• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Agen dan Struktur dalam program dialog antar umat beragama

Agen yang dalam penelitian ini merupakan sebagai masyarakat Kabupaten Sleman, yang juga meliputi tokoh-tokoh masyarakat, mempunyai kecenderungan untuk membuat suatu sistem, pola, ataupun kekuatan sosial yang juga bisa disebut struktur. Pemerintah yang dalam hal ini sebagai struktur atau kekuatan sosial mengeluarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri sebagai tonggak awal munculnya FKUB di Indonesia khususnya di Sleman. Setelah itu diikuti dengan keluarnya Peraturan Gubernur D.I. Yogyakarta yang mengatur tentang Pedoman Pembentukan FKUB dan Dewan Penasihat FKUB Provinsi DIY dan Kabupaten/Kota. Perlu diingat, bahwa agen dan struktur adalah suatu dualitas yang saling mempengaruhi. Giddens menganalogikan hal ini dengan uang bahwa “agen dan struktur ialah merupakan dua sisi dari mata uang yang sama”.

Karena itu agen dan struktur selalu saling mempengaruhi dalam membentuk suatu sistem di masyarakat. Hal ini sudah tampak jelas bahwa munculnya Peraturan Bersama Menteri dan diikuti dengan Peraturan Gubernur di D.I.Y merupakan suatu bukti relevansi atas adanya aktivitas agen dan struktur yang saling memengaruhi. Lagi, bukti relevansi dari teori strukturasi terhadap penelitian ini adalah suatu pengkonsepsian Giddens atas struktur yaitu “struktur hanya ada di dalam dan melalui kegiatan-kegiatan agen-agen manusia”.

Tokoh-tokoh masyarakat yang datang dan mengikuti jalannya dialog antar umat beragama tersebut mendiskusikan tentang permasalahan-permasalahan yang mengancam kerukunan antar umat beragama. Dalam dialog itu juga dibahas tentang solusi-solusi yang bersifat aktual yang menyangkut tentang gejala-gejala dan atau sengketa dalam bidang keagamaan. Tak hanya itu, dengan bertemunya

(2)

tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama diharapkan masyarakat beragama umumnya dapat mencontoh dan meneladani sikap para tokoh masyarakat dan agama yang datang dalam dialog tersebut.

2. Praktik Sosial dalam implementasi dialog antar umat beragama

Sebagaimana telah dijelaskan dalam teori strukturasi yang menyatakan bahwa letak struktur sesungguhnya ‘ada di tengah’ yaitu ada diantara struktur fungsional atau kekuatan sosial yang mengikat masyarakat, dan masyarakat sebagai agen. Dalam hal ini inti dari struktur yang ‘ada di tengah’ itu adalah segala praktik-praktik sosial yang dalam konteks penelitian ini adalah segala aspek dialog seperti kekurangan dan kelebihan dalam dialog kerukunan antar umat beragama tersebut. Dalam segi kekurangan ataupun kelemahan dari dialog ini adalah dari para pembicara yang dalam hal ini adalah anggota FKUB Kabupaten Sleman dan juga ada dari kalangan akademisi kurang memperhatikan pemilihan kata-kata yang diucapkan dan ditampilkan pada materi pada saat dialog berlangsung. Kata-kata yang dipilih atau diucapkan saat dialog, adalah kata-kata yang bersifat agamis atau masih kental dari agama masing-masing. Ini mengakibatkan peserta dialog yang kurang mengerti maksud yang tersirat dapat menafsirkan bahwa para pembicara dialog melakukan ‘dakwah’ agama masing-masing, padahal maksud dari yang tersirat tersebut merupakan pengejawantahan dari pembicara bahwa semua agama di Nusantara memuat ajaran-ajaran yang baik bagi sesama manusia.

