• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN PSIKOLOGIS IBU DALAM MERAWAT REMAJA SKIZOFRENIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGALAMAN PSIKOLOGIS IBU DALAM MERAWAT REMAJA SKIZOFRENIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN PSIKOLOGIS IBU DALAM MERAWAT REMAJA

SKIZOFRENIA

Chatarina Suryaningsih, Rahmi Imelisa

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Keluarga dalam merawat anak dengan skizofrenia memiliki pengalaman psikologis yang berbeda. Skizofrenia hampir 75% terjadi pada umur 16 sampai 40 tahun. Pelayanan yang berpusat pada keluarga akan memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas melalui hubungan terapeutik antara perawat, anak, keluarga khusunya ibu. Salah satu peran ibu di dalam keluarga ialah merawat anak. Tujuan penelitian ini mengeksplorasi pengalaman psikologis ibu dalam merawat remaja skizofrenia pasca rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Metoda penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif untuk mengeksplorasi pengalaman psikologis ibu dalam merawat rewaja skizofrenia. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Cimahi dan Bandung. Sebanyak 7 partisipan dipilih secara purposive sampling dan data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara mendalam pada masing-masing partisipan. Analisis data dengan menggunakan analisis Colaizzi. Hasil penelitian ini menunjukkan berbagai respon psikologis ibu selama merawat anak. Respon psikologis yang ditemukan dalam penelitian ini adalah perasaan marah, sedih, khawatir, menyangkal, putus asa, menerima. Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada ibu yang merawat agar mengenal kebutuhan dasar diri sendiri sebagai orang yang merawat (caregiver) dan disarankan kepada perawat untuk menyediakan pelayanan untuk masalah psikologis yang dialami oleh ibu yang merawat anak dengan skizofrenia.

Kata Kunci : Ibu, Merawat, Pengalaman, Remaja dengan Skizofrenia, Fenomenologi

PENDAHULUAN

Pike (2013) di Selandia Baru mengatakan bahwa keluarga memainkan peranan penting dalam pemulihan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Keluarga harus memberikan kebebasan kepada anggota keluarga dengan skizofrenia dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar selama tidak membahayakan atau menyakiti orang lain, sehingga tidak nampak terlalu mengekang penderita setelah keluar dari rumah sakit jiwa.

Skizofrenia membutuhkan pengobatan seumur hidup (Gur & Johnson, 2006). Gejala skizofrenia biasanya dimulai pada usia remaja sampai pertengahan 30-an. Skizofrenia di masa anak-anak (< 12 tahun) jarang terjadi dan prevalensinya kurang dari 1/10.000. Insiden skizofrenia meningkat 0,23% pada usia antara 13 sampai 18 tahun (Androutsos, 2012).

Masalah yang akan muncul pada masa remaja dengan skizofrenia akan menunjukkan gangguan perkembangan, gangguan afektif yang ditandai dengan halusinasi pendengaran

dan delusi (Androutsos, 2012). Kondisi skizofrenia yang tidak ditangani dengan baik berisiko menyebabkan bunuh diri (Hor & Taylor, 2010 dalam Stuart, 2013).

Pada periode Agustus 2016 – Februari 2017 didapatkan data sebanyak 94 remaja (13-18 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat dengan diagnosa skizofrenia.

Zheng (2005) di China mengatakan bahwa salah satu peran perawat terhadap keluarga yang mempunyai anak dengan skizofrenia adalah memberikan edukasi. Di Indonesia belum banyak ditemukan penelitian yang menggali pengalaman ibu dalam merawat remaja dengan skizofrenia. Pengalaman psikologis selama merawat remaja dengan skizofrenia sangat mungkin bervariasi. Berbagai pengalaman ini dapat menjadi dasar bagi keluarga atau perawat untuk memahami permasalahan yang terjadi pada keluarga terutama ibu, sebagai caregiver. Peneliti merasa perlu menggunakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 238

Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533 Tlp: 0226631622 - 6631624

(2)

Pengalaman Ibu Merawat Remaja Skizofrenia Pasca Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Fenomenologi deskriptif dapat menggali kedalaman pengalaman seseorang (Speizaile & Carpenter, 2007). Fenomena merawat remaja skizofrenia tidak dapat digambarkan secara kuantitatif karena dialami secara berbeda oleh setiap individu. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 partisipan.

