Manajemen Frekuensi
Manajemen Frekuensi
Penerbangan
Penerbangan
Mulyadi Mulyadi Direktorat Penataan Sumber Daya Direktorat Penataan Sumber Daya Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan InformatikaDisampaikan pada acara Disampaikan pada acara Pelatihan Petug
agenda
agenda
•
•
Pengaturan Dinas Penerbangan dalam RR
Pengaturan Dinas Penerbangan dalam RR
••
Penger
Pengertian Dinas
tian Dinas Penerbang
Penerbangan (Aeronautical Service)
an (Aeronautical Service)
••
Alokasi Frekuensi Radio untuk
Alokasi Frekuensi Radio untuk Dinas Penerbangan
Dinas Penerbangan
••
Frekuensi Komunikasi untuk Dinas Penerbangan
Frekuensi Komunikasi untuk Dinas Penerbangan
••
Frekuensi Navigasi untuk Dinas Penerbangan
Frekuensi Navigasi untuk Dinas Penerbangan
••
Frekuensi Peng
Frekuensi Pengamatan (surveillance)
amatan (surveillance) untuk Dinas
untuk Dinas
Penerbangan
Penerbangan
•
•
Perizinan Frekuensi untuk Dinas Penerbangan
Perizinan Frekuensi untuk Dinas Penerbangan
••
Perlindungan Terhadap Frekuensi Penerbangan
Perlindungan Terhadap Frekuensi Penerbangan
••
Gangguan
Gangguan Freku
Frekuensi
ensi Penerbang
Penerbangan
an
•3
3
Pendahuluan
Pendahuluan
•
•
When it all
When it
all began,
began, Pilots were
Pilots were dependant
dependant on
on
Radio Frequencies for
Pengaturan Dinas Penerbangan dalam
Radio Regulation
• Article 5 : Frequency Allocations • Chapter VIII: Aeronautical Service
– Article 35 : Introduction
– Article 36 : Authority of the Person Responsible for the Station – Article 37 : Operator’s Certificate
– Article 38 : Personnel
– Article 39 : Inspection of Stations
– Article 40 : Working Hours of Stations
– Article 41 : Communications with Stations in the Maritime Services – Article 42 : Conditions to be Observed by Stations
– Article 43 : Special Rules Relating to the Use of Frequencies – Article 44 : Order of Priority of Communications
Pengaturan Dinas Penerbangan dalam
Radio Regulation
• Appendix 26 : Provisions and associated Frequency Allotment
Plan for the aeronautical mobile (OR) service in the bands
allocated exclusively to that service between 3 025 kHz and 18 030 kHz
• Appendix 27 : Frequency allotment Plan for the aeronautical
Pengaturan Dinas Penerbangan dalam
Radio Regulation
• Ketentuan Lain terkait Penerbangan:
– Article 4 : Assignment and Use of Frequencies – Article 15 : Interferences
– Article 19 : Identification of Stations
– Appendix 12 : Special Rules Applicable to Radiobeacons
– Appendix 16 : Documents with which stations on board ships and aircraft shall
be provided
– Appendix 42 : Table of allocation of international call sign series
– RECOMMENDATION 7 (Rev.WRC-97) Adoption of standard forms for ship
station and ship earth station licences and aircraft station and aircraft earth station licences1
– RECOMMENDATION 401 Relating to the efficient use of aeronautical mobile
(R) worldwide frequencies
– RECOMMENDATION 724 (WRC-07) Use by civil aviation of frequency
Dinas Radio Penerbangan
Dinas Radio untuk keperluan Penerbangan
• Dinas bergerak penerbangan (aeronatical mobile service)
– Aeronautical Mobile (R) service (AM(R)S) – Aeronautical Mobile (OR) Service (AM(OR)S)
• Dinas bergerak penerbangan
–
satelit (aeronautical mobile satellite service)– Aeronautical Mobile Satellite (R) Service (AMS(R)S) – AeronauticalMobile-Satellite (OR) Service (AMS(OR)S)
• Dinas navigasi radio penerbangan (Aeronautical RadioNavigation Service/ ARNS)
• Dinas navigasi radio penerbangan
–
satelit (Aeronautical RadioNavigation-Satellite Service/ ARNSS)• Dinas radio berkaitan dengan keselamatan penerbangan :
Dinas Radio Penerbangan
• Dinas Bergerak Penerbangan (aeronautical mobile service): – mobile service antara :
• aeronautical stations dan aircraft stations, atau
• antar aircraft stations, termasuk survival craft stations;
– Termasuk emergency position-indicating radiobeacon stations pada frekuensi
distress dan emergency.
