• Tidak ada hasil yang ditemukan

3242-H-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3242-H-2011"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Schistosoma japonicum DI DAERAH ENDEMIK BARU

DATARAN TINGGI BADA KECAMATAN LORE BARAT

KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2010

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister

Minat Utama Epidemiologi Lapangan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Diajukan oleh:

SUGIARTO

No Mhs.

08/278525/PKU/10446

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa, dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepengetahuan saya bahwa tidak ada karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 2011

Sugiarto

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Epidemiologi ... 9

B. Patogenesis & Patologi ... 10

C. Identifikasi kasus ... 11

D. Morfologi Schistosoma japonicum ... 12

E. Siklus Hidup ... 13

F. Reservoir ... 15

G. Tikus... 15

H. Keong Oncomelania hupensis lindoensis ... 17

J. Cara penularan ... 18

K. Faktor risiko ... 19

iv I. Habitat Keong ... 18

(5)

L. Manajemen penanggulangan Penyakit menular ... 19

M. Kerangka Teori ... 21

N. Landasan teori ... 22

O. Kerangka konsep ... 22

P. Pertanyaan penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Lokasi Penelitian ... 24

C. Subyek Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Definisi Operasional Variabel ... 25

F. Peralatan dan Bahan Penelitian ... 27

G. Tenaga Peneliti ... 28

H. Jalannya Penelitian ... 28

I. Analisis data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

(6)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Lore Barat Tahun 2009

35

Tabel 2 Jumlah Penduduk Umur > 2 tahun Menurut Desa di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Sulawesi Tengah Tahun 2010

35

Tabel 3 Karakteristik Penduduk yang Diperiksa pada Survei Prevalensi di Kec Lore Barat kabupaten Poso Sulawesi Tengah Tahun 2010

36

Tabel 4 Cakupan Pemeriksan Tinja menurut Desa di kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010

37

Tabel 5 Karakteristik Penduduk Positip schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Sulawesi Tengah Tahun 2010

37

Tabel 6 Prevalensi Schistosomiasis di Kec Lore Barat Menurut Jenis Kelamin di Kec Lore Barat Kab Poso Tahun 2010

38

Tabel 7 Prevalensi Schistosomiasis di Kec Lore Barat Menurut Golongan Umur di Kec Lore Barat Kab Poso Tahun 2010

38

Tabel 8 Prevalensi Schistosomiasis Menurut Golongan Umur di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Tahun 2010

39

Tabel 9 Prevalensi Schistosomiasis Menurut Desa di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Tahun 2010

39

Tabel 10 Hasil Survei Tikus dan Prevalensi Schistosoma japonicum pada Tikus di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso tahun 2010

40

Tabel 11 Hasil Pemeriksaan Serkaria pada Keong O.h lindoensis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Tahun 2010

40

(7)

Tabel 12 Hubungan Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010

43

Tabel 13 Hubungan Kebiasaan Mandi di Sungai dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010.

43

Tabel 14 Hubungan Kebiasaan Mencuci di Sungai dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010.

44

Tabel 15 Hubungan Kebiasaan Memakai Sepatu Boot dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010.

44

Tabel 16 Hubungan Kebiasaan Memakai Sepatu Boot Pada Saat Kontak Fokus dengan Kejadian Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010.

45

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Schistosoma japonicum dewasa 12

Gambar 2 Serkaria 12

Gambar 3: Telur Shistosoma japonicum 13 Gambar 4 Siklus hidup Schistosoma japonicum 14

Gambar 5 Keong Oncomelania 17

Gambar 6 Diagram Skematik Patogenesis Penyakit 20 Gambar 7 Kerangka Teori Kejadian Schistosomiasis, 21 Gambar 8 Peta Lokasi Dataran Tinggi Bada, 34

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik Lampiran 2 Pemberian Ijin Penelitian Lampiran 3 Daftar Panduan wawancara

Lampiran 4a Formulir 1 listing sasaran surveiTinja Lampiran 4b Formulir 2 Hasil Pemerisaan tinja Lampiran 4c Formulir 3 Hasil pemeriksaan keong Lampiran 4d Formulir 4 Hasil pemeriksaan tikus

Lampiran 5a Foto kegiatan surrvei prevalensi pada manusia Lampiran 5b Foto kegiatan surrvei prevalensi pada tikus Lampiran 5c Foto kegiatan survei fokus dan keong Lampiran 5d Foto kegiatan survei perilaku

(10)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan seluruh alam atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul”Schistosoma japonicum di daerah Endemik Baru Dataran Tinggi Bada Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pasca sarjana pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Epidemiologi Lapangan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Penelitian yang dilaksanakan dalam tesis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya masalah schistosomiasis dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadiannya di daerah endemik baru Dataran Tinggi Bada. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian komprehensif tentang schistosomiasis yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala.

