat Tadmor (2007:217-223) yangmenyatakan
bahasa Melayu berasaldari
Su-matra Selatan. Pendapatitu dikuatkan oleh ahli sejarah dan paleontologi Perancis Coedes yangmenyatakan bahwa
di
kerajaan Sriwijayadi-temukan adanya prasasti Melayu kuno di
jalur
perdagangan Nusantara yangmeliputi
Suma-tra
Selatan, lawa, Bangka Belitung, dan Phili-pina. Menurut pendeta Budis Yiqing(I
Ching danI
Thing) yang tinggaldi
Sriwijaya selama 7tahun,
ada beberapa kerajaan sebelummun-culnya kerajaan Sriwijaya yang berdagang
de-ngan Cina.
Di
wilayah Sumatra Selatan,di
se-kitar kota
Palembang yang sekarang, pernah ada pemukiman besar dan perrnanen tempat orang Melayu berdagang dengan orang-or;ulgCina dan India.
Kedua
pendapatCollin
(1995:54), Blust(2005), Adelaar (2004), dan Nothofer (1995:53-74). Mereka menyatakan bahwa bahasa
Me-layu
berasaldari pulau
Kalimantan 'Bomeo'. AlasanCollin
didasarkan pada(i)
sebuah ba-hasauntuk
dapat berkembang menjadi bahasa atau beberapa dialek memerlukan waktu yang lama;(ii)
daerah yang memiliki keragamandi-alek yang
ti.ggu
membuktikan bahwa bahasaitu
sudah lamadituturkan
di
daerahitu; (iii)
daerah yang
memiliki
keanekaragzrnan dialekyang
tinggi
menjaditempat
asal bahasa itu. Sementaraifu,
Blust dan Adelaar menyatakan bahwa bahasa Melayu yang sekarangdiguna-kan
di
pulau
Kalimantan merupakan migrasibalik dari daerah Semenanjung Malaka.
Berdasarkan
fakta dan
dataihr,
penulis tertarik untuk mengkaji bahasa Melayu diPon-tianak dengan
judul
"Dialektologi BahasaMa-layu
Di
Pesisir Kabupaten Pontianak". Lokasipenelitian
ini
meliputi
(1) Kecamatan SungaiDuri,
(2) Kecamatan Sungai Pangkalan, (3) Ke-camatan MempawahHilir,
dan (4) KecamatanSungai Pinyuh. Secara sosiolinguistik bahasa
Melayu tidak mengenal tingkatan bahasa kasar dan halus. Orang Melayu menggunakan
baha-sa Melayu dengan varian yang sam4 baik un-fuk orang dewasa dengan orang dewasa, orang
dewasa dengan anak atau sebaliknya, orar:tg
yang
jadi
tokoh
mhsyarakat dengan masya-rakat biasa atau sebaliknya.Hal
yang sepertiitu
juga terjadi pada bahasa Melayudi
Kabu-paten Pontjanak.
Dalam kajian "Dialektologi
BahasaMe-layu di
Pesisir Kabupaten Pontianak"ini
per-masalahan yang dibicarakan meliputi lima hal.
a.
Bagaimanakah variasi leksikon bahasa Me-layu di Kabupaten Pontianak?b.
Bagaimanakah pemetaanvariasi
leksikonbahasa Melayu di Kabupaten Pontianak?
c.
Bagaimanakah inovasi fonologi bahasa Me-layu terjadi di Kabupaten Pontianak?d.
Adakah leksikon proto yang terdapat padabahasa Melay.ur di Kabupaten Pontianak?
e.
Adakah leksikon pinjaman dari bahasa lain pada bahasa Melayudi
KabupatenPonti-anak?
Kajian "Dialektologi Bahasa Melayu di
Pe-sisir Kabupaten Pontianak"
ini
memiliki
limatujuan yang diharapkan. Pertama,
mendeskrip-sikan leksikon
di
daerah yangjadi
titik
pe-ngumpulan data. Kedua,
memetakanvari-asi leksikon yang
sudah ditemukan. Ketiga, mendeskripsikanleksikon
proto.
Keempat mendeskripsikan inovasi fonologisyang
adadi titik
pengamatan.Kelima
mendeskripsikanleksikon pinjaman dari bahasa lain.
2.
