• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1990:3). Ada satu pandangan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1990:3). Ada satu pandangan yang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan suatu karya yang begitu variatif. Sastra membentuk suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1990:3). Ada satu pandangan yang mengatakan bahwa arti sebuah karya sastra ditentukan oleh maksud si pengarang. Kualifikasi karya sastra biasanya bertambah apabila arti sebuah karya sastra tergantung pada maksud pengarang (Sugihastuti, 2011:3-4).

Dalam membedah suatu karya sastra terutama novel, seseorang bisa meneliti dan melihat berbagai aspek yang menjadi pokok masalah dalam novel tersebut. Novel ceritanya lebih kompleks dibandingkan dengan cerita pendek yang hanya menceritakan sebagian kisah yang memiliki batas maksimum. Pola dan unsur-unsur yang terdapat di dalam novel juga lebih banyak dibandingkan dengan cerita pendek.

Novel yang akan diteliti merupakan jenis karya sastra roman saku. Ukurannya yang kecil praktis dibawa kemana-mana.Secara fungsi, novel ini adalah sebuah bacaan ringan untuk menghibur kalangan menengah ke bawah sebagai hiburan sementara di waktu senggang karena mereka kurang mampu membeli novel keluaran Balai Pustaka yang isinya mengandung unsur pendidikan, tentunya bahasa yang dipakai juga berkelas.Roman berarti karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing

(2)

2

(KBBI,2008:1180). Saku menurut konteks pada novel tersebut merupakan kantong yang terletak pada baju, celana atau rok. Jadi dapat dikatakan roman saku adalah prosa yang berisikan cerita ringan dan mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya kecil dan dapat dimasukkan ke kantong atau saku.

Novel ini lahir pada era 1960-an. Banyak novel-novel kecil berukuran kurang lebih 11x15 cm, tidak terlalu tebal diterbitkan.Pengarang Jawa yang sudah mahir atau pemula ikut andil dalam pembuatan novel tersebut (Nugroho, 1996:81). Salah satu contohnya adalah Any Asmara yang kelima novelnya akan dijadikan bahan penelitian.

Tahun terbit novel ini tidak selalu dicantumkan, akan tetapi dapat dilihat dari Surat Izin Penerbitan (SIP) (Nugroho, 1996:81). Nama pengarangpun seringkali disamarkan. Novel ini terbitan non-Balai Pustaka sehingga tujuan dan isi dari bacaan tersebut sangat bertolak belakang. Mereka cenderung mengungkapkan masalah politik, kehidupan bermasarakat, dan terkadang juga sejarah (Widati, 2001:162).

Lima novel yang akan diteliti merupakan karya Any Asmara. Lima novel karya Any Asmara yang dijadikan bahan penelitian diantaranya Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. Lima novel tersebut mempunyai satu kesatuan tema yaitu mengenai cinta. Setiap konflik yang diciptakan pengarang pada akhirnya akan berujung kepada pengorbanan cinta.

(3)

3

Novel Pangurbanan ‘Pengorbanan’ dicetak tahun 1964 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Terdapat 32 halaman, merupakan koleksi Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C Asm. P.

Novel Kuburan sing Angker ‘Pemakaman yang Angker’ dicetak tahun 1965 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 32 halaman yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomer catalog C Asm. K.

Novel Gendruwo Kali Buntung ‘Gandarwo di Kali Buntung’ dicetak tahun 1968 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 32 halaman yang merupakan koleksi Perpustakaan Jurusan Sastra Nusantara dengan nomor katalog 899.071 Asm. G.

Novel Tekek kok Lorek ‘Tokek bercorak lorek’ di dalam bahasa Jawa Tekek kok Lorek merupakan sebuah istilah yang berarti Wong kok Nyorek ‘Orang kok mencoreng’ dicetak tahun 1968 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 30 halaman yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C Asm. T.

Novel Ni Wungkuk dicetak tahun 1970 dan diterbitkan oleh CV DUA-A-Yogyakarta. Novel ini terdiri dari 36 halaman yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C Asm. N.

(4)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, berikut rumusan masalah yang akan diajukan pada penelitian ini:

1. Bagaimana perwatakan pada setiap tokoh utama dalam lima novel karya Any Asmara diantaranya Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk?

2. Bagaimana persamaan psikis masyarakat pada waktu itu yang disampaikan oleh pengarang melalui lima karyanya yang telah diteliti di dalam penelitian ini?

