• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Lumba-lumba Hidung Botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus)

Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus) pada awalnya dikenal dengan nama Delphinus aduncus. Kata Tursiops diambil dari gabungan bahasa Yunani tursio yang artinya lumba-lumba dan ops yang berarti rupa atau berbentuk, sedangkan aduncus berasal dari bahasa latin yang berarti bengkok (rahang bawah sedikit membengkok ke belakang) (Perrin et al. 2001).

Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik dapat diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Cetacea Famili : Delphinidae Genus : Tursiops

Spesies : Tursiops aduncus

Status taksonomi atau klasifikasi dari T. aduncus masih diragukan sampai sekitar tahun 2000. Wang et al. (2000) membuktikan bahwa terdapat perbedaan morfologi dari lumba hidung botol genus Tursiops, yaitu antara lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus) dengan lumba-lumba-lumba-lumba hidung botol atlantis (T. truncatus) yang merupakan kerabat dekatnya. Berdasarkan studi yang dilakukan Wang et al. (2000) tersebut dapat diketahui bahwa T. aduncus cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan T. truncatus, yaitu dengan panjang tubuh lebih kurang 2,5-2,7 m dan bobot badan 200 kg, namun secara lebih detail T. aduncus memiliki moncong yang lebih panjang dan totol atau bercak hitam pada bagian ventral tubuhnya. Salah satu faktor yang menyebabkan keraguan status taksonomi dari Tursiops adalah distribusi dari populasinya yang luas dan adaptasi lokal populasi dengan lingkungan perairan yang berbeda (Gambar 1) (Perrin et al. 2001).

(2)

Gambar 1 Distribusi T. aduncus(Perrin et al. 2001).

Badan T. aduncus berbentuk streamline karena terdapat lapisan lemak atau

blubber yang berfungsi untuk memperhalus bentuk badannya. Kulit yang halus

juga memberikan kontribusi yang besar pada T. aduncus untuk membantu mengurangi hambatan saat berenang. T. aduncus tidak memiliki leher, sehingga kepalanya menyatu sempurna dengan badan. Begitu halnya dengan telinga bagian luar, T. aduncus hanya memiliki lubang kecil di sisi lateral kepalanya yang dilapisi lilin. Bagian mata tampak lebih menonjol ke arah lateral saat dilihat dari atas. Secara umum T. aduncus memiliki proporsi sirip dorsal (dorsal fin) dan sirip ventral (flipper) yang lebih besar dibandingkan T. truncatus bila dilihat dari ukuran tubuhnya yang lebih kecil (Perrin et al. 2001). Bentuk sirip ventral (flipper) yang kaku disebabkan karena adanya kerangka kaki depan dan jari-jari seperti pada mamalia lain, namun kerangka ini hanya dapat digerakkan pada bagian bahu saja, sehingga tidak dapat digerakkan sebebas kaki depan mamalia. Sirip ekor T. aduncus mengarah horizontal tidak seperti sirip ekor ikan hiu dan ikan lainnya yang mengarah vertikal, sehingga bentuk sirip ekor dapat dipakai

T. aduncus sebagai kekuatan untuk berenang dan dibantu dengan otot-otot badan

yang kuat. Organ reproduksi primer dan sekunder T. aduncus berada dalam suatu Hipotesis distribusi

Distribusi yang tercatat ? Distribusi yang belum pasti

(3)

kantong yang disembunyikan di dalam tubuhnya. Gambaran morfologi T. aduncus ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Gambar morfologi T. aduncus(Rommel& Reynolds2000).

Ordo Cetacea adalah jenis mamalia laut yang paling sempurna beradaptasi di lingkungan laut di antara jenis mamalia laut lainnya. Hal ini dapat terlihat pada letak lubang pernafasan atau biasa disebut blowhole yang terletak di atas kepala. Kelompok mamalia laut lain selain Cetacea memiliki lubang pernafasan di antara

mata dan mulut. Letak blowhole yang di atas kepala ini memungkinkan

T. aduncus untuk mengambil udara di permukaan air dengan hanya memunculkan

sebagian bagian dorsal tubuhnya tanpa harus berhenti berenang.

