• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mutia Felina*, Rahmi Kurnia Gustin *, Novia Delita**

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mutia Felina*, Rahmi Kurnia Gustin *, Novia Delita**"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

24

GAMBARAN PELAKSANAAN UKS (USAHA KESEHATAN SEKOLAH) DALAM

PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SISWA

MTsN 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2015

Mutia Felina*, Rahmi Kurnia Gustin*, Feni Nurfatimah**

ABSTRAK

Masalah kesehatan yang dihadapi oleh remaja sangat kompleks dan bervariasi, yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diinginkan, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi permasalahan tersebut. Dari hasil observasi yang dilakukan maka ditemukan kegiatan UKS belum berjalan secara maksimal di beberapa sekolah, salah satunya MTsN 1 Bonjol. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana pelaksanaan UKS dalam pemberian informasi kesehatan reproduksi terhadap siswa MTsN 1 Bonjol Kabupaten Pasaman tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga yang berhubungan dalam pelaksanaan UKS di MTsN 1 Bonjol dan sampel yang digunakan adalah tiga responden yaitu Kepala Sekolah, Pembina UKS, dan Kordinator Penanggung jawab UKS. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-bulan Oktober 2015.

Dari hasil penelitian gambaran pelaksanaan UKS di MTsN 1 Bonjol dikatakan kurang baik pelaksanaanya. Kurangnya pelaksanaaan UKS dikarenakan kurangnya pelatihan yang diberikan oleh dinas kesehatan kepada pengurus UKS disetiap Sekolah dalam pelaksanaan UKS yang baik.

Oleh karena itu diharapkan kepada pengelola program UKS dapat meningkatkan kegiatan UKS dan memberikan informasi yang baru, kreatif, dan inovatif guna meningkatkan program UKS di Sekolah.

Kata Kunci : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pelaksanaan UKS

DESCRIPTION OF IMPLEMENTATION THE SCHOOL HEALTH PROGRAM IN

GIVING INFORMATION OF HEALTH REPRODUCTION FOR STUDENT AT

MTsN 1 BONJOL PASAMAN DISTRICT 2015

Mutia Felina*, Rahmi Kurnia Gustin

*

, Novia Delita**

ABSTRACT

Problem of health faced by adolescent very complex and vary, faced usually relate to behavior of risked like abuse of NAPZA (Narcotic, Psikotropika and Adiktif other), pregnancy which do not be wanted, catching infection sexual is including HIV / aids. Program Health of School (UKS) represent wrongly effort by government to face the problems. From result observasi hence found activity of UKS not yet walked maximally in some school, one of them MTSN 1 Bonjol. To purpose of this research that is to see how execution of UKS in giving information health of reproduction to student of MTSN 1 Bonjol Sub-Province Pasaman year 2015.

This research use descriptive approach. Population in this research all coresponding energy in execution of UKS MTsN 1 Bonjol and of sampel the used are three responder that is Headmaster, Builder of UKS, and Kordinator Underwriter UKS. This Research in Juli - October 2015.

From result of research picture execution UKS in MTsN 1 Bonjol told are unfavourable. Lack of execution UKS because of lack training given by on duty health to official member UKS each, Every school in execution of good UKS.

Therefore expected to organizer of program UKS can improve activity UKS and giving information, creative, and innovative utilize to improve program UKS in school.

Keywords: The School Health Program, Implementation The School Health Program

* Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi * * Mahasiswa STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