TeoriTeori yang digunakan dalam kajian
"Di-alektologi Bahasa Melayu di Pesisir Kabupaten Pontianak" adalah teori dialek. Kata dialek ber-asal dari bahasa Yunani dialektos.Kata dialektosvariasi dalam bahasa di Yunani. Pada
perkem-bangannya
kata dialektos digunakan untuk
menyatakan sistem kebahasaan yangdiguna-kan
oleh suatu masyarakat yang berbeda 1o-kasi atau letak geograftnya, tetapi masih dalambahasa yang sama. Kata dialek lebih sering
di-gunakan
dalamilmu bahasa
(Wijnen dalamAyatrohaedi, 1979:L). Dialek merupakan vari-asi bahasa yang berbeda menurut pemakainya
(Kridalaksan a, 1983:34). Penggunaan istilah di-alek, pada tahap berikutrya, berkembang men-jadi geografi dialek, sosiolek, fungsiolek.
Geografi dialek merupakan usaha pemeta-an dialek. Nama
lain
geografidialek
disebutjuga dialektologi. Dialektologi merupakiill
ca-bang kajian linguistik yang muncul
karena, antara lain, dampak kemajuan kajianlinguistik
komparatif dan diakronis (Zuleha, 2010:2)' Ya-rian-varian bahasaifu
di antaranya munculka-rena perbedaan geografi (Ayatrohaedi
1979:1-6).
Variasi bahasabisa berwujud
perbedaandialek, subdialek, dan aksen.
Kajian dialektologi, selain bersifat
deskrip-si sinkronis, juga mencerrnati dan menjelaskan mengapa terjadi perbedaan-perbedaan
itu
ataubagaimana sejarah perbedaan-perbedaan ter-jadi (Laksono, 2004:L0). Kajian dialek yang
ber-sifat sinkronis berupa pemetaan bahasa; kajian
yang bersifat diakronis berupa rekontruksi lek-sikon. Kajian dialek yang bersifat sinkronis di-lakukan dengan cara membandingkan variasi
bahasa di
titik
pengamatan yang berbeda-beda padakurun waktu
yang sama. Kajian dialekyang bersifat diakronis diwujudkan
dengan merekontruksiatau
membandingkan bahasaproto
dengan bahasayang
sekarang. Hasil rekonstruksi akan menghasilkanretensi'relik'
dan inovasi.
Wurn
danHattory
(1983:43) mendeskrip-sikan bahwa bahasa Melayu digunakandi
se-panjang pesisir Pontianak,
Kubu Ray4
Keta-pao,::tg, dan Kayong Utara. Bahasa Melayu yang
berada di sepanjang aliran sungai-sungai besar
di
Kalimantan Baratbelum
terdeteksi. PusatBahasa (2008:61-63) mendeskripsikan bahasa
Melayu di Kalimantan Barat memiliki 15 dialek,
yaitu dialek
Me1ayu Kapuas,dialek
Kantuk,dialek Iban, dialek
Lunjuk,
dialek Ketungau, dialek Balangif dialek Kanayan, dialek Nanga Nuak, dialek Taman Sekadau, dialek Tunjung,dialek Laman, dialek Sokan, dialek Natai Pan-iang, dialek Kayong, dan dialek Suruk.
Asfar dkk. (2008 dan 2009)
mendeskripsi-kan bahwa bahasa Melayu di Kalimantan Barat
memiliki
L5 dialek. Sama seperti yangdinyata-kan oleh Badan Bahasa (2008). Namun, Peng-hitungan dialektometri dengan menggunakan
permutasi belum dipetakan.
Hasilrrya baru berupa deskripsi terhadap 88titik
pengamatan yang belum dihubungkan dengan garis isoglos.Nothofer
(1995:135-137) menyatakanse-mua dialek
memiliki
unsurlama'retensi'dan
unsur perubahan'inovasi'. Berdasarkanrekon-struksi dan pemetaan bahasa, akan ditemukan
daerah dialek konsetvatif proto dan daerah di-alek pembaharuan inovasi. Daerah yang masih
memiliki
banyakunsur
retensiproto
disebutdaerah konservatif; daerah yang lebih banyak
memiliki unsur inovasi atau
perubahan di-sebut daerah pernbaharuan.Nadra
(1997:25) menyatakan bahwa retensi merupakan bentuk bahasa purba yang dicerminkan dalam dialekbahasa modem.
Hal
senada dinyatakan jugaoleh Resticka (2011:43). Resticka menyatakan bahwa retensi adalah unsur bahasa yang tidak
mengalami perubahan dari proto bahasanya.
Dalam
kajian
diakronis
dimungkinkanadanya perubahan
arti.
Dalam dimensidiak-ronis, perubahan
arti
bisa bersifat amelioratif'makna yang sekarang dianggap lebih baik da-ripada makna
terdahulu'atau
peyoratif 'mak-na yang sekarang lebih buruk daripada maknaterdahulu'.
Subroto (2011.;88-93) menyatakan bahwa suatu bahasa dalam perjalanannya dari waktu kewaktu
pasti mengalami perubahan,baik secara bentuk atau secara arti.
