• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 24 TAHUN 2012

TENTANG

PERIZINAN USAHA KEPARIWISATAAN DAN PERIZINAN PENGUSAHAAN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

DI KABUPATEN CILACAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Menimbang : a. bahwa kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang kepariwisataan meliputi kebijakan perencanaan, pengembangan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian perlu dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kepariwisataan;

b. bahwa pengelolaan potensi kepariwisataan dan pemberian izin kepariwisataan yang berada di daerah merupakan perwujudan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab serta merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten;

c. bahwa salah satu kewenangan Pemerintah Kabupaten berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemberian Izin Usaha Pariwisata;

d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perizinan Usaha Kepariwisataan di Kabupaten Cilacap dan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 6 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Cilacap dipandang sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan pengaturan kembali dalam Peraturan Daerah;

e. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Perizinan Usaha Kepariwisataan dan Perizinan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Cilacap;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 8 Agustus 1950);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 13 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2010 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 52);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan

BUPATI CILACAP

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERIZINAN USAHA KEPARIWISATAAN DAN PERIZINAN PENGUSAHAAN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN CILACAP.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Cilacap.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Cilacap.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroaan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

6. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah Daerah dan pengusaha. 7. Usaha Kepariwisataan adalah Kegiatan usaha yang bertujuan

menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lainnya yang terkait dibidang tersebut.

8. Izin Usaha Kepariwisataan adalah Izin untuk membuka usaha serta menjalankan usaha yang diberikan setelah memenuhi syarat-syarat perizinan yang ditetapkan.

9. Usaha Perseorangan adalah Usaha yang tidak merupakan Badan Hukum atau persekutuan, diurus, dijalankan atau dikelola oleh pemiliknya atau dengan memperkerjakan anggota keluarganya.

10. Objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

11. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

12. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata adalah usaha memanfaatkan sumber daya alam dan tata lingkungan, pemanfaatan seni dan budaya bangsa, dan pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa sehingga menimbulkan daya tarik wisata.

13. Izin Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata adalah izin untuk membuka dan menjalankan usaha dalam lingkup objek dan daya tarik wisata yang diberikan, setelah memenuhi persyaratan perizinan yang ditetapkan.

14. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

15. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.

(4)

BAB II

USAHA PARIWISATA Bagian Kesatu

Penggolongan Usaha Pariwisata Pasal 2

Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan digolongkan ke dalam : 1. Usaha Jasa Pariwisata, yang terdiri dari :

a. jasa biro perjalanan wisata; b. jasa agen perjalanan wisata; c. jasa pramuwisata;

d. jasa konvensi; e. jasa impresiat;

f. jasa konsultan pariwisata; dan g. jasa informasi pariwisata.

2. Usaha Sarana Pariwisata, yang terdiri dari : a. usaha penyediaan akomodasi;

b. usaha penyediaan makan dan minum; c. usaha penyediaan angkutan wisata;

d. usaha penyediaan sarana wisata tirta; dan e. usaha kawasan pariwisata.

3. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik wisata, yang terdiri dari : a. pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam;

b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya; dan c. pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Bagian Kedua Bentuk Usaha

Pasal 3

Usaha Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat berbentuk badan usaha Perseroan Terbatas atau Koperasi atau usaha perseorangan.

Bagian Ketiga Lingkup Kegiatan Usaha

Pasal 4

Berdasarkan penggolongan usaha kepariwisataan, secara garis besar lingkup kegiatan usaha dari masing-masing bidang usaha kepariwisataan adalah :

1) Usaha Jasa Pariwisata, yang terdiri dari :

a. Jasa Biro Perjalanan Wisata merupakan kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berwisata;

b. Jasa Agen Perjalanan Wisata merupakan kegiatan yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara didalam menjual atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan;

c. Usaha jasa Pramuwisata merupakan kegiatan usaha bersifat komersil yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata;

(5)

d. Usaha jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama;

e. Jasa Impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik yang merupakan mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan; f. Jasa konsultan Pariwisata merupakan kegiatan usaha yang memberikan jasa

berupa saran dan nasehat untuk penyelesaian masalah-masalah yang timbul mulai gagasan, pelaksanaan operasinya yang disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahli profesional; dan

g. Jasa informasi Pariwisata merupakan usaha penyediaan informasi, penyebaran dan pemanfaatan informasi kepariwisataan.

