• Tidak ada hasil yang ditemukan

Debit Andalan FJ Mock

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Debit Andalan FJ Mock"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, dan kebutuhan air untuk tanaman, dengan memperlihatkan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah.

Kebutuhan air untuk tanaman bergantung pada macam tanaman dan masa pertumbuhan sampai dipanen sehingga memberikan produksi yang optimal. Tanaman terpenting yang membutuhkan air irigasi di Indonesia adalah tanaman padi. Oleh karena itu pemberian air untuk tanaman padi menjadi suatu masalah yang terpenting disamping pemberian air pada tanaman palawija, perkiraan banyaknya kebutuhan air untuk irigasi didasarkan faktor :

• Jenis tanaman • Jenis tanah

• Cara pemberian air

• Cara pengolahan kuantitas curah hujan • Iklim

• Waktu tanam

• Pemeliharaan dan eksploitasi pada bangunan. (Salamun:29,2004)

3.2. Data Hidrologi

Data-data hidrologi yang dibutuhkan untuk mengetahui kebutuhan air antara lain:

1. Curah hujan rata-rata bulanan (mm/hari) 2. Temperatur atau suhu rata-rata bulanan ( 0C ) 3. Kelembaban rata-rata bulanan (%)

4. Kecepatan angin yang diukur pada ketinggian 2 meter di atas permukaan tanah. Jika kecepatan air diukur pada ketinggian 8 meter, maka harus dikonversikan sesuai dengan tabel 4, sedangkan satuannya adalah knot, maka dikonversikan ke m/d dengan mengkalikan dengan 0,515. Dengan demikian, jika dalam km/jam maka dikalikan 0,2778.

5. Penyinaran matahari dengan jangka waktu utuk pengukuran 2 jam, untuk 8 jam maka dikonversikan dengan rumus :

(2)

dimana Qs = penyinaran matahari dalam jangka waktu 8 jam

Data-data hidrologi tersebut dapat diperoleh dari stasiun klimatologi terdekat dengan perencanaan jaringan irigasi. (Kriteria Perencanaan:79,1986)

3.3. Evaporasi

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Jika yang menguap dari tanaman disebut transpirasi. Penguapan berlangsung terus menerus sampai kondisi udara menjadi jenuh dengan uap. Jadi penguapan ini dapat disimpulkan yaitu kejadian pada tiap keadaan suhu udara asal belum menjadi jenuh dengan uap. Kecepatan penguapan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

- Suhu, kelembaban, tekanan udara. - Sinar matahari.

- Kecepatan angin. (Salamun:30,2004)

3.3.1 Perhitungan Angka Evaporasi  Tabel 3.1 1. Baris 1 adalah data suhu udara.

Contoh, untuk bulan Januari adalah 25,720C 2. Baris 2 adalah data kelembaban relatif.

Contoh, untuk bulan Januari adalah 85,64%

3. Baris 3, adalah data kecepatan angin yang telah dikonversi dari ketinggian 5 meter ke 2 meter

Contoh, untuk bulan Januari

Kecepatan angin ketinggian 5 meter = 0,235 meter/detik Kecepatan angin ketinggian 2 meter = 0,235 x 0,877

= 0,206 meter/detik

4. Baris 4 adalah data penyinaran matahari yang telah dikonversi ke 12 jam Contoh, untuk bulan Januari

Penyinaran matahari = 46,067%

Konversi ke 12 jam = (0,786 x 46,067%) + 3,45 = 39,659%

5. Baris 5 adalah data letak lintang.

(3)

6. Baris 6 adalah albedo

7. Baris 7 adalah f (T )x10−2

ai didapat dari tabel 2 berdasarkan data suhu udara Contoh, untuk bulan Januari

suhu (baris 1)  Tabel 2  f(Tai)x10−2

25,720C  Tabel 2  9,05

8. Baris 8 adalah L−1x102, didapat dari tabel 2 berdasarkan data suhu udara

Contoh, untuk bulan Januari

Suhu (baris 1)  Tabel 2  L−1x102

25,720C  Tabel 2 2,52 9. Baris 9 adalah PWa Sa

z ] , didapat dari tabel 2 berdasarkan data suhu udara

Contoh, untuk bulan Januari

Suhu (baris 1)  Tabel 2  PWa Sa

z ] ,

25,720C Tabel 2  24,79 mmHg

10. Baris 10 adalah γ+∆,didapat dari tabel 2 berdasarkan data suhu udara Contoh, untuk bulan Januari

Suhu (baris 1)  Tabel 2  γ+∆ 25,720C  Tabel 2  1,96

11. Baris 11, Wa z

P adalah (kelembaban relatif x PWa Sa

z ] ) : 100

Contoh, untuk bulan Januari

Kelembaban relatif (baris 2) = 85,64

Sa PWa z ] (baris 9) = 24,79 Maka didapat Wa z

P (baris 11) = (baris 2 x baris 9):100 = (85,64 x 24,79):100

= 21,23 mmHg

12. Baris 12 adalah F(Tdp), didapat dari Tabel 3 berdasarkan data dari Wa z

P

Contoh untuk bulan Januari

Wa z

(4)

21,23  Tabel 3  0,135 13. Baris 13 adalah PWa Sa z ] - Wa z P

Contoh untuk bulan Januari

Sa PWa z ] (baris 9) = 24,79 Wa z P (baris 11) = 21,23 mmHg Maka didapat Baris 13 = PWa Sa z ] -Wa z P = 24,79-21,23 = 3,56 mmHg

14. Baris 14 adalah γ.(Faz)didapat dari tabel 4 berdasarkan data kecepatan

angin

Contoh, untuk bulan Januari

Kecepatan angin (baris 3)  Tabel 4  γ.(Faz)

0,235  Tabel 4  0,104 15. Baris 15 adalah γ.Eqdidapat dari

Eq . γ = (PWa Sa z ] - Wa z P ) x γ.(Faz)

Contoh untuk bulan Januari (PWa Sa z ] - Wa z P ), baris 13 = 3,56 γ.(Faz), baris 14 = 0,104 Maka didapat Eq . γ = (PWa Sa z ] - Wa z P ) x γ.(Faz) = 3,56 x 0,104 = 0,370

16. Baris 16 adalah CaHsh×10−2, didapat dari tabel 5 berdasarkan data letak

lintang

Contoh, untuk bulan Januari

Letak lintang (baris 5)  Tabel 5  CaHsh×10−2

(5)

17. Baris 17 adalah ASsh ×F(T), didapat dari tabel 6 berdasarkan data

penyinaran matahari dan letak lintang Contoh untuk bulan Januari

Penyinaran matahari (baris 4) dan letak lintang (baris 5) Tabel 5

) (T

F ASsh ×

39,659% dan 07°00'  Tabel 6  0,359

Karena 46,067% terletak diantara 40% dan 50% maka dilakukan interpolasi sehingga didapat 0,359

18. Baris 18 adalah Hne

1 didapat dari CaHsh×10−2x ASsh ×F(T)

ne

H1 = CaHsh×10−2 x ASsh ×F(T) Contoh untuk bulan Januari

CaHsh×10−2, baris 16 = 9,12 ASsh ×F(T), baris 17 = 0,359 Maka didapat ne H1 = CaHsh×10−2x ASsh ×F(T) = 9,12 x 0,359 = 3,274

19. Baris 19 adalah m, didapat dari m = f (T )x10−2

ai x {1- (penyinaran matahari :100)} Contoh untuk bulan Januari

2 10 )

(T x

f ai (baris 7) = 9,05

Penyinaran matahari (baris 4) = 39,659% Maka didapat

m = f (T )x10−2

ai x {1- (penyinaran matahari :100)}

m = 9,05 x {1-(39,659%:100)}

= 4,881

20. Baris 20 adalah F(m) didapat dari

F(m) = 1 – (m:10)

(6)

m(baris 19) = 4,881 Maka didapat F(m) = 1 – (m:10) F(m) = 1-(4,881:10) = 0,512 21. Baris 21 adalah ne H2 , didapat dari ne H2 = 2 10 ) (T xf ai x F(Tdp) x F(m) Contoh untuk bulan Januari

2 10 ) (T xf ai (baris 7) = 9,05 F(Tdp) (baris 12) = 0,135 F(m) (baris 20) = 0,512 Maka didapat ne H2 = 2 10 ) (T xf ai x F(Tdp) x F(m) ne H2 = 9,05 x 0,135 x 0,512 = 0,625 22. Baris 22 adalah Hne 1 -ne H2 Contoh untuk bulan Januari

ne H1 (baris 18) = 3,274 ne H2 (baris 21) = 0,625 Maka didapat ne H1 -ne H2 = 3,274 – 0,625 = 2,649

23. Baris 23 adalah Hne, didapat dari ne H ∆ = L−1x102x (Hne 1 -ne H2 ) Contoh untuk bulan Januari

2 1x10 L− ∆ (baris 8) = 2,52 ne H1 -ne H2 (baris 22) = 2,649 Maka didapat

(7)

ne H ∆ = L−1x102x (Hne 1 -ne H2 ) ne H ∆ = 2,52 x 2,649 = 6,675 24. Baris 24 adalah γ.Eq+Hne

Contoh untuk bulan Januari Eq . γ (baris 15) = 0,370 ne H ∆ (baris 23) = 6,675 Maka didapat Eq . γ +Hne = 0,370 + 6,675 = 7,045

25. Baris 25 adalah penguapan (Eo), didapat dari

Eo = (γ.Eq+Hne):γ.