Adanya program dialog ini implikasinya dapat memperbaiki ataupun meningkatkan kualitas sumber daya yang diperlukan untuk mendukung praktik sosial untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama yang dimana dalam konteks inilah masyarakat bertindak sebagai agen. Jadi, dapat ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada penelitian ini, bahwa dampak dari program dialog antar umat beragama yang diselenggarakan oleh FKUB Kabupaten Sleman diantaranya adalah tambahnya pengetahuan masyarakat terhadap solusi atas permasalahan-permasalahan keagamaan yang

(3)

mengancam kerukunan. Menumbuhkan kembali ataupun mempererat hubungan antar tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai agama. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kerukunan antar umat beragama dianggap dapat dicapai dengan adanya dialog antar agama yang mempertemukan tokoh-tokoh masyarakat yang berlatar belakang agama berbeda.

Kesimpulan lainnya dari penelitian ini adalah sesungguhnya tidak ada praktik sosial yang ideal. Hal ini berarti praktik-praktik sosial yang dilakukan FKUB Kabupaten Sleman selalu maksimal dalam menjalankannya. Akan tetapi, setelah ditemui berbagai hal yang seharusnya tidak terjadi di lapangan seperti misalnya pengambilan atau pemilihan peserta dialog yang dilakukan oleh pihak Kecamatan tidak berdasar porsi keikutsertaan semua agama yang ada di wilayahnya tersebut, mengingat tokoh-tokoh agama tidak boleh berdasarkan mayoritas agama tertentu saja, akan tetapi agama-agama selain mayoritas juga harus dihadirkan tokoh-tokohnya supaya keikutsertaan tokoh semua agama dapat merata dan tidak berdasar pandangan awam akan siapa-siapa yang dipandang sebagai tokoh masyarakat di daerah-daerah tertentu.

3. Dualitas Struktur dalam konteks dampak program dialog antar umat beragama

Dualitas struktur merupakan adanya pertautan antara kekuatan sosial (fungsional struktural) dengan agen, yaitu masyarakat yang selalu mereproduksi tindakan. Dalam hal ini, pemerintah selaku kekuatan sosial dan masyarakat sebagai agen, haruslah dapat ‘berjalan beriringan’ dalam arti keduanya tersebut merupakan dua hal yang saling mempengaruhi akan tetapi bukanlah suatu dualisme yang dalam hal ini dualisme bisa diartikan sebagai ‘pemilik struktur atau determinan yang sesungguhnya’.

Jika dilihat dari sudut pandang pemerintah sebagai kekuatan sosial, konflik-konflik yang diduga kuat sebagai konflik yang berlatar belakang agama merupakan rentetan kejadian yang penyebabnya adalah keterlambatan dari pemerintah dalam membentuk dan memfasilitasi forum-forum semacam FKUB

(4)

ini. Pada era reformasi atau selepas keruntuhan rezim orde baru yang dimana kebebasan berkembang sangat pesat dalam berbagai bidang dan tak terkecuali adalah agama, semestinya dukungan-dukungan dari pemerintah selaku pembuat kebijakan dan penyedia sumber daya (anggaran), dapat lebih memperhatikan lebih intensif lagi keberadaan FKUB Kabupaten Sleman beserta program-programnya. Mengingat juga FKUB merupakan ‘wadah’ untuk membuat kebijakan, mengimplementasikan dan mengawasi kebijakan-kebijakan ataupun peraturan-peraturan yang mengatur tentang birokrasi dalam bidang keagamaan seperti aturan pendirian rumah ibadah dan juga sebagai penampung aspirasi masyarakat untuk disampaikan ke pemerintah sebagai pembuat dan pengawas kebijakan yang lebih tinggi.