Penggunaan oksigen dalam paru-paru T. aduncus lebih efisien dibandingkan mamalia darat (Gambar 3). Pada saat bernafas, satu kali ekspirasi

T. aduncus mampu mengeluarkan lebih dari 90% udara di dalam paru-paru selama

kurang dari satu detik. Hal ini dapat terjadi karena jumlah kapiler paru-paru

T. aduncus mampu menyerap 50% oksigen dalam satu kali siklus nafas

dibandingkan mamalia darat yang hanya mampu menyerap oksigen 20% (Butler & Jones 1997). Besarnya kapasitas paru-paru ini memungkinkan

T. aduncus untuk menyerap banyak oksigen di udara. Hal ini dapat juga

meningkatkan resiko masuknya agen infeksius seperti bakteri, virus, dan cendawan melalui lubang pernafasan atau blowhole ke dalam saluran pernafasan

T. aduncus.

ANS anus; AOR aorta; BLD vesica urinaria; BLO blowhole; DIA diafragma; EYE mata; HAR ,

jantung; KID ginjal; LIV hati; LUN paru-paru; MEL melon (otak); REC rektum; SPL limpa;

(4)

Gambar 3 Perbandingan kapasitas maksimum paru-paru dan jumlah total udara yang dapat dihirup oleh kuda, manusia, singa laut, berang-berang laut, lumba-lumba pantai (dermaga), lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus), paus hidung botol, dan paus sirip (Slijper 1976).

II.2 Bakteri

Bakteri adalah sel prokariot yang tidak memiliki membran inti, bersifat uniseluler, dan memiliki organel sel yang sederhana. Reproduksi bakteri dilakukan secara aseksual melalui pembelahan biner sederhana. Sel-sel bakteri memiliki bentuk dasar yang khas, seperti batang, bulat, dan spiral serta bentuk modifikasi lain dari bentuk-bentuk dasar tersebut. Bakteri dapat dijumpai di manapun dan di berbagai lingkungan hidup. Bakteri ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik baik di aliran air sungai ataupun perairan laut serta di atmosfer. Keadaan lingkungan tempat hidup bakteri menentukan ciri-ciri dari suatu populasi bakteri (Pelczar & Chan 1986).

Bakteri memiliki bentuk dan ukuran sel yang beragam, yaitu sekitar 0,5-1,0 µm dan panjang 1,5-2,5 µm. Sel-sel bakteri dapat berbentuk seperti elips,

Kapasitas maksimum paru-paru per 100 kg BB

(5)

bola, batang (silindris) atau spiral (heliks). Masing-masing ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies (Pelczar & Chan 1986).

Sel bakteri yang berbentuk bulat seperti bola atau elips dinamakan kokus. Ada beberapa susunan atau penataan bakteri bentuk kokus yang khas bergantung pada spesiesnya, misalnya penataan bergerombol seperti buah anggur pada genus

Staphylococcus, penataan berantai pada genus Streptococcus, dan penataan seperti

bentuk kubus atau disebut sarkina pada genus Sarcina (Pelczar & Chan 1986). Sel bakteri berbentuk silindris atau seperti batang dinamakan basil. Ada banyak perbedaan dalam ukuran panjang dan lebar di antara berbagai jenis bakteri bentuk basil. Ujung beberapa bakteri basil tampak seperti persegi, bundar, meruncing atau lancip seperti ujung cerutu. Kadang bakteri basil saling melekat antara ujung yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk pola seperti rantai atau disebut streptobasil (Pelczar & Chan 1986).

Bakteri berbentuk spiral atau spirulum banyak ditemukan sebagai individu-individu sel yang tidak saling melekat atau soliter seperti pada genus

spirocheta ataupun melengkung seperti membentuk koma pada genus Vibrio

(Pelczar & Chan 1986).

Bakteri memiliki susunan sel yang sederhana dibandingkan dengan cendawan dan protozoa. Bakteri memiliki lapisan pelindung luar yang disebut dinding sel. Dinding sel ini bersifat kaku karena mengandung peptidoglikan sehingga mampu memberikan bentuk pada sel bakteri. Pada beberapa bakteri yang bersifat motil di bagian luar dinding sel dapat ditemukan flagel dan fimbriae. Flagel adalah filamen tipis seperti rambut yang berfungsi sebagai alat gerak bakteri. Fimbriae adalah filamen kecil, pendek, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan flagel yang berfungsi sebagai alat pelekatan ke sel inang (Pelczar & Chan 1986).