Contoh untuk bulan Januari

Eq . γ +Hne (baris 24) = 7,045 ∆ . γ (baris 10) = 1,96 Maka didapat Eo = (γ.Eq+Hne):γ. = 7,045 : 1,96 = 3,594

3.4. Perhitungan Kebutuhan Irigasi

Kebutuhan irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk masa pemeliharaan : Ir = Lp – Re

Untuk masa pertumbuhan : Ir = ET – Re + P + W dengan :

Ir = kebutuhan air untuk irigasi ET = evapotranspirasi

P = perkolasi

Re = curah hujan

Lp = pengolahan tanah dan penjenuhan W = tinggi genangan air

(8)

• Untuk 2 minggu ke-1 sampai minggu ke-4 dengan rumus : Ir = W+ ET + P – Re

• Untuk 2 minggu ke-5 sampai minggu ke-8 dengan rumus : Ir = ET + P – Re

dimana:

Ir = kebutuhan air untuk irigasi W = tinggi genangan air

ET = evapotranspirasi P = perkolasi

Re = curah hujan efektif (Salamun:29, 2004)

2. Kebutuhan air untuk irigasi

a. Harga evapoorasi (Eo) dari perhitungan Penman.

b. Harga perkolasi ditetapkan 1 mm/hari karena daerah cenderung datar. c. Harga curah hujan 20% kering didapat sesuai dengan perhitunagan curah

hujan efektif diatas.

d. Curah hujan efektif (Re) = hujan 20% kering x faktor hujan (fn), dimana faktor diperoleh dari tabel 3 untuk kondisi golongan (lampiran).

e. Evapotranspirasi (ET) = evaporasi x koefisien tanaman (kc), dimana koefisien tanaman diperoleh dari tabel dengan pendekatan metode prosida

f. Kebutuhan air untuk penjenuhan.

pengolahan tanah dari Zylstra (lampiran), data yang diperlukan :

• Jumlah penjenuhan sebesar 200 mm dengan anggapan bahwa tanah belum mengalami perubahan lebih dari 2,5 bulan.

• Lama pengolahan tanah ditetapkan 30 hari.

Harga Eo dan P harga yang ditetapkan atau didapat dari tabel Zylstra (lampiran) dimasukan dalam baris 4.

g. Besarnya kehilangan air selama penyaluran diperhitungkan untuk tiap-tiap saluran :

• Kebutuhan air dikalikan 0,166 sebagai konversi dari mm/hari menjadi lt/d/ha (lr).

• Kebutuhan air untuk saluran tersier (Irt) = Ir x 1,25 • Kebutuhan air untuk saluran sekunder (Irs) = Irt x 1,15 • Kebutuhan air untuk saluran primer (Irp) = Irs x 1,10

(9)

h. Hasil perhitungan kebutuhan air pada saluran primer, sekunder dan tersier diplot pada jadwal rencana pengolahan tanah dan pertumbuhan padi.

i. Angka kebutuhan air untuk masing-masing saluran ditetapkan berdasarkan angka terbesar dari rata-rata kebutuhan air dari sistem saluran.

3.4.1. Perkolasi (P)

Banyaknya air untuk perkolasi tergantung dari prositas tanah. Perkiraan perkolasi didasarkan pada hasil percobaan lapangan, dalam hal ini tidak diadakan percobaan lapangan.

Perkiraan untuk perkolasi adalahn sebagai berikut:

- Lahan datar (dataran rendah) digunakan = 1 mm/hari - Lahan dengan kemiringan > 5% = 5 mm/hari - Menurut tekstur tanah di lapangan:

1. Tekstur berat (lempungan) = 1-2 mm/hari 2. Tekstur sedang (lempung pasiran) = 2-3 mm/hari 3. Tekstur ringan (pasiran) = 3-6 mm/hari (Salamun:49, 2004)

3.4.2. Curah Hujan Efektif (Rh)

1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan

Dalam memperoleh data hujan rata-rata bulanan didasarkan pada perencanaan di lapangan dan penakar hujan. Dalam hal ini dihitung hujan bulanan dengan 20% kering dihitung dari data hujan dengan pendistribusi normal:

Xt = X + k x σ dimana:

Xt = besarnya hujan pada periode tertentu k = rata-rata hujan

X = faktor frekuensi σ = standar deviasi (Salamun:51, 2004)

2. Hujan Efektif (Re)

Hujan efektif adalah curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memnuhi kebutuhan air (evapotranspirasi). Untuk menentukan

(10)

besarnya hujan efektif sebenarnya masih banyak pendapat yang berbeda-beda, mengingat masih kompleks masalh ini. Besarnya tergantung dari : a. Cara pemberian air irigasi misal rotasi atau penggenangan terus

menerus atau berulang.

b. Laju pengeringan air genangan di persawahan yang harus ditanggualangi.

c. Sifat hujan.

d. Keadaan lapisan air yang harus dipertahankan.

e. Pemberian air ke petak, apakah setiap sadapnya hanya memenuhi setiap petak atau sejumlah petak, atau petak bagian atas dapat secara langsung member air pada petak di bawahnya.

f. Jenis tanaman dan tingkat ketahanan tanaman terhadap kekurangan air. • Hujan efektif untuk tanaman padi

Menurut pedoman PSA010 besarnya hujan efektif direkomendasikan sebagai berikut:

a. Untuk pengambilan di bendung, besarnya

- 70% dari hujan bulanan dengan 20% kering selama pengolahan tanah selama 30 hari.

- 40% dari hujan bulanan dengan 50% kering selama masa pertumbuhan padi.

b. Untuk irigasi dengan waduk, pemberian air dapat diatur dengan baik.

- 70% hujan bulanan dengan 20% kering selama masa pengolahan tanah.

- 60% hujan bulanan dengan 20% kering selaman masa pengolahan tanah.

c. Untuk irigasi dengan tanah

- 70% kering dari hujan bulanan dengan 20% kering untuk masa pertumbuhan tanaman.

d. Untuk irigasi dengan golongan, faktornya dapat dilihat dalam tabel 1 c.

(Salamun:53, 2004) 3.4.3. Evapotranspirasi (ET)

Banyaknya air untuk evapotranspirasi dapat diperkirakan dengan cara Hargreaves atau Penman. Untuk menghitung evapotranspirasi dalam tugas ini digunakan metode Penman.

(11)

Perhitungan menurut Penman: ET = Eo x Kc dimana: ET = Evapotranspirasi Eo = Evaporasi Kc = Koefisien tanaman

3.5. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman  Tabel 3.2

1. Baris 1 sesuai dengan hasil baris 25 (Eo) dari metode Penman. Contoh untuk bulan Januari adalah 3.594 mm/hari.

2. Baris 2 merupakan nilai perkolasi.

Untuk lahan datar atau dataran rendah, nilai perkolasi = 1 mm/hari 3. Baris 3 = Eo + P

Contoh untuk bulan Januari : Eo (baris 1) = 3.594 mm/hari P (baris 2) = 1 mm/hari maka, didapat Eo + P = 3.594 + 1

= 4.594mm/hari

4. Baris 4 adalah nilai hujan rata-rata dari perhitungan data curah hujan (tabel 2.1)

Contoh untuk bulan Januari adalah 8,892 mm/hari.

5. Baris 5 kolom 3 adalah perhitungan hujan efektif dengan faktor hujan menggunakan tabel 1c (2 golongan)

Nilai hujan efektif (Re) = Rh x Fh

Contoh untuk bulan Januari : nilai RH (baris 4 kolom 5) = 8,892 nilai FH (baris 5.1 kolom 3) = 0,18

maka, didapat Re = 8,892 x 0,18 = 1,6 mm/hari

6. Baris 6 kolom 3 adalah koefisien tanaman didapat dari tabel 1b, Nilai Evapotranspirasi = Eo x Kc

Contoh untuk bulan Januari : nilai Eo (Baris 1 kolom 5) = 3.594 nilai Kc ( baris 6.1 kolom 3) = 1,20

(12)

maka, didapat nilai Et = 3.594 x1,20 = 4,313 mm/hari

7. Baris 7 adalah pengolahan tanah untuk tanaman padi

Baris 7.1 adalah LP (Land Preparation) yang didapat dari tabel Zylstra. Contoh untuk bulan Januari: Eo+P (tabel Zylstra) LP