Kedua rumusan masalah akan peneliti ulas melalui pendekatan Psikoanalisis untuk dapat menjabarkan rumusan masalah tersebut.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Setiap penelitian memiliki ruang lingkup penelitian untuk membatasi objek yang dikaji agar tidak melebar ke permasalahan yang lain.

Pada hal ini, peneliti lebih memfokuskan pada karakter dan watak setiap tokoh utama dalam lima novel karya Any Asmara melalui Teori Fiksi Robert Stanton untuk dapat dilanjutkan ke orientasi lebih lanjut mengenai pandangan dari pengarang terhadap psikis masyarakat pada masa itu melalui penggambaran pada setiap tokohnya menurut teori psikoanalitis Carl Gustav Jung.

(5)

5 1.4 Tujuan Penelitian

Setelah dilihat dari deskripsi yang dipaparkan pada uraian sebelumnya, sebuah penelitian pasti memiliki tujuan. Tujuan penelitian yang akan diulas berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut.

Menyajikan ulang unsur struktural pada lima novel karya Any Asmara yang dititikberatkan pada penokohan tokoh utamanya.

Menyajikan ulang lima novel karya Any Asmara dari sudut pandang penelitian yang lain yaitu secara psikoanalisis untuk mengulas tentang kepribadian pada setiap tokoh utama.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian lima novel karya Any Asmara tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Demikian juga dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian lima novel karya Any Asmara diantaranya Pangurbanan,Kuburan Sing Angker,Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk diharapakan dapat membantu dalam mengaplikasikan teori-teori sastra, khususnya teori psikologi dalam menganalisis sebuah karya sastra.

(6)

6 b. Secara Praktis

Secara praktis, hasil penelitian lima novel karya Any Asmara diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat dalam memahami dan menghargai karya sastra seperti novel.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian lima novel karya Any Asmara diantaranya Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk sejauh pengamatan penulis belum pernah dilakukan. Namun, beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis dalam bentuk skripsi terdapat tiga skripsi. Skripsi yang pertama berjudul Integrasi Kepribadian Tokoh-Tokoh Manyura Karya Yanura Nugraha : Analisis Psikologi-Analitis Carl. G. Jung. Skripsi ini ditulis oleh Sunandar pada tahun 2007 dan merupakan Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas mengenai kepribadian tokoh-tokoh Manyura dan dianalisis melalui teori psikologi Carl Gustav Jung.

Skripsi yang kedua berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikoanalisis. Skrpsi ini ditulis oleh Febriesha Gempar J.P pada tahun 2006 dan merupakan Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang kajian Psikoanalisis Represi Keinginan dan ‘arus bawah sadar’ para tokoh-tokohnya.

(7)

7

Dalam skripsi tersebut juga dibahas tentang ‘arus bawah sadar’ yang mempengaruhi mekanisme pertahanan para tokoh-tokohnya.

Skripsi yang ketiga berjudul Struktur Novel Jagate Wis Peteng Karya Any Asmara. Skripsi ini ditulis oleh Ernaningsih pada tahun 2002. Skripsi Jurusan Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada, membahas mengenai struktur novel Jagate Wis Peteng.

1.7 Landasan Teori

Teori dan pendekatan sangat diperlukan dalam suatu objek penelitian. Teori merupakan pisau yang harus digunakan untuk membelah suatu objek, tentunya objek dan pisau yang kita gunakan harus sesuai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Dalam membedah kelima novel karya Any Asmara di atas, maka kelima novel tersebut dapat dibedah (analisis) dari sudut pandang lain di antaranya melalui pendekatan atau teori Psikologi. Analisis struktural dibutuhkan terlebih dahulu untuk membedah masalah penokohan dalam penelitian ini. Mekanisme yang akan dilakukan adalah menganalisis tokoh terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pembahasan masalah psikoanalisisnya.

(8)

8 1.7.1 Tokoh dan Penokohan

Penokohan adalah salah satu unsur terpenting di dalam sebuah karya. Ibarat sebuah rumah, tokoh merupakan suatu pondasi yang harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu.

Tokoh dan penokohan merupakan sebuah karakter. Menurut Robert Stanton dalam bukunya Teori Fiksi (An Introductin to Fiction), mengatakan bahwa karakter dibagi menjadi dua konteks. Konteks pertama, karakter yang merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter yang merujuk pada berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut. Dalam buku Teori Fiksi Robert Stanton, pembagian konteks karakter terdapat di dalam pernyataan berikut.

Tema karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita… konteks kedua, karakter marujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut…(Robert Stanton via Sugihastuti, 2007:33).

