• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN DALAM MELAKUKAN KONSERVASI GEDUNG BANK MANDIRI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN DALAM MELAKUKAN KONSERVASI GEDUNG BANK MANDIRI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA ABSTRAK"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN DALAM MELAKUKAN KONSERVASI GEDUNG BANK MANDIRI

SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA

Andana Sidhi Aditya 2011420144

Universitas Katolik Parahyangan

ABSTRAK

Gedung Bank Mandiri terletak di daerah pariwisata Kota Tua, Jakarta dan merupakan Bangunan Cagar Budaya dengan Golongan B. Gedung ini dibangun pada tahun 1921 dengan fungsi sebagai kantor dagang perwakilan dari Standard Chartered

Bank of India, China, and Australia. Setelah Indonesia meraih kemerdekaanya,

bangunan ini dijadikan kantoroleh Bank Bumi Daya, yang kemudian beralih menjadi Bank Mandiri. Gedung ini memiliki nilai sejarah dan gaya arsitektur yang menarik sehingga sangat disayangkan apabila saat ini bangunan dalam kondisi terbengkalai dan tidak difungsikan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi pihak terkait untuk melakukan konservasi dan rehabilitasi pada Gedung Bank Mandiri berdasarkan kriteria bangunan cagar budaya golongan B.

Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data adalah dengan melakukan studi pustaka, wawancara kepada pemilik bangunan dan pengamatan objek langsung. Analisa yang dilakukan berdasarkan dari kriteria konservasi oleh Peraturan Daerah DKI Jakarta No 9 Tahun 1999 Tentang Bangunan Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya Pasal 20.

Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan konservasi terdapat beberapa bagian bangunan yang harus dijaga keasliannya seperti bagian detail, dan ornament yang menggambarkan karakter bangunan.Beberapa bagian bangunan dapat diubah tanpa merubah struktur bangunan utama.

(2)

ABSTRACT

Guidelines to Conserve Mandiri Bank Building as a Heritage Building

By:

Andana Sidhi Aditya NPM: 2011420144

Mandiri Bank office building is located in Kota Tua, Jakarta, and it is class B heritage building. This building is constructed in February 1921 as an office of Standard Chartered Buildings of India, China, and Australia. After Indonesia gains its freedom, the building is used by Bumi Daya Bank later change as Mandiri Bank. This building has a historical value and has an interesting architectural style, and it’s unfortunate that the building now is in bad condition, and neglected. The purpose of this research is to guide the related parties to conserve and rehabilitate the Mandiri Bank building based on the criteria of class B heritage building.

The method that is used in this reseach is descriptive qualitative. The data was collected by doing a literature review, interview with the owner of the building, and lastly some thorough observation at the object location. The analysis is based on Jakarta Local Regulation Number 9 Year 1999, which mentions the criteria of a heritage building and its class.

The research analysis resulting conclusion that in as we converse the building, there are some parts of the buildings that must be preserved such as the detail and the ornament that describe the character of the building. Some parts of the building can be changed without changing the main structure.

(3)

1. PENDAHULUAN

Kota Jakarta merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, dan memiliki banyak warisan sejarah yang terlupakan. Pada tahun 1527, Kota Jakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Jayakarta pada saat itu merupakan kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara, dan merupakan titik perdagangan utama di Asia Tenggara. Kota pelabuhan ini memiliki sejarah yang cukup penting, karena hal ini merupakan salahs atu titik perkembangan Indonesia menuju dunia modern.Belanda datang ke Jayakarta sekitar abad ke-16.Jayakarta awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada tahun 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang dan menjadi kota yang besar dan penting. Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur.