Dengan segala kerendahan hati penulis sangat sadar bahwa tesis ini dapat penulis selesaikan atas bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.dr Soeyoko,DTMH,SU selaku pembimbing utama dan Dra.Sri Sumarni,DAP&E,SU selaku pembimbing pendamping yang telah berkenan memberikan bimbingan , arahan dan petunjuk kepada penulis sejak mulai dari persiapan sampai selesainya tesis ini dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Pada kesempatan ini pula penulis juga menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Direktur Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

(11)

3. Prof.dr Hari Kusnanto, DrPH Ketua Minat Utama Epidemiologi Lapangan beserta seluruh staf .

4. Bapak Jastal,SKM,M.Si, selaku Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan P2B2 Donggala yang telah mengijinkan penulis untuk menjadi bagian dari penelitian yang dilaksanakan oleh Balitbang P2B2 Donggala.

5. Ibu Rosmini,SKM,M.Sc, selaku ketua pelaksana penelitian tentang Schistosoma japonicum di Dataran Tinggi Bada yang telah mengijinkan penulis menjadi bagian penelitian dan selalu memberikan bimbingan dan arahan.

6. Rekan-rekan peneliti, Tri Wibawa Ambar Garjito, MKes, Akhmad Erlan,MPH, Ningsih,S.Sos, drh. Gunawan, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semua atas kerjasamanya dalam penelitian.

7. Rekan-rekan dari laboratorium schistosomiasis di Napu dan Lindu, atas kerja samanya dalam penelitian.

8. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Poso beserta seluruh jajarannya atas kerjasama dan pemberian fasilitas.

9. Kepala Puseksmas Lengkeka dan seluruh Kepala Desa di Kecamatan Lore Barat atas segala bantuannya.

10. Masyarakat di kecamatan Lore Barat atas kesediaan partisipasi dan membantu jalannya penelitian

11. Istriku Widi Suryani dan anak-anaku Zain,Hibat dan Fadli yang telah mendukung sepenuhnya penulis dalam menempuh pendidikan.

12. Kakakku Suratini sebagai ganti orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung demi keberhasilan studi penulis 13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu atas segala dukungan doa, pikiran, tenaga bahkan materi yang selama ini penulis terima.

(12)

Dengan penuh keikhlasan penulis mendoakan semoga semua kebaikan yang telah diberikan menjadi amal sholeh.

Selanjutnya penulis juga menyadari dengan benar bahwa dengan segala kemampuan yang dimiliki telah berupaya untuk memberikan yang terbaik, namun keterbatasan pengetahuan dan pengalaman menyebabkan tesis ini tidak sempurna.

Akhirnya penulis berharap semoga sumbangan pemikiran ini dapat memberi manfaat untuk kebaikan. Amiin.

Yogyakarta, 2011

Penulis

(13)

INTISARI

Latar belakang : Daerah endemik baru schistosomiasis ditemukan di dataran Tinggi Bada pada tahun 2008 dengan prevalensi 0,8%. Sampai saat ini penelitian lanjutan tentang prevalensi penyakit, karakteristik fokus dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian belum pernah dilakukan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi schistosomiasis pada manusia, tikus, infection rate pada keong , habitat keong Ocomelania hupensis lindoensis (O.h. lindoensis),perilaku yang berhubungan dengan kejadian schistosomiasis serta riwayat kunjungan ke daerah endemik Napu/Lindu .