Variasi bahasa bisa disebabkan karena fak-tor demografi dan sejarah. Omar (dalam Nadra
:1997:210) menyatakan, secara demografi per-ubahan lebih cepat terjadi dalam daerah yang penduduknya
lebih padat
dibandingkan de-ngan daerah yang penduduknya lebih jarang. Daerah yang penduduknya lebih padatbiasa-nya merupakan pusat budaya atau pusat per-dagangan. Peristiwa sejarah
juga dapat
me-nimbulkan variasi bahasa yang menyebabkanterjadinya perbedaan dialek, misahrya migrasi,
transmigrasi,
dan
komunikasi
antarpenufur dari dialek yang berbeda.hrovasi bunyi
itu
ada yang bersifat teraturdan ada yang bersifat sporadis. Perubahan bu-nyi yang bersifat teratur disebut korespondensi;
perubahan yang bersifat
tidak
teratur disebut variasi (Mahsun, 1995:28). Laksono dan Savitri(2009:97-99),
Mahsun
(1995:33-39), Crowlev(1997:36-62) menyatakan bahwa tipe-tipe per-ubahan
bunyi
ada 10,yaitu
(i)
asimilasi, (ii)disimilasi,
(iii)
metatesis,(iv)
kontraksi,
(v) pelesapanbunyi,
(vi)
penambahan bunyr,(vii)
lenisi,(viii)
sandhi, (ix) disonansi, dan (x) palatalisasi.Dialek sebagai variasi suatu bahasa dapat
terjadi
di
bidang fonologi, morfologi, danse-mantik. Variasi dialek dalam bidang fonologi dapat
dilihat
pada variasi fonemis. Misalnya variasi fonemlul
dengan lol padamakna'rum-put'
yang
dilafalkan lRUmpOt)
dibeberapatitik
pengamatandan
dilafalkan lRompOtldi
titik
pengamatan lainnya. Makna'ekor'yang
dilafalkan
likutl?l
di
beberapatitik
Penga-matan dan dilafalkan fikOry?l di beberapa
titik
pengamatan lainnya.Makna'jarum'
dilafalkanljaRumpi di beberapa
titik
pengamatan dan di-lafalkan ljaRornpl dititik
pengamatan lainnya.Perbedaan fonetik dan fonemik merupakan va*
riasi sistem
fonologl
seperti perbedaan jumlah fonem, perbedaanwujud
fonem, dan variasi fonem (Petyt, 1980:21)Variasi dialek bidang morfologi dapat
dili-hat pada contoh di bawah ini. Makna 'pag|' di-lafalkan [baobU?]
-
haobt:l di
beberapatitik
perrgamatan dandilafalkan
[bE?bu]-lbobul,
atau [balalamp] -/balelamp/ dititik
pengamat-an lainnya. Makna'senja' dilafalkan [kEnsilu]
-
/kensilu/ di
beberapatitik
pengamatan, di-lafalkan[t"kop
petar3]-
/tekop petaqldi
be-berapatitik
pengamatan, dilaf alkan [pelamaRi]-
/palamari/ dibeberapatitik
pengamatan yanglain, dan dilafalkan [prrlurl mari]
-
/pula4marii
di
beberapatitik
pengamatan yanglain
lagi. Makna'sehasta'dilafalkan
[sasiku]-
/sasiku/di beberapa
titik
pengamatan, dilafalkan [sata]-
lsataldi
beberapatitik
pengamatan yang lain, dan dilafalkan [sesato] --- /sesatoldi
titik
pengamatan lainnya.
Makna'leher'
dilafalkanfiegher]
-
fiegheil
di
beberapatitik
penga-matan, dilafalkankan [rekOg]
'
lrcko1,ldi
be-berapa
titik
pengamatan,dilafalkan
[RokOA]-
/rokOg7 atau [rakUg]-
/raku!/ di
beberapatitik
pengamatanyang
lain,
dan
dilafalkan[tegE?]
--
ltegekldititik
pengamatan lainnya. Variasi dialekjuga terjadi
dalam bidang semantik. Ada beberapa contoh variasi dialek bidangini.
Misahrya kata [petl?]*
/petik/me-wakili
dua makna, yaitu'belukar ataumakelar' dan'petik atau ambil'. Kata [Roman]-
/roman/ yang mewakili makna'jerami' dan'cerita tokohutama dari lahir sampai meninggal.
Isoglos merupakan
garis imajiner
yang menyatukanwilayah
yang menggunakanva-riasi bahasa yang sama (Lauder dan Multamia
Lauder, 2009:221). Hal yang senada
dikemuka-kan Keraf (1984:54).Isoglos adalah garis
ima-jiner yang menghubungkan setiap
titik
penga-matan yang menarhpilkan gejala kebahasaanyang
serupa. Pengertianyang
agak berbedadikemukakan Chamber dan Trudgill
(L980:103-1,04).