• aeronautical mobile (R) service:
– aeronautical mobile service untuk komunikasi terkait safety dan regularity of
flight, terutama sepanjang rute penerbangan sipil nasional atau internasional.
• aeronautical mobile (OR)service:
– An aeronautical mobile service untuk komunikasi, termasuk yang terkait
dengan flight coordination, terutama diluar rute penerbangan sipil nasional atau intenasional.
– R : Route
Alokasi Frekuensi Radio Penerbangan
Band Service Aviation use
9 – 14 kHz RNS Omega (perangkat lama), sudah tidak
digunakan lagi.
90 –110 kHz RNS LORAN-C
130 –535 kHz ARNS NDB/locator
2 850 –22 000 kHz AM(R)S Air-ground communications
(HF voice and data) 3 023 and 5 680 kHz AM(R)S Search and rescue 74.8 –75.2 MHz ARNS Marker beacon
108 –117.975 MHz ARNS
AM(R)S
VOR/ILS localizer/ GBAS/VDL Mode 4 117.975 –137 MHz AM(R)S Air-ground and air-air communications
(VHF voice and data) 121.5, 123.1 and 243 MHz AM(R)S/MSS Emergency frequencies 328.6 –335.4 MHz ARNS ILS glide path
406 –406.1 MHz MSS Search and rescue (satellite)
960 –1 215 MHz ARNS
RNSS AM(R)S
DME/UAT GNSS
Frekuensi Penerbangan
1 215 –1 260MHz RLS/RNSS GNSS
1 260 – 1 400 MHz ARNS/RLS Primary surveillance radar
1 525 –1 559 MHz MSS (s-E) Satellite communications
1 610 –1 626.5 MHz AMS(R)S (s-E,E-s) Satellite communications
1 626.5 –1 660.5 MHz MSS (E-s) Satellite communications
1 559 –1 626.5 MHz ARNS/RNSS/ MSS GNSS
2 700 –3 300 MHz ARNS/RNS/RLS Primary surveillance radar
4 200 –4 400 MHz ARNS Radio altimeter
5 000 –5 250 MHz ARNS
AM(R)S
MLS
5 350 –5 470 MHz ARNS Airborne weather radar
8 750 –8 850 MHz ARNS/RLS Airborne Doppler radar
9 000 –9 500 MHz ARNS/RNS Precision approach radar
ASDE
13.25 –13.4 GHz ARNS Airborne Doppler radar
15.4 –15.7 GHz ARNS ASDE/other systems
24.25 –24.65 GHz RNS ASDE
11
Penggunaan Frekuensi Penerbangan
Radio Frequencies for Aircraft
Communications,
Navigation
and
Surveillance
•
Radio Frequencies for support airlines/ airport
Overview Penggunaan Frekuensi
oleh Penerbangan
Perangkat Komunikasi dan Navigasi di
Pesawat
Pita Frekuensi untuk Komunikasi
Penerbangan
•
Komunikasi : suara dan data
•HF : 2850
–22 000 kHz
– Untuk komunikasi jarak jauh wilayah remote atau di atas
samudera
•
VHF : 117.975
–137 MHz
– Pita komunikasi utama
– Untuk komunikasi tower – pesawat terbang
•
L-band : 1525
–1559 MHz/ 1626.5
–1660.5 MHz
– komunikasi tower – pesawat terbang menggunakan satelit MSS – Terutama untuk wilayah remote atau oceanic yang tidak dapat
Pita HF untuk Penerbangan
•
Pita HF digunakan untuk komunkasi jarak jauh (suara
atau data)
– Antara pesawat dan tower (air to ground) untuk
penerbangan di wilayah yang tidak dapat dicakup oleh komunikasi VHF (wilayah remote ataupun penerbangan di atas samudra), atau
– Antara bandara dengan bandara (ground to ground)
•
Pengaturan :
– RR Appendix 26 : Allotment HF AM(OR)S : – RR Appendix 27 : Alotment HF AM(R)S