Penelitian dilaksanakan di wilayah Cimahi dan Bandung. Rumah sakit Jiwa Provinsi Jawa HASIL DAN BAHASAN

Analisis hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap tujuh partisipan dengan menggunakan metode analisis Colaizzi (1978) menghasilkan beberapa tema, salah satunya adalah pengalaman psikologis selama merawat anak.

Respon psikologis selama merawat anak Respon psikologis yang dialami partisipan dalam merawat remaja dengan skizofrenia hampir semua mengalami respon psikologis seperti marah, sedih, khawatir, menyangkal, putus asa, menerima. Perasaan sedih dan marah yang dirasakan partisipan karena melihat kondisi anaknya yang belum sembuh-sembuh dan perilaku anaknya yang tidak normal. Perasaan sedih dan marah dapat menggambarkan proses berduka yang dialami oleh ibu karena merasa kehilangan atas perubahan kondisi anaknya.

Perasaan khawatir berupa takut akan hal yang tidak diinginkan anaknya dan takut meninggalkan anaknya yang harus dirawat inap di rumah sakit jiwa. Sebagian partisipan merasa tidak tega meninggalkan anaknya di rumah sakit jiwa. Sementara fasilitas perawatan jiwa membatasi kunjungan keluarga selama proses perawatan karena dikhawatirkan akan menyebabkan pasien gelisah dan ingin meninggalkan rumah sakit jiwa (pulang).

Barat sebagai mediator dalam pengambilan data kemudian peneliti berkunjung ke rumah partisipan. Peneliti dalam mengimpulkan data dengan cara menggunakan tehnik wawancara mendalam. Peneliti mengajukan pertanyaan utama, yaitu “Bagaimana pengalaman ibu selama merawat anak remaja ibu yang menderita skizofrenia?”. Selanjutnya peneliti menggali lebih dalam pengalaman partisipan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dibuat.

Perasaaan menyangkal berupa tidak percaya dan kaget melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Perasaan putus asa yang dirasakan partisipan karena melihat perilaku anaknya dan belum sembuh-sembuh. Akan tetapi partisipan masih menerima kondisi anaknya karena beranggapan bahwa penyakit yang diderita anaknya sudah jalannya dan merupakan cobaan bagi partisipan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wiens (2005) bahwa keluarga yang merawat anak dengan skizofrenia akan mengalami kesedihan, distress dan kehilangan namun ibu tetap berjuang dan berkomitmen untuk membantu anaknya. Gerkensmeyer (2011) dan Chadda (2014) menyatakan bahwa keluarga yang merawat remaja dengan gangguan mental sering merasa tidak siap dan tidak didukung dalam menjalani peran tersebut sehingga mengalami depresi ringan sampai berat.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi (2018) menggambarkan beban psikologis caregiver selama merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. Berbagai beban psikologis itu adalah merasa terkejut, sedih, rendah diri, takut, stress, kesal dan malu. Beban psikologis pada masa-masa awal merawat dapat berupa merasa terkejut, sedih, stress dan malu. Perasaan lain yang terungkap adalah ketakutan, terutama menghadapi perilaku agresif dari

(3)

anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Masa awal ini dikelompokkan dalam 1-2 tahun pertama (Dewi, G.K., 2018).

Berbagai pengalaman psikologis lain juga ditemukan oleh tim penelitian. Dalam jurnal tersebut dijelaskan pengalaman psikologis lain yaitu merasa kehilangan gairah seksual (libido) dan hilangnya selera makan. Perasaan bersalah akan kondisi yang dialami anggota keluarga juga ditemukan terjadi pada caregiver. Dan dapat disimpulkan bahwa partisipan dalam penelitian tersebut mengalami distress psikologis mayor dan ketidakefektifan koping (Mc-Hugh, Hepburn & Lindo, 2016).

KESIMPULAN DAN SARAN

Ibu yang merawat remaja dengan skizofrenia memilki pengalaman berupa kesedihan, kemarahan, kekhawatiran, kecemasan, penyangkalan dan penerimaan terhadap kondisi anaknya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam

DAFTAR PUSTAKA

Androutsos. (2012). Schizophrenia in children and adolescents: Relevance and differentiation from adult schizophrenia. Pubmed.gov.