Metode penelitian : Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Unit penelitian adalah penduduk di atas 2 tahun, tikus yang ada di lokasi, keong O. h. lindoensis yang ditemukan serta habitatnya. Penentuan prevalensi schistosomiasis diidentifikasi dengan memeriksa adanya telur cacing Schistosoma japonicum (S. japonicum) pada tinja penduduk dengan metode Kato-Katz, identifikasi S.japonicum pada tikus dilakukan dengan pembedahan serta untuk mengidentifikasi serkaria pada keong dilakukan melalui metode crushing. Identifikasi perilaku dilakukan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian komprehensif tentang schistosomiasis di Dataran Tinggi Bada yang dilaksanakan oleh Balai Litbang P2B2 Donggala.

Hasil ; Prevalensi schistosomiasis pada manusia 5,93%, prevalensi pada tikus 0%, infection rate pada keong sebasar 1%. Habitat keong O.h.lindoensis berupa rawa-rawa , mata air , saluran irigasi, kolam dan bekas sawah yang tidak digarap dengan ph rata-rata 6-8 dan suhu 21,5 – 30ºC. Kejadian schistosomiasis berhubungan dengan kebiasan buang air besar dengan nilai p= 0,016, kebiasaan mandi dengan nilai p= < 0,001, Kabiasaan tidak memakai sepatu boot dengan nilai p sebesar 0,034 , tetapi secara statistik tidak berhubungan dengan kebiasaan mencuci di sungai dengan nilai p=0,521.Demikian pula tidak ada hubungan dengan riwayat kunjungan ke daerah endemik Napu/Lindu

Kesimpulan : Prevalensi schistosomiasis pada manusia cukup tinggi 5,93%. Kejadian penyakit ini berhubungan dengan kebiasaan masyarakat mandi ,buang air besar di sungai, dan tidak memakai sepatu boot saat beraktifitas di daerah fokus tetapi tidak berhubungan dengan kebiasaan mencuci dan riwayat kunjungan ke daerah endemik Napu/Lindu. Habitat keong O.h.lindoensis ditemukan berupa rawa , mata air , saluran irigasi, kolam dan bekas sawah, dengan infection rate pada keong sebesar 1%. Kata kunci : Schistosomiasis, Bada, Transmisi, Fokus Oncomelania

(14)

xiv Abstract

Background: A new endemic area of schistosomiasis was discovered in Bada highland in 2008. Its prevalence in humans in the same year was 0.8%, and until now no studies about prevalence and characteristics of focus and human behavior associated with the transmission of schistosomiasis in this area have been conducted. The purpose of this study was to identify the prevalence of the disease caused by Schistosomiasis japonicum in humans, rats, and infection rate in snail. This study also described characteristics and human behaviors related to these characteristics and the history of visits to the endemic areas of Napu/Lindu.

Method; This study was a cross sectional survey. The prevalence of schistosomiasis in humans was identified through stool examination by Kato Katz method. The prevalence in mice was estimated through examinations in dissected mice, and the identification of cercariae in snails was done with crushing methods. Behavioral data were collected using questionnaires and focus characteristics were documented through observations.This research was part of the comprehensive study on schistosomiasis in Bada highland carried out by Research and Development Center for Eradication of Disease of Animal Origin, Donggala.

Result: The prevalence rate of schistosomiasis in humans was 5,93%, in rats 0% and in snails 1%. Types of focus were springs, ponds, irrigation channels, especially with debris such as grasses, leaves, sticks dropped on the water. Prevalence rate in human was related to bathing in the river with p value 0,000, entering the focus without protective shoes, with p value 0,034, defecation on the river with p value 0,016. History of visit to endemic area of Napu/Lindu was not associated with infection in human (p value 0,344) and washing in the river was not associated also with human schistosomiasis with p value 0,521

Conclution; The prevalence of S.japonicum in Bada highland was 5,93%. The transmission of Schistosoma japonicum in a new endemic area of Bada highland is occurring and associated with bathing, defecation in the river, and visit to the endemic focus without protective shoes.

Keyword; Schistosomiasis, Bada Highland, Transmission, Focus

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Schistosomiasisatau bilharziasis adalah penyakit yang disebabkan karena manusia terinfeksi serkaria dariSchistosoma species(the blood fluke)melalui kulit tubuh.Penyakitini merupakan penyakit parasit terpenting selain malariadi daerah tropis dan subtropis.Penyakit ini bersifat bersifat endemik dengan penyebaran cukup luas di dunia seperti Afrika, Amerika Selatan, Timur Tengah dan Asia.Schistosoma japonicum(S.japonicum) ditemukan di China, Taiwan, Philipina dan Indonesia. Diperkirakan lebih dari 200 juta orang di dunia terinfeksi , dan lebih dari 800 juta penduduk berisiko. ( Zhouet. al., 2008; Tjitra, 1994).