2) Usaha Sarana Pariwisata, yang terdiri dari :

a. Usaha Penyediaan Akomodasi merupakan penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan yang meliputi jenis usaha hotel, bumi perkemahan, persinggahan karavan, villa, pondok wisata dan akomodasi lain; b. Usaha penyediaan Makan dan Minum merupakan usaha pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri sendiri, yang meliputi jenis usaha restoran, rumah makan, bar/rumah minum, cafe, pusat jajanan makanan, jasa boga, dan jenis usaha lain bidang usaha makanan dan minuman yang ditetapkan;

c. Usaha penyediaan angkutan Wisata merupakan usaha khusus atau sebagian dari usaha dalam rangka penyediaan angkutan pada umumnya yaitu angkutan khusus wisata atau angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata;

d. Usaha Penyediaan Wisata Tirta merupakan usaha menyediakan dan mengelola prasarana dan sarana serta jasa yang berkaitan dengan kegiatan wisata tirta (dapat dilakukan di laut, sungai, danau, rawa, dan waduk, dermaga serta fasilitas olahraga air untuk keperluan olahraga ski air, selancar angin, berlayar, menyelam, dan memancing);

e. Usaha Kawasan pariwisata merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

3). Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata, terdiri dari :

a. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungan yang telah ditetapkan sebagai objek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata;

b. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya merupakan usaha pemanfaatan seni dan budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata;

c. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata.

4). Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata meliputi jenis usaha : a. Pengusahaan Objek Wisata Alam, yang terdiri dari :

1. Taman Hutan Raya a. Air Terjun

b. Wana Wisata c. Ekowisata

2. Taman Wisata Alam

b. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata, yang terdiri dari : 1. Peninggalan Sejarah

2. Museum 3. Sanggar Seni 4. Taman Rekreasi

(6)

a. Gelanggang Renang b. Pemandian Alam c. Padang Golf d. Kolam Pancing e. Gelanggang Permainan f. Diskotik g. Karaoke h. Sauna/Spa i. Rumah Billyard

J. Panti Pijat dan Refleksi k. Salon Kecantikan 5. Taman Hiburan a. Bioskop b. Gedung Pertemuan c. Gedung Pertunjukan d. Taman Satwa

c. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus, terdiri dari : 1. Wisata Argo

2. Wisata Tirta

3. Wisata Petualangan Alam 4. Wisata Gua 5. Wisata Kesehatan BAB III PERIZINAN Bagian Kesatu Umum Pasal 5

Persyaratan umum memperoleh izin usaha kepariwisataan dan izin pengusahaan objek dan daya tarik wisata adalah :

a. memiliki akte pendirian orang pribadi atau badan hukum perusahaan; b. memiliki kantor/lokasi yang jelas;

c. memiliki tenaga kerja yang berpengetahuan dan berpengalaman di bidang usahanya;

d. modal yang cukup menjalankan usahanya. Bagian Kedua Tata Cara Perizinan

Pasal 6

Usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat izin dari Bupati.

Pasal 7

Permohonan izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diajukan secara tertulis kepada Bupati.

Pasal 8

(1) Persyaratan administrasi yang perlu dilampirkan dalam permohonan izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata antara lain :

(7)

1. Surat Permohona Izin; 2. Fotocopy KTP Pemohon;

3. Rencana layak dan study kelayakan;

4. Salinan Akta pendirian perusahaan, bagi usaha yang berbadan hukum;

5. Fotocopy Surat bukti kepemilikan tanah (Sertifikat tanah) atau bukti perolehan tanah;

6. Fotocopy izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan bagi usaha pariwisata yang memerlukan bangunan fisik;

7. Izin Gangguan (HO);

8. Bagi usaha pariwisata yang wajib AMDAL agar melakukan Dokumen AMDAL dan bagi usaha pariwisata yang tidak wajib AMDAL di persyaratkan melampirkan Dokumen UKL-UPL/SPPLH;

9. Fotocopy Izin Lokasi; 10. Peta Lokasi;

11. Surat Keterangan laik sehat yang dikeluarkan oleh SKPD terkait khusus untuk Rumah Makan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administrasi perizinan untuk memperoleh Surat Izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata sesuai dengan jenis penggolongannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 9

(1) Setiap orang atau Badan yang akan melaksanakan Izin Usaha Kepariwisataan dan Izin Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata wajib mengajukan izin usaha kepada Dinas/Instansi yang ditunjuk dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan.