Pita HF untuk AM(R)S
• Dasar : Appendix 27 RR• Frekuensi HF untuk AM(R)S:
– 2850 – 3025 : 57 kanal – 3400 – 3500 : 33 kanal – 4650 – 4700 : 16 kanal
– 5450 – 5480 : 9 kanal (hanya Region 2) – 5480 – 5680 : 66 kanal – 6525 – 6685 : 53 kanal – 8815 – 8965 : 49 kanal – 10005 – 10100 : 31 kanal – 11275 – 11400 : 41 kanal – 13260 – 13360 : 33 kanal – 17900 – 17970 : 23 kanal – 21294 – 22000 : 25 kanal
Pita HF untuk AM(R)S
•
Allotment HF untuk AM(R)S:
–
MWARAs (Major World Air Route Areas)
–
RDARAs (Regional and Domestic Air Route Areas) :
–VOLMET
–
World-wide Area
mwara
• Frekuensi MWARA digunakan untuk komunikasi penerbangan
internasional
• Dunia dibagi atas 15 wilayah MWARA
• Wilayah MWARA yang mengcover Indonesia:
– MWARA - SEA : seluruh Indonesia kecuali Jayapura – MWARA – EA : wilayah di utara khatulistiwa
– MWARA – CWP : wilayah Maluku dan Papua – MWARA – INO : pulau Sumatera dan Banten
• Allotment frekuensi MWARA di wilayah South East Asia:
Area Pita frekuensi (MHz)
3 3.5 4.7 5.6 6.6 9 10 11.3 13.3 18 22 MWARA -SEA 3 470 3 485 5 649 5 655 6 556 8 942 10 066 11 396 13 309 13 318 17 907
mwara
• SEA - 1) South East Asia Area 1
– 3470.0 - 5670.0 - 6556.0 - 10066.0 - 13318.0 - 17907.0
– Bali, Bangkok, Colombo, Calcutta, Dhaka, Guangzhou, Jakarta,
Kathmandu, Kuala Lumpur, Kunming, Madras, Male, Singapore, Yangon
• (SEA - 2) South East Asia Area 2
– 3485.0 - 5649.0 - 5655.0 - 8942.0 - 11396.0 - 13309.0 - 17907.0 – Bali, Bangkok, Guangzhou, Hanoi, Ho Chi Minh, Hong Kong,
Jakarta, Kuala Lumpur, Kota Kinabalu, Manila, Seoul, Singapore, Tokyo, Vientianne
• (SEA - 3) South East Asia Area 3
– 3470.0 - 5733.0 - 6556.0 - 10066.0 - 11396.0 - 13318.0 - 17907.0 – Bali, Brisbane, Jakarta, Male, Singapore, Ujung Pandang
rdara
• Ada 14 Area RDARA di dunia• Indonesia termasuk Zona RDARA 6 yang terdiri dari sub-area :
– 6C : JawaTimur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Irian
– 6D : seluruh wilayah Indonesia
– 6F : Sumatera, Banten, Jabar, Jateng, Riau Kepulauan, – 6G : seluruh wilayah Indonesia
RDARA 6 8 840 11 381 13 291 17 943 RDARA 6C 2 881 2 956 3 473 4 651 5 550 5 580 6 544 6 631 8 834 8 918 10 015 RDARA 6D 2 866 2 884 3 416 5 490 5 520 5 568 5 574 5 631 6 550 6 568 6 577 6 595 8 882 8 957 11 309 11 372 RDARA 6F 2 926 2 941 3 434 3 440 5 496 5 508 6 526 6 667 8 864 8 939 10 060 11 279 11 366
volmet
• VOLMET : informasi meteorologi untuk pesawat terbang yang
sedang terbang.
• Informasi meterologi (Terminal Aerodrome Forecast(TAF), SIGMET
(Significant Meteorological Information) dan METAR) di broadcast oleh jaringan stasiun radio worldwide melalui frekuensi HF.
• Di beberapa negara, stasiun VOLMET juga membroadcast informasi
dalam frekuensi VHF.
• Informasi ini digunakan pilot untuk menentukan gerakan pesawat
untuk menghindari daerah badai, pendaratan, dsb.