Dengan berkembangnya kota Batavia (Jakarta), maka berkembang pula pembangunan gedung gedung pemerintahan, perdagangan, dan hunian di sekitar kota. Salah satu bangunan yang menarik perhatian saya adalah gedung Bank Mandiri ( Bank Bumi Daya ) yang terletak di jalan Pintu Besar no. 1-2. Gedung ini dulunya merupakan Bank yang dimiliki oleh bank Standard Chartered of China, India, and Australia. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini diambil alih oleh Bank Bumi Daya.Setelah terbentuknya Bank Mandiri, gedung ini ditelantarkan karena dalam daerah Kota Tua Jakarta sudah terdapat gedung Bank Mandiri yang lebih besar. Karena di daerah tersebut sudah ada bangunan dengan fungsi serupa dan dari pengelola yang sama, maka gedung ini dilantarkan. Salah satu gedung Bank mandiri yang terdapat di lokasi pun dialihfungsikan menjadi museum Bank Mandiri. Karena fungsi museum sudah diambil oleh gedung yang lain, maka keberadaan gedung ini mulai dilupakan.

Gedung Bank Mandiri ( Bank Bumi Daya ) ini didirikan pada tahun 1921 oleh Eduard Cuypers dan M.J. Hulswit dengan gaya arsitektur New Indies Style. New Indies Style adalah gaya arsitektur modern yang digunakan Belanda di Indonesia. Gaya ini merupakan gabungan antara gaya Rationalism dan Art Deco. Gaya ini menggunakan banyak elemen arsitektur tropis, seperti menggunakan atap limasan, jarak lantai ke plafon yang tinggi, jendela jendela dan pintu (bukaan) yang besar untuk mendinginkan bangunan, dan beranda yang menghubungkan bangunan dengan taman, dan menggabungkannya dengan elemen arsitektural Eropa.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendorong pihak Bank Mandiri dan pemerintah untuk melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi terhadap geudng ini. Gedung ini akan difungsikan kembali sebagai kantor oleh Bank Mandiri, hanya saja Bank Mandiri belum melakukan analisa terhadap bangunan sebagai Bangunan Cagar Budaya Kelas B. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana

(4)

akan dilakukan analisa berdasarkan dari teori dan interpretasi data yang didapatkan dari lapangan langsung.

2.

KONSEP KONSERVASI TERHADAP BANGUNAN CAGAR BUDAYA

Secara etimologis, definisi ‘cagar budaya’ berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daerah kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Menurut UU No. 11 tahun 2010 , cagar budaya memiliki pengertian sebagai warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Bangunan cagar budaya terbagi menjadi beberapa klasifikasi yang ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu mengenai bangunan tersebut. Kriteria bangunan cagar budaya berdasarkan Kementrian Pendidikan dan Budaya Indonesia adalah:

a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih. Penentuan umur 50 tahun dilihat berdasarkan:

• Angka tahun yang tertera pada bangunan yang bersangkutan • Keterangan sejarah yang berasal dari sumber tertulis atau lisan b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun

c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.

d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

e. Berunsur tunggal atau banyak. Berunsur tunggal maksudnya adalah bangunan yang dibuat dari satu jenis bahan dan tidak mungkin dipisah dari kesatuannya, sedangaka bangunan berunsur banyak adalah bangunan yang dibuat lebih dari satu jenis bahan dan dapat dipisahkan kesatuannya.

f. Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.

Peraturan Daerah DKI Jakarta no 9 Tahun 1999, tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkunagn dan Cagar Budaya

Bab IV, tolak ukur kriteria sebuah bangunan cagar budaya, adalah: 1. Nilai sejarah

Dikaitkan dengan peristiwa perjuangan, ketokohan, politik, social, budaya yang menjadi symbol nilai kesejarahan pada tingkat nasional atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Umur

Dikairkan dengan usia sekurang-kurangnya 50 tahun. 3. Keaslian

Dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun struktur, material, tapak bangunan, dan bangunan di dalamnya.

(5)

4. Kelangkaan

Berkaitan dengan keberadaan satu-satunya yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal, nasional, atau bahkan dunia.

5. Tengeran atau landmark

Dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal, monument, atau benteng alam yang dijadikan symbol atau wakil dari suatu lingkungan sehingga merupakan tanda atau tengaran lingkungan tersebut.

6. Arsitektur

Dikaitkan dengan estetika dan rancangan yang menggambarkan suatu zaman dan gaya tertentu.