Di China schistosomiasis telah diketahui semenjak 400 tahun sebelum Masehi. Kasus yang pertama kali dilaporkan pada jaman kedokteran modern China adalah pada tahun 1905 (Zhou et. al, 2005cit Sudomo, 2008). Di Jepang, schistosomiasis juga telah dikenal sejaklamadibeberapa desa di Katayama(Ishii,2005cit Sudomo, 2008).Saat ini di Jepang tidak ada kasus baru yang ditemukan sejak tahun 1976 setelah program pemberantasan secara intensif ( Toyoda , 2000) , tetapi di China menjadi Re-emerging disease (Song Liang, 2006).

Schistosomiasismerupakan penyakit yang ditularkan melalui air dan termasuk penyakit yang kurang mendapat perhatian atau disebut sebagai Neglected disease (Tjitra, 1994; Sudomo, 2008). S.japonicummerupakan salah satu dari 4 species yang menyebabkan penyakit schistosomiasis(S.mansoni,S.japonicum, S.haematobium dan S.mekongi) ditemukan pertama kali oleh Katsurada tahun 1904 di ProvinsiYamanashi Jepang (Hadidjaja, 1985).

Schistosomiasisdi Indonesia hanya ditemukan di daerah terpencil di Sulawesi Tengah yaitu di Lembah Napu – Besoa Kabupaten Poso dan Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Donggala(Sudomo,

(16)

2

2008;Garjitoet.al.,2008). Penyakit ini disebabkan oleh S. japonicum yang ditemukan pertama kali oleh Muller dan Tesch, pada pasien laki-laki berusia 35 tahun dari desa Tomado di lembah Lindu yang menderita schistosomiasis kronisdan akhirnya meninggal di Rumah Sakit Palu, Sulawesi Tengah pada tahun 1937 (Garjitoet. al, 2008).Schistosomiasis yang disebabkan oleh S. japonicummerupakan penyakit yang paling berat dan dapat menyebabkan kematian, merupakan penyakit zoonosis yang mempunyai hospes reservoir semua jenis mamalia.

Hewan yang bisa menjadi inang reservoir penyakit ini yaitu sapi, babi, anjing, kucing, kerbau, domba, rusa ,kuda, tikus dan celurut .Hospes perantara adalah keong jenis Oncomelania hupensis lindoensis(O.h.lindoensis) yang ditemukan pertama kali oleh Carney dkk pada tahun 1971 (Davis dan Carney, 1973;Tjitra, 1994) dan sampai sekarang merupakan satu-satunya vektor di Indonesia.

Program pemberantasan penyakit schistosomiasis di Indonesia bertujuan menurunkan angka prevalensi penyakit ini menjadi kurang dari 1% penduduk.Program pemberantasan pada awalnya terutama menyangkut kegiatan-kegiatan survei, penelitian dan uji coba lapangan dengan maksud untuk lebih mengetahui situasi penyakit, faktor-faktor penularan yang berperan dan metode pemberantasan apa yang dapat dilakukan (Ditjend P2M&PL, 1997)

Program pemberantasan schistosomiasis secara intensif di Sulawesi Tengah dilaksanakan mulai tahun 1982 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah di daerah Lindu dan Napu. Kegiatan penanggulangan yang telah dilaksanakan berupa pemberantasan fokus, pengobatan penderita, perbaikan sanitasi dan pendidikan kesehatan (Sudomo, 2008).

Selama periode tahun 1982-1988 di daerah Napu terjadi penurunan angka prevalensi dari 33,85% menjadi 1,22% dan terus menurun dan pada tahun 2003 mencapai angka 0,66% . Penurunan angka tersebut ternyata menyebabkan penyakit ini menjadi makin kurang diperhatikan

(17)

3

sehingga kembali menunjukkan trend naik menjadi 1,2%pada tahun 2007.