Pada bagian dalam dinding sel terdapat membran semipermeabel yang disebut sebagai membran sitoplasma dan mesosom. Mesosom adalah membran sitoplasma yang mengalami invaginasi atau melipat ke arah dalam. Secara umum organel-organel sel yang terdapat di dalam sitoplasma sel bakteri sangat sederhana. Organel-organel sel yang terdapat dalam sel bakteri yaitu bahan inti dan ribosom. Berbeda dengan kelompok sel eukariot, bahan inti dari bakteri tidak

(6)

dilapisi dengan membran inti, sehingga bahan inti atau DNA sel bakteri berada di dekat pusat sel dan terikat pada sistem mesosom. Beberapa jenis bakteri tertentu mampu menghasilkan spora baik eksospora maupun endospora. Spora ini berfungsi sebagai alat reproduksi vegetatif pada kondisi lingkungan tempat hidup yang buruk (Pelczar & Chan 1986).

II.3 Bakteri pada Tursiops aduncus

Mikroorganisme seperti bakteri, cendawan, protozoa ataupun virus banyak ditemukan di lingkungan hidup baik di dalam tanah, lingkungan akuatik aliran sungai ataupun perairan laut dan di atmosfer atau udara. Mikroorganisme ini juga dapat ditemukan di dalam tubuh hewan ataupun manusia baik berupa flora normal ataupun bersifat patogen. Sebagian besar agen infeksius ini dapat beresiko menyebabkan penyakit baik bersifat lokal ataupun sistemik saat sistem pertahanan tubuh inangnya menurun (Tellez et al, 2010).

Beberapa jenis bakteri dan cendawan mungkin saat ini sudah menjadi flora normal pada beberapa mamalia laut termasuk T. aduncus. Keterbatasan data rekam medik tentang penyakit, manifestasi klinis, dan lesio secara makroskopis dan mikroskopis dari agen infeksius pada T. aduncus menyulitkan untuk melakukan identifikasi penyakit yang muncul. Tahapan awal yang dilakukan untuk menginvestigasi kejadian penyakit adalah mengidentifikasi jenis agen-agen infeksius yang menginfeksi. Infeksi dari agen-agen tersebut menyebar secara luas mulai dari jaringan integumen (kulit), sistem pernafasan, pencernaan, urogenital, dan retikuloendotelial (Higgins 2000).

Berikut disajikan data bakteri yang berhasil diidentifikasi dari sistem pernafasan lumba-lumba hidung botol pada Tabel 1.

Tabel 1 Bakteri pada sistem pernafasan lumba-lumba hidung botol

Nama Bakteri Spesies

Aeromonas hydrophila Lumba-lumba hidung botol

Vibrio alginolyticus Lumba-lumba hidung botol

Mycobacterium spp. Lumba-lumba hidung botol atlantis (T. truncatus)

Nocardia asteroides Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)

Nocardia brasiliensis Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)

Nocardia caviae Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)

Staphylococcus aureus Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (T. aduncus)

(7)

II.3.1 Aeromonas hydrophila

Aeromonas adalah bakteri yang banyak ditemukan di tanah, air, dan

tempat pembuangan air. Bakteri ini hidup sebagai saprofit dengan menguraikan materi organik yang ada di sekitar lingkungan hidupnya, walaupun ada beberapa jenis yang bersifat parasit pada ikan, reptil, dan hewan lainnya. Jumlah

Aeromonas di lingkungan dapat bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah

bahan organik di lingkungan tempat hidupnya.

Aeromonas hydrophila adalah flora normal yang biasa ditemukan di

perairan yang terdapat ikan, seperti di kolam dan di tank air kolam. A. hydrophila adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus dengan ukuran sel berkisar antara 0,5-0,8 x 3,0-4,0 µm. Bakteri Gram negatif ini bersifat anaerob fakultatif, katalase positif, motil dengan flagella bersifat polar serta mampu memfermentasi glukosa menjadi asam dan gas. A. hydrophila dapat tumbuh baik dalam media biakan agar darah dan agar MacConkey pada suhu 37 °C. Bakteri ini bersifat oportunistik dan dapat menyebabkan penyakit pada ikan dan reptil apabila sistem imun inangnya menurun (Quinn et al. 2004)

Identifikasi penyakit yang disebabkan oleh A. hydrophila sedikit sulit, karena sampel yang diambil dari hasil swab ataupun kerokan jaringan yang diduga terinfeksi harus mendapat penanganan khusus dengan tetap menjaga kemurnian bakteri yang diambil dan menghindari kontaminasi pada media. Media selektif yang digunakan untuk mengisolasi A. hydrophila adalah agar darah

dengan penambahan antibiotik ampicilin 10 mg/L. Secara makroskopis

A. hydrophila pada agar darah adalah koloni besar dengan ukuran antara 2-3 mm,

datar, berwarna keabu-abuan, bersifat β hemolisis, dan memiliki bau khas busuk (Gambar 4). Pada media agar MacConkey, koloni A. hydrophila tampak pucat karena tidak memfermentasi laktosa (Gambar 5) (Quinn et al. 2004).

(8)

Gambar 5 Koloni A. hydrophila pada media agar MacConkey (Quinn et al. 2004).

Aeromonas hydrophila adalah bakteri Gram negatif yang bersifat motil

serta mampu memproduksi asam dan gas dari hasil fermentasi glukosa, namun kurang reaktif terhadap fermentasi gula-gula lain seperti inositol dan maltosa. Berikut disajikan karakteristik biokimiawi A. hydrophila pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik biokimiawi A. hydrophila

Karakteristik Biokimia A. hydrophila β hemolisis pada agar darah +

Motilitas + Indol + Reduksi nitrat + Urea - Arginin dekarboksilase + Oksidase + Katalase + Glukosa (gas) + Manitol + Maltosa - Sukrosa + Laktosa Bervariasi

Sumber: Quinn et al. (2004).

II.3.2 Vibrio alginolyticus

Vibrio alginolyticus adalah bakteri Gram negatif berbentuk koma dengan

ukuran sel berkisar antara 0,5-0,8 x 3,0-4,0 µm. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, katalase positif, motil dengan flagela bersifat polar serta mampu memfermentasi glukosa dan menghasilkan asam tanpa gas (Quinn et al. 2004).

V. alginolyticus membutuhkan NaCl konsentrasi tinggi untuk pertumbuhannya,

yaitu sekitar 6-8%. Kelompok bakteri Vibrio memiliki kemiripan dengan kelompok bakteri Aeromonas, yang membedakan di antara keduanya adalah kemampuan bakteri Vibrio dalam menghidrolisis asam amino arginin termasuk

(9)

Berbeda dengan jenis bakteri Vibrio lainnya yang biasa ditemukan pada saluran pencernaan, V. alginolyticus ditemukan pada saluran pernafasan atau

blowhole lumba-lumba, walaupun pernah juga ditemukan pada feses hewan laut,

seperti singa laut dan berang-berang laut (Barrow et al. 1993). V. alginolyticus memiliki antigen H dan O (Sakazaki et al. 1968). Karakteristik biokimia dari

V. alginolyticusdapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik biokimiawi V. alginolyticus

Karakteristik Biokimia V. alginolyticus Tumbuh pada suhu 37 °C +

Motilitas + Reduksi nitrat + Arginin dekarboksilase - Oksidase + Glukosa (gas) - Indol + VP + Sukrosa +/-

Sumber: Barrow et al. (1993).

II.3.3 Mycobacterium spp.

Mycobacterium spp. adalah bakteri Gram positif berbentuk batang kecil

dengan panjang sel bervariasi antara 0,2-0,6 x 1,0-10,0 µm. Bakteri Gram positif ini tidak motil, tidak berspora, bersifat aerobik, dan oksidatif. Beberapa spesies

Mycobacterium dapat memproduksi pigmen karotenoid (berwarna kekuningan)

dan bersifat patogen pada hewan. Spesies Mycobacterium ini disebut sebagai kelompok Runyon, terdiri dari skotokromogen yang mampu memproduksi pigmen karotenoid saat diinkubasi di tempat gelap ataupun terang dan fotokromogen yang hanya mampu memproduksi pigmen pada kondisi terang (Quinn et al. 2004).

Berdasarkan kecepatan pertumbuhannya, Mycobacterium spp. dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok pertumbuhan lambat yang terdiri dari Mycobacterium golongan tuberkulosis, fotokromogen, skotokromogen, dan nonkromogen. Kelompok ini rata-rata membutuhkan waktu lebih dari 7 hari untuk tumbuh. Kelompok kedua adalah kelompok pertumbuhan cepat yang membutuhkan waktu pertumbuhan

(10)

kurang dari 7 hari dan sering terdapat pada sistem pencernaan hewan (Quinn et al. 2004).