Kriteria-kriteria yang terdapat pada penjelasan diatas adalah kriteria luas yang umum digunakan di Indonesia.:

a. Nilai Sejarah

Nilai sejarah pada bangunan adalah nilai-nilai yang memiliki kaitan dengan peristiwa atau sejarah politik (perjuangan), sejarah ilmu pengetahuan, sejarah budaya termasuk didalamnya sejarah kawasan maupun bangunan, tokoh penting baik pada tingkat lokal (Bandung, Jawa Barat), nasional (Indonesia), maupun internasional.

b. Nilai Arsitektur

Nilai arsitektur pada bangunan mencakup bagaimana wajah bangunan (komposisi elemen-elemen dalam tatanan lingkungan) dan gaya tertentu (mewakili periode gaya tertentu) serta keteknikan. Termasuk di dalam nilai arsitektur adalah fasad, layout, dan bentuk bangunan, warna serta ornamen yang dimiliki oleh bangunan.Juga berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan atau menunjang ilmu pengetahuan, misalkan bangunan tersebut dibangun dengan teknologi tertentu atau teknologi baru (termasuk di dalamnya penggunaan konstruksi dan material khusus).Bangunan yang merupakan perkembangan tipologi tertentu.

Berdasarkan kriteria cagar budaya diatas, bangunan cagar budaya dibagi lagi menjadi tiga golongan yaitu golongan A (Utama), golongan B (Madya), dan golongan C (Pratama).

1) Golongan A (Utama) adalah bangunan cagar budaya yang memenuhi 4 (empat) dari 5 kriteria bangunan cagar budaya diatas.

2) Golongan B (Madya) adalah bangunan cagar budaya yang memenuhi 3 (tiga) dari 5 kriteria bangunan cagar budaya diatas. 3) Golongan C (Pratama) adalah bangunan cagar budaya yang

(6)

Setelah dilakukan penggolongan pelaksanaan, upaya konservasi bangunan yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur sesuai dengan golongannya masing-masing.

Pemugaran bangunan cagar budaya kelas B (Madya) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar, atau tidak layak tegal harus dibanguna kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.

2. Perubahan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah karakter bangunan serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting.

3. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan fungsi dan tata ruang dalam dengan tidak mengubah karakter struktur utama bangunan.

4. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan an tambahan yang menjadi suatu kesatuan dengan bangunan utama.

Pengertian konservasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan; pelestarian. Sedangkan pengertian konservasi yang tercantum pada Peraturan Daerah DKI Jakarta no 9 tahun 1999 mengenai Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya adalah segala upaya memperpanjang usia kawasan dan/atau bangunan cagar budaya berbentuk tindakan perlindungan dan pemeliharaan.

Menurut Eko Budihardjo (1989) konservasi adalah sebuah istilah yang menjadi induk dari segala kegiatan pelestarian dengan kesepakaran internasional dalam “The Burra Charter for the Conservation of Place of Cultural Significance” pada tahun 1981. Adapun beberapa istilah yang disepakati dalam piagam tersebut adalah:

1. Konservasi: Adalah segala proses pengelolaan suatu tempat supaya nilai kultural yang terkandung, terpelihara dengan baik. Konservasi tersebut mencangkup segala jenis kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yang dapat mencangkup preservasi, restorasi, rekonstruksi serta adaptasi/revitalisasi.

2. Preservasi: Adalah pelestarian seuatu tempat sama dengan keadaan aslinya tanpa adanya suatu perubahan, termasuk upaya pencegahan kehancuran.

(7)

3. Restorasi: Adalah melestarikan suatu tempat kepada keadaan semula dengan menghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru.

4. Rekonstruksi: Adalah kegiatan mengembalikan suatu tempat dengan kemiripan yang maksimal dengan keadaan semula, dengan bahan yang terdahulu ataupun bahan yang terbaru. 5. Adaptasi: Adalah merubah suatu tempat agar dapat digunakan

untuk fungsi yang lebih sesuai dengan fungsi yang tidak memerlukan suatu perubahan yang signifikan atau yang hanya memerlukan sedikit perubahan.