• Jaringan VOLMET membagi dunia atas beberapa region. Stasiun
VOLMET individu di setiap region membroadcast laporan cuaca untuk kelompok air terminal tertentu di wilayahnya pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari saling interferensi.
volmet
• Stasiun VOLMET di wilayah VOLMET SEA: – Australia – Kalkuta – Karachi – Bombay – Singapore – Bangkok – Guangzhou – Beijing
• Frekuensi VOLMET untuk wilayah South East Asia :
Area Pita frekuensi (MHz)
3 3.5 4.7 5.6 6.6 9 10 11.3 13.3 18 22
VOLMET SEA
World wide allotment
• World-Wide Allotment Area :– frekuensi yang dijatahkan untuk komunikasi jarak jauh antara
aeronautical station dalam allotment area dengan pesawat terbang yang beroperasi dimana pun di dunia.
• Ada 5 world-wide allotment area di dunia • Indonesia mendapat allotment untuk area 3.
• Allotment frekuensi untuk World-wide Allotment Area 3 :
World Wide Area III 3 007 4 687 6 637 8 921 8 930 10 072 10 078 11 342 11 351 13 324 13 333 13 342 13 351 17 916 17 922 17 928 17 934 17 940 21 949 21 970
Allotmen Frekuensi HF AM(R)S untuk Indonesia
• Ada 38 kanal frekuensi dijatahkanuntuk Indonesia • Bandwidth : up to 2.8 kHz.
• Jatah kanal HF untuk Indonesia (Appendix 27) :
3 MHz 4 MHz 5 MHz 6 MHz 8 MHz 9 MHz 11 MHz 13 MHz 15 MHz 18 MHz 3 035 4 709 5 687 6 706 8 968 9 007 11 178 13 257 15 097 18 024 3 038 4 724 5 702 6 709 8 977 9 010 11 181 3 047 4 730 6 715 8 980 9 034 11 190 3 053 6 751 11 256 3 056 6 754 3 059 3 068 3 107 3 110 3 119 3 122 3 128 3 131 3 149 3 152
Pita VHF
• Alokasi : 117.975 - 137 MHz
• Penggunaan : Air-ground communications (tower ke pesawat) • Aeronautical Mobile Service (ICAO Annex 10 vol.5)
Frekuensi Penggunaan
118 – 121.4 Air to Ground Communications
121.5 Emergency
121.6 – 121.9917 Aerodrome Surface Communications 122 – 123.05 Air to Ground Communications (National
Reserved)
123.1 SAR
123.15 – 123.6917 (except. 123.45)
Air to Ground Communications (National Reserved)
123.45 Air to Air Communications
123.7 – 129.6917 Air to Ground Communications
129.7 – 130.8917 Air to Ground Communications (National Reserved)
130.9 – 136.875 Air to Ground Communications 136.9 – 136.975 Air to Ground Data Link
Satellite Communication
• Frekuensi : 1525-1559 MHz/ 1626.5 – 1660.5 MHz • Menggantikan komunikasi HF
• Satellite :
– Inmarsat : global coverage – MTSAT : Asia Timur
Sistem Navigasi Penerbangan
•
Navigasi berguna untuk mengetahui posisi
pesawat dan arah yang akan dituju.
•
Radionavigation beacon
– VHF Omnidirectional Range (VOR) – Non-Directional Beacon (NDB)
– Distance Measuring Equipment (DME) – Tactical Air Navigation (TACAN)
– Instrument Landing Systems – Microwave Landing Systems
Sistem Navigasi Penerbangan
•
Aero navigation systems (ground based)
– Omega – LORAN
•
Satellite navigation systems
– GPS - US
– Glonass - Rusia – Galileo - Eropa
Navigasi Penerbangan
•
VOR :
–
112
–
117.975 MHz, spacing
50 kHz
–
VOR stations memberikan
informasi bearing relatif
terhadap posisi pesawat.
–
Setiap stasiun memancarkan
sinyal identifikasi melalui kode
morse.
Navigasi Penerbangan
•
NDB :
–
130
–535 kHz
–
Hanya memberikan informasi bearing.
–
Beacon yang paling banyak tersebar di dunia.
•
DME
–
Memberikan informasi jarak dari stasiun
–
Sering dipasang dekat VOR stasiun sehingga
dapat memberikan kombinasi bearing dan
jarak.