Menurut mereka garis isoglos
mem-bedakan
dua kelompok
daerah pengamatanyang menggunakan unsur-unsur kebahasaan
yang berbeda. Isoglos diperlukan pada setiap
peta deskripsi data untuk mengetahui luas
ca-kupan
daerah pengguna. Peta deskripsi datadapat berkenaan dengan variasi leksikon dan fonologi. Peta variasi leksikon berupa
rangkai-an
garis-garis isoglosyang
menghubungkanvarian-varian leksikon. Pada
variasi
fonologi peta berupa rangkaian garis-garis isoglos yang menghubungkan variasi-variasibunyi.
Nadradan
Reniwati (2009:82) menyebut garis yangmenghubungkan deskripsi data variasi
fonolo-gi berbeda dengan isofon.
Peta peraga merupakan peta yang berisi
tabulasi data lapangan dengan maksud agar data-d ata tergambar dalam perspektif yang ber-sifat geografis.
Iadi
dalam peta peraga tercakup distribusi geo grafis perbed aan unsur-unsur ke-bahasaan yang terdapat di daerah pengamatan(Mahsun, L995:59). Jika yang dikaji ialah perbe-daan fonologis dan leksikal, semua berian yang
memiliki
perbedaan fonologis dan leksikaldi-petakan dalam dua peta peraga yang berbeda (Laksono dan Savitri, 2009:94). Data-data yang
memiliki perbedaan fonologi dipetakan dalam
peta peraga fonologi. Data-data yang
memiliki
perbedaan leksikal dipetakan dalam peta pera-ga leksikal. Ayatrohaedi
(197 9 :52) merryatakanbahwa pembuatan peta peraga
meliputi
tiga system,yaitu
(i)
sistem langsung,(ii)
sistem lambang, (iii) sistem petak.Dalam memahami persebaran bahasa ada
beberapa
teori yang
digunakan, diantaranya teori gelombang dan teori pohon. Teori gelom-bang digambarkan dengan benda yang jatuhdi
tengah kolam. Tepat padatitik
jatuh bendariak gelombang paling besar. Semakin jauh dari
titik
jatuh bendariak
gelombang semakin ke-cil. Padatitik
terjauh, gelombang tidak tampak.Pada persebaran bahasa dengan
teori
gelom-bang, bahasa yanglokasi
geografisnya dekat dengan pemerintahan atau pusat budayame-miliki
variasi bahasa yang dekat dengan ba-hasa yang berlakudi
pusat pemerintahan.Se-makin jauh dari
pusat pemerintahan, variasisemakin memperlihatkan banyak perbedaan,
baik
dalamhal
kosakata maupun pelafalan.Pemahaman kedua berdasarkan
teori
pohon.Berdasarkan teori pohory sebuah bahasa
induk
berkembang menjadi beberapa variasi bahasa
karena
perbedaanlokasi
penutur.
Masing-masing variasi bahasa itu berkembang menjadi
variasi bahasa yang lain karena lokasi geografis penutumya yang semakin jauh. Setiap variasi
itu
juga berkembang menjadi beberapa variasibahasa
baru
lagi karena perbedaan geografis;demikian seterusnya.
Pada kajian
ini,
teori yang digunakanun-tuk
memetakan persebaran bahasa Melayudi
Pesisir Kabupaten Pontianak ialah teori
gelom-b*g.Untuk
memetakan variasi leksikon yangterjadi
di
lapangan digunakanteori
dialek-tometri. Guiter (dalam Mahsun, 1995:118 dan Mahsun 2010:48-50) menyatakan rurnus
dialek-tometri
itu
sebagai berikut.Sxl}}o/o
-.tot
-
-
u/u n: jumlah beda leksikon antartitik
pengamatan
: jumlah peta leksikon yang
diper-bandingkan
: jarak linguistik dalam persentase
81% ke
atas
: dianggap perbedaan bahasa51% -
80%
: dianggap perbedaan dialek 31% -50o/"
: dianggap perbedaan subdialek 21% -30%
: dianggap perbedaan wicara3.
Metode PenelitianDalam tulisan
ini
adatiga
tahapan kerjayang dilakukan secara berurutan. Ketiga
tahap-an
itu, yaitu
tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Berikut detail uraian masing-masing.Pertama, tahap pemgumpulan data. Ta-hap pengumpulan data menggunakan metode
percakapan.
Teknik
yang
digunakan
ialahteknik pancing dengan menunjukkan gambar,
menunjuk benda, atau menunjuk aktivitas.