Survei terbaru yang dilakukan oleh Loka Litbang P2B2 Depkes Donggala sekarang Balai Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang ( Balitbang P2B2) tahun 2008 cukup mengejutkan dengan diperolehnya angka prevalensi sebesar 2,22%di daerah Napu dan 2,21% di daerah Lindu . Hasil ini tidak jauh berbeda dari dokumen penelitian Universitas Airlangga Surabaya tahun 2002 sebesar 2,4%.(Sibadu, 2004). Di daerah Napu terdapat 2 desa dengan angka prevalensi yang tinggi yaitu desa Dodolo sebesar8% yang berarti hampir 2 kali lipat dari hasil penelitian dari Universitas Airlangga tahun 2002 sebesar 4,7% dan Mekarsari sebesar 7,3 %. (Jastal,2008).Survei dari Balitbang P2B2 Donggala tahun 2008 tersebut juga menemukan daerah baru schistosomiasisyang sebelumnya belum pernah ditemukan yaitu Dataran Tinggi Bada .

Dataran Tinggi Bada terletak sekitar 350 km arah tenggara Kota Palu pada koordinat 01° 51’ 21” LS dan 120° 13’47” BT. Daerah ini merupakan suatu daerah dengan topografi berbukit, dan lembah, terletak di sebelah selatan Dataran Tinggi Napu-Besoa.

Penduduk asli masyarakat Bada adalah suku Lore merupakan satu suku dengan penduduk Dataran Tinggi Napu. Hubungan antara masyarakat Dataran Tinggi Bada dengan Napu cukup erat yang memungkinkan mobilitas penduduk keluar masuk dua daerah tersebut cukup tinggi (Sulteng, 2005).

Masyarakat di wilayah Dataran TinggiBada , Kabupaten Poso sebagian besar adalah petani yang senantiasa berhubungan dengan air pada saat mengerjakan sawah . Kebiasaan mandi dan menggunakan air pancuran untuk keperluan sehari-hari masih dijumpai di daerah ini (Jastal,2008).

Pemeriksaan tinja dilakukan terhadap 1067 penduduk (38,16%) diperoleh 9 positip dengan prevalensi 0,8%. Prevalensi di desa Tuare,

(18)

4

Tomehipi dan Lengkeka cukup tinggi di atas 1%. Dari hasil wawancara singkat dalam survei tersebut dilaporkan adanya seorang warga yang meninggal dengan perut membesar walaupun belum ditentukan apakah menderita schistosomiasis atau tidak.Jumlah fokus yang ditemukan secara keseluruhan di daerah ini adalah 21 fokus dengan 15 fokus merupakan fokus positip. Prevalensi S.japonicum pada tikus sebesar 11,1%.Kecurigaan terhadap keberadaan schistosomiasisdi daerah ini sebenarnya telah terdeteksi beberapa tahun sebelumnya, pada tahun 2004 dimana ditemukan 2 fokus keong tetapi saat itu tidak ditemukan serkariamaupun penderita schistosomiasis sehingga dianggap masih merupakan daerah yang aman.

Hasil survei pendahuluan dari data sekunder di Laboratorium Schistosomiasis di Napu tahun 2009 terdapat hasil pemeriksaan2 penderita schistosomiasis dari wilayah Desa Tomihipi Kecamatan Lore Barat (Dataran Tinggi Bada).

Beberapa penelitian menunjukkan kejadian schistosomiasis sangat berkaitan dengan perilaku/kebiasaan manusia. Pada umumnya penderita schistosomiasis adalah mereka yang mempunyai kebiasaan kontak dengan perairan. Seringnya kontak dengan perairan ataumemasuki perairan yang terinfeksi parasit schistosoma menyebabkan meningkatnya schistosomiasis di masyarakat (Kasnodiharjo, 1994).

Hasil survei keberadaan fokus keong O.h lindoensis menunjukkan pada umumnya berupa parit, saluran air kecil di tengah hutan, mata air, rawa-rawa berlumpur pada bekas sawah. Karakteristik dari hampir semua fokus adalah berlumpur, adanya serasah dan beberapa jenis rerumputan yang tumbuh di sekitar fokus(Jastal,2008).