(2)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

25

PENDAHULUAN

Remaja dipandang sebagai orang yang masuk dalam kategori usia 14–24 tahun. Beberapa orang menyebut kelompok demografi itu sebagai Baby Echo, keturunan dari mereka yang ada dalam generasi Baby Boom. Individu kelompok dalam usia ini dipandang sangat penting dalam masyarakat karena mereka semua mewakili masa depan Negara ini. Perkembangan remaja sering kali disebut dengan remaja umum atau pubertas yang mana pada saat pubertas ini terjadi perubahan atau peralihan kehidupan dari masa anak–anak ke masa dewasa. Masa tersebut merupakan waktu saat anak– anak secara psikolgis bergerak dari area keamanan emosional dan kenyamanan yang relatif ke tempat dan situasi yang jauh lebih kompleks dan jauh lebih menantang. Selain perubahan psikologis populasi remaja itu juga mengalami perubahan hormonal, pematangan fisik, dan sering terlibat dalam perilaku yang berisiko (Imron, 2012). Berbagai permasalahan yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka, baik dimensi biologis, kognitif, moral dan psikologis serta pengaruh dari lingkungan sekitar. Saat ini hal yang menonjol pada remaja adalah dari sudut pandang kesehatan (Howard, et al., 2010; Stern, 2007; Fine, 2007).

WHO (2012) menyebutkan semakin berkembangnya permasalahan kesehatan reproduksi remaja, yang menyangkut seks bebas, penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan tidak diinginkan, aborsi, dan pernikahan usia muda. Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Secara garis besar, masalah kesehatan remaja dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu masalah kesehatan fisik dan perilaku. Beberapa kesehatan fisik yang menjadi permasalahan pada remaja antara lain mulai munculnya jerawat, gangguan pada mata, pendengaran, dan masalah gizi (Jackson, 2009; Im, 2007).

Perilaku remaja yang berujung pada permasalahan remaja yang disebabkan oleh karakteristik remaja itu sendiri, seperti ketidakstabilan emosi, kecanggungan dalam pergaulan, sikap menentang orang tua, pertentangan dalam diri, senang bereksperimen, bereksplorasi, dan kecenderungan membentuk kelompok dan kegiatan berkelompok (Weng, 2007; Moreno, 2008, Hagstrome, 2008). Adapun perilaku tersebut dapat berakibat negative, Sebanyak 75% kematian pada remaja terjadi akibat faktor perilaku.Beberapa penyakit yang timbul karena faktor perilaku remaja antara lain kecelakaan, kehamilan remaja, penyakit menular seksual, gangguan makan dan penyalahgunaan obat dan alkohol (Soetjiningsih, 2004). Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut juga berasal dari sumber yang terpercaya pula sehingga dapat berguna bagi remaja itu sendiri dan bukannya menyesatkan. Perlu diberikan di sekolah dan di keluarga agar remaja mendapatkan informasi yang benar.

Kesehatan reproduksi remaja hendaknya juga dianjurkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Apalagi bagi remaja di kota-kota besar, yang berbagai informasi dapat masuk dengan mudahnya, terutama di era globalisasi seperti sekarang ini (Imron, 2012).

Dalam penelitian tidak sedikit remaja yang mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari internet karena internet merupakan media yang menyediakan informasi secara bebas tanpa batas walaupun informasi ada yang positif dan negatif. Banyak situs-situs yang mengungkap secara fulgar (bebas) kehidupan seks atau gambar-gambar yang belum sesuai untuk remaja yang dapat memberikan dampak kurang baik bagi mereka karena pada saat usia remaja terjadi perubahan psikologis yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual. Pada masa remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi (Imron, 2012).

Kuatnya pengaruh teman sebaya terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya. Berbagai intervensi telah dilakukan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat (LSM) di antaranya, program kelompok siswa peduli AIDS dan narkoba, Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi remaja (PKBR), Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan reproduksi remaja melalui program usaha kesehatan sekolah (UKS) (Kusmiran, 2011).

Meskipun banyak program telah dilakukan namun permasalahan remaja masih sangat memprihatinkan. Hal ini didukung dengan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), remaja mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%) (BKKBN, 2011). Berdasarkan Kemenkes RI (2010b), jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Desember 2010 mencapai 24.131 kasus, dimana 45,48% adalah kelompok remaja. Jumlah penyalahgunaan napza diketahui 1,5% dari penduduk Indonesia, dimana 78% diantaranya usia 20-24 tahun, 800 ribu pelajar dan mahasiswa menggunakan jarum suntik dan 60% pengguna jarum suntik sudah terjangkit HIV dan AIDS (BNN, 2008).