[n-forman
yang digunakan dalam
penjaringandata dengan metode percakapan ialah maha-siswa yang berasal
{iri
kabupaten Mempawah,yaitu daerah
yang
dipetakan.Kedua
tahap analisis data. Data yangsu-dah terkumpul
selanjutu:ryadiklasifikasi
ber-dasarkan permasalahannya. Pertama,
kelom-pok
datauntuk
variasi leksikon.Kedua
ke-lompok data untuk pemetaan leksikon. Ketiga,kelompok data untuk leksikon proto. Keempat
kelompok data untuk inovasi leksikon. Kelima, kelompok data untuk bahasa pinjaman.
Ada
tiga
metode
yang digunakan
un-tuk
analisis data. Pertama, metode komparatifsinkronis. Metode
ini
digunakanuntuk
menS-analisis beda leksikon dan
untuk
memetakanvariasi leksikon antartitik pengamatan. Kedua, metode dialektometri. Metode
ini
digunakanuntuk menentukan variasi bahasa dan jarak Ii-nguistik antartitik pengamatan. Ketiga, metode
komparatif
diakronis. Metodeini
digunakanuntuk menganalisis bahasa proto yang
ditemu-kan di lapangan, inovasi leksikon yang ditemu-kan
di
lapangan, dan bahasa-bahasa pinjamanyang ditemukan di lapangan.
Instrumen yang digunakan pada saat pe-ngumpulan data ialah metode percakapan. In-strumen berupa kata-kata Swades. Kata Swades adalah kata-kata dasar yang secara
umum
di-gunakan oleh setiap kelompok masyarakat tu-fur atau kata-kata dasar yang secara urhum dan
luas digunakan oleh hampir semua masyarakat bahasa. Kata-kata Swades,
di
antaranya berisinama-nama bagian tubuh manusia, tumbuhan, binatang, kata bilangan, aksesoris
wanita
isti-lah kekerabatan, pronomina, ukuran, sifat'n
d%
2}%kebawah: dianggap tidak ada perbedaan
4.
Hasil dan Pembahasan4.L Variasi Leksikal
Analisis data pada dialektologi
adalah analisis variasi leksikaldi
masing-masingtitik
pengamatan.Variasi leksikal
adalah sebuahkonsep makna yang sama, tetapi
diwakili
de-nganbentuk yang berbeda. Data yang dipetakan untuk analisis dialektal sebanyak 30 kata. Data
ini
diambil dari data yang terkumpul. Datake-seluruhan berjumlah 200 kata Swades. Dalam analisis dialektal data yang berupa variasi
fo-nologi dikelompokkan sebagai kata yang sama. Data yang berbeda secara
morfologi
atause-cara leksikal dikelompokkan sebagai leksikon
yang berbeda
(Nadra
1997:24)Pemetaan
ke
30 data
digunakanuntuk
mengetahui keadaan
variasi
bahasa Melayudi
Kabupaten Pontianak.Hasil
pemetaanse-lanjutrya dihitung
berdasarkan beda leksikaldi
setiaptitik
pengamatan. Penghitunganber-dasarkan beda pada antartitik pengamatan
di-maksudkan untuk mengetahui jaraklinguistik
dalam persentase antartitik pengamatan.
Tabel1. Tabel Variasi Leksikal
No. Data Konsep Variasi Leksikal
Titik
Peneamatan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
t6
77 18 s32 361 367 368 399 400 396 425a8
431 M9 469 470 478 562 563 507 49-t pePayadaun ubi kayu
pohon ranting pohon randu jengkol rotan angin topan
bukit
pasir kabutpintu
jendela teras di sini di sana karat parut batek katesdaonubi
pokok rantr4 ranta4 anak dahan cabar3 pokok kapok pokok kapuk je4koljr.ro
rotan arlinribut
agenribut
bukit
buket bukat paser pasir kabot kabutpintu
jandela jandela tirlkap teras taras pelantar di sine di sini di sana karat parot parut 'J.,2,3 4L,2,3,4
1,2,3,4
't 4 2 3 1,2 3,4 1 2,3, 41,2,3,4
3,4 L,2 3,4 1 2 L 2,3, 4 1,2 3,4 'L,2,3, 4 12,3,4
3,4 1,4 2 3 12,3,
41,2,3,4
1,2,3,4
1,2No. Data Konsep Variasi Leksikal
Titik
PenEamatan 19 20 21. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 506 516 517 520 737 574 551 565 567 570 571, 572 dayung golok keranjang oborbambu gurih sembuh letih di sampingini
itu
begitu begini dayog duyur: para4 karanja4 keranja4 obor gurih flaman samboh sembuh baak baek lateh letahlotih
leteh di sampiqini
itu
begitugitu
bagitu ginegini
begini beeini 3,4 1,2 3,4 '1.,2,3, 4 1,,2,3 4 1,2,3, 4 '1,2,4
J 1 4 2 J 1. 2 J 4 'L,2,3, 4 1.,2,3, 4 1.,2,3, 4 4 J 1,2 1 5 44.2 Pengelompokan
Titik
Pengamatan Ber-dasarkan PenghitunganDialektometri
Kata-kata
yang
sudah dipetakan, selan-juhrya dihitung perbedaan leksikonnya. Peng-hitungan didasarkan pada perbedaanantarti-tik
pengamatan.Ada
empattitik
pengamatanyang dihitung beda leksikonnya
yaitu titik
pengamatan
I
-
2,'1.-
3,
2-
3, 2-
4, dan 3-
4.Data yang dipetakan berupa 30 leksikon.