Tokoh di dalam peranannya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung di dalam cerita. Tokoh tambahan yaitu tokoh yang kemunculannya hanya sedikit. Tokoh tambahan hanya muncul jika dianggap terkait dengan tokoh utama.

(9)

9 1.7.2 Teori Psikoanalisis

Pendekatan psikologi pada awal mulanya lebih dekat dengan pendekatan biografis dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat sosiologis, sebab analisis yang dilakukannya cenderung memanfaatkan data-data personal (Syuropati, 2011:62).

Psikoanalisis adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud untuk menangani orang-orang yang mengalami neurosis dan masalah mental lainnya.

Penelitian ini akan mengangkat teori psikoanalisis menurut Carl Gustav Jung. Motivasi awal Carl Gustav Jung menyelidiki tipologi manusia adalah keinginannya untuk mengerti dan memahami pandangan Sigmund Freud tentang gangguan mental. Sedangkan, ada pandangan berbeda dari Sigmund Freud yang dicetuskan oleh Alfred Adler sehingga membuat Carl Gustav Jung mengkaji lebih dalam teori Sigmund Freud dan Alfred Adler (Naisaban,2003:4).

Alfred Adler menyatakan ada satu daya motivasi yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dan pengalaman manusia. Daya motivasi tersebut disebut “Dorongan ke arah kesempurnaan”. Daya tersebut mendorong manusia memenuhi semua potensi dan keinginan yang ada di dalam dirinya, sehingga seorang manusia dapat semakin dekat dengan apa yang diidealkan (Syuropati, 2011:108).

Teori psikologi pertama kali dicetuskan oleh Sigmund Freud. Dia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiburg, kota kecil di daerah Moravia, sekarang termauk Cekoslowakia. Sigmund Freud pernah belajar ilmu kedokteran di London. Sigmund

(10)

10

Freud bekerja dalam laboratorium Profesor Bruecke, seorang ahli ternama dalam bidang fisiologi. Sebagai dokter, Sigmund Freud bertugas di rumah sakit umum di Wina dan memusatkan perhatiannya pada anatomi otak. Kemudian, Sigmund Freud mengadakan riset terkait kokain, sejenis obat bius. Setelah Sigmund Freud berkunjung di Berlin, Sigmund Freud menulis beberapa karangan mengenai cacat otak pada anak-anak (Freud, 1980:xv-xvi).

Sigmund Freud meninggal pada tanggal 23 September 1939, di London. Sepanjang hidupnya, Sigmund Freud menghabiskan waktunya untuk berfikir dan berkarya, sehingga menjadikannya seorang yang terkenal. Teori psikologi yang dicetuskan Sigmund Freud terdapat tiga sistem kepribadian, yaitu Das Es (the id) merupakan aspek biologis, Das Ich (the ego) merupakan aspek psikologis, dan Das Ueber Ich (the super ego) merupakan aspek sosiologis (Suryabrata, 1982:124-125). Das Es dalam bahasa Inggris disebut the Id, merupakan aspek biologis dan sistem yang original di dalam kepribadian. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir atau unsur-unsur biologis seseorang. Fungsi dari Id sendiri adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Pengertian Das Es dapat dilihat pada pendapat Kartono seperti tampak pada kutipan sebagai berikut.

Das Es, yaitu ketidaksadaran. Hal ini berupa tenaga hidup, dorongan-dorongan, insting-insting, dan nafsu-nafsu. Karena itu manusia disebut makhluk dorongan. Dalam Das Es ini berkuasalah prinsip kesenangan atau Lustprinzip dan semua dorongan mengarah pada pemuasan kesenangan (Kartono, 1996:128).

(11)

11

Demi mencapai pemuasan atau kesenangan seseorang memiliki dua alat atau proses, yaitu:

a) Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya.

b) Proses Primer (primair vorgang) misalnya membayangkan makanan ketika sedang lapar (Suryabrata, 1982:125).

Das Ich dalam bahasa Inggris disebut the Ego merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul akibat kebutuhan organisme yang ingin berhubungan dengan dunia kenyataan. Misalnya, orang lapar perlu makan agar rasa laparnya dapat terobati. Perbedaan Das Es dan Das Ich adalah perlunya subyektif (dunia batin) dan obyektif (dunia nyata) untuk mengejar kenikmatan. Das Ich lebih berpegang pada kenyataan dan realita (Suryabrata, 1982:125-126). Pengertian Das Ich menurut Kartono ada pada kutipan di bawah ini.