Salah satu penyebab munculnya masalah kesehatan reproduksi di kalangan remaja adalah kurangnya pengetahuan yang terkait dengan strategi

(3)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

26

pembelajaran yang digunakan dalam memberikan

pemahaman kepada remaja. Pola ceramah langsung dinilai kurang tepat, karena hal ini cenderung menyebabkan remaja pasif sebagai pendengar sehingga ilmu yang tertinggal juga relatif sedikit (Franklin et al. 2001; Wigh et al, 2002, Wood, 2003; Pangkahila, 2005).

Untuk mencegah kejadian-kejadian di atas perlu adanya suatu cara penyampaian informasi tentang bahaya-bahaya dari sebuah dampak pergaulan bebas. Untuk mendapatkan informasi tersebut peran sekolah dan keluarga sangatlah penting dibutuhkan untuk pemberian informasi. Dari sekolah misal bisa melalui peran BK (Bimbingan Konseling) atau melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) (Departemen Agama RI, 2005)

Pada setiap sekolah sekarang wajib memiliki UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Pemerintah daerah wajib menyiapkan anggaran untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam standar pelayanan minimal secara nasional. Oleh karena itu pelaksanaan program UKS harus menjadi keseriusan pemerintah daerah, hal ini sesuai UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Departemen Agama RI, 2005).

Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi- tingginya. Pengertian ini mengandung batasan bahwa usaha kesehatan sekolah adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas Puskesmas, yang ditujukan ke pada sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak yang sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggitingginya. Dari pengertian ini agar anak memiliki suatu kebiasaan yang baik yaitu terbiasa dengan kebersihan karena kebersihan adalah pangkal kesehatan. Bila anak tidak membiasakan bersih maka akan sangat mudah sekali terserang penyakit dan tidak akan dapat nyaman dalam belajar (Azwar Nasrul, 1998).

Usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan disekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan sekolah berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka, merawat kuku dan memperoleh pendidikan seks yang sehat (Effendi, 2009).

Pelaksanaan UKS di tingkat TK dan SD berbeda dengan tingkat SMP/MTsN dan SMU. Pelaksanaan UKS di SMP/MTsN dan SMU lebih difokuskan pada pencegahan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diinginkan, abortus yang

tidak aman, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, kecelakaan dan trauma lainnya. Perilaku ini rentan dilakukan remaja karena sesuai dengan ciri dan karakteristiknya yang selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin coba-coba sesuatu hal yang baru serta penanganan akibatnya (Departemen Agama RI, 2005).

Pada tahun 1956 telah dirintis kerjasama antara Departemen Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Departemen Dalam Negeri dalam bentuk proyek UKS Perkotaan di Jakarta dan UKS Pedesaan di Bekasi. Selanjutnya pada tahun 1970 dibentuk Panitia Bersama Usaha Kesehatan Sekolah, antara Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan kebudayaan yang pada tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan Bersama Menteri Kesehatan tentang pembentukan kelompok Kerja Kesehatan Sekolah (Tim Pembina UKS Prop.Sumbar).

Pada tahun 1982 ditandatangani piagam kerjasama antara Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan dan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, tentang Pembinaan Kesehatan anak dan perguruan Agama Islam (Tim Pembina UKS Prop.Sumbar).

Tahun 1984, untuk lebih memantapkan pembinaan Usaha Kesehatan sekolah secara terpadu, diterbitkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia dengan Nomor 0408a/U/1984; Nomor 319/Menkes/SKB/VI/1984; Nomor 74/Th/1984; Nomor 60 Tahun 1984 tanggal 3 september 1984, tentang Pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah dan dengan Nomor 0372a/P/1989; Nomor 390a/Menkes/SKB/VI/1989; Nomor 140a/Tahun 1989; Nomor 30 A tahun 1989 tanggal 12 juni 1989 tentang Tim Pembina UKS (Tim Pembina UKS Prop.Sumbar).