Tabel 2
Perbedaan Leksikon Segi Tiga Antardesa
Garis
Antartitik
Pengamatan Beda LeksikonAntartitik
Pengamatan --- 2 1, --2 2 3 3 4 4 4 7 6 5 6Penghitungan
beda
leksikon
antartitikpengamatan dimaksudkan
untuk
mengetahuijarak
linguistik dalam
persentase.Penghi-tungan
bedaleksikon antartitik
pengamatandibantu
dengan segitiga
antardesadan
segibanyak. Segi tiga antardesa adalah garis isog-los yang menghubungkan masing-masing
titik
pengamatan, tetapi
tidak
boleh saling berpo-tongan. Segi banyak adalah garis isoglos yang membatasi daerah masing-masingtitik
penga-matan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam segi tiga antardesa dan segi
bany&
ya-itu
(1)titik
pengamatan yang diperbandingkan ialahtitik
pengamatan yang dapat melakukankomunikasi langsung;
(2)
titik
pengamatan yang dapat melakukan komunikasi langsungdihubungkan dengan garis isoglos;
(3)
garis isoglos yang menghubungkan antartitik penga-matan tidak boleh saling berpotongan.Penghitungan
jarak
linguistik
dalampersentase menggunakEln rumus berikut.
SX1007o
:do/o nS : jumlah beda leksikon antartitik pengamatan
n
: jumlah peta leksikon yang diperbandingkand%
: jarak linguistik dalam persentaseDari penghitungan jarak
linguistik
dalampersentase diperoleh hasil seperti berikut. Tabel 3.
]arak
Linguistik
Dalam PersentaseBerdasarkan penghitungan beda leksikon dengan menggunakan segitiga antardesa,
di-peroleh jarak
linguistik
antartitik pengamatan.Iarak tertinggi
terjadi padatitik
pengamatan1
-
3:
23,3"/". Jaraklinguistik
antartitikpenga-matan terendah terdapat pada
titik
pengamat-an
L-
2=13,3"/o---_13_,3%
Peta L.
Persentase Unsur-Unsur Kebahasaan
Antartitik
Pengamatan Dengan Segitiga AntardesaPeta 2.
Persentase Unsrlr-Unsur Kebahasaan
Antartitik
Pengamhtan dengan Segi Banyaktidak ada perbedaan karena di bawah
20%
Perbedaan wicara
4.3 Leksikon Proto atau
Relik
Leksikon
relik
atau proto adalah leksikonatau kata-kata tua yang masih ada. Pada bahasa
Melayu di Kabupaten Pontianak masih ditemu-kan adanya leksikon proto yang digunakan
di
dalam masyarakat. Berikutini
daftar leksikon proto yang dimaksud.PM*
pipi'pipi'ditemukan
dititik
pengamatan 'J.,2,3, 4PM* batu
'baht'ditemukan
dititik
pengamat-an
'1,,2,3,4.PM*
cincin'cincin' ditemukan di titik
penga-matan
1,2,3,
4.PM"
galarl 'gelang' ditemukandi titik
penga-matan 1.,2, 3,4.
PM* framuk'nyamuk' ditemukan di
titik
penga-matan
1, 3,4.PM*
mulut'muluf
ditemukanditik
pertgamat-arr'L,2,3,
4.
,.;4.4 Inovasi Leksikon
Inovasi
leksikon
adalah perubahan darileksikon proto merrjadi leksikon yang
diguna-kan
sekarang. Pada bahasaMelayr
di
Kabu-paten
Pontianakditemukan inovasi
bidangfonologi.
Berikut
data yang menggambarkan inovasi fonologi. GarisAntartitik
Pengamatan Beda LeksikonAntartitik
Pengamatan 1 1 2 2 3 2 3 3 4 4 13,3"/" 23,3"/" 20% 16,6"/" 20"/oPM*
flamuk'nyamuk'
menjadi /flamok/--[framc?].Inovasi
terjadi
dengan
berubahnyafonem
*/u/
menjadi fonem/o/
pada si-labe kedua. Inovasi ditemukandi
titik
pengamatan 2.