6. Demolisi: Adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah tidak layak guna atau membahayakan. Teknik Konservasi Bangunan

Dalam proses konservasi bangunan cagar budaya terdapat berbagai macam teknik yang dapat dipilih dan digunakan untuk melakukan perlindungan serta pemeliharaan secara baik dan benar dengan cakupan yang luas, berikut adalah beberapa teknik konservasi yang ada (Weeks & Grimmer, 1995):

1. Preservation

Suatu upaya atau proses mempertahankan dan memelihara sebuah benda bersejarah, baik bentuk, material, dan segala keutuhannya, tanpa melakukan perubahan drastis yang menghilangkan keutuhan benda bersejarah tersebut.

2. Rehabilitation

Suatu upaya atau proses dari perbaikan, perubahan dan penambahan sebuah bangunan bersejarah agar dapat berfungsi kembali dengan tetap mempertahankan sebagian besar komponen bangunan yang menyimpan nilai sejarah, budaya, dan arsitektur.

3. Restoration

Suatu upaya atau proses dari mengembalikan kembali komponen bangunan bersejarah secara akurat sesuai keadaannya semula sebagaimana yang dikenal pada periodenya. Proses restorasi juga diikuti dengan menghilangkan berbagai macam konstruksi tambahan yang tidak berasal dari periode sejarah bangunan tersebut dibangun. Proses restorasi tidak menggunakan material baru apapun di dalam proses pengerjaannya.

(8)

Sebuah upaya atau proses mengembalikan makna sebuah bangunan dengan melakukan replika bangunan tersebut sebagaimana yang dikenal pada periodenya. Biasanya dilakukan pada bangunan yang telah rusak atau runtuh dan kehilangan sebagian besar material aslinya, maka itu proses rekonstruksi menggunakan material baru di dalam prosesnya.

Seiring dengan prinsip-prinsip yang terdapat pada proses konservasi bangunan cagar budaya, terdapat juga etika yang harus dipenuhi dalam tindakan konservasi bangunan. Menurut Bernard Fielden dalam bukunya Conservation of Historic Buildings (2003. Pg. 6) dia menyebutkan:

a. Kondisi bangunan harus sudah tercatat sebelumnya sebelum dilakukan campur tangan konservasi

b. Bukti sejarah yang terdapat pada bangunan harus tetap ada dan tidak dihancurkan, dipalsukan, atau dipundahkan

c. Intervensi atau campur tangan pada bangunan harus dilakukan seminimal mungkin

d. Intervensi atau campur tangan harus dilakukan dengan tetap menjunjung nilai sejarah dan keutuhan fisik dari bangunan cagar budaya

e. Semua metoda dan material yang digunakan dalam proses tindakan konservasi harus didokumentasikan secara menyeluruh.

Dasar hukum upaya preservasi pada bangunan Cagar Budaya Golongan B ada dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999 Pasal 20 :

Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan B merupakan upaya preservasi bangunan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar, atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.

b. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornament bangunan yang penting;

(9)

c. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan atta ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur yang utuh dengan bangunan utama.

3.

GEDUNG BANK MANDIRI

Lokasi bangunan berada di Jalan Kali Besar Barat no.1-2 dengan tapak yang memiliki karakteristik bangunan hook. Bangunan ini terdapat di dalam kawasan Kota Tua, Jakarta Barat yang merupakan zona yang pengembangannya diarahkan sebagai kawasan bersejarah dengan fungsi utama sebagai fungsi edukasi, kegiatan budaya, dan sosila, ikon wisata internasional, reiiplikasi kota lama Batavia, pusat bisnis dan perdagangan terbatas. Bangunan berada di koridor Kali Besar dan menghadap Kali Krukut.Pada koridor Kali Besar banyak bangunan cagar budaya yang kondisinya ditelantarkan.