(2) Formulir pendaftaran diisi oleh pemohon dengan jelas, lengkap dan benar sebagai bahan pendaftaran Usaha Jasa Pariwisataan dan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata.

Pasal 10

(1) Pesetujuan atau penolakan pemberian izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata oleh Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan dan persyaratan diterima dengan lengkap dan benar.

(2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap disetujui.

(3) Dalam hal permohonan izin ditolak, maka penolakan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara tertulis disertai alasan penolakan.

Bagian Ketiga

Bentuk Izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata

Pasal 11

Izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diberikan dalam bentuk Surat Izin Usaha Kepariwisataan.

Pasal 12

Surat Izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata dikeluarkan oleh Kepala Dinas/Instansi yang ditunjuk, atas nama Bupati.

(8)

Bagian Keempat

Masa Berlaku dan Perpanjangan Izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata

Pasal 13

(1) Izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.

(2) Apabila jangka waktu Izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah habis masa berlakunya, maka dapat diperpanjang dengan cara melakukan daftar ulang. (3) Perpanjangan jangka waktu izin Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan

Objek dan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan apabila Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya.

(4) Permohonan perpanjangan izin Usaha Kepariwisataan dan pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata ditujukan kepada Bupati Cq. Dinas/Instansi yang ditunjuk dengan melampirkan :

a. Izin Usaha yang telah dimiliki sebelumnya;

b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon. Pasal 14

(1) Pengalihan hak, perubahan bentuk usaha serta perluasan usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata dapat dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Bupati melalui Dinas/Instansi yang ditunjuk.

(2) Setiap orang pribadi maupun Badan yang usahanya dialihkan kepada pihak lain, untuk pemilik baru wajib mengajukan permohonan balik nama izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata sendiri kepada Bupati melalui Dinas/Instansi yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal terjadinya pengalihan hak.

BAB IV

KEWAJIBAN, HAK DAN LARANGAN Bagian Kesatu

Kewajiban Pasal 15

Pemegang izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata wajib:

a. melakukan kegiatan usaha sesuai izin yang diberikan dan melaksanakan syarat-syarat yang tercantum dalam izin usaha;

b. memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya dan memberikan perlindungan kepada pemakai jasa terutama dalam hal kenyamanan, keselamatan dan keamanan serta sanitasi dan higienis;

c. menjamin pemenuhan ketentuan kerja, keselamatan kerja dan jaminan kesejahteraan pemerintah bagi karyawan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;

d. menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala dan tepat waktu kepada Bupati ;

e. memperhatikan upaya pelestarian dan pemeliharaan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya;

f. menjaga martabat usaha dari kegiatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, pengedaran atau pemakaian narkoba, keamanan dan ketertiban umum.

(9)

Bagian Kedua Hak Pasal 16

Pemegang izin usaha kepariwisataan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata berhak:

a. melakukan kegiatan usaha sesuai izin yang dimiliki; b. mendapat pembinaan dari Pemerintah Daerah;

c. memanfaatkan sumber daya setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Bagian Ketiga Larangan

Pasal 17 Pemegang izin dilarang:

a. memperoleh izin secara tidak sah;

b. mengalihkan usaha kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Bupati; c. menghentikan kegiatan usaha/usahanya tidak beroperasi lagi tanpa

memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; d. pemegang izin pindah alamat tanpa diketahui/tanpa melapor;

e. melakukan tindak kejahatan yang berkaitan dengan usahanya, seperti secara sengaja melanggar kesusilaan, menjadi tempat peredaran narkoba, tempat perjudian atau hal-hal lain yang bertentangan dengan kepentingan umum.

BAB V

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 18

(1) Bupati melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap izin usaha kepariwisataan dan perizinan pengusahaan objek dan daya tarik wisata. (2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi :

a. pemberian bimbingan dan supervisi terhadap pelaksanaan pengelolaan usaha kepariwisataan dan perizinan pengusahaan objek dan daya tarik wisata; b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan usaha kepariwisataan

dan perizinan pengusahaan objek dan daya tarik wisata;

c. menyeleksi terhadap setiap permohonan perizinan yang diajukan sesuai ketentuan peraturan perundang-perundangan;

d. pengendalian terhadap perizinan usaha pariwisata dapat berupa penelitian atas penyampaian perkembangan usaha, pelaksanaan peninjauan lapangan atau dengan membatasi jumlah izin usaha yang akan terbit.