Tahun 2003, seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari Sentralisasi menjadi desentralisasi dan perkembangan dibidang pendidikan dan kesehatan maka dilakukan penyempurnaan SKB 4 Menteri tahun 1984 menjadi Nomor: 1/U/SKB; Nomor: 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor: MA/230 A/2003, Nomor: 26 Tahun 2003 tanggal 23 juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS dan Nomor: 2/P/SKB/2003; Nomor: 1068/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor: MA/230 B/2003; Nomor: 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 juli tentang Tim Pembina UKS Pusat (Tim Pembina UKS Prop.Sumbar).

Sejak tahun 2003 kegiatan UKS harus dilaksanakan di setiap sekolah baik tingkat SD, SMP/MTsN, dan SMU di seluruh daerah yang ada di Indonesia termasuk daerah Provinsi Sumatra Barat. Dinas pendidikan dan Menkes bekerjasama dengan pihak sekolah yang ada di wilayah Sumbar untuk menjadikan UKS sebagai kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh siswa-siswi. Kegiatan UKS itu dilaksanakan agar siswa-siswi dapat mengenal dan

(4)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

27

memahami tentang siklus kesehatan dalam diri kita

khususnya tingkat SMP/MTsN dan SMA yang mana kenakalan remaja banyak terjadi pada tingkat sekolah tersebut sehingga siswa-siswi haru diberikan pendidikan khusus tentang kesehatan yang mencakup tentang pendidikan seks atau kesehatan reproduksi remaja, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) (Tim Pembina UKS Prop.Sumbar).

Oleh sebab itu, untuk melaksanakan kegiatan UKS di MTsN maka diperlukan tenaga fungsional dalam pelaksanaan dan pengelolaan UKS agar program UKS dapat berjalan dengan apa yang kita harapkan. Program UKS ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif (Depkes RI, 2007). Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan) dan proses (upaya yang direncankan untuk mempengaruhi orang lain), serta ouput (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di bidang kesehatan. Hasil (Output) yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoadmodjo, 2003).

Setelah dilakukan observasi dan survei awal antara dua sekolah yang ada di kecamatan Bonjol yaitu SMP N 1 Bonjol dan MTsN 1 Bonjol. Pemegang program UKS di SMP 1 di bina oleh tenaga pendidik di bidang keolahragaan dan di MTsN 1 di bina oleh tenaga pendidik bidang FMIPA.Dari hasil Pembina UKS tidak ada permasalahan yang penting Pembina dapat mengerti dan mengajarkan UKS yang baik disekolahnya, Namun kegiatan UKS yang ada dikedua sekolah tersebut masih belum berjalan maksimal sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Dari kedua sekolah tersebut masing-masing sekolah sudah ada organisasi UKS-nya namun program kegiatan UKS tidak berjalan dengan harapan yang diinginkan sekolah hal ini terjadi karena masih kurangnya sarana dan prasarana di ruagan UKS dan tidak adanya penegasan yang kuat pada kordinator-kordinator yang tidak hadir pada piket di ruang UKS sehingga kegiatan tidak berjalan dengan maksimal. Dilain sisi terdapat perbedaan pada kedua sekolah tersebut dalam perencanaan program UKS tersebut yang mana pada tingkat SMP 1 Bonjol sekali satu (1) bulan ada penilaian khusus kebersihan kelas yang nilainya akan dijumlahkan pada akhir semester dan pelaksana UKS yang piket pada hari senin tetap rutin menjaga dan membawa teman-temanya yang sakit atau pingsan saat upacara bahkan selalu mengadakan pelatihan tentang UKS pada akhir semester yang bekerjasama dengan pihak puskesmas di wilayah kerja Bonjol, sedangkan pada sekolah MTsN semua kegiatan program UKS yang

ada hanya akan berjalan apabila terdapat perlombaan tingkat sekolah baik dalam kabupaten maupun kecamatan serta bimbingan dari pihak atau petugas Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Bonjol.