Akses untuk menuju gedung Bank Mandiri ( Bank Bumi Daya) ini dapat melalui Jl. Petak Baru lalu masuk melalui Jl. Pintu Kecil yang mengarah ke Jl Kali Besar Barat, atau dapat melalui Jl. Pintu Besar Barat. Saat ini gedung Bank Mandiri (Bank Bumi Daya) dalam kondisi yang terabengkalai. Cat bangunan sudah banyak yang terkelupas dan warna asli bangunan Nampak mulai pudar. Selain itu banyak kotoran kotoran yang menempel di bangunan.

Arcade pada bagian lantai dasar bangunan dikelilingi dengan jeruji untuk menghindari orang untuk masuk ke dalam bangunan. Akibatnya sekarang arcade yang ditujukkan untuk pedestrian kini tidak berfungsi lagi. Kondisi ubin pada bagian arcade ini beberapa tampak terawat, terutama pada bagian yang menghadap Jl. Kali Besar Barat.Pada bagian gedung yang menghadap Jl. Malaka, kondisinya benar benar tidak terawat.Pada bagian fasad bangunan bagian timur terlihat banyak kotoran yang menempel pada dinding bangunan.

(10)

Kotoran-kotoran ini biasa terlihat apabila bangunan tidak terawat dan tidak pernah dibersihkan.Jendela pada bangunan ini banyak yang sudah dalam kondisi rusak.Tetapi kusen yang menahan jendela banyak yang masih dalam kondisi baik.Hal ini disebabkan karena pada saat perencanaan, kusen yang dipilih untuk bangunan ini merupakan kayu terbaik yang pada zamannya sangat mudah untuk didapatkan.

Gedung Bank Mandiri ini merupakan bangunan dengan tiga lantai dengan fungsi sebagai kantor perdagangan. Pada lantai dasar dulu sempat digunakan sebagai parkir kendaraan beroda dua, sehingga ubin-ubin pada daerah ini dilepas dan hanya menggunkana acian beton saja.Akses Vertikal memiliki dua akses vertikal, yang pertama berada di zona servis dan yang utama berada dekat dengan ruang penerima.Pada setiap lantai terdapat dua daerah toilet, masing masing memiliki 4 toilet. Hal ini terjadi karena dulu bangunan ini merupakan kantor sewa dan pada setiap lantai bangunan memiliki 2 tempat yang dapat disewakan. Dalam bangunan ini juga memiliki akses vertikal berupa elevator (lift).Saat ini bangunan dalam kondisi kosong.

Kondisi fisik ruang dalam dari gedung Bank Mandiri saat ini tidak terawat, kotor, dan banyak terdapat puing-puing reruntukahn, baik dari plafon, rangka atap, daun pintu, dan sebagainya.Sebagian besar elemen-elemen yang ada pada ruang dalam bangunan masih merupakan elemen asli bangunan pada saat dibangun, kecuali ruang di lantai paling atas sempat direnovasi untuk pengambilan gambar sebuah film dan untuk sesi foto sebuah majalah.

Gambar 1.1 Gedung Bank Mandiri (Standard Chartered) Pada Saat ini

(11)

Bangunan Bank Mandiri ini memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh bangunan lain yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta, sehingga Bangunan ini memiliki karakternya sendiri.

1. Menara

Bangunan Bank Mandiri memiliki menara pengawas yang berada di atas bangunan.Menara ini menghadap ke arah selatan dan berfungsi untuk pengawasan pada bangunan.

2. Kolom Tuscan

Pada pintu masuk utama bangunan, fasad nya dipenuhi oleh kolom dengan gaya arsitektur Romawi. Tidak banyak ditemukan penggunaan kolom bergaya arsitektur Romawi dalam bangunan kolonial di kawasan Kota Tua, sehingga kolom-kolom ini menjadi salah satu karakter utama pada bangunan ini.

Area Publik Area Servis Area Privat

Gambar 1.2 Denah dan Zoning Lantai Dasar

(12)

3. Dinding

Pada bagian dinding bangunan ini memiliki aksen berupa garis-garis di sepanjang dinding fasad bangunan. Garis –garis pada dinding ini merupakan sebuah gaya ciri yang banyak digunakan oleh gaya arsitektur

New Indies.