Das Ich, yang memiliki unsur kesadaran, yang mampu menghayati secara batiniah maupun lahiriah. Das Ich menampilkan akal budi dan pikiran, selalu siap menyesuaikan diri, dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan. Das Ich menampilkan prinsip realitas, yaitu menghambat dan mengendalikan prinsip kesenangan (Kartono, 1996:129).

Das Ueber Ich merupakan aspek sosiologi kepribadian. Hal ini dipengaruhi oleh nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat. Misalnya, ajaran yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya diaplikasikan melalui perintah dan larangan. Das Ueber Ich lebih mengarah ke kesempurnaan daripada kesenangan. Maka dari itu, Das Ueber Ich dianggap sebagai aspek moral kepribadian di dalam

(12)

12

masyarakat (Suryabrata, 1982:127-128). Pengertian Uber Ich/Ueber ich menurut Kartono ada pada kutipan di bawah ini.

Uber Ich/Ueber ich, atau Aku-Ideal. Aku-Ideal ini merupakan zat yang lebih tinggi pada diri manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-norma yang harus dianut. Salah satu fungsi terpenting dari Uber-Ich ialah: berfungsi sebagai hati nurani, yang mengontrol dan mengeritik perbuatan sendiri (Kartono, 1996:129).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Pada tahun 1995-1905, Sigmund Freud mengobati pasiennya menggunakan metode Dr. Breuer yaitu sugesti hipnotis, kemudian dia mengembangkannya menjadi sugesti dalam keadaan sadar dan metode asosiasi bebas (Freud, 1980:xviii-xiv).

Pada periode pertama, Sigmund Freud membedakan psikis ke dalam tiga struktur, yaitu “yang tak sadar”, “yang prasadar”, dan “yang sadar”. “Yang tak sadar” merupakan sesuatu yang terkena represi. “Yang prasadar” merupakan apa yang dilupakan, tetapi dapat diingat kembali tanpa perantara psikoanalisis. “Yang sadar” merupakan kesadaran. Keadaan prasadar dengan sadar dapat disebut ego (Freud, 1980:xx).

Sigmund Freud membahas mengenai teori mimpi. Teori ini mengatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama yang mengantarkan ke alam ketidaksadaran. Analisis mimpi dapat diartikan sebagai keinginan tak sadar yang muncul dalam kesadaran. Mimpi merupakan realisasi keinginan yang tertunda (Freud, 1980:xxi). Teori psikoanalisis tidak hanya dapat digunakan untuk manusia fana, akan tetapi dapat juga digunakan untuk tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra. Seperti

(13)

13

halnya sastra, mimpi juga memiliki prosedur yang sama, yaitu dengan adanya pengalihan dan simbolisasi yang dianalogikan dengan metafora. Akan tetapi, antara bahasa mimpi dan bahasa sastra tetap memiliki perbedaan sensor, yaitu bahwa proses dalam mimpi merupakan mekanisme tidak sadar, sedangkan di dalam sastra merupakan tindakan sadar.

Setelah itu, Sigmund Freud membahas mengenai teori seksualitas. Teori ini mengulas mengenai psikoseksuil seorang anak yang mengalami masa pubertas. Pada awalnya, seksualitas pada anak kecil bertumpu pada fungsi-fungsi fisiologi, seperti makan dan membuang air. Setelah anak tersebut mengalami perkembangan akan terjadi fase genital (Freud, 1980:xxii-xxiii).

Pada tahun 1905-1920, Sigmund Freud membahas mengenai teori totem dan tabu. Teori ini mengulas masalah antropologi budaya. Hal ini dipengaruhi oleh mitos-mitos dari berbagai suku primmitif. Hal tersebut di atas nantinya akan membatasi tingkah laku manusia. Misalnya, larangan membunuh hewan totem seperti kucing di Indonesia dan membunuh sapi di India (Freud, 1980:xxvii-xxviii). Setelah itu, dijelaskan mengenai teori narsisme. Teori narsisme adalah teori yang merujuk pada konflik antara ego dan naluri-naluri libidinal. Hal tersebut harusnya dimengerti sebagai suatu proses yang berlangsung dalam pengakuan libido itu sendiri (Freud, 1980:xxix-xxx).

Pendapat lain mengenai teori psikologi adalah seorang medikus dan psikiater dari Wina bernama Alfred Adler. Alfred Adler adalah seorang berkebangsaan Yahudi. Alfred Adler lahir pada 7 Februari 1870 di Rudolfsheim,

(14)

14

Austria. Alfred Adler meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen, Skotlandia (A.Syuropati, 2011:107-108).