PM*
b(bae)4karuq
'kadal'
menjadi I
ba4karog/ -- [barykaRc4]
Inovasi terjadi dengan berubahnya fonem "/ael menjadi fonem
lal
pada silabeper-tama;
berubahnyafonem
/u/
menjadi fonemlol
pada silabe ketiga; fonem/r/
-
[r]
dilafatkan[R]
pada silabe ketiga. Inovasi ditemukandi titik
pengamatan 2.Di titik
pengamatanl,
3,4
berubah menjadi /teqkarog/-
[tegkaRca]. Fonem "/b/ berubah menjadi fonemltl
pada si-labe pertama, fonemlrl
*
Irl
dilaJalkan[R] pada silabe ketiga.
PM" igug
'hidung'menjadi liduql*
[iduA].hrovasi terjadi pada fonem
"lgl
pada si-labe kedua yang berubah menjadi fonemldl
dititik
pengamatan 1,2,3,
4.4.5 Bahasa Pinjaman
Bahasa Melayu yang digunakan
di
Kabu-paten Pontianak juga terpengaruh oleh bahasalain. Masuknya leksikon bahasa lain ke bahasa
Melayu
di
Kabupaten Pontianak disebabkanoleh
heterogenitaspenduduk
di
Kabupaten Pontianak. Bahasa pinjaman yangmudah
di-temukan ialah bahasa Dayak. Hal
itu
disebab-kan oleh intensnya komunikasi antara penutur bahasa Dayak dan Melayu. Berikut beberapa
data bahasa pinjaman yang ditemukan
di
Ka-bupaten
Pontianak, khususnyadi
titik-titik
pengamatan.
Bahasa Dayak lkuqkog/
-
[kuqkcq]'kalung'digunakan di
titik
pengamatan'I.., 2, 3, 4. B ahasa Dayak/jontot/
-
[jcntct]
'bab{
digunakandi
titik
pengamatan2. Bahasalawa
lrayap/-
[Ra-yapf 'rayap'digunakan di
titik
pengamatan 4.5.
SimpulanSeperti bahasa mana pun, bahasa Melayu
di
Kabupaten Pontianak, khususnyadi
empattitik
pengamatan,juga
memperlihatkan ge-jala inovasi dan retensi.Dari
30 data yangdi-petakan, jarak
linguistik
dalam persentase te-rendah terjadi dititik
pengamatan '1,-2,yalht
13,3"/". Jarak tertinggi terjadi di
titik
pengamat-an 1
-
3,yaitu
23,3o/o. Jaraklinguistik
bahasaMelayr di
Kabupaten Pontianak dikelompok-kan sebagai tidak ada perbedaanjikabemilai di
bawah 20%. Sebaliknya jika perbedaan
di
atas21"/", dianggap sebagai perbedaan wicara.
Ber-dasarkan
itu, jarak linguistik
yang tergolong perbedaan wicara terjadidi titik
pengamatan1-3.
Bahasa
Melayu
di
empat kecamatanse-bagai
titik
pengamatanjuga
memperlihatkan adanyaleksikon prbto
ataurelik.
Meskipundemikian,
adanyalnovasi fonologi
juga
di-temukandi
empattitik
pengamatan tersebut. Selain memperlihatkan gejala inovasi maupunretensi, bahasa Melayu
di
empattitik
penga-matan juga memperlihatkan adanya kata-kata
pinjaman. Kata pinjaman yang masuk dalam bahasa
Melayu
di
Kabupaten Pontianak ter-utarrra berasal dari bahasa Dayak Kanayan dan]awa.
Sehubtingan
dengan
diperolehnyasim-pulan
tersebut,diperlukan
adanya penelitiangeografi
dialek
di
Kalimantan Barat yangle-bih
mendalam lagi. Penelitian bahasa Melayudi
Kalimantan Barat yang dilakukan olehBa-lai
Bahasa Pontianak dapat dikatakan belum maksimal. Penelitian pada tahun 2008 dan 2009yang dikenakan pada bahasa Melayu
di
Kali-mantan Barat belum berakhir dengan pemeta-an. Hasih:rya baru berupa 88
titik
pengamatanyangbelum dihubungkan dengan garis isoglos.
Daftar Pustaka
Ayatrohaedi.
1979. Dialektologi: Sebuah Pe' ngantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pe' ngembangan Bahasa.Adelaar,
K.A.