Dari pebandingan tersebut maka penelitian ini akan dilakukan di MTsN 1 Bonjol Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Masalah program UKS di MTsN 1 Bonjol dalam pencapaiannya masih belum berjalan dengan maksimal, hal ini dapat dilihat dari pencapaian PHBS di sekolah yang terdiri dari 351 siswa-siswi yaitu laki-laki terdiri dari 156, dan perempuan terdiri dari 195 dan yang hanya menerapkan PHBS di sekolah hanya 75% dari hasil target 100%. Sedangkan proses informasi kesehatan reproduksi remaja beserta dengan kader-kadernya belum berjalan dengan baik (profil MTsN 1 bonjol). Selain dari hasil pencapaian program UKS, peneliti akan melibatkan informasi kesehatan reproduksi yang mana merupakan salah satu pembagian dari pendidikan kesehatan karena pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang dapat membawa siswa dapat merubah cara hidupnya kearah yang positif jauh dari kenakalan remaja dan terhindar dari bahaya penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual).

Melihat kondisi diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pelaksanaan UKS dalam pemberian informasi kesehatan reproduksi terhadap siswa MTsN 1 Bonjol Tahun 2015.

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

Jenis dan desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada sekolah MTsN 1 Bonjol Kabupaten Pasaman Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di MTsN 1 Bonjol Kecamatan Bonjoldalam wilayah kerja Kabupaten Pasaman pada bulan Juli sampai Oktober 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga yang berhubungan dalam pelaksanaan UKS di MTsN 1 Bonjol dan sampel yang digunakan adalah tiga responden yaitu Kepala Sekolah, Pembina UKS, dan Kordinator Penanggung jawab UKS. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisa, disajikan dalam bentuk Matrik tabel yang dianalisis secara manual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini adalah pengurus pelaksanaan UKS yang datang pada hari penelitian sebanyak 3 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 9 Oktober diperoleh nilai hasil analisa Univariat adalah sebagai berikut :

(5)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

28

Tabel 1. Karakteristik Responden Wawancara dan

Observasi No Responden Uraian 1 P1 Jabatan Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Pendidikan Kepala Sekolah Laki-laki 50 Tahun 2011 sampai sekarang Master Pendidikan 2 P1 Jabatan Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Pendidikan

Guru FMIPA dan Pembina UKS Perempuan 27 Tahun 2010 sampai sekarang Master Pendidikan 3 P1 Jabatan Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Pendidikan

Guru BK dan Koordinator UKS Laki-laki 44 Tahun 2000 sampai sekarang S.Ag

Input

Ketenagaan UKS

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga responden maka disimpulkan bahwasanya tenaga UKS di MTsN sudah ada sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari dua orang tenaga Pembina UKS yang sama-sama berbasic FMIPA dan dua orang tenaga penanggung jawab UKS.

Dana

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga responden maka disimpulkan bahwasanya dana untuk UKS diperoleh dari dana BOS (Bantuan Operasional Siswa) dan iuran wajib siswa 2.000 per bulan. Dana tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan UKS seperti obat-obatan dan alat-alat atau bahan yang dibutuhkan.

Sarana dan Prasarana

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada tiga responden maka disimpulkan bahwasanya sarana dan prasarana UKS yang ada di MTsN masih kurang memadai hal ini dikarenakan ruangan UKS yang tdak efektif sehingga tidak dapat memfasilitasi alat-alat penunjang lainya seperti tempat tidur yang seharusnya minimal ada 2 tempat tidur sementara yang tersedia hanya 1 tempat tidur, serta obat-obatan masih belum lengkap. Oleh karena itu UKS yang ada di MTsN belum bias dikatakan sebagai UKS yang ideal. Dalam pengelolaan media atau alat-alat yang ada di ruangan UKS menjadi tanggung jawab semua tenaga UKS yang ada di Sekolah.

Proses

Perencanaan

Dari hasil wawancara dengan tiga responden maka dapat disimpulkan bahwasanya telah direncanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan program UKS dapat berjalan dengan baik yaitu akan dilakukanya kegiatan lomba kelas sehat pada akhir semester dan meningkatkan kembali kinerja program KKR (Kader Kesehatan Remaja).