4. Kaca Patri

Bangunan Bank Mandiri ini memiliki gaya dan lukisan yang unik. Lukisan pada kaca ini menggambarkan barang dagang yang menjadi komoditi penting untuk perdagangan pada masa kolonial.

Gambar 1.4Kolom Tuscan

Gambar 1.5Dinding Fasad

(13)

4. KAJIAN POIN – POIN BERDASARKAN KRITERIA PRESERVASI

BANGUNAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN B MENURUT PERDA DKI

JAKARTA

Berdasarkan golongan bangunan cagar budaya nya, gedung Bank Mandiri ini merupakan bangunan cagar budaya Golongan B. Dengan mengikuti ketentuan pemugaran pada bangunan cagar budaya Golongan B, maka pada bab analisa ini dilakukan kajian langkah langkah pemugaran berdasarkan ketentuan berikut:

1. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar, atau tidak layak tegal harus dibanguna kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.

2. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap dan warna, serta mempertahankan detail dan ornament yang penting ;

3. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam dengan tidak mengubah struktur yang utuh dengan utama bangunan.

A. Analisa Kondisi Bangunan

Bangunan ini memiliki atap berbentuk persegi dengan kemiringan yang landau, sehingga atap tidak terlihat dari bawah.Selain itu, bangunan juga mempunyai menara yang memiliki atap berbentuk kubah. Atap menara yang berbentuk kubah ini mewakili gaya arsitektur Barat pada bangunan tropis. Material atap lebih banyak menggunakan genteng tanah liat, namun pada atap menara berbentuk kubah menggunakan material metal.

Bagian atap sebagian besar masih dalam kondisi baik, hanya saja apabila terjadi hujan yang sangat lebat, beberapa titik di atap mengalami kebocoran.Pada bagian plafond bangunan terlihat lubang-lubang dan di beberapa bagian, plafond nya sudah hancur. Pada bagian plafon tidak memiliki ornament khusus ataupun pola yang unik yang pantas untuk dipelihara.

(14)

Lantai pada bangunan gedung Bank Mandiri beberapa telah dilakukan renovasi. Beberapa ubin yang masih dijaga ada di bagian lobby utama dan arcade bangunan dan pada bagian sirkulasi tangga servis. Pada beberapa tempat, ubin pada bangunan dilepas untuk keperluan parkir.Ubin pada lantai dua dan lantai tiga, sebagian besar telah dilakukan renovasi. Pada bangunan ini tidak ada ubin yang membentuk sebuah pola yang menunjukkan detail maupun karakter pada bangunan.

Dari hasil analisa tentang kondisi fisik bangunan dapat disimpulkan dengan table bahwa : Elemen Bangunan Dipertahank an Diubah Keterangan Atap √ Plafon √ Dinding √ Pintu √ Jendela & Ventilasi

√ Beberapa jendela dapat

diubah Tangga √ Ruang Dalam √ Lantai √ Ruang Luar

√ Resevoir air bawah dapat

dipindah atau dihilangkan

B. Analisa Detail Dan Ornamen

Ada beberapa detail yang wajib dipertahankan dari Gedung Bank Mandiri ini apabila akan dilakukan revitalisasi. Detail – detail ini adalah yang membedakan gedung ini dari gedung yang lain di sekitar Kota Tua.

Gambar 1.8Plafond Pada Lantai Dua

(15)

No. Detail Pada Bangunan Keterangan

1 Garis Pada Dinding Garis-garis pada

dinding bangunan merupakan salah satu detail dari gedung Bank Mandiri. Garis ini merupakan implikasi dari gaya Arsitektur

New Indiesyang

diimplikasikan pada Gedung Bank Mandiri. Garis –garis ini wajib dijaga dan dilestarikan karena garis ini merupakan detail yang mewakili gaya arsitektur

pada jamannya, sehingga penting untuk

dilestarikan.