Beberapa Navigasi
Penerbangan (VOR dan
NDB) di Indonesia
Name ID Type
ACHMAD YANI ANY VOR-DME
BALI BLI VOR-DME
BALI OR NDB
BANDUNG BND VOR-DME
BANDUNG OY NDB
BANDAR LAMPUNG TKG VOR-DME
BANDAR LAMPUNG TF NDB
CENGKARENG CKG VOR-DME
HALIM PERDANAKUSUMA AL NDB
HALIM PERDANAKUSUMA HLM VOR-DME
ISWAHYUDI AR NDB
ISWAHYUDI IWY TACAN
JAKARTA DKI VOR-DME
MEDAN MDN VOR-DME MEDAN ON NDB MINANGKABAU MKB VOR-DME PADANG OQ NDB PADANG PDG VOR-DME SURABAYA SB NDB
Navigasi Penerbangan
Navigasi Penerbangan
•
•
ILS :
ILS :
–
– alat bantu pendaratan instrumen (non visual) untukalat bantu pendaratan instrumen (non visual) untuk
membantu penerbang me
membantu penerbang melakukan prosedur pendekatanlakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandara.
dan pendaratan pesawat di suatu bandara.
–
– Peralatan ILS terdiri atas 3(tiga) subsistem :Peralatan ILS terdiri atas 3(tiga) subsistem :
•
• LocalizerLocalizer •
• GlideslopeGlideslope •
Navigasi Penerbangan
Navigasi Penerbangan
•
•
Localizer/LLZ
Localizer/LL
Z ::
–
– pemancar yang memberikan sinyal pemandupemancar yang memberikan sinyal pemandu
azimuth, mengenai kelurusan pesawat terhadap azimuth, mengenai kelurusan pesawat terhadap garis tengah landasan pacu,
garis tengah landasan pacu,
–
– 108.10108.10 – – 111.95 MHz, 40 channel111.95 MHz, 40 channel –
– Pada odd frekuensi : Pada odd frekuensi : 108.1; 108.15; 108.30, dst.108.1; 108.15; 108.30, dst.
•
•
Glide Path Radio Beacon (GP) :
Glide Path Radio Beacon (GP) :
–
– pemancar yang memberikan sinyal pemandupemancar yang memberikan sinyal pemandu
sudut luncur
sudut luncur pendaratpendaratan,an,
–
– 329329 – – 335 335 MHz, MHz, 40 40 channelchannel
•
•
Mark
Marker Beacon
er Beacon ::
–
– pemancar yang menginformasikpemancar yang menginformasikan sisa an sisa jarakjarak
pesawat terhadap titik pendaratan. pesawat terhadap titik pendaratan.
–
Satellite Navigation
Satellite Navigation
•
• GPS (Global GPS (Global Positioning SystPositioning System)em) –
– US; konstelasi 24 satelitUS; konstelasi 24 satelit
•
• Glonass (Glonass (Global’nayaGlobal’naya
Navigatsivannaya Sputnikovaya Navigatsivannaya Sputnikovaya Sistema)
Sistema) – – Rusia; konstelasi 24Rusia; konstelasi 24 satelit
satelit
•
• GalileoGalileo – – Eropa; dalam tahapEropa; dalam tahap
pembangunan; konstelasi 30 pembangunan; konstelasi 30 satelit
satelit
•
• GPS dan Glonass sudahGPS dan Glonass sudah
diterima oleh ICAO dan IMO diterima oleh ICAO dan IMO sbg
Surveillance
• Pematauan/ surveillance : mengatur lalu lintas udara dan monitor
pergerakan pesawat
• Jenis Radar ATC:
– primary radar, – secondary radar,
– ADS (automatic dependant surveillance)
• Primary Survaillance Radar:
– 1260 -1400 MHz; 2700 – 3 300 MHz
– Memberikan informasi “range and bearing” kepada ATC
– Tidak memerlukan kerjasama dengan pesawat karena bergantung pada pantulan gelombang radio
• Secondary Survaillance Radar :
– 1030 – 1090 MHz
– Memberikan informasi “ identification and altitiude” kepada ATC – Memerlukan kerjasama dengan pesawat.