Mycobacterium spp. yang bersifat patogen dapat ditemukan pada beberapa

jaringan atau organ tubuh hewan, misalnya discharge saluran pernafasan, feses, susu, urine, dan semen. Spesies Mycobacterium yang sering menyebabkan penyakit pada hewan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kelompok Mycobacterium spp. patogen pada hewan

Spesies Inang

Pertumbuhan lambat Kelompok tuberculosis

M. tuberculosis Anjing, burung kenari dan burung Psittacine

M. bovis Sebagian besar mamalia

M. microti Kelinci, marmut, dan anak sapi

Kelompok fotokromogens

M. kansasii Keledai, babi, dan sapi

M. simiae Monyet

M. marinum Ikan laut, mamalia laut, dan amfibi

Kelompok skotokromogen

M. scrofulaceum Babi hutan, babi lokal, sapi, dan kerbau

Kelompok nonkromogen

M. avium Unggas, burung liar, kuda, dan babi

M. intracellulare Unggas, burung liar, sapi, primata, dan babi

M. ulcerans Kucing

M. xenopi Kucing dan babi

Pertumbuhan cepat

M. chelonae Ikan, kura-kura, sapi, kucing, dan babi

M. fortuitum Sapi, kucing, anjing, dan babi

M. phlei Kucing

M. smegmatis Sapi dan kucing

Kelompok lain

M. paratuberculosis Sapi, domba, kambing, dan ruminansia lain

M. lepraemurium Kucing dan rodensia

Sumber: Quinn et al. (2004).

Pembiakan Mycobacterium spp. sulit untuk dilakukan karena pertumbuhan koloni bakterinya yang lambat, sehingga rentan terhadap kontaminasi bakteri lain dan membutuhkan perlakuan khusus. Identifikasi genus Mycobacterium dapat dilakukan melalui pengamatan langsung secara mikroskopis dengan pewarnaan tahan asam Ziehl-Neelsen atau dengan bantuan penyinaran UV yang mampu menghasilkan efek fluoroscent pada kelompok Mycobacterium berpigmen. Koloni bakteri Mycobacterium spp. yang tampak dalam pewarnaan Ziehl-Neelsen adalah merah, menandakan bahwa bakteri ini tahan terhadap asam. Media pertumbuhan yang biasa digunakan untuk membiakkan Mycobacterium spp. adalah

(11)

selektif Malachite Green untuk M. tuberculosis dan M. avium serta beberapa jenis Mycobacterium lain yang membutuhkan gliserol untuk pertumbuhan. Karakteristik biokimiawi dari Mycobacterium spp. terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik biokimiawi Mycobacterium spp.

Karakteristik Biokimia M. tuberculosis M. bovis M. avium Tipe pertumbuhan Eugonik Disgonik Eugonik Morfologi koloni pada

media dengan gliserol

Tidak rata, keras, mengkilat, dan tidak mudah pecah

Kecil, basah-mengkilat, dan mudah pecah Keputihan, berlendir, dan mudah pecah Reduksi nitrat 3-8 minggu 3-8 minggu 2-6 minggu

Urea + - +

Arginin dekarboksilase + - -

Oksidase + + -

Sumber: Quinn et al. (2004).

II.3.4 Nocardia

Nocardia adalah bakteri kokoid Gram positif yang biasa ditemukan di

saluran pernafasan atau blowhole T. aduncus. Nocardia sebenarnya adalah bakteri yang hidup di tanah dan dapat menginfeksi inang, namun bakteri ini juga dapat hidup di udara. Kemampuan hidup bakteri ini di udara memungkinkannya untuk ditemukan di saluran pernafasan T. aduncus (Barrow et al. 1993).

Tabel 6 Karakteristik biokimiawi Nocardia spp.

Karakteristik

Biokimia N. asteroides N. brasiliensis N. caviae

Hidup di udara + + + Spora - - - Motilitas - - - Katalase + + + Oksidase - - - Glukosa (asam) + + + Maltosa - Bervariasi - Manitol - + +

Tahan asam Bervariasi Bervariasi Bervariasi

Urea + + +

Sumber: Barrow et al. (1993).

Dinding sel Nocardia juga mengandung lipid seperti halnya

Mycobacterium, namun kandungan lipid ini tidak sekuat dinding sel Mycobacterium yang tahan asam. Nocardia tidak tahan asam ataupun bereaksi

lemah terhadap asam dengan memberikan warna biru sampai keunguan saat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Nocardia adalah kelompok bakteri yang tidak bespora, tidak motil, dan aerob fakultatif. Ada beberapa jenis Nocardia

(12)

yang bersifat patogen pada mamalia laut, khususya pada lumba-lumba hidung botol, seperti N. asteroides dan N. brasiliensis. Berikut karakteristik biokimiawi dari Nocardia disajikan pada Tabel 6.