Brain, C., Kyms, S., & Velligan, D.I. (2018). Experiences, attitudes and perceptions of Caregivers of individuals with treatment-resistant schizophrenia : a qualitative study. Journal BMC Psychiatry. 18:253. Chadda, R.K.(2014). Caring for the family

caregivers of persons with mental illness. Indian Journal of Psychiatry. Dewi, Gita Kirana. (2018). Pengalaman

caregiver dalam merawat klien skizofrenia di Kota Sungai Penuh. Jurnal Endurance, 3(1). Februari 2018. Gerkensmeyer, Janis. E. Et.,al.(2011).

Maternal Depressive Symptoms When Caring for a Child with Mental Health Problems. Journal Child Family Study.

Masalah-masalah psikologis yang dialami oleh caregiver dapat berlanjut menjadi masalah kesehatan jiwa untuk caregiver itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Brain, Kyms dan Velligan (2018), menunjukkan bahwa 22% responden dalam penelitian tersebut menggunakan obat-obatan antidepresan atau ansiolitik untuk mengatasi depresi dan kecemasan yang mereka alami selama menjalankan peran sebagai caregiver seseorang dengan TRS (Treatment Resisten Schizophrenia). Perasaan yang tergambarkan pada responden terutama adalah perasaan ketakutan akan keselamatannya sendiri.

memberikan asuhan keperawatan pada remaja skizofrenia, maupun kepada ibu yang merawat. Perawat diharapkan dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat berupa kegiatan atau terapi untuk mengurangi beban psikologis ibu dalam merawat remaja dengan skizofrenia.

Mc-Hugh, Hepburn & Lindo. (2016). Schizophrenia : it’s psychological effect on family caregivers. International Journal of Advanced Nursing Studies. Vol 5 no 1.

Pike, B.(2013). Caregiver experiences of parents who support adult children with schizophrenia. Dissertation. Auckland University.

Pratama, Ferdiyan. (2014). Peranan keluarga menjadi kunci penanganan penyakit skizofrenia.

http://puspensos.kemsos.go.id/modules. php diakses tanggal 2 agustus 2015. Retnowati, R.,Sriati,A.,Widiastuti,M. (2012).

Strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia di instalasi rawat jalan rumah sakit jiwa provinsi jawa barat. Jurnal Keperawatan Padjadjaran.

(4)

Pengalaman Ibu Merawat Remaja Skizofrenia Pasca Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Speziale, H.J.S., & Carpenter, D.R. (2007). Qualitatif research in nursing: advancing the humanistic imperative. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Willian &Wilkins.

Stuart, G.W. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi 10. Edisi Indonesia. Singapura: Elsevier.

Suryani. (2015). Caring for a family member with schizophrenia: The experience of family carers in indonesia. Malaysia Journal of Psychiatry.

Zheng, Li.(2005). The Effect of a Nurse Initiated patient/family Education Strategy on People with Schizophrenia in

Beijing.Thesis. The Hongkong

Polytechnic University School of nursing

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 241

(5)

Referensi

Dokumen terkait

menghasilkan produk konstruksi. Pengelolaan supply chain di industri konstruksi adalah salah satu usaha peningkatan kinerja. Pengelolaan supply chain harus efektif dan

Setelah diketahui metode-metode yang digunakan dalam penentuan arah kiblat juga hasil yang diperoleh dari pengukuran ulang masjid-masjid di Tulungagung, maka peneliti

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyiapkan skripsi ini dengan judul “Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna BPJS

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan organik hasil fermentasi hanya berpengaruh baik terhadap tinggi tanaman umur 7 – 21 HST yaitu pada

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris, et al (2017) dengan judul Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Dalam

Uji validitas ini diujikan kepada 30 responden pemasang iklan majalah Info Bekasi dari bulan Januari 2011–Desember 2011, kriteria yang digunakan dalam menentukan suatu instrumen

Dalam memperoleh kompetensi tersebut, para mahasiswa UNNES wajib mengikuti proses pembentukan kompetensi melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) meliputi

Tanah di Godean memiliki perakaran banyak, memiliki akar berwarna putih, konkresi merah yang menunjukan tanah mengandung besi, memiliki padas claypon atau