Pada awalnya, Alfred Adler adalah pengikut Sigmund Frued dan menjadi anggotanya. Alfred Adler diangkat menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina”. Alfred Adler kemudian menyimpang dari ajaran Sigmund Freud dan mengembangkan ajaran Sigund Freud.

Alfred Adler akhirnya mendirikan aliran baru yang diberi nama Individual Psychologie. Hal tersebut membuat Alfred Adler mendapat julukan Bapak Individual Psychologie (Suryabrata, 1982:184-185).

Menurut Suryabrata (1982), terdapat tujuh pokok teori Alfred Adler, antara lain:

1. Individualitas sebagai Pokok Persoalan: pentingnya sifat khas (unik) kepribadian yang berhubungan dengan individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Menurut Alfred Adler, setiap manusia memiliki tindak dan sifat yang mencerminkan kekhasan diri pribadinya.

2. Pandangan Teleologis: Finalisme Semu: Alfred Adler mengambil positivisme ajaran filsafat dari Hans Vaihinger mengenai harapan semu. Dia percaya bahwa manusia lebih cenderung didorong oleh harapan-harapan masa depan daripada pengalaman masa lampau. Setiap orang memiliki Leitlene, yaitu rancangan hidup rahasia yang tidak disadari. Manusia berupaya memperjuangkannya walaupun

(15)

15

berbagai rintangan menghadang. Tujuan yang akan dikejar tersebut sebenarnya merupakan harapan fiksi yang belum tentu akan terealisasikan. Meskipun demikian harapan fiksi tersebut dapat digunakan sebagai pendukung usaha manusia dalam menjalani hidup.

3. Dua Dorongan Pokok: manusia memiliki dua dorongan pokok yang melatarbelakangi setiap tingkah lakunya.

a. Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak mengabdi kepada masyarakat.

b. Dorongan keakuan yang mendorong manusia bertindak untuk mengabdi kepada aku (diri sendiri).

4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi: rasa rendah diri merupakan rasa kurang percaya dengan kemampuan diri sendiri dan cenderung timbul akibat perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam segala hal. Rasa rendah diri membawa penderitaan, akan tetapi hilangnya rasa rendah diri tersebut juga tidak menjadi salah satu pokok suatu kenikmatan hidup. Bagi Alfred Adler, tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai suatu kesempurnaan.

5. Dorongan Kemasyarakatan: dasar yang dibawa sejak lahir, yaitu manusia adalah makhluk sosial.

(16)

16

6. Gaya Hidup, Leitlinie: prinsip yang dapat digunakan sebagai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang.

7. Diri yang Kreatif: penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama dari tingkah laku.

Pengertian dasar dari teori Alfred Adler adalah individualistis yang berarti merupakan kesatuan dan ciri-ciri pribadi manusia (Kartono, 1996:132).

Carl Gustav Jung menghargai kedua pandangan di atas. Ia melihat bahwa Sigmund Freud dan Alfred Adler berbicara tentang materi yang sama, tetapi karena keganjilan psikologis pribadi yang oleh Jung disebut juga sebagai perbedaan tipologi, maka keduanya berbicara tentang materi yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Carl Gustav Jung menemukan bahwa pandangan Freud lebih ekstrover (pengaruh dari luar diri manusia), sedangkan Alfred Adler lebih introver (pengaruh dari dalam diri manusia) (Sharp, 1987:260 via Naisaban, 2003:4).

Carl Gustav Jung selanjutnya mengadakan penelitian dan observasi selama hampir 20 tahun sebelum dia merumuskan sebuah teori. Ia meneliti pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tipe kepribadian manusia, mitologi-mitologi, bidang seni, filsafat dan psiko-patologi (Naisaban, 2003:4). Teori psikoanalitis dari Jung dianggap lebih lengkap karena merupakan perkembangan dari kedua teori sebelumnya yaitu Sigmund Freud dan Alfred Adler.

Nama lengkapnya adalah Carl Gustav Jung, lahir 26 Juli 1875 di Kesswill dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht. Dia merupakan psikiater Swiss dan perintis teori psikoanalitis (Syuropati, 2011:107).