4.594 (tabel Zylstra) 9,23 •Baris 7.2 menghitung kebutuhan air pada petak sawah (A)

Ir = A = LP – Re

Contoh untuk bulan Januari dengan Re1 = 1,6 (baris 6.1) Ir = 9,23 – 1,6

= 7,63 mm/hari

•Baris 7.3 mengkonversi satuan LP dari mm/hari menjadi liter/detik/ha (B) B = A x 0,116

= 7,63 x 0,116 = 0,88 liter/detik/ha

•Baris 7.4 menghitung kebutuhan air pada saluran tersier (C) C = B x1,25

dengan :

1,25 = angka koefisiean saluran tersier Contoh : C = 0,88 x 1,25

= 1,11 liter/detik/ha

•Baris 7.5 menghitung kebutuhan air pada saluran sekunder (D) D = C x 1,15

dengan :

1,15 = angka koefisien saluran sekunder Contoh : D = 1,11 x 1,15

= 1,28 liter/detik/ha

•Baris 7.6 menghitung kebutuhan air pada saluran primer (E) E = D x1,1

(13)

dengan :

1,1 = angka koefisiean saluran primer Contoh : E = 1,28 x 1,1

= 1,41 liter/detik/ha

8. Perhitungan pada baris 8 seperti baris 7. Namun, Re yang dipakai adalah Re pada baris 5.2 kolom 5

Contoh untuk bulan Januari 8,892 x 0,53 = 4,713 liter/detik/ha

9. Baris 9 adalah menghitung kebutuhan air pada saat pertumbuhan tanaman. • Baris 9.1 adalah menghitung kebutuhan pada petak sawah (A)

Ir = A = Et + P + W- Re dengan :

Et = Et1 Re =Re3

Contoh untuk bulan Januari Et = 4,313 (baris 6.1 kolom 5) P = 1,00 (kolom 5) W = 3,3333 Re = 4,890 (baris 5.3 kolom 5) Maka didapat Ir = 4,313 + 1,00 + 3,333 - 4,713 = 3,76 mm/hari

• Baris 9.2 mengkonversi satuan LP dari mm/hari menjadi liter/detik/ha (B) B = A x 0,116

= 3,76 x 0,116 = 0,44 liter/detik/ha

• Baris 9.3 menghitung kebutuhan air pada saluran tersier (C) C = B x1,25

dengan :

1,25 = angka koefisiean saluran tersier Contoh : C = 0,44 x 1,25

(14)

• Baris 9.4 menghitung kebutuhan air pada saluran sekunder (D) D = C x 1,15

dengan :

1,15 = angka koefisiean saluran sekunder Contoh : D = 0,54 x 1,15

= 0,63 liter/detik/ha

• Baris 9.5 menghitung kebutuhan air pada saluran primer (E) E = D x1,1

dengan :

1,1 = angka koefisiean saluran primer Contoh : E = 0,63 x 1,1

= 0,69 liter/detik/ha

10. Baris 10 sampai baris 12, perhitungan seperti baris 9. Namun, Et yang digunakan adalah Etn+1 dengan n dimulai dari 1. Sedangkan Re yang digunakan adalah Ren+1 dengan n dimulai dari 3.

11. Baris 13 sampai baris 16, perhitungan seperti baris 9. Namun, Et yang digunakan adalah Etn+1 dengan n dimulai dari 1. Sedangkan Re yang digunakan adalah Ren+1 dengan n dimulai dari 3. Dan perhitungan Ir tidak menggunakan tinggi genangan air (W), sehingga rumusnya menjadi :

Ir = Et + P - Re

3.6 Perhitungan Pola Tanam  Tabel 3.3

Contoh pada golongan 1 (dimulai pada akhir Oktober) Contoh Bero

• Saluran Tersier

Oktober awal adalah bero, yaitu tidak ditanami jadi kebutuhan air tidak ada.

• Saluran Sekunder

Oktober awal adalah bero, yaitu tidak ditanami jadi kebutuhan air tidak ada

• Saluran Primer

Oktober awal adalah bero, yaitu tidak ditanami jadi kebutuhan air tidak ada

Contoh Penyiapan Lahan • Saluran Tersier

(15)

Oktober akhir dimulai penanaman (penyiapan lahan pertama), maka didapat kebutuhan air = 1,34 liter/detik/ha (dari tabel 3.2 baris 7.3 kolom 14)

• Saluran Sekunder

Oktober akhir dimulai penanaman (penyiapan lahan pertama), maka didapat kebutuhan air = 1,54 liter/detik/ha (dari tabel 3.2 baris 7.4 kolom 14)