II.3.5 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif berbentuk kokus

dengan susunan bergerombol seperti buah anggur dengan diameter rata-rata 1,0 µm. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, katalase positif, oksidase negatif, koagulase positif, dan tidak motil serta bersifat patogen pada hewan dan manusia. Bakteri Gram positif ini tidak dapat tumbuh pada media agar MacConkey, namun dapat tumbuh dengan baik pada media agar darah dan nutrient agar. Jenis

Staphylococcus patogen lain selain S. aureus adalah S. intermedius, dan S. hyicus,

sedangkan S. epidermidis dan S. saprophyticus bersifat komensal di lingkungan. Tingkat patogenitas dari Staphylococcus berkaitan dengan enzim koagulase yang dihasilkan. Berikut karakteristik biokimia S. aureus yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik biokimiawi S. aureus

Karakteristik Biokimia S. aureus Hemolisis pada agar darah +

Uji koagulase +

Tumbuh pada media MSA +

Motilitas - Urea Bervariasi Alkalin Fosfatase + Oksidase - Katalase + Maltosa +

Sumber: (Quinn et al. 2004).

Staphylococcus dapat menginfeksi berbagai jenis mamalia, dengan spesies

yang spesifik untuk masing-masing individu mamalia. Koloni dari Staphylococcus dapat ditemukan pada saluran pernafasan (blowhole) pada lumba-lumba, kulit, membran mukosa, dan saluran pencernaan. Staphylococcus dapat menghasilkan toksin dan enzim yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan, misalnya enterotoksin, Toxic Shock Syndrome (TSS), alfa toksin dan lain sebagainya.

Media pertumbuhan yang biasa digunakan untuk membiakkan S. aureus adalah agar darah. Koloni S. aureus yang tumbuh pada media agar darah memiliki warna koloni kuning, namun koloni S. aureus dari anjing tidak menunjukkan

(13)

pembentukan warna kuning. Kemampuan S. aureus menghemolisis sel darah merah domba pada media agar darah dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakteri ini (Gambar 6).

Gambar

Gambar 1 Distribusi T. aduncus(Perrin et al. 2001).
Gambar 2 Gambar morfologi T. aduncus(Rommel& Reynolds2000).
Gambar  3    Perbandingan  kapasitas  maksimum  paru-paru  dan  jumlah  total  udara  yang dapat dihirup oleh kuda, manusia, singa laut, berang-berang laut,  lumba-lumba  pantai  (dermaga),  lumba-lumba  hidung  botol   indo-pasifik (T
Tabel 4 Kelompok Mycobacterium spp. patogen pada hewan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu berbagai peluang, manfaat, dan potensi penerapan sistem agroforestri karet dan terong yang berdasarkan dengan pengaturan jarak tanam tanaman terong, untuk itu perlu

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rumus indeks eksentrisitas Zagreb pertama dan kedua pada graf pembagi nol dari ring komutatif dengan unsur kesatuan dan untuk ,

Gambar 16 Cara Input Data Konsultasi Apabila data valid, aplikasi akan melakukan penilaian status gizi, perhitungan berat badan ideal, perhitungan kebutuhan kalori,

Asrama karyawan dibuat setengah terbuka agar sirkulasi udara lebih Iancar dan karyawan merasa lebih nyaman. Adanya permainan bidangvertikal berupa kolom batu kali Bukaan2

Dengan demikian teori ini berlaku dalam penelitian yang dilakukan pada Kantor Rektorat Undana dimana faktor tingkat kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

memastikan bahwa semua data yang dientry benar dan menerima uang dari pasien yang telah menerima pelayanan tersebut c Kasir Rawat Inap : Kasir Rawat Inap bertugas memasukan semua

E. Saya menegosiasikan deadline yang ditetapkan atasan tersebut dengan baik-baik agar tidak terlalu memberatkan Ketika gagal mencapai sesuatu yang saya inginkan, saya... Mencari

Pandanaran menuju pusat Kota Semarang lebih pendek dari pada rute alternative yang dibuat sebelumnya, hal tersebut disebabkan oleh kelas kemacetan lalu lintas mengalami