1992. Proto Malayic Reconstruc' tion of lts Phonologycal Parts of lts Lex.icon andMorphology. Pacffic Linguistics Series C-L19. 1994."Where Does Malay Came From?" Bijdragen to de Tall, Land en Volkenkunde
\60-1,, pp 1-30.
Asfar, Dedy
Ari.
2008. Penelitian Kekerabatan daan Pemetaan Bahasa-bahasa Daerahdi
Kalimantan Barat. Pontiaurak: Balai BahasaProvinsi Kalimantan Barat.
2009. Penelitian Kekerabatan
danPemetaan Bahasa-bahasa
Daerah
di
Ka-limantan Barat.
Pontianak:Balai
BahasaProvinsi Kalimantan Barat.
Blust, R.A. 2006" "Whence the Malays:
In
Col-lins andAwang2006, pp64-88. Chamber, J.Kand
Trudgi[
Peter. 1980. Dialectology.,Cam-bridge: University Press.
Collin, ]ames T.1995. "Dialek Meiayu di Pulau Kalimantan dan Bahasa Bacan: Misan atau
Mindoan. Dalam PELBA
8,
Penyunting soenjono Dardjowidjojo. ]akarta: Lembaga Bahasa UnikaAtmajaya.Crowley, Terry. 1997. An lntroduction to
Historit-ical Linguisfics.
Third
Edition: Oxford Uni-versity Press.Geertz, CC. 1972. Central laaanese Dialecs.
Pa-cffic Linguistics C-76.
Hudaya. 1995. Morfofonemik Bahasa Ivlelayu Dialek Sambas. Pontianak: FKIP
Universi-tas Tanjungpura.
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan
Histo-ris. J akarta: Gramedia.
Kridalaksana,
Harimurti.
1983. Kamus Linguis-tik. I akarta: Gramedia.Laksono,
Kisyani. (2004). Bahasa lawa di lawa Timur Bagian Utara dan Blambangan:KajianDialektologls.
]akarta: Pusat
Bahasa, De-partemen Pendidikan NasionalLaksono, Kisyani dan Savitri, Agusniar Dian.
2009 . Dialektolo gi. Surabaya: Penerbit Unesa
University Press.
Laudel,
Allan F
dan Laudeq,Multamia
RMT. 2009. "Berbagai KajianLinguistik".
BahanAjar
mata
Kuliah
PengantarLinguistik
Umum. ]akarta: FIB Universitas Indonesia.Mahsun.
1995. Dialektologi Diakronis: SebuahPengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada
Uni-versity Press.2010. Genolonguistik. Yogyakarta: Pusta-ka Pelajar.
Meillet,
Antoine.
1970. The ComparatiaeMe-thod in Historitical Linguistics. Paris: Libraire
Honore Champion
Nothofer,
B.
1981. Dialectals Von Central Jaaa. Otto Harrasawitz Weisb aden.1995.
"Dialek Melayu
di
Kalimantandan di Bangka: Misan atau Mindoan. Dalam
PELBA 8, Penyunting Soenjono Dardjowid-jojo. ]akarta: Lembaga Bahasa Unika
Akna-jaya.
Nadra. 1997. Geografi Dialek Bahasa
Minang-kabau. Disertasi Doktor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publishing. Patriantoro. 2000. Dialektologi Bahasa Dayak
di
Segi Tiga Sungai Pinyuh, SungaiAmba-wan& dan
Sungai Raya. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura.2000. Dialektologi Bahasa
Melayu di
Pesisir Kabupaten Sambas. Pontianak: FKIP Universitas Tienjungpura.
Petyt,
KM.
1980. The Study of Dialect:An
ln-troduction To Dialectology. London: Andre Deutch.'Resticka GitaAnggria.20l'J". Bahasa Kubu dan Lubu: Sebuah Kajian Dialektologi. Thesis 52
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Subroto,
D.
Edi. 1"985. Transposisi dariAdjek-tiva
Menjadi Verba dan Sebaliknya dalamBahasa Jawa. Disertasi pada
Ilmu-ilmu
Sas-tra. Jakarta: Universitas Indonesia.
2011,. Pengantar Studi semantik dan Prag-matik. Surakarta: Cakrawala Media.
Tadmo4, Ulr..2007. "Kontroversi Asal-usu1 Ba-hasa Melayu lndonesia. Dalam PELBA 18,
Penyunting Yassir Nasanius. |akarta: Uni-versitas
Katholik
Atrnajaya.Wum, S.A., and Wilson, 8.1978.
EnglishFinder-lish of
Rconstructionln
AustronesianLan-guage. Canbera: Pacific Linguistic Series C-.
Wurm, S.A. dan Hattory. 1983. Langua'i5e Atlas
of Pacific Area.
Zuleha,