Kejadian schistosomiasisdi Dataran Tinggi Bada pada tahun 2008 tersebut merupakan sebuah kasus yang perlu dipelajari lebih lanjut karena merupakan daerah baru schistosomiasis,prevalensi di beberapa desa di atas 1% dan dicurigai adanya kematian yang diduga menderita schistosomiasis.

(19)

5

Penelitian yang mengungkap tentang besaran prevalensi dan faktor-fator yang berkaitan dengan kejadian tersebut di Dataran Tinggi Bada belum ada.World Health Organisation (WHO) tahun 2007 menyarankan untuk dilakukan konfirmasi tentang prevalensi di masyarakat di daerah ini (WHO, 2007). Berdasarkan beberapa hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untukmengetahuilebih lanjut prevalensi pada penduduk, hewan recervoir (tikus), hospes sementara, habitat hospes sementaradan keberadaan faktor-faktor yang berhubungandengan kejadianschistosomiasis di Dataran Tinggi Bada.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka beberapa masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa prevalensi schistosomiasispada manusia di Dataran Tinggi Bada?

2. Berapa prevalensi S.japonicum pada tikus di Dataran Tinggi Bada ?.

3. Berapa infection rateserkaria S.japonicumpada keong jenis O.h.lindoensis di Dataran Tinggi Bada?

4. Seperti apakahhabitat dan keadaan fokus keongO.h.lindoensis di Dataran Tinggi Bada?

5. Apakah ada hubungan antara perilaku dengan kejadian schistosomiasis di Dataran Tinggi Bada?

6. Apakah ada hubungan riwayat kunjungan ke daerah endemik lain (Napu-Lindu) dengan kejadian schistosomiasis pada manusia ?

C. Tujuan Penelitian: 1. Tujuan umum :

Mengetahui besarnya prevalensi schistosomiasis pada penduduk, hewan reservoir schistosomiasis , hospes perantara dan habitat

(20)

6

keong O.h.lindoensisserta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian schistosomiasis di Dataran Tinggi Bada

2. Tujuan khusus :

a Mengetahui prevalensi S. japonicumpada manusia di Dataran Tinggi Bada.

b Mengetahui prevalensi S. japonicum pada tikus di Dataran Tinggi Bada.

c Mengetahui infenction rate cercaria S.japonicum pada keong O.h.lindoensis di Dataran Tinggi Bada

d Mengetahui habitat dan keadaan fokus keong O.h. lindoensis di Dataran Tinggi Bada

e Mengetahui hubungan antara perilaku dengan kejadian schistosomiasis di Dataran Tinggi Bada.

f Mengetahui hubungan riwayat kunjungan ke daerah endemik lain (Napu-Lindu) dengan kejadian schistosomiasis pada manusia.

D. Manfaat : 1. Bagi program

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola program pengendalian schistosomiasis sebagai pertimbangan intervensi.

2. Bagi fakultas

Sebagai bahan tambahan kepustakaan untuk pengembangan kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan penyakit menular yang kurang mendapat perhatian.

3. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara pembahasan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi KUA Kecamatan Mandau dalam Melaksanakan Pelayanan dan Bimbingan

• Sistem rencana organisasi merupakan tulang punggung (sarana) sistem pengendalian intern,karena proses pengambilan keputusan yang menuju sistem pembeian wewenang untuk

Meski alasan mereka menggunakan jilbab adalah karena jilbab merupakan pakaian wajib bagi perempuan muslim, terkadang secara sadar ataupun tidak, jilbab kreatif

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan desain jaring insang dasar yang terbaik untuk menangkap lobster dengan meng- analisis pengaruh HR terhadap karakteristik

Kata depan dalam bahasa Inggris atau Preposisi adalah bagian dari part of speech yang digunakan untuk menghubungkan kata benda, kata ganti, atau frase dengan kata lain

Pemodelan multibahaya penurunan tanah dan banjir pasang di wilayah pesisir Kabupaten Demak bertujuan untuk mengetahui keccenderungan penurunan tanah serta kecenderungan

Aktifitas anti cendawan ekstrak daun sereh wangi ( Cymbopogon nardus L.) terhadap Colletotrichum sp penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai Capsicum annum

Transkrip rekaman berisi subjek label, kemudian waktu pengucapan suara (dalam jam:menit:detik) yang sesuai dengan berjalannya rekaman. Jika pada penulisan transkrip masih