Frekuensi Non-Penerbangan untuk
Penerbangan
•
Untuk mendukung kegiatan penerbangan:
– Operasional bandara :
• Keamanan, pemadam kebakaran, koordinasi petugas bandara
– Operasional airlines :
• Tiketing, check-in
•
Frekuensi yang digunakan:
– Frekuensi Dinas Tetap (Fixed Service)
– Frekuensi Dinas Bergerak Darat (Land Mobile Service)
•
Beberapa penggunaan:
– Repeater/HT – Microwave link
Perizinan Frekuensi
•
Setiap penggunaan frekuensi penerbangan
wajib mendapat izin dari Menteri Kominfo
•
Jenis izin penerbangan :
–
izin stasiun radio pesawat udara (Aircraft Station
License )
–
izin stasiun radio darat penerbangan (Aeronautical
Station License)
•
Penggunaan frekuensi penerbangan tidak
Perizinan Frekuensi
•
Prosedur Perizin untuk penggunaan frekuensi
penerbangan :
– Permohonan izin diajukan ke Ditjen Postel – Lampiran :
• SIUP, Akta Notaris
• Rekomendasi dari Ditjen Hubud, • copy spesifikasi teknis perangkat
– Waktu : maksimal 14 hari kerja sejak berkas diterima
Perlindungan terhadap Frekuensi
Penerbangan
• Frekuensi Penerbangan memiliki prioritas mendapat proteksi dari
gangguan karena terkait dengan keselamatan.
• Servis Radio AM(R)S, AMS(R)S, ARNS, ARNSS termasuk safety
service
• safety service: setiap servis radio yang digunakan secara permanen
atau sementara untuk keselamatan manusia dan harta benda.
• Mengapa perlu mendapat prioritas proteksi :
– Pesawat yang sedang terbang sangat tergantung pada komunikasi dan
navigasi radio
– Pesawat terbang tidak dapat berhenti di udara
– Waktu yang tersedia menghadkondisi darurat sangat singkat
– Kegagalan dalam komunikasi atau navigasi dapat berisiko keselamatan
Perlindungan terhadap Frekuensi
Penerbangan
•
Telekomunikasi internasional harus memberikan prioritas
mutlak (absolute priority) untuk semua komunikasi yang
berkaitan dengan keselamatan hidup (safety of life)
–
konstitusi ITU pasal 191
•
Gangguan yang membahayakan fungsi radionavigasi atau
safety servis lain adalah Harmful Interference. (RR.1.169)
•
Member States mengakui bahwa aspek keselamatan dari
radionavigasi dan safety service yang lain memerlukan
pengaturan khusus untuk menjamin service radio
Perlindungan terhadap Frekuensi
Penerbangan
• Dilarang melakukan pemancaran yang dapat menyebabkan
harmful interfernce terhadap komunikasi marabahaya, peringatan, keselamatan pada frekuensi marabahaya dan
darurat (distress and emergency) yang ditetapkan oleh RR ini. (RR.4.22)
• Pemancaran pada frekuensi marabahaya dan keselamatan
(distress and safety) dan frekuensi yang digunakan untuk keselamatan dan pengaturan penerbangan (safety and regularity of flight) mendapat proteksi internasional. (RR 15.28)
• Administrasi telekomunikasi diwajibkan untuk segera
mengambil tindakan untuk menghilangkan ganguan frekuensi (harmful interference) pada frekuensi marabahaya dan
Perlindungan terhadap Frekuensi
Penerbangan
UU Telekomunikasi :
• Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan
fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan telekomunikasi. (Pasal 38)
• Perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi dapat berupa :
1. tindakan fisik yang menimbulkan kerusakan suatu jaringan telekomunikasi sehingga jaringan tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
2. tindakan fisik yang mengakibatkan hubungan telekomunikasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;
3. penggunaaan alat telekomunikasi yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;
4. penggunaan alat telekomunikasi yang bekerja dengan gelombang radio yang tidak sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan gangguan terhadap penyelenggaraan telekomunikasi Iainnya; atau
5. penggunaan alat bukan telekomunikasi yang tidak sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan pengaruh teknis yang tidak dikehendaki suatu penyelenggaraan telekomunikasi.
