• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN WALL FAÇADE PRECAST. ditentukan sebelumnya. Selama kami melakukan Kerja Praktik di Proyek Puri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN WALL FAÇADE PRECAST. ditentukan sebelumnya. Selama kami melakukan Kerja Praktik di Proyek Puri"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

TINJAUAN KHUSUS

METODE PELAKSANAAN WALL FAÇADE PRECAST

7.1 Uraian Umum

Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan ini berdasarkan pada perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Selama kami melakukan Kerja Praktik di Proyek Puri Orchard Apartement yang sedang dilakukan adalah pekerjaan struktur atas, yaitu Pekerjaan Shearwall, Kolom, Balok dan Pelat.

Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bab ini penulis akan berfokus pada Pekerjaan pada lantai 3 keatas. Dimana tinjauan khusus kami adalah mengenai Metode Pelaksanaan Wall Façade Precast.

7.2 Beton Pracetak (Precast)

Pada masa sekarang kita dituntut untuk lebih berkembang disetiap waktunya dengan sangat cepat baik dalam lingkup apapun termasuk pada pembangunan konstruksi. Ada berbagai macam metode yang mengalami perubahan dengan tujuan utama yaitu mempersingkat waktu. Salah satunya ialah pekerjaan struktur dinding panel atau facade, dimana saat ini sudah banyak yang menggunakan beton precast atau pracetak.

Beton pracetak (precast) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya

(2)

berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan. Wulfram I. Ervianto (2006).

Precast concrete (beton pracetak) adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel pabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk repetitif dalam jumlah besar. Iqbal Batubara (2012).

Sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam perkembangan konstruksi di Indonesia yang mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan mendukung pelestarian lingkungan (Siti Aisyah Nurjannah, 2011).

7.3 Metode Wall Façade Precast

Metode wall façade precast ini dilakukan dengan pengecoran komponen ditempat khusus atau pabrikasi, lalu dibawa ke area pekerjaan untuk disusun atau instalasi menjadi suatu struktur yang utuh (ereksi). Metode ini merupakan penggabungan metode beton precast dengan metode konvensional, dimana bagian dari struktur utama yaitu (kolom,balok dan pelat lantai) menggunakan beton konvensional sedangkan struktur bagian muka/facade bangunan yaitu menggunakan beton pracetak/precast.

(3)

7.9.1. Keuntungan Menggunakan Walll Precast

Menurut Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro (2010), Menjelaskan bahwa struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain :

a. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi. b. Waktu pelaksanaan yang cepat.

c. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek d. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.

e. Penyelesaian finishing mudah.

f. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.

g. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain.

7.9.2. Kerugian Menggunakan Wall Precast

Menurut Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro (2010), Penggunaan beton precast tidak hanya memiliki keuntungan saja, metode ini juga memiliki kerugian ataupun kekurangan antara lain :

a. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.

b. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.

(4)

c. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.

d. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai di atas 1000 km.

e. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan erection.

7.4 Perbedaan Analisa Beton Pracetak dengan Beton Konvensional Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban-beban yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan adalah (Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro 2010) :

a. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa beton secara konvensional.

b. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.

c. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.

(5)

Adapun perbandingan mutu dan keuntungan dari penggunan material kayu,baja dan beton dapat dilihat dari tabel 7.1 dibawah ini :

Gambar 7.1. Perbandingan Mutu Sumber : Ferdinan Fassa (2015)

7.5 Jenis Komponen Beton Pracetak (Precast)

Menurut Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro (2010), Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :

1. Tiang pancang.

Gambar 7.2. Tiang Pancang

(6)

2. Sheet pile dan dinding diapragma.

Gambar 7.3. Sheet Pile

Sumber : http://www.calvaryabadi.com/products.php?ID=11&cID=1&action=detail

Gambar 7.4. Diapragma wall

Sumber : https://www.slideshare.net/gagangoswami76/diaphragm-wall-presentation-by-gagan

3. Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T,triple-T, channel slabs dan lain-lain.

Gambar 7.5a. Half Solid Slab Gambar 7.5b. Hollow Core Slab Sumber gambar 7.5a & 7.5b : https://beton.co.id/en/products/half-slab/

(7)

4. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder).

Gambar 7.6. PC1 Girder Sumber : http://www.wikakobe.com/

5. Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai.

Gambar 7.7. Kolom Precast Sumber : http://www.wikakobe.com/

6. Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-T atau double-single-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban (shear wall) atau tidak mendukung beban.

Gambar 7.8. PC1 Girder Sumber : Foto Proyek, 2017

(8)

7. Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panel-panel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.