Dalam sudut pandang agen sendiri, seharusnya agen-agen dalam masyarakat selalu memperhatikan praktik-praktik sosialnya yaitu yang selalu berhubungan dari agen satu dengan agen lainnya, agar suatu dualitas antara agen dan struktur yang diagendakan dalam teori strukturasi dapat menemui pertautan yang pas, sehingga kondisi-kondisi yang tak dikehendaki dapat diminimalisir dan dampak yang diharapkan dapat terwujud atau terlaksana. Namun, ini juga kembali kepada kualitas agen-agen tersebut, agen-agen yang mewakili masyarakat untuk datang mengikuti kegiatan dialog tersebut. Terlepas dari segala pengetahuan yang didapat dari FKUB Kabupaten Sleman, peserta dialog yang mempunyai sumber daya yang berkualitas lebih, pastinya akan lebih mampu untuk mengoptimalkan dirinya sebagai agen pewujud kerukunan antar umat beragama.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa teori strukturasi dari Anthony Giddens benar-benar bekerja dan terbukti relevansinya. Praktik-praktik sosial yang berulang dengan melihat antara agen dan struktur sebagai dualitas dan bukan dualisme yang mempunyai tujuan untuk menemukan pertautan atau jalan tengah antara dominasi struktur dan agen ini mempunyai implikasi yang baik bagi

(5)

penemuan solusi-solusi yang diharapkan oleh kedua belah pihak yang dalam hal ini adalah pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini juga menegaskan bahwa tidak adanya praktik-praktik sosial dalam hubungannya antara Agensi dan Struktur. Praktik-praktik sosial perlu dicari kelemahannya agar dapat ditemukan praktik yang lebih efektif lagi dalam kaitannya membentuk strukturasi yang lebih ideal atau “struktur yang lebih berkuasa” ketimbang struktur yang ada dalam pemerintah maupun di masyarakat, mengingat “struktur yang sesungguhnya” merupakan dasar pembentuk sistem atau pola yang saling mengikat antara struktur yang ada di pemerintah (fungsionalis) dan struktur yang ada di dalam masyarakat (agen). Dalam hal urusan agama, pemerintah tidak boleh mengintervensi terlalu dalam yang akan menimbulkan kekacauan di masyarakat, mengingat Indonesia mempunyai berbagai agama maupun aliran kepercayaan yang berbeda-beda. Akan tetapi, masyarakat juga tidak bisa mengurusi segala urusan keagamaannya sendiri, mengingat terlalu banyaknya sudut pandang ataupun kepercayaan yang berbeda-beda pada setiap orang. Maka jalan tengah yang harus diambil oleh kedua belah pihak ini adalah harus terus melakukan dialog antar agama yang berkelanjutan.

2. Implikasi Metodologis

Penelitian ini menggunakan metode evaluasi. Dengan digunakannya metode evaluasi dalam penelitian ini, dapat memberikan gambaran atas relevansinya dengan konteks yang dikaji. Dengan membandingkan antara kondisi awal sebelum adanya program, adanya suatu program yang diterbitkan dan diimplementasikan, serta kondisi dampak setelah program diselenggarakan. Maka dalam hal menemukan kondisi dampak yang menjadi fokus penelitian ini dapat tergambarkan dan terstruktur secara kronologis dengan baik dalam menggambarkan berbagai konteksnya. Sedangkan hasilnya dalam konteks dampak, penelitian ini dapat ‘menangkap’ dan menggambarkan tentang dampak-dampak atau segala akibat yang telah ditimbulkan oleh suatu program yang dalam hal ini adalah program dialog antar umat beragama. Dampak yang didapat dan disimpulkan dalam penelitian ini sangat erat berhubungan dengan teori yaitu teori

(6)

strukturasi. Oleh karena itu dampak yang dapat ditemukan dalam penelitian ini lebih banyak bukan merupakan dampak yang bisa diamati, merupakan dampak yang ada dalam kesadaran-kesadaran tokoh-tokoh masyarakat. Kesimpulan dari implikasi metodologis ini ialah adanya suatu penggambaran baru atas dampak sosial yang berupa praktik-praktik sosial, mengingat masyarakat realitasnya selalu dinamis dan berubah-ubah kondisi sosialnya.

3. Implikasi Empirik

Dengan mengacu juga pada teori strukturasi dari Anthony Giddens yang menyatakan bahwa di dalam masyarakat terdapat praktik-praktik sosial yang selalu bekerja untuk menemukan pertautan atau jalan tengah antara struktur sosial dan agen yang dalam hal ini adalah masyarakat sebagai sasaran program, semestinya forum yang mempunyai faedah dalam membentuk suatu masyarakat yang rukun ini perlu diberi perhatian oleh semua pihak. Diantaranya yaitu oleh pemerintah sebagai penyedia sumber daya yang utama maupun masyarakat yang didalamnya juga banyak orang berpengaruh seperti tokoh-tokoh agama yang berperan sebagai ‘jembatan’ antar beberapa agama dan juga kaum intelektual yang juga dapat memberikan sumbangsinya terhadap kemajuan FKUB Kabupaten Sleman ini. Dengan adanya penelitian ini, pengertian-pengertian tentang ‘jalan tengah’ yang digunakan untuk mencapai solusi bersama dialog-dialog semacam ini harus terus ada dan harus bersifat berkelanjutan sampai kapanpun selama kerukunan antar umat beragama masih menjadi keadaan yang diidamkan oleh semua umat beragama.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, FKUB Kabupaten Sleman disarankan agar mempunyai pola diskusi yang lebih baik demi menanggulangi terusiknya para peserta dialog dalam berkeyakinan. Para pembicara harus lebih selektif atau lebih berhati-hati lagi dalam memilih atau merangkai kata-kata yang diucapkan pada saat menyampaikan materi maupun kata-kata yang terdapat dalam lembaran-lembaran kertas yang berisi materi itu sendiri. Sebab agama merupakan hal yang

(7)

sangat sensitive yang kita tidak tahu kapan dan apa sebab pastinya seseorang akan terusik keyakinannya dalam beragama.

Dalam hal pemilihan peserta dialog juga harus dipilih berdasarkan keikutsertaan tokoh-tokoh dari semua agama, tidak berdasarkan pandangan umum tentang tokoh masyarakat yang dalam hal ini dipilih oleh pihak Kecamatan. Saran yang bisa dilakukan secara langsung adalah dalam hal ini FKUB Kabupaten Sleman harus turun ke lapangan untuk memastikan bahwa yang ikut serta dalam dialog adalah peserta atau tokoh-tokoh masyarakat yang representatif berdasarkan agama-agama yang ada di Kabupaten Sleman agar penyebaran faham kerukunan dapat lebih efektif dan terinternalisasi dalam tiap-tiap lapisan masyarakat.

Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sebagai pembuat dan pengawas berjalannya kebijakan, seharusnya dapat lebih memprioritaskan lagi dalam hal dukungan sumber daya yang ada. Tak hanya anggaran, pemerintah disarankan agar dapat lebih mendorong FKUB Kabupaten Sleman dalam mensosialisasikan program-programnya yang salah satunya juga dapat melalui iklan-iklan masyarakat yang tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar lagi jika dampak yang diinginkan juga besar.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, L, 2008.Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung; Penerbit Alfabeta.

Barker, C, 2011.Cultural Studies: Teori dan Praktik. Bantul: Kreasi Wacana.

Dwidjowijoto dan Nugroho, R. 2003.Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Giddens, A, 2011.Teori Strukturasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadikusumo, H, 1993.Antropologi Agama. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hendropuspito, 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Jalaluddin, 2009, Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jones, C, 1994. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kahmad, D, 2000, Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lexy, J,M, 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ritzer, G, 2012.Teori Sosiologi (Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samodra,W. Purbokusumo,Y. Pramusinto,A. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sirait, M, 2012.Kebijakan Pemerintah Kota Medan Terhadap Kerukunan Umat Beragama. Skripsi Sarjana (S-1) Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan. dari http://balitbang.pemkomedan.go.id. Diakses pada 11 Desember 2014.

Slamet, Y, 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Subarsono, A.G, 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Relajar.

Sudjana, D, 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah: Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT

(9)

Remaja Rosdakarya.

Susilo, Rachmad. K, Dwi, 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.

Sutopo, H. B, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Penerapannya Dalam Penelitian). Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Widodo, J, 2008. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Banyumedia Publishing.

Winarno, B, 2008. Kebijakan Publlik Teori dan Proses Edisi Revisi. Jakarta: Medpress.

Wisnumurti, A, 2010. Peranan Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Memelihara dan Memantapkan Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Tabanan. Diakses pada 22 Juni 2015, dari

http://www.yayasankorpribali.org/artikel-dan-berita/63-peranan-forum- kerukunan-umat-beragama-dalam-memelihara-dan-memantapkan-kerukunan-umat-beragama-di-kabupaten-tabanan.html

Sumber Dokumen

______Arti Penting Dialog Antar Agama dan Peran Strategis FKUB Bagi Teciptanya Kerukunan Umat Beragama. Forum Kerukunan Umat Beragama. Kementerian Agama Kantor Wilayah D.I.Y. 2014.

______Biografi Forum Kerukunan Umat Beragama. Forum Kerukunan Umat Beragama. Kementerian Agama Kantor Wilayah D.I.Y. 2014.

______Kabupaten Sleman Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2014.

(10)

Sumber Lainnya

“Kearifan Lokal Sebagai Resolusi Konflik Keagamaan,”, Vol. 21, No.2, Diakses pada 10 Oktober 2014, dari http://www.journal.walisongo.ac.id.

“Pesantren Responses to Religious Tolerance, Pluralism and Democracy in Indonesia,”, Vol. 2 No.1, Diakses pada 10 Oktober 2014, dari

http://journal.uinsgd.ac.id.

“Religious Tolerance in Malaysia: Problems and Challenges,”, Vol.3, No.81, Diakses pada 10 Oktober 2014 dari http://www.ukm.my.

“Spirituality and Religious Tolerance”, 2013, Vol.16 No.1, Diakses pada 10 Oktober 2014 dari http://www.equinoxpub.com.

“The Inter-Religious Tolerance Of The Albanian Multi-Religious Society. Facts And Misconceptions,”, 2013 edition vol.9, No.11, Diakses pada 10 Oktober 2014, dari European Scientific Journal.

http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0317081/Rumah.Direktur.Penerb itan.Galang.Press.Diserang.Gerombolan.Berjubah. Diakses pada 24 April 2015.

http://www.antarasultra.com/print/264132/kebijakan-kementerian-agama-dalam-pembinaan-kerukunan-umat. Diakses pada 10 Oktober 2014.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2014/06/02/204233/ Gelar-Ibadah-Tak-Berijin-Rumah-di-Sleman-Dirusak-Massa. Diakses pada 24 April 2015.

https://sorikmarapi.wordpress.com/tag/agama-resmi-di-indonesia/. Diakses pada 10 Oktober 2014.

https://www.academia.edu/7664099/pengertian_monitoring_dan_evaluasi. Diakses pada 8 April 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Foto morfologi permukaan dari spesimen baja dalam larutan NaCl yang telah dilapisi ekstrak daun teh selama 24 jam, setelah itu direndam pada medium korosif pada perendaman

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Dalam penelitian fenomena pola komunikasi interpesonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba, dapat dikembangkan kembali dengan klasifikasi sudut pandang yang

Tahap awal yang perlu dilakukan untuk dapat menetapkan strategi dan program Pengelolaan Sumber Daya Air adalah dengan mengidentifikasi permasalahan pengelolaan sumber

Dari penegrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil pengeolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

Hasil jumlah iterasi dalam satu kali konvergen terhadap jumlah varian data training pada metode improved semi supervised k-means dengan k-means Pada pengujian ketiga

Maka dari itu, penulis mengadakan suatu penelitian untuk dapat memahami lebih lanjut tentang Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dan faktor pendukung serta penghambat