Pelaksanaan

Dari hasil wawancara dengan tiga responden maka dapat disimpulkan bahwasanya semua tenaga UKS bertanggung jawab pada pelaksanaan UKS yang ada di Sekolah termasuk murid-murid yang telah terpilih sebagai pengurus UKS. Namun dalam pelaksanaan UKS ini masih terhambat pelaksanaanya dikarenakan program tidak berjalan dengan rutin melainkan pelaksanaan UKS dilakukan pada saat akhir semester seperti penyuluhan dari dinas kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi remaja dan informasi-informasi kesehatan lainya, Lomba kelas sehat. Semestinya tenaga UKS secara rutin harus memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pelaksanaan UKS di Sekolah sehingga UKS yang ada di MTsN dapat berjalan dengan baik.

Evaluasi

Dari hasil wawancara dengan tiga responden maka dapat disimpulkan bahwasanya UKS yang ada di MTsN ini belum bisa dikatakan UKS yang ideal karena masih banyak kekurangan-kekurangan yang dimiliki baik dari segi input sampai pada proses sehingga pelaksanaan yang ada tidak dapat terkodinir dengan baik. Maka dari itu dianjurkan agar program UKS yang ad di MTsN ini malakukan perbaikan-perbaikan baik dari segi input (Tenaga, dana, sarana prasarana), dan proses (Pelaksanaan, perencanaan) yang lama agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan UKS yang diinginkan.

Output

Dari hasil wawancara dengan tiga responden maka dapat disimpulkan bahwasanya keberhasilan UKS ini sesuai dengan tujuan UKS yang ada di MTsN tersebut yang mana siswa dapat mengetahui betapa pentingnya kesehatan dalam diri kita. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang mengetahui dan menerapkan ilmu-ilmu tentang kesehatan dalam kehidupan sehari-harinya seperti PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan personal hygiene.

Pelaksanaan UKS Input

Dari hasil penelitian gambaran pelaksanaan UKS yaitu dari 3 responden, Maka pada pelaksanaan berdasarkan input diantaranya memiliki pelaksanaan input yang cukup baik. Dari hasil pengamatan Observasi yang dilakukan maka ditemukan Struktur dan daftar ketenagaan yang lengkap tetapi daftar alat-alat yang ada

(6)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

29

di UKS beserta kegunaanya tidak ada terlihat begitu

juga dengan dana.

Pelaksanaan adalah aktifitas atau usaha – usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya mulai dan bagaimana cara yang harus dilakukan ( Usman, 2002 ). Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam bentuk lokakarya/musyawarah pada organisasi atau kelompok, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun ( Usman, 2002 ). Dalam pelaksanaan input terdiri dari tenaga, dana dan sarana prasarana. Tenaga adalah seluruh staff dan pimpinan sekolah yang terlibat langsung terhadap pelaksanaan program UKS di Sekolah, Dana adalah biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program UKS, dan Sarana Prasarana adalah alat yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan-pelaksanaan program UKS di Sekolah baik audio, visual audio (radio, laptop, proyektor/infokus, layar, pemutaran film, dan lain-lain) (Azwar, 2006).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jonias J. dalam penelitian tentang gambaran pelaksanaan program UKS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Kota Mutiara Indah Cenderawasih Lestari tahun 2012 menunjukan bahwa dari 55 responden yang merupakan petugas penanggung jawab program UKS di wilayah kerja Puskesmas Dobo setelah diwawancara perihal pelaksanaan UKS dan pengelolaan UKS secara keseluruhan hasilnya masuk dalam kategori kurang baik hal ini dikarenakan 50 responden memberi jawaban yang masuk dalam kategori kurang baik 5 responden memberi jawaban yang masuk dalam kategori baik.