2 Elemen Lengkung Pada Bagian Arcade Elemen-elemen

lengkung pada bagian arcade bangunan bagian dari detail pada Gedung Bank Mandiri. Detail ini terdapat di sepanjang bagian

arcade. Elemen

lengkung ini merupakan ciri khas bangunan dengan Gaya Arsitektur Art Nouveau.

3 Detail Pada Pintu Utama Elemen detail yang

harus dipertahankan pada pintu utama. Elemen ini menjadi penanda pintu masuk utama pada bangunan. Gambar 1.10 Garis Pada Dinding

Gambar 1.11Elemen Lengkung

(16)

4 Ukiran Pada Kolom Detail pada ukiran di kolom ini merupakan implikasi dari garis – garis dengan gaya Art

Deco. Ukiran

menggunakan elemen geometri sederhana.

C. Ornamen Pada Bangunan

Lukisan pada kaca patri ini merupakan ornament yang sangat penting pada Gedung Bank Mandiri karena ornament ini menggambarkan karakteristik dari barang dagang khas Indonesia pada jamannya. Barang dagang yang menjadi komoditi khas Indonesia ini adalah tembakau, tebu, karet, kapas, dan padi.

Gedung Bank Mandiri ini memiliki ornament kolom dengan gaya Arsitektur Romawi. Gaya ini lazim digunakan oleh gaya Arsitektur Klasik dan muncul kembali pada periode Renaissance. Hal ini menjadi unik karena kolom ini digunakan kembali pada periode Arsitektur Modern.Dalam penggunaannya pada Gedung Bank Mandiri ini, Kolom Tuscan ini merupakan penunjuk pintu utama akses masuk bangunan.

Gambar 1.13Kolom Utama

Gambar 1.14Lukisan Kaca Patri

(17)

Menara pada Gedung Bank Mandiri ini merupakan ciri dan karakter utama pada Gedung Bank Mandiri ini.Menara ini menghadap persis ke persimpangan jalan dan memberikan penyikapan bagi bangunan terhadap simpang jalan.

D. Analisa Ruang dan Struktur Utama Pada Bangunan

Gedung Bank Mandiri ini pertama kali didirikan sebagai kantor oleh Standard Chatered Bank of China, India, and Australia. Oleh sebab itu denah bangunan memiliki karakter open plan, agar ruang kantor dapat ditata sesuai kebutuhan oleh pengguna kantor. Setelah melakukan wawancara dengan pihak Bank Mandiri, bangunan ini ke depannya akan digunakan kembali dengan fungsi yang sama, yaitu kantor. Melihat karakteristik tata ruang pada ruang kantor pada umumnya, maka tata ruang yang ada pada Gedung Bank Mandiri ini sudah tepat dengan fungsi yang akan digunakan setelah dilakukan revitalisasi. Maka dari itu tata ruang dari Gedung Bank Mandiri saat ini tidak perlu dirubah.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan konservasi pada gedung Bank Mandiri, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Kondisi bangunan harus dikembalikan kembali seperti semula. Bagian-bagian

bangunan yang harus di preservasi meliputi bagian kepala bangunan, badan bangunan, dan kaki bangunan. Bagian-bagian yang dapat diubah pada bangunan adalah bagian plafond bangunan, ubin pada lantai bangunan, dan pintu-pintu pada bangunan yang sudah tidak bias digunakan kembali. Beberapa bagian plafon bangunan sudah hancur sehingga tidak dapat dibetulkan

kembali.Sedangkan pada beberapa bagian lantai, ubin sudah tidak ada, sehingga dapat diganti.

(18)

2. Pada saat pengerjaan rehabilitasi dan revitalisasi, ada beberapa detail dan ornament yang harus dijaga. Detail pada bangunan yang harus dijaga yaitu detail garis-garis pada fasad bangunan, elemen lengkung pada arcade bangunan, detail kusen dan kaca patri pada pintu masuk utama. Sedangkan pada ornamen bangunan yang harus dijaga adalah lukisan pada kaca patri di bagian lobby lantai satu, kolom Tuscan pada bagian depan gedung, dan bagian menara pada bagian atap gedung Bank Mandiri.