• Pelaksana penegakkan hukum : Polri dan PPNS di Kemkominfo (UU 36/1999 Pasal
Gangguan Frekuensi Radio Penerbangan
•
Sumber gangguan terhadap frekuensi radio
penerbangan:
– Pemancaran frekuensi illegal (illegal station)
• Radio FM (komunitas) tanpa izin
• Penggunaan frekuensi HF Penerbangan dari pengguna maritim
– Gangguan dari pemancar legal (illegal operation)
• Spurious emissi atau intermodulasi dari pemancar dari servis radio
lain
• Pemancar FM rakitan
• Perangkat low power yang memancar dengan high power : – Cordless radio, wireless cctv
54
Penanganan Terhadap Gangguan Frekuensi
Penerbangan 2009
• Februari, Bengkulu :
– Gangguan frekuensi Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu pada frekuensi 119.2 MHz – Sumber gangguan : spurious emisi dari radio siaran legal yang memancar tidak sesuai
persyaratan teknis
– Penanganan : pengguna diminta untuk memperbaiki spesifikasi teknis pemancar
• Februari, Jakarta:
– Gangguan frekuensi penerbangan 124.35 MHz dan 123,8 MHz pada Bandara
Soekarno-Hatta
– Sumber gangguan : Radio Batu Bita (Radio komunitas ) frekuensi 107,9 MHz di Karawaci
Tangerang
– Penanganan : Penghentian pemancaran oleh Balmon Banten
• Februari, Sulut
– Gangguan frekuensi penerbangan 128.100 MHz di Makaweibeng a.n. PT. Angkasa Pura I
yang dipergunakan untuk komunikasi antara Bandara dan Pilot pesawat terbang dan juga ATC Makassar
– Sumber gangguan : akibat spurious emissi dari Radio Amatir yang bekerja pada frekuensi
142.700 MHz.
Penanganan Terhadap Gangguan Frekuensi
Penerbangan 2009
• Juli, Bali :
– Gangguan frekuensi PT. Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai Bali
frekuensi 118.9 MHz dan 119.7 MHz.
– Gangguan berasal dari frekuensi spurious Radio FM Rakitan yang
memancar pada frekuensi 106.4 MHz.
– Penanganan : penutupan dan penindakan
• Juli, Jakarta :
– Gangguan frekuensi 132.10 MHz yang digunakan dalam operasional
penerbangan Malaysian Airlines (MAS). Komunikasi VHF terputus total (total loss communication).
Teknik-teknik pencegahan interferensi HF penerbangan
(Anneks Resolusi 207)
Administrasi bisa memilih salah satu atau kombinasi dari metoda-metoda berikut ini:.
1 Metoda modulasi alternatif
Menggunakan emisi modulasi digital, seperti QPSK. (mahal)
2 Sistem antena adaptif
Untuk mencegah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan (mahal).
3 Channel barring (Pelarangan kanal)
Administrasi, melalui perizinan, standariasi perangkat dan
penertiban sesuai dengan No. 43.1, harus memastikan bahwa perangkat radio HF tidak dapat memancar pada
frekuensi-frekuensi eksklusif untuk dinas bergerak penerbangan (R) yang ada dalam Appendix 27
Teknik-teknik pencegahan interferensi HF penerbangan
(Anneks Resolusi 207)
4 Fasilitas monitoring HF Regional dan direction-finding
Kerjasama antara stasiun monitoring antar negara
5 Pemancaran pesan-pesan peringatan
Pemancaran pesan-pesan peringatan dalam berbagai bahasa pada kanal-kanal yang diganggu oleh interferensi yang kuat dan terus menerus. Transmisi tersebut harus dilakukan
setelah adanya laporan kepada otoritas telekomunikasi.
6 Inisiatif pendidikan dan publikasi
Administrasi hendaknya menyediakan rencana sosialisasi dan publikasi mengenai penggunaan yang benar tentang spektrum frekuensi radio pada pita-pita tersebut.
WRC-12
• Agenda item 1.3 : Alokasi frekuensi untuk unmanned aircraft system – Kandidat frekuensi untuk terestrial komponen :
• in the existing AM(R)S allocation in the 960-1 164 MHz band;
• in possible new or modified AM(R)S allocations i n the 5 000-5 030, 5 030-5 091 and 5 091-5 150
MHz and 15.4-15.5 GHz bands.
– Kandidat frekuensi untuk satellite komponen:
• in the existing AMS(R)S allocation in the 5 030-5 091 MHz band;
• in possible new AMS(R)S allocations
• Agenda item 1.4 : ketentuan pengaturan untuk sistem AM(R)S baru pada
pita 112 - 117.975 MHz, 960 - 1 164 MHz and 5 000 - 5 030 MHz
• Agenda item 1.7 : AMS(R)S pada pita 1525-1559 MHz dan 1626.5-1660.5
MHz
• Agenda item 1.12 : proteksi primary servis pada pita 37-38 GHz dari