(17)

17

Psike/jiwa menurut Carl Gustav Jung berarti seluruh aktifitas psikis, baik secara sadar ataupun tidak sadar. Carl Gustav Jung membagi tipe fungsi menjadi empat, yaitu dua fungsi yang rasional, ialah: rasio/pikiran dan perasaan. Dua fungsi irrasional, yaitu pengindraan dan intuisi. Keempat fungsi tersebut berlangsung pada setiap manusia, namun pada proses adaptasi terhadap lingkungan hanya ada satu fungsi saja yang dominan atau superior sifatnya. Fungsi superior menentukan tipe individu, yaitu tipe berpikir, tipe perasaan, tipe penginderaan, dan tipe intuitif. Carl Gustav Jung juga membagi tipe susunan kepribadian menjadi dua, yaitu tipe ekstrover dan tipe introver (Kartono, 1996:140-141).

Teori psikoanalisis oleh Carl G. Jung dapat digunakan untuk menganalisis lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk karena teori psikoanalitis Carl Gustav Jung lebih lengkap dibanding teori Sigmund Freud dan Alfred Adler.

Novel bertemakan cinta karya Any Asmara ini, menggunakan bahasa Jawa. Tokoh-tokoh yang diciptakan bersamaan dengan konflik yang lahir sebagai cerminan kondisi masyarakat pada waktu itu, membuat peneliti lebih dalam mengkaji lima novel karya Any Asmara melalui sudut pandang psikis para tokohnya.

Teori psikologi tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung teori struktur sastra yang membahas masalah penokohan. Dalam analisis penokohan, peneliti mengambil dari buku berjudul Teori Fiksi Robert Stanton.

(18)

18 1.8 Metode Penelitian

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, metode analisis dan metode studi pustaka. Metode deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan lima novel karya Any Asmara dari aspek penokohan. Metode analisis untuk menganalisis permasalahan yang ada di dalam kelima novel. Metode studi pustaka serta sumber lain yaitu metode yang mengacu pada sumber-sumber kepustakaan. Data dalam penelitian ini banyak diperoleh atau bersumberkan pada studi pustaka.

Langkah-langkah yang diterapkan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan objek penelitian terlebih dahulu yaitu lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk.

2. Mengumpulkan data-data dari berbagai sumber cetak maupun elektronik yang dianggap berkaitan untuk mendukung peneletian. 3. Melakukan identifikasi tokoh utama dalam novel berdasarkan teori

struktural kemudian dianalisis secara psikoanalisis.

4. Mengumpulkan hasil analisis dan melaporkan dalam bentuk laporan tertulis.

(19)

19 1.9 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian yang berjudul Analisis Tokoh-Tokoh Lima Novel Karya Any Asmara. Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk: Psikoanalisis Carl Gustav Jung ini, disajikan dalam lima bab sebagai berikut.

Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi sinopsis lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. Bab III berisi analisis tokoh utama dalam lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk. Bab IV berisi analisis psikologi lima novel karya Any Asmara diantaranya adalah Pangurbanan, Kuburan Sing Angker, Gendruwo Kali Buntung, Tekek Kok Lorek, dan Ni Wungkuk menurut teori Carl Gustav Jung. Bab V adalah kesimpulan dari penelitian ini yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada Bab I.

Pedoman yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi yang ditulis oleh Tim Penyusun Program Studi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tahun 2016. Penulisan kutipan-kutipan yang ada di dalam cerita, disesuaikan dengan pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang disempurnakan yang diterbitkan oleh Balai Penelitian

(20)

20

Bahasa Yogyakarta tahun 1991. Keseluruhan penulisan Skripsi ini berdasarkan ejaan yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu penulis ingin menggali lebih dalam tentang amanat- amanat tersebut dalam karya ilmiah yang berjudul ANALISIS AMANAT MORAL INTERAKSI ANTAR TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI

Salah satu bentuk karya sastra yang mengangkat masalah manusia dan kemanusiaan serta memiliki nilai moral adalah novel.. Dalam setiap novel pasti mengandung sebuah pesan, baik

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara dialektika yang

Alasan peneliti menggunakan pendekatan psikologi sastra untuk menganalisis aspek kepribadian tokoh utama dalam novel Senja dan Pagi karena psikologi sastra dan

Maka penulis menganalisis novel Milea Suara dari Dilan karya Pidi Baiq berdasarkan struktur karya sastra dengan menggunakan kajian Strukturalisme Robert Stanton

pembelajaran menulis puisi bebas siswa yang menggunakan Model Menulis.. Pengimajian dan Mimesis dengan yang menggunakan Model

Nilai religius atau nilai agama yang terkandung dalam novel dalam karya sastra merupakan nilai yang merupakan nilai kerohanian, kepercayaan atau keyakinan manusia

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara dialektika yang