• Saluran Primer

Oktober akhir dimulai penanaman (penyiapan lahan pertama), maka didapat kebutuhan air = 1,70 liter/detik/ha (dari tabel 3.2 baris 7.5 kolom 14)

Contoh Pertumbuhan Tanaman • Saluran Tersier

November akhir adalah pertumbuhan tanaman pertama, maka didapat kebutuhan air = 1,05 liter/detik/ha (dari tabel 3.2 baris 9.3 kolom 14) • Saluran Sekunder

November akhir adalah pertumbuhan tanaman pertama, maka didapat kebutuhan air = 1,21 liter/detik/ha (dari tabel 3.2 baris 9.4 kolom 14) • Saluran Primer

November akhir adalah pertumbuhan tanaman pertama, maka didapat kebutuhan air = 1,33 liter/detik/ha (dari tabel 3.2 baris 9.5 kolom 14) Perhitungan pada golongan II seperti golongan I. Namun, penyiapan lahannya dimulai pada awal November.

Perhitungan angka kebutuhan air rata-rata • Saluran tersier

Contoh untuk bulan Novermber akhir Saluran tersier golongan I = 1,15 lt/dt/ha Saluran tersier golongan II = 1,27 lt/dt/ha

(16)

maka, kebutuhan air rata-rata saluran tersier = 2 27 , 1 15 , 1 + = 1,21 lt/dt/ha

Pada saluran sekunder dan primer tahapnya sama seperti saluran tersier. Kemudian cari kebutuhan rata-rata maksimum pada setiap saluran.

3.6 Debit Andalan

Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit rata – rata untuk periode tengah-bulanan. Kemungkinan tak terpenuhi ditetapkan 20% (kering), untuk menilai tersedianya air berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement). Dalam menghitung debit andalan harus mempertimbangkan air yang diperlukan di di hilir pengambilan. Namun, apabila data hidrologi tidak ada maka perlu ada suatu metode lain sebagai pembanding. metode Neraca yang dugunakan untuk mencari debit andalan.

Dengan menggunakan model neraca air (water balance) harga-harga debit bulanan dapat dihitung dari curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembapan tanah dan tampungan air tanah. Hubungan antara komponen-komponen terdahulu akan bervariasi untuk tiap daerah aliran sungai. Model neraca air Dr.Mock memberikan metode penghitungan yang relatif sederhana untuk bermacam-macam komponen berdasarkan hasil riset daerah aliran sungai di seluruh Indonesia. Curah hujan rata-rata bulanan di daerah aliran sungai dihitung dari data pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya di daerah aliran sungai dari data meteorologi (rumus Penman) dan karakteristik vegetasi. Perbedaan antara curah hujan dan evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung (direct run off), aliran dasar/air tanah dan limpasan air hujan lebat (storm run off). Debit-debit ini dituliskan lewat persamaan-persamaan dengan parameter daerah aliran sungai yang disederhanakan. Memberikan harga-harga yang benar untuk parameter ini merupakan kesulitan utama. Untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat diandalkan, diperlukan pengetahuan yang luas mengenai daerah aliran sungai dan pengalaman yang cukup dengan model neraca air dari Dr.Mock. Metode Mock memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai.(Kriteria Perencanaan:89, 1986)

3.6.1. Data Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.

(17)

Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data: 1. Curah hujan 10 harian (P)

2. Jumlah hari hujan (n)

3. Jumlah permukaan kering 10 harian (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.

4. Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi:

m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat

m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan kering untuk lahan sekunder.

m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi.

m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.

Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut:

Dengan:

E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi terbatas (mm)

Et = Evapotranspirasi terbatas (mm) Ep = Evapotranspirasi potensial (mm) m = singkapan lahan (Exposed surface) n = jumlah hari hujan

3.6.3. Luas Daerah Pengaliran

Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin besar pula ketersediaan debitnya.

3.6.4. Kapasitas Kelembaban Tanah (SM)

Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SM untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang ada. Dalam perhitungan ini nilai SM diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm. (Kriteria Perencanaan:107, 1986)

(18)

3.6.5. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off dan Ground water storage) Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi tanahnya.

3.6.6. Koefisien Infiltrasi

Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan DPS. Lahan DPS yang porus memiliki koefisien infiltrasi yang besar. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 – 1.

3.6.7. Faktor Resesi Aliran Tanah (k)

Faktor Resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke n dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air metode FJ Mock, besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga dapat dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.

3.6.8. Penyimpangan air tanah (Ground Water Storage)

Penyimpangan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpanan awal (initial storage) terlebih dahulu. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah sebagai berikut:

Vn = k x Vn-1 + 0.5 (1 + k) I Vn = Vn - Vn-1

Dimana:

Vn = Volume air tanah periode ke n k = qt/qo = faktor resesi aliran tanah

qt = aliran air tanah pada waktu periode ke t

qo = aliran air tanah pada awal periode (periode ke 0) Vn-1= volume air tanah periode ke (n-1)

Vn = perubahan volume aliran air tanah 3.6.9. Aliran Sungai

Aliran Dasar = Infiltrasi – Perubahan aliran air dalam tanah Aliran permukaan = volume air lebih – infiltrasi

(19)

Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run off). aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base

flow). Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:

Interflow = infiltrasi – volume air tanah

Direct run off = water surplus – infiltrasi

Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun

Run off = interflow + direct run off + base flow.

3.6.10. Neraca Air

Neraca air adalah keseimbangan antara air yang dibutuhkan dengan debit yang ada, dan ditampilkan dalam bentuk grafik. (Kriteria Perencanaan:110, 1986)

3.7 Perhitungan Debit Andalan dan Neraca Air (Tabel 3.4)

1. Baris 1 adalah data curah hujan maksimum setiap bulan, dari tahun 2002 tahun 2011

Contoh untuk bulan Januari adalah 582 mm

2. Baris 2 adalah jumlah hari hujan maksimum setiap bulan, dari tahun 2002 tahun 2011

Contoh untuk bulan Januari adalah 28 hari

3. Baris 3 adalah evaporasi potensial harian rata-rata bulanan, diperoleh dari hasil perhitungan penman (tabel 3.1) dikalikan jumlah hari setiap bulan Contoh untuk bulan januari : angka evaporasi = 3,594 mm/hari

Jumlah hari = 31 hari

Angka evaporasi bulanan (Ep)= 3,594 x 31 =111,4mm/bulan 4. Baris 4 adalah expose surface (m)

Untuk lahan pertanian yang diolah m = 30%-50% (Sumber ). Maka

expose surface atau persen tata guna lahan untuk setiap bulan diambil nilai

tengahnya yaitu 40%.

5. Baris kelima adalah nilai E: Ep E : Ep = {(m:20) x (18-n)}

(20)

dimana :

m = expose surface

n = jumlah hari hujan setiap bulan Contoh untuk bulan Januari

m = 40 n = 28 Maka didapat :

(m:20) x (18-n) = (40 :20) x 18-24) = - 20

6. Baris 6 adalah evaporasi (E) atau penguapan dari permukaan tanah E = Ep x {(m:20) x (18-n)}/100

Contoh untuk bulan Januari

Ep (baris 3) = 111,4 mm/bulan (m:20) x (18-n) (baris 5) = - 20 Maka didapat E = Ep x {(m:20) x (18-n)}/100 = 111,4 x (– 20)/100 = -22,28

7. Baris 7 adalah evapotranspirasi terbatas (Et) adalah evapotranspirasi aktual dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan.

Et = Ep – E dimana :

Et = evapotranspirasi terbatas

Ep= evaporasi harian rata-rata tiap bulan E = evaporasi

Contoh untuk bulan Januari Ep (baris 3) = 111,4 mm/bulan E (baris 6) = -22,28

(21)

Et = Ep – E

= 111,4 - (-22,28) = 133,71

8. Baris 8 adalah curah hujan yang mencapai muka tanah (S) S = R – Et

dimana :

R = curah hujan

Et = evapotranspirasi terbatas Contoh untuk bulan Januari

R (baris 1) = 582 mm Et (baris 7) = 133,71 Maka didapat S = R – Et = 582 - 133,71 = 448,29

9. Baris 9 adalah Soil Storage

Soil storage atau penyimpanan air tanah / perubahan kandungan air tanah. Diambil soil storage = 0 karena permukaan air tanah terletak jauh dibawah permukaan tanah sehingga pada saat kita menanam padi, air tanah tersebut tidak tercampur dengan air permukaan .Oleh karena itu diambil soil storage sama dengan 0

10. Baris 10 adalah Soil Moisture (SM)

Soil Moisture Capacity adalah kelembaban tanah. Menurut KP-01, soil

moisture adalah antara 50-200 mm. Semakin besar SM maka porositas semakin besar, karena itu diambil nilai SM minimum yaitu 50 mm karena tanaman padi tidak boleh memiliki porositas yang besar.

11. Baris 11 adalah water surplus atau keseimbangan air dalam tanah

Water surplus = S – Soil Storage

Contoh untuk bulan Januari

S (baris 8) = 448,29

(22)

Maka didapat

Water surplus = S – Soil Storage = 448,29 - 0 = 448,29

12. Baris 12 adalah infiltrasi, yaitu proses masuknya air ke permukaan tanah akibat gaya berat

Infiltrasi = Water Surplus x koefisien infiltrasi dimana :

Menurut KP koefisien infiltrasi dibatasi antara 0 -1, digunakan 0,2 karena pada penanaman padi diperlukan porositas yang rendah.

Contoh untuk bulan Januari

Water surplus (baris 11) = 448,29

Koefisien infiltrasi = 0,2 Maka didapat

Infiltrasi = Water Surplus x I = 448,29 X 0,2 = 89,66

13. Baris 13 adalah Total volume penyimpanan air tanah 0.5 x I ( 1 + k)

Dimana :

I = Infiltrasi

k = faktor resesi aliran tanah

Faktor resesi aliran tanah yaitu perbandingan antar aliran tanah pada bulan ke-n dengan aliran tanah pada bulan tersebut. Nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga mendapat Q yang diharapkan. Menurut FJ Mock, k = 0,15

Contoh untuk bulan Januari I = 89,66

k = 0.15

(23)

= 51,55

14. Baris 14 adalah Penyimpanan volume air tanah awal terkoreksi k x V ( n - 1)

Dimana :

V = Volume

V ( n - 1) diambil dari bulan sebelumnya Contoh utnuk bulan Februari

k = 0.15

V ( n - 1) = 56,55 k x V ( n - 1) = 0,15 x 56,55

= 8,48

15. Baris 15 adalah Storage Volume, yaitu volume penyimpanan air tanah Vn = {0.5 x I ( 1 + k)}+ {k x V ( n - 1)

Contoh untuk bulan Januari

0.5 x I ( 1 + k) (baris 13) = 51,55 k x V ( n - 1) (baris 14) = 5 Maka didapat Vn = {0.5 x I ( 1 + k)}+ {k x V ( n - 1)} = 51,55 + 5 = 56,55

16. Baris 16 adalah Perubahan volume aliran dalam tanah ∆Vn ∆Vn = Vn - V ( n - 1

Contoh untuk bulan Februari Vn (februari) = 47,87 V ( n – 1) (januari) = 56,55

∆Vn = 47,87 -56,55

17. Baris 17 adalah baseflow (BF) BF = I - ∆Vn

(24)

I = 89,66 ∆Vn = 10

BF = 89,66 -10 = 79,66 18. Baris 18 adalah Direct Run off (DRO)

DRO = Water surplus – I Contoh untuk bulan januari Water surplus = 448,29 I (infiltrasi) = 89,66

DRO = 448,29 + 89,66 =358,63

19. Baris 19 adalah Run off (RO) RO = BF+ DRO

Contoh untuk bulan Januari BF = 79,66

DRO = 358,63

RO = 79,66+ 358,63 = 438,29

20. Baris 20 luas daerah alirasn sungai (DAS)

21. Baris 21 adalah debit sungai yang mengalir , dalam satuan m3/bulan Q = Run off x Luas DAS

Contoh untuk bulan Januari

Run off = 438,29 Luas DAS = 32

Q = 438,29 x 32 = 14.025

22. Baris 22 adalah konversi debit sungai yang mengalir dari satuan m3/bulan ke mm/detik

Q (mm/detik) = 36(24 / jumlah ) hari10

3 x x bulan m Q ×

Contoh untuk bulan Januari Q (m3/bulan) =14.025 Jumlah hari = 31 Q (mm/detik) = 31 24 36 10 025 . 14 x x × = 7,06 mm/detik

(25)

3.8. Perhitungan Neraca Air • Debit tersedia

Contoh pada bulan Oktober I didapat 6,216 liter/detik, yang di peroleh dari tabel debit andalan (tabel 3.4). Pada bulan Oktober II angka yang di dapat sama dengan bulan Oktober I, karena perhitungan debit andalan dihitung setiap bulan

• Kebutuhan air

Contoh pada bulan Oktober I didapat 0,00 liter/detik/ha yang di peroleh dari tabel pola tanam (tabel 3.3). Pada bulan Oktober II angka 1,7 liter/detik yang diperoleh dari tabel pola tanam (tabel 3.3)

• Areal Terairi

Luas Areal teraliri =

Air Kebutuhan

Tersedia Debit

Referensi

Dokumen terkait