Menurut asumsi penulis, masih cukupnya pelaksanaan UKS dalam kategori input pada responden tentang gambaran pelaksanaan dikarenakan kurangnya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh dinas kesehatan kepada pengurus UKS disetiap sekolah dalam pelaksanaan UKS yang baik dan dapat diterapkan kepada siswa – siswi ataupun semua anggota sekolah baik siswa maupun guru pendidiknya. Selain dari pelatihan juga dapat dikarenakan kurangnya sumber informasi berupa media cetak, media elektronik, media sosial, serta dari petugas kordinator UKS tentang -pelaksanaan UKS yang baik yang dapat memberikan informasi yang jelas. Dari 1 responden yang memiliki pelaksanaan input kurang baik tentang gambaran pelaksanaan UKS hal itu dikarenakan responden tidak mendapatkan pelatihan tentang UKS.

Pelaksanaan UKS Process

Dari hasil penelitian gambaran pelaksanaan UKS yaitu dari 3 responden, Maka pada pelaksanaan berdasarkan proses diantaranya memiliki pelaksanaan proses yang cukup baik. Dari hasil pengamatan

observasi tidak ditemukanya Gant Chart kegiatan dan laporan kegiatan program tidak dibuat secara lengkap, tetapi pada dokumentasi pelaksanaan kegiatan ditemukan ada hasil, pelaksanaan dan waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan.

Dalam pelaksanaan proses terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan adalah pemilihan atau sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang (Franco, 2008). Pelaksanaan adalah aktifitas atau usaha – usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya mulai dan bagaimana cara yang harus dilakukan ( Usman, 2002 ). Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan melalui proses pengukuran hasil yang dicapai dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan UKS (Panduan Pengembangan UKS).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jonias J. dalam penelitian tentang gambaran pelaksanaan program UKS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Kota Mutiara Indah Cenderawasih Lestari tahun 2012 menunjukan bahwa dari 55 responden yang merupakan petugas penanggung jawab program UKS di wilayah kerja Puskesmas Dobo setelah diwawancara perihal pelaksanaan UKS dan pengelolaan UKS secara keseluruhan hasilnya masuk dalam kategori kurang baik hal ini dikarenakan 50 responden memberi jawaban yang masuk dalam kategori kurang baik 5 responden memberi jawaban yang masuk dalam kategori baik.

Menurut asumsi penulis, pelaksanaan UKS dalam kategori Proces memiliki pelaksanaan yang baik pada responden tentang gambaran pelaksanaan dikarenakan adanya kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan proses pelaksanaan UKS dapat berjalan dengan baik. Dari 1 responden yang memiliki pelaksanaan proces kurang baik tentang gambaran pelaksanaan UKS hal itu dikarenakan responden tidak mendapatkan pelatihan tentang UKS.

Pelaksanaan UKS Output

Dari hasil penelitian gambaran pelaksanaan UKS yaitu dari 3 responden, Maka semua responden pada pelaksanaan berdasarkan output diantaranya memiliki pelaksanaan output yang baik.

Pada output dilihat dari keberhasilan program UKS yang ada di Sekolah, Keberhasilan program yaitu jalanya suatu program UKS dari input sampai dengan proses sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Panduan Pengembangan UKS).

(7)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No 1 Januari 2016

30

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jonias J. dalam penelitian tentang gambaran pelaksanaan program UKS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Kota Mutiara Indah Cenderawasih Lestari tahun 2012 menunjukan bahwa dari 55 responden yang merupakan petugas penanggung jawab program UKS di wilayah kerja Puskesmas Dobo setelah diwawancara perihal pelaksanaan UKS dan pengelolaan UKS secara keseluruhan hasilnya masuk dalam kategori kurang baik hal ini dikarenakan 50 responden memberi jawaban yang masuk dalam kategori kurang baik 5 responden memberi jawaban yang masuk dalam kategori baik.

Menurut asumsi penulis, pelaksanaan UKS dalam kategori Output memiliki pelaksanaan yang baik pada responden tentang gambaran pelaksanaan dikarenakan semua kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan proses pelaksanaan UKS dari input sampai dengan proses dapat berjalan dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Dari segi input yang terdiri dari tenaga, dana, dan sarana prasarana dalam pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di MTsN 1 Bonjol pelaksanaanya masih belum maksimal seperti tenaga yang tidak berjalan dengan rutin pelaksanaannya, Sarana dan Prasarana yang tidak mencukupi sehingga menghambat jalanya pelaksanaan UKS, serta dana yang tidak cukup dan belum terorganisir sepenuhnya untuk membeli perlengkapan kebutuhan.