BAB VI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 19

Setiap orang atau Badan selaku pengelola usaha kepariwisataan dan pengusaahaan objek dan daya tarik wisata yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e dikenakan sanksi administrasi berupa :

a. peringatan tertulis;

b. pembekuan izin usaha,atau c. pencabutan izin usaha.

(10)

BAB VII PENYIDIKAN

Pasal 20

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan Tindak Pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari atau mengumpulkan keterangan mengenai Orang Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana tersebut;

c. meminta keterangan dan bahan bukti Orang Pribadi atau Badan sehubungan dengan Tindak Pidana;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan Tindak Pidana;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan Tindak Pidana;

g. menyuruh berhenti dan melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana ;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan Tindak Pidana sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA Pasal 21

(1) Setiap orang atau badan yang melanggar Pasal 6 dan Pasal 15 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22

(1) Izin usaha kepariwisataan dan izin pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikeluarkan sebelum berlakunya Peratuan Daerah ini, masih tetap berlaku sampai dengan masa izinnya habis dan selanjutnya wajib melakukan daftar ulang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(11)

(2) Badan atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha kepariwisataan dan belum mempunyai izin dalam waktu selambat-selambatnya 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini harus mengajukan permohonan izin berdasarkan Peraturan Daerah ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 23

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :

1. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perizinan Usaha Kepariwisataan di Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 17);

2. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 16);

Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatanya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di Cilacap

pada tanggal 24 September 2012 BUPATI CILACAP,

Cap & Ttd

TATTO SUWARTO PAMUJI Diundangkan di Cilacap

pada tanggal 24 September 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN CILACAP, Asisten Administrasi Umum

Cap & Ttd ANTON SANTOSA

(12)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABEPATEN CILACAP NOMOR 24 TAHUN 2012

TENTANG

PERIZINAN USAHA KEPARIWISATAAN DAN

PERIZINAN PENGUSAHAAN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN CILACAP

I. UMUM

Penyelenggaraan kepariwisataan yang meliputi Usaha Kepariwisataan dan Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan arah kebijakan penyelenggaraan kepariwisataan, yaitu untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui peningkatan pendapatan asli daerah, perluasan dan pemerataan kesempatan usaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah dengan tetap terpeliharanya nilai-nilai agama serta memperhatikan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan.

Dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan Kepariwisataan di Kabupaten Cilacap diperlukan keterpaduan peranan Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan masyarakat secara serasi, selaras dan seimbang agar dapat mewujudkan potensi pariwisata daerah yang memiliki kemampuan daya saing di tingkat nasional maupun global.

Penyelenggaraan Kepariwisataan harus memberi manfaat bagi seluruh masyarakat, memberikan kesempatan berperan dan menikmati hasilnya, sehingga untuk terciptanya kondisi yang mendukung kepariwisataan Pemerintah Kabupaten Cilacap melakukan pembinaan dengan cara pengaturan, pemberian bimbingan, pengawasan dan pengendalian terhadap masyarakat maupun usaha pariwisata.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Penyebutan penggolongan dalam ketentuan ini tidak berarti bahwa penempatan usaha yang satu lebih tinggi dari pada yang lain.

Pasal 3

Cukup jelas. Pasal 4

Angka 1) huruf a s/d huruf g Cukup jelas

Angka 2) huruf a s/d huruf e Cukup jelas

Angka 3) huruf a s/d huruf c Cukup jelas

Angka 4) huruf a :

Angka 1: Taman Hutan Raya adalah adalah Kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa baik asli maupun buatan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, budaya, pariwisata dan rekreasi.

(13)

Huruf a :

Air Terjun adalah salah satu daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk keindahan air terjun dalam lingkungan alam pegunungan dengan keamanan dan kenyamanan yang dapat dinikmati.

Huruf b :

Wanawisata adalah jenis usaha wisata alam yang di dalamnya dimanfaatkan sumber daya alam menjadi suaka alam.

Huruf c :

Ekowisata adalah salah satu jenis wisata alam dimana selain terdapat sasaran wisata juga bertujuan melestarikan lingkungan alam juga sebagai wisata media.

Angka 2 : Taman Wisata Alam adalah kawasan hutan yang memiliki keindahan alam, baik keindahan nabati, keindahan hewanimaupun keindahan alam itu sendiri yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan.