3. Apabila Gedung Bank Mandiri ini akan digunakan kembali dengan fungsi kantor, maka tidak perlu dilakukan perubahan tata ruang, sebab tata ruang saat ini merupakan tata ruang kantor dengan rencana terbuka (open plan).

Gedung Bank Mandiri merupakan bangunan yang cukup bersejarah dan memiliki nilai arsitektur yang tinggi, maka sangat penting bagi bangunan ini sebagai saksi sejarah untuk dilestarikan dan dijaga dengan baik.Dengan pengembalian fungsi bangunan ini mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar,

ekonomi, dan sosial budaya. Untuk masukan fungsi baru selain kantor milik Bank Mandiri, fungsi lain yang dapat diterapkan adalah penggunaan bangunan

sebagai kantor sewa atau dijadikan fungsi komersial. Ruang-ruang pada bangunan ini masih dapat diubah asalkan tidak merubah struktur utama

bangunan. Dan apabila bangunan menjadi fungsi komersil, maka fungsi tersebut akan membantu mengangkat nilai kawasan Kota Tua Jakarta sebagai kawasan pariwisata.

(19)

DAFT AR PUSTAKA

Fielden, Bernard M. (2003) Conservation of Historic Buildings Third Edition. London:

Architectural Press

Sidharta, Budihardjo. (1989). Konservasi lingungan dan bangunan kuno bersejarah di

Surakarta, Gadjah Mada University Press

Tiesdell, S., Oc, T., & Heath, T., (1996) Revitalizing Historic Urban Quarters.Great Britain:

Hartnolls Ltd., Bodmin, Cornwall.

Weeks, Kay D. & Grimmer, Anne E. (1995) The Secretary of the Interior’s Standards for

the Treatment of Historic Properties: with Guidelines for Preserving, Rehabilitating,

Restoring& Reconstructing Historic Buildings. Washington D.C.: Heritage

Preservation Services

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Bangunan Pelestarian dan

Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya

Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung

Pengertian dan Kriteria Cagar Budaya (2013). Diunduh pada 10 Februari 2016 from:

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2013/10/2_Regnas_MOD

UL_I.pdf

Prinsip Pelestarian Dalam Burra Charter 1982 (2015) Diunduh pada 10 Februari 2016

from:

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2015/08/27/prinsip-pelestarian-dalam-burra-charter-1982/

Makna dan Pengertian Konservasi (2008) Diunduh pada 28 Februari 2016 from:

Gambar

Gambar 1.1 Gedung Bank Mandiri  (Standard Chartered) Pada Saat ini
Gambar 1.3Menara Pada Atap
Gambar 1.4Kolom Tuscan
Gambar 1.7Atap Bangunan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Peralatan Elektronika. Jakarta: Elex

Hasil penelitian menunjukkan bah- wa dari sebelas perusahaan yang diteliti ada lima perusahaan yang minimal satu periode masuk ke dalam kategori pailit, empat

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH ( PIPER CROCATUM LINN.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA.. TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE UJI TOLERANSI

Bentuk penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah bentuk survei (survey studies). Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan

Banyak kapal-kapal asing berlayar ke Indonesia, karena ingin membeli rempah- rempah yang terjual pasar-pasar (tradisional). Pasar tradisional tidak akan berubah ciri

Di Missisipi, ELEUTERIUS (1974) menemukan bahwa dengan kontruksi balok dan besi yang digunakan untuk jangkar tidak berpengaruh pada transplantasi untuk jenis lamun Halodule

Ikan Kryptopterus limpok dari Sungai Kampar dan Indragiri propinsi Riau membentuk kelompok hubungan kekerabatan dengan nilai bootstrap 80%, sedangkan Kryp-.

Penelitian ini dibatasi pada masalah nomor 3, 5 dan 7, sehingga judul penelitian ini adalah Pengembangkan virtual laboratory berpendekatan guided inquiry materi