2. Dari segi proses yang terdiri pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di MTsN 1 Bonjol pelaksanaanya masih belum maksimal seperti pada pelaksanaan UKS yang tidak berjalan dengan rutin, perencanaan yang dibuat tidak dijalankan sesuai dengan agenda yang telah ditentukan serta evaluasi dilakukan hanya 1 kali semester sehingga proses pelaksanaan UKS tidak maksimal.

3. Dari segi output keberhasilan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di MTsN 1 Bonjol masih belum maksimal sesuai dengan tujuan dan harapan UKS di MTsN 1 Bonjol tersebut baik dari segi pelaksanaan input sampai dengan pelaksanaan proses

SARAN

Saran ditujukan kepada sekolah dan pengelola program agar lebih meningkatkan kegiatan UKS dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dan memberikan informasi yang baru, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan program UKS di Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Azri maidaliza, dkk, Pembinaan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) di SMP N 22 Padang, 2009. Badan Narkotika Nasional, (2008). Kesehatan Remaja Departemen agama RI, direktorat jenderal kelembagaan

agama islam, Jakarta, 2005.

Depkes RI, (2007). Pelaksanaan dan Pengelolaan UKS. Hayatun husnah (2008). Pengaruh penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi oleh kelompok sebaya (peer group) terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMP N 2 Kasihan Bantul, Jurnal Kesehatan Reproduksi pada remaja, Yogyakarta, 2008.

Howard, etel. (2010); stern, (2007); fine, (2007). Kesehatan Reproduksi Remaja.

Imron, Ali, (2012).Pendidikan kesehatan reproduksi remaja, Ar-ruzz media, Jakarta.

J. Kwarbola, Jonias, dkk, (2012). Gambaran Pelaksanaan Program UKS di Wilayah kerja Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Kota Mutiara Indah.

Jackson, (2007-2009). Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja.

Kusmiran Eny, (2011). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita,salemba medika.jakarta.

Lapau, Buchari.(2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

M.arif budiono,(2008). peran serta UKS dalam penyampaian informasi kesehatan reproduksi terhadap siswa SMP N X Surabaya.

Notoadmodjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta.Rineka Cipta.

Notoadmodjo.(2003). Metodologi Promosi Kesehatan dan Perilaku, Jakarta. Rineka Cipta.

Pedoman pembinaan dan pengembangan UKS, 2010. Medika; Jakarta.

Saepudin Malik; Trans info media, Jakarta; (2011) Soetjiningsih, (2004). Perilaku dan Permasalahan

Remaja.

STIKes Prima Nusantara (2014), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi Revis II).2014

WHO, (2012); Werg, (2007); Moreno,( 2008); Hagstrome,( 2008). Perilaku Remaja

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, tulisan ini berupaya mengkaji tentang peningkatan peranan budaya lokal terhadap pengaruh liberalisasi bidang pendidikan yang dilihat dari (1)

Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik FIB UI, telah beberapa kali mengundang pakar pengajaran bahasa isyarat dari berbagai negara, yakni Austria,

Aktifitas sistem pengaturan lampu lalu lintas dimulai dari petugas kantor memasukkan data master yang digunakan untuk menentukan jumlah kendaraan dan durasi lampu

Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa proses pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih terdapat kekurangan-kekurangan baik

PERKEMBANGAN JUMLAH MAHASISWA PESERTA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN MENURUT FAKULTAS DAN JENJANG PROGRAM. TRENDS IN NUMBER OF STUDENTS PARTICIPATING IN STUDENT TEACHING PROGRAM

Re-construction of retaining walls Tanah longsoran Tanah longsoran 7.50 14.50 I-a I-a LAYOUT LOKASI.. PT

penyelenggara pemerintahan desa serta kepala dusun sesuai dengan kegiatan masing-masing yang tercantum dalam DRK; c Penggunaan dana agar dilakukan secara tertib, efektif dan