Angka 4 huruf b

Angka 1 : Cukup jelas Angka 2 : Cukup jelas Angka 3 : Cukup jelas Angka 4 :

Huruf a : Cukup jelas Huruf b :

Pemandian Alam adalah Tempat usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk mandi dengan memanfaatkan air panas dan atau air terjun sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

Huruf c

Padang Golf adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas olah raga golf disuatu kawasan tertentu sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

Huruf d : Cukup jelas Huruf e :

Gelanggang Permainan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan ketangkasan dan atau mesin permainan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

Huruf f :

Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menari dengan diiringi musik yang di sertai atraksi tanpa pertunjukan lantai dan di lengkapi jasa pelayanan makanan dan minuman.

Huruf g :

Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bernyanyi dengan diiringi musik rekaman sebagai usaha pokok dan

(14)

dapat di lengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman.

Huruf h :

Sauna/Spa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas rekreasi,kebugaran dan kesehatan dengan menyediakan tempat dan fasilitas untuk mandi sauna/spa yang menggunakan terapi air, aroma,susu, buah dan sejenisnya.

Huruf i :

Rumah Billyard adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan billyard sebagai usaha pokok yang dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

Huruf j :

Panti Pijat adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pijat secara tradisional sebagai usaha pokok dan dapat di lengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

Huruf k :

Salon kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk kesehatan kulit,rambut , rias wajah,rias pengantin,tata busana serta perawatan kosmetika secara manual,preparatif ,aparatif dan dekoratif yang moderen maupun tradisional tanpa operasi dan bedah dan dapat di lengkapi dengan persewaan busana.

Angka 5 :

Huruf a :

Bioskop adalah suatu usaha yang menyediakan tempat,peralatan dan fasilitas untuk memutar dan mempertunjukan film serta dapat menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman.

Huruf b : Cukup jelas Huruf c :

Gedung Pertunjukan adalah suatu tempat usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas gedung pertemuan atau pertunjukan sebagai suatu usaha komersial.Cukup jelas

Huruf d :

Taman Satwa adalah suatu usaha pengelolaan satwa dalam satu area dengan fasilitas-fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk wisata.

Angka 4 huruf c

Angka 1 : Wisata agro adalah pengelolaan areal perkebunan yang di jadaikan sebagai sasaran wisata dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang dan dapat di jadikan sebagai media wisata.

Angka 2 : Wisata Tirta adalah wilayah pencairan yang mengandung daya tarik wisata sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi bagi wisatawan sekaligus mengembangkan hobi para wisatawan, seperti menyelam, memancing, berselancar, dayung dan renang.

(15)

Angka 3 : Wisata Petualang Alam adalah pengelolaan kegiatan wisata yang menarik minat khusus berpetualang pada areal sumber daya alam pegunungan atau hutan.

Angka 4 : Wisata Gua adalah jenis obyek wisata yang menarik wisatawan minat khusus untuk menjelajahi gua.

Angka 5 : Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Dinas/Instansi yang ditunjuk adalah Dinas/Instansi yang ditunjuk oleh Bupati untuk menerbitkan perizinan usaha kepariwisataan. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 11 Cukup jelas

Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas.

(16)

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat(3) Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa penyertaan

Hal ini menunjukkan bahwaperilaku konsumen untuk berpindah pada penyedia jasa telepon seluler dari provider lain menuju Exelcomindo dipengaruhi oleh tarif telepon, SMS, MMS

Explore Sumatera adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri olahraga yang berupa penjualan jasa yaitu kegiatan arung jeram.. Ada beberapa jasa

Survey dilakukan dengan wawancara dan memberikan kuesioner kepada siswa- siswi di SMP yang telah ditentukan sebelumnya.Model yang digunakan untuk menjelaskan penerimaan

Nota kesepahaman antara Universitas Sam Ratulangi dan Direktorat Jenderal Kerja sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, ditandatangani pada tanggal 29 Juli

kadar reserpin rerata 0.2588 ± 0.0052 mg per tablet obat (Lampiran 6), sehingga dapat dikatakan bahwa galat acak yang berasal dari instrumen dan kondisi laboratorium yang

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul pengaruh MEA 2015 terhadap integrasi ekonomi pada sistem perdagangan

Sebagian kecil sampah ada yang berasal dari industri (Hermawati. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan