dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan tumor paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.
Tumor paru adalah salah satu jenis tumor yang sulit untuk disembuhkan. Sesuai dengan namanya, tumor paru tumbuh diorgan paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel yang membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Banyaknya pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan kemajuan teknologi yang berkembang saat ini, menjadikan sinar-X konvensional dan CT Scan memiliki peranan penting dalam mendiagnosis tumor paru tersebut. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan terarah dalam rangka penentuan diagnosis suatu penyakit. Penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.
Penggunaan pesawat sinar-X konvensional dan pesawat CT Scan didunia kesehatan tidak terlepas dari adanya pengaruh radiasi pada organ tubuh manusia yang bermacam-macam tergantung pada jumlah dosis radiasi dan luas lapangan radiasi yang diterima. Pencegahan atau proteksi radiasi harus lebih diperhatikan baik bagi pasien dan personil yang mengambil alih dalam setiap pemeriksaan.
II.1.1 PESAWAT SINAR-X KONVENSIONAL a. Pengertian
Pesawat sinar-X konvensional adalah pesawat medik yang bekerjanya menggunakan radiasi sinar-X baik untuk keperluan fluoroskopi dan radiografi. Pesawat sinar-X harus memiliki sistem diafragma atau kolimator pengatur berkas radiasi, sehingga apabila diafragma tertutup rapat maka laju kebocoran radiasinya tidak melebihi batas yang diizinkan. Nilai filter permanen tersebut harus
dinyatakan secara tertulis pada wadah tabung sinar-X. Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda, yang kemudian disebut Hot chatoda tube dan merupakan tabung yang dipergunakan untuk pesawat roentgen yang sekarang.
Gambar 2 : Blok Diagram Pesawat sinar-X Konvensional b. Prinsip kerja terjadinya sinar-X dari tabung roentgen
Urutan atau proses terjadinya sinar-X yaitu katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator, karena panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan kealat pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran atau target sehingga terbentuk panas (>99% ) dan sinar-X (<1%). Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakaan oleh radiator pendingin. Jumlah sinar-X yang yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat
pengukur miliampere (mA) sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu (Sjahriar Rasad,2005).
Gambar 3. Skema Tabung Sinar-X. Keterangan Gambar :
1. Katoda 7. Rumah tabung
2. Anoda 8. Expansion Diaphragma
3. Rotor 9. Tombol (Switch)
4. Stator (diluar insert tube) 10. Tube Window . 5. Target (Piring Anoda) 11. Minyak pendingin. 6. Tangki molybdenum
Sebenarnya, sinar-X itu seperti cahaya tampak yang dalam penyebarannya dari sumber melalui suatu garis lurus yang menyebar ke segala arah kecuali dihentikan oleh bahan penyerap sinar-X. Karena alasan tersebut maka tabung sinar-X ditutup dalam satu rumah tabung logam yang mampu menghentikan sebagian besar radiasi sinar-X, hanya sinar-X yang berguna yang dibiarkan keluar dari tabung melalui sebuah jendela/window. Sinar-X yang
berguna tadi disebut sebagai berkas primer. Berkas sinar yang terletak pada tengah garisnya ini disebut central ray. Diperlukan pembangkitan tegangan yang tinggi di dalam tabung sinar-X agar dapat dihasilkan berkas sinar-X. Rangkaian listriknya dirancang sedemikian rupa sehingga tegangan (kV) nya dapat diubah dalam rentang yang besar, biasanya 30 kV sampai 100 kV atau lebih. Bila tegangan (kV) yang lebih rendah digunakan, maka sinar-X memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan lebih mudah diserap sehingga disebut sebagai soft x-ray. Harus dipahami bahwa berkas sinar-X itu terdiri dari sinar dengan panjang gelombang yang berbeda. Radiasi yang dihasilkan pada rentang tegangan (kV) yang lebih tinggi akan memiliki energi yang lebih besar dan panjang gelombang yang lebih pendek ( Ajunk artawijaya, 2010).
c. Pembentukan Gambar Radiografi
Salah satu dari faktor penting sinar-X adalah bahwa sinar-X dapat menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-X saja yang mampu menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-X yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-X oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:
1. Panjang gelombang sinar-X.
2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X. 3. Ketebalan dan kerapatan objek.
Setelah sinar-X yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar-X (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar-X sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar-X (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar-X akibatnya tidak ada atau sedikit sinar-X yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar-X mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar-X, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar-X disebut Radio-lucen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar-X disebut Radio-opaque sehingga film
berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh tegangan (kV) rendah akan mengakibatkan sinar-X nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-X (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-X mudah untuk menembus bahan. Hal ini tergantung dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng aluminium yang mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap lebih rendah terhadap sinar-X dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-X. Karena alasan inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi. Hubungan antara penyerapan sinar-X dengan ketebalan adalah sederhana yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama.
Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-X, satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-X. Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-X dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-X dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-X dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda. Hubungan diantara intensitas sinar-X pada daerah yang berbeda gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek.
d. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran kualitas Radiografi dan Dosis radiasi pada pesawat sinar-X konvensional, (Meredith,1977).
1. Faktor eksposi.
Faktor eksposi sangat bervariasi bergantung pada berbagai hal, antara lain: a) Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.
b) Kelainan patologi yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.
c) Pada objek yang selalu bergerak, objek yang pergerakannya tidak dapat , di Kontrol misalnya anak kecil, dan lain-lain. Untuk hal tersebut perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat mungkin.
Faktor eksposi terdiri atas : 1) Besaran tegangan tabung (kV).
Besaran tegangan tabung pada umumnya dikaitkan dengan daya tembus sinar. Makin tinggi besaran tegangan tabung (kV) yang digunakan makin besar pula daya tembus sinar. Umumnya jumlah tegangan tabung (kV) menunjukkan kualitas radiasi. Bila tegangan tabung (kV) dinaikkan, maka densitas foto tinggi, kontras rendah,dan sinar hambur meningkat.
2) Kuat Arus tabung (mA).
Arus tabung merupakan banyaknya arus dalam tabung. Maka dengan meningkatkan arus tabung maka jumlah elektron yang bergerak ke katoda menuju anoda semakin banyak. Dengan demikian sinar X yang dihasilkan semakin banyak dimana akan meningkatkan radiasi sinar X menuju film yang akan meningkatkan densitas. mAs adalah perkalian antara besaran nilai Ampere (Kuat arus tabung) dengan waktu eksposi (second). mAs ini menunjukkan kuantitas radiasi, dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Sjahriar rasad,2005):
Kuantitas Radiasi = mA x s………..(1) Dimana :
mA = Milliampere (Arus tabung) s = Second (waktu ekspose) Waktu ekspose terutama mempengaruhi: a) Densitas.
Densitas adalah perubahan gambaran radiografi terang dan gelap. Ketika waktu ekspose meningkat maka densitas akan meningkat dan demikian sebaliknya.
b) Kontras radiografi.
Kontras meningkat seiring dengan peningkatan ekspose film. Kontras adalah perbedaan cara mata melihat antara objek yang satu dengan objek yang lain dengan variasi kerapatan. Jarak film ke tabung atau jarak dari target ke film akan mempengaruhi intensistas cahaya. Hubungan ini dinyatakan dalam hukum kuadrat terbalik. Intensitas radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang diukur dari sumber radiasi ke titik intensitas radiasi yang terukur. Dengan kata lain waktu ekspose adalah sebanding dengan kuadrat jarak yang diukur dari tabung ke film.
Jarak-jarak dalam pemotretan terdiri atas : 1) Jarak fokus ke film.
2) Jarak objek ke film. 3) Jarak fokus ke objek. 2. Kolimasi
Kolimasi mengacu pada pengendalian ukuran dan bentuk berkas sinar X. Ketika berkas sinar X diarahkan kepada pasien sebagian energi dibuang dan sisanya akan membentuk bayangan atau gambar pada film. Radiasi yang menyebar dihasilkan oleh energi yang terbuang akan mencapai film tetapi tidak memiliki tujuan.
II.1.2 PESAWAT CT-SCAN. a.Pengertian.
CT-scan termasuk teknik pencitraan khusus sinar-X yang menampilkan citra khusus objek lapis demi lapis berdasarkan perbedaan sifat densitas struktur materi penyusunan jaringan dengan bantuan teknik rekonstruksi secara matematis. CT-scan merubah tampilan analog menjadi digital, berupa Pixel ( picture element ). Pixel adalah titik-titik kecil gambaran, dimana hasil penggambarannya berupa Rekonstruksi. Pesawat CT scan ditemukan pada tahun 1970 oleh Allan Carmack dan Geofrey Hounsfield. Berdasarkan perkembangan teknologi, CT scan mengalami beberapa perkembangan sesuai dengan kemajuan teknologi.
Gambar 4. Pesawat CT scan
Citra CT Scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding X-ray konvensional. Citra yang diperoleh CT Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan citra perolehan CT Scan menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap objek-objek di sekitarnya sehingga dokter dapat mengetahui posisi objek-objek itu secara tepat dan akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut telah membuat CT Scan menjadi proses radiografis medis yang paling sering direkomendasikan oleh dokter, dan dalam
banyak kasus, telah menggantikan proses pesawat sinar-X biasa (konvensional) secara total.
b. Sejarah perkembangan CT-scan
Perkembangan CT-Scan dari satu generasi ke generasi yang lain dapat dibedakan berdasarkan jumlah detektornya, sistem pergerakan tabung sinar-X (X-ray tube) dan detektor, serta lamanya waktu scanning untuk memperoleh resolusi pencitraan yang optimal
1. CT-Scan generasi I
Gambar 5. CT-Scan generasi I
Diperkenalkan pertama kali oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1971. Generasi pertama dari CT Scan hanya menggunakan detektor tunggal/single detektor yang akan menangkap sinar-X, pergerakannya translasi-rotasi, objek akan di scan pada arah translasi kemudian akan diputar sebesar 60° dan bergerak ke arah translasi dan seterusnya. Karena hanya menggunakan detektor tunggal dengan sendirinya proses scan sampai menghasilkan gambar memerlukan waktu scan yang cukup lama. Berkas sinar-X berbentuk pencil beam.
3. CT-Scan generasi II
Gambar 6. CT-Scan generasi II
CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975. CT-Scan generasi kedua ini menggunakan jumlah detektor yang lebih banyak dibandingkan dengan CT-Scan generasi pertama dengan pergerakan tetap translasi dan rotasi. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar lebih singkat dibanding dengan generasi sebelumnya. Berkas sinar-X berbentuk partial fan beam.
3. CT-Scan generasi III
CT Scan generasi ke-III muncul sekitar tahun 1977 setelah CT Scan generasi ke-II muncul. Generasi ketiga menggunakan detektor yang jauh lebih banyak (>300 buah), dengan demikian jumlah data gambar yang dihasilkan jauh lebih banyak, waktu untuk menghasilkan gambar juga bisa lebih dipersingkat. Pergerakannya tidak lagi translasi- rotasi tetapi rotasi-rotasi dan rotasi-rotasi kontinyu. Rotasi-rotasi-rotasi artinya sistem akan berputar searah jarum jam dan menghasilkan gambar, kemudian akan berputar balik dan menghasilkan gambar. Untuk supply tegangan operasional digunakan kabel tegangan tinggi. Rotasi-Kontinyu artinya sistem akan berputar terus (searah jarum jam atau sebaliknya) sambil menghasilkan gambar. Berkas sinar berbentuk fan beam (kipas).
4. CT-Scan generasi IV
Gambar 8. CT-Scan generasi IV
Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munculnya CT Scan generasi ke-III. Generasi ini menggunakan jumlah detektor jauh lebih banyak, detektor disusun melingkar 360°, detektor statis, dan tabung sinar-X yang berputar didepan detektor. Berkas sinar berbentuk kipas (fan beam).
c. Prinsip kerja dan komponen CT Scan 1. Prinsip kerja CT-Scan (Ridho wahyudi, 2010)
Tujuan utama pada CT adalah untuk menghasilkan gambaran secara serial dengan menggunakan metode tomography dimana tiap-tiap gambaran berasal dari potongan-potongan pokok tomography, serta untuk mendapatkan gambaran yang tajam dan bebas superposisi dari kedua struktur di atas dan di bawahnya.
Computer Radiography Scanner (CT-Scanner) yang juga dikenal dengan nama Computerized Axial Tomography (CAT), Computerized Aided Tomography (CAT), Computerized Transvers Axial Tomography (CTAT), Recontructive Tomography (RT) dan Computed Transmission Tomography (CTT) merupakan teknik pengambilan gambar dari suatu objek secara sectional axial, coronal dan sagital dimana berkas sinar mengitari objek.
Adapun sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menangkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam sistem komputer dan diolah oleh komputer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik.
Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number.
Struktur Komponen Pesawat CT-Scan
Gambar 9. Gambar pesawat CT-Scan (www.Ridowahyudi.students.blog.undip.ac.id) Keterangan gambar: 1. Meja pemeriksaan 2. Gantry 3. Perangkat multi 4. Unit komputasi
2. Komponen-komponen pesawat CT-Scan, meliputi: a. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang melambangkan maju, mundur, naik, dan turun yang terdapat pada gantry.
b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat tabung sinar-X, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition System ). Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry. Pada pertengahan gantry, diletakkan pasien dimana tabung sinar-X dan detektor letaknya selalu berhadapan. Didalam, gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
1. Tabung sinar-X
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat: 1.1) Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV 1.2) Tahan terhadap goncangan
2. Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu: 2.1) Kolimator pada tabung sinar-X
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness).
3.Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )
Setelah sinar-X menembus objek, maka akan diterima oleh detektor yang selanjutnya akan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi detektor dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-X yang telah menembus objek, mengubah sinar-X dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal elektron, lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal elektron tersebut dan mengubah sinyal elektron tersebut kedalam bentuk data digital.
c. Komputer
Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan. Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan data dan menampilkan ( display ) gambar serta untuk menganalisa gambar.
d. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.
e. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari Komputer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. digunakan:
1) Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetik disk dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa
piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic, kapasitasnya sangat besar.
2) Floppy Disk
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetik disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa dan disimpan. Kapasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak digunakan lagi).
f. Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian sistem secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil gambaran sesuai dengan kebutuhan.
g. Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT dan film yang digunakan.
d. Parameter untuk merekonstruksi gambar/reconstructed image parameters. (Ballinger,1985).
Gambar CT-scan yaitu gambar yang berasal dari CRT (Cathode Ray Tube) yang dibuat oleh ribuan pixel (picture element) kecil. Setiap gambar yang direkonstruksi Komputer akan memberi nilai bilangan CT (computed tomography) spesifik untuk setiap pixel dari CRT (Cathode Ray Tube), dimana gambar ditunjukkan dari CRT, operator dapat merubah sesuai keinginan untuk merubah skala yang ditampilkan. Bilangan CT yang ditampilkan oleh CRT mendeteksi gambar yang sebenarnya.
1. Pixel (picture element)
Yaitu : Bilangan CT (computed tomography) di layar CRT yang disusun dari beberapa bagian terkecil, setiap bagian memiliki bagian volume dari objek/badan. Setiap pixel memberikan bilangan CT tujuannya menampilkan bayangan di layar.
Yaitu : susunan bilangan atau angka 2 dimensi yang digunakan untuk menggambarkan bilangan pixel di dalam gambar layar CT (computed tomography)
3. Voxel (Volume objek)
Yaitu : elemen dasar untuk menetapkan volume jaringan dimana setiap pixel memiliki bagian untuk merekonstruksi bayangan.
4. Bilangan CT ( CT number)
Yaitu: bilangan atau angka yang digunakan untuk menetapkan relative koefisien penyerapan untuk setiap pixel jaringan di dalam bayangan dibanding dengan koefisien penyerapan air, seperti pada tabel berikut:
Tissue types (jenis organ/jaringan)
CT Numbers Appearance
Cortical bone +100 White
Muscle +50 Gray
White matter +45 Light gray
Gray matter +40 Gray
Blood +20 Gray
CSF +15 Gray
Water 0 (Base line)
Fat -100 Dark gray to black
Lung -200 Dark gray to black
Air -1000 Black
e. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran kualitas Radiografi dan Dosis radiasi pada pesawat CT-scan (abel-tasfir,2012)
1) Spatial resolusi
Spasial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek/ organ yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan
obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama. Dipengaruhi oleh faktor geometri, rekonstruksi algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar (magnifikasi), Focal Spot, Detektor
2) Kontras resolusi
Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees (ketebalan potongan), FOV dan filter kernel.
3) Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan atau materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara lain :
a. Faktor eksposi, meliputi kuat Arus (mA), scan time (second) , tegangan tabung (kV), tebal irisan (mm), dan ukuran objek. semakin besar faktor eksposi akan menurunkan noise. Salah satu parameter yang mempengaruhi CT number adalah pemilihan tegangan tabung sinar-X (kV). Pengaturan tegangan sinar-X menentukan jumlah energi foton sinar-X. CT number akan mengalami kenaikan seiring dengan penurunan tegangan tabung sinar-X. Hal ini akan berpengaruh pada image quality dan level of noise. Jika energi (kV) meningkat, maka dosis radiasi yang diterima meningkat tapi noise semakin menurun.
b. Ukuran pixel, dipengaruhi oleh FOV dan ukuran matriks. Semakin besar ukuran pixel, noise semakin berkurang, akan tetapi resolusi spatial menurun.
c. Slice thickness, semakin besar slice thickness noise akan berkurang. d. Artefak
Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa.
II.1.3 PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan terkena radiasi yang merugikan (Bapeten, 2001).
Tujuan proteksi radiasi adalah mencegah terjadinya efek deterministik perorangan dengan tetap mempertahankan dosis di bawah ambang atas, menjamin terlaksananya seluruh tindakan yang diperlukan untuk membatasi peluang terjadinya efek stokastik pada masyarakat.
Cara-cara perlindungan (proteksi radiasi) yang dapat dilakukan : a. Terhadap pasien
1) Pemeriksaan Sinar-X hanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter.
2) Alat Reproduksi dilindungi semaksimal mungkin.
3) Pasien hamil terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa secara radiologik.
b. Terhadap personil
1) Personil berlindung dibelakang pelindung (shielding) pada saat exposi.
2) Menggunakan alat pengukur radiasi seperti film badge dan dosimeter saku.
3) Sipemeriksa maupun staf medis mematuhi peraturan-peraturan proteksi radiasi secara tepat.
c. Terhadap masyarakat umum dan keluarga pasien
1) Menutup pintu ruangan saat pemeriksaan berlangsung
2) Dinding dan pintu ruangan pemeriksaan dilapisi Pb sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang aman untuk proteksi radiasi.