7.6 Spesifikasi Wall Façade Precast

Spesifikasi wall façade precast yang digunakan pada proyek Puri Orchard Apartement secara lengkap dapat dilihat pada lampiran Shop drawing Wall Façade Precast. Berikut merupakan spesifikasi utama dari wall façade precast, adalah sebagai berikut : (PT.Beton Elemindo Perkasa)

Mutu beton precast : K-350

 Mutu baja tulangan : Ø = BJTP 10 (Polos)

 Tebal : 80 mm

 Panjang : Variable / Menyesuaikan dengan design arsitek

 Lebar : Variable / Menyesuaikan dengan design arsitek

 Lapisan Luar : Beton Expose

 Lapisan Dalam : Beton Finishing

7.7 Pekerjaan Pabrikasi Precast

Proses pabrikasi atau pekerjaan Wall Precast ini dilakukan dengan pengecoran komponen ditempat khusus work shop PT. Beton Elemindo Perkasa sebagai kontraktornya, lalu dibawa ke area pekerjaan untuk disusun atau instalasi menjadi suatu struktur yang utuh (ereksi). Adapun proses atau tahapan pabrikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Moulding/membuat cetakan

(9)

untuk membuat dan maintenance cetakan, tempat merakit tulangan (barcatching) dan sambungan.

Gambar 7.9. Proses Mouding

Sumber : http://beton.co.id/download/2016/Facade.pdf 2. Reinforcing

Perakitan tulangan yang telah dirakit dan ditempatkan kedalam cetakan yang sudah di sesuaikan dengan ukuran actual di lapangan.

Gambar 7.10. Proses Reinforcing

Sumber : http://beton.co.id/download/2016/Facade.pdf 3. Concreting

Biasanya dipabrik tersedia concrete batching plant, yang memiliki kontrol kualitas secara computer

Gambar 7.11. Proses Concreting

(10)

4. Compaction

Proses ini memakai external vibrator dengan high-fruequency pada work shop PT. Beton Elemindo Perkasa.

Gambar 7.12. Proses Compaction Sumber : http://beton.co.id/download/2016/Facade.pdf 5. Curing

Steam curing, convensional of curing. Pada elemen-elemen beton yang besar steam curing diberikan kedalam beton dengan cara diselubungi. Suhu 60-70 𝐶 selama 2-3 jam.

Gambar 7.13. Proses Curing

Sumber : http://beton.co.id/download/2016/Facade.pdf

6. Handling

Pasca umur beton memenuhi, unit beton pracetak dipindahkan ke storage/gudang, disusun secara vertikal dan diberi bantalan antar unit pracetak.

(11)

Gambar 7.14. Proses Handling

Sumber : http://beton.co.id/download/2016/Facade.pdf 7.8 Penyimpanan dan Quality Control

Dalam penyimpanan dan quality control ini merupakan kegiatan sangat penting guna menjaga mutu dan kualitas dari precast, seperti :

1. Setelah beton sudah mengering yaitu ± 10 jam setelah pengecoran, maka selanjutnya Wall Façade precast diangkat dari panel untuk diletakkan di tempat stok precast.

2. Wall Façade precast diletakkan secara vertikal atau menumpuk untuk efisiensi pemakaian lahan di proyek.

3. Digunakan balok kayu sebagai pembatas antar tumpukan Wall Façade precast, dengan maksud agar masing-masing Wall Façade precast tidak rusak akibat berbentur.

Gambar 7.15. Penyimpanan Wall Façade precast Sumber : Foto Proyek, 2017

(12)

7.9 Pengangkatan (Erection)

Berikut kegiatan dalam pengangkatan material beton pracetak atau Wall Façade precast Pada Proyek Puri Orchard Apartement Cengkareng Jakarta Barat ,Adalah sebagai berikut :

1. Pengangkatan Wall Façade precast dengan menggunakan tower crane yang dibantu alat tambahan seperti spreader.

2. Alat bantu spreader dikaitkan pada demoulding (stripping) yang letaknya sudah diperhitungkan agar Wall Façade precast tidak rusak maupun lentur pada saat diangkat.

3. Pengangkatan Wall Façade precast dari tempat penyimpanan perlu direncanakan dengan sangat matang.

Berikut ini adalah gambar dari proses pengangkatan Wall Façade precast Menggunakan Tower Crane

Gambar 7.16. Pengangkatan Wall Façade precast Sumber : Foto Proyek, 2017

7.10 Pemasangan (Connection)

Pada proses pemasangan atau instalasi Wall Façade precast dilakukan minimal oleh 2-4 orang pekerja dengan bantuan alat Tower Crane sebagai

(13)

pengangkat material. Dalam pemasangan atau instalasi ini kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Modul Wall Façade precast yang dipasang harus sesuai dengan shop drawing perencanaan arsitek perencana.

Gambar 7.17. Modul Wall Façade precast Sumber : Foto Proyek, 2017

2. Pengangkatan modul precast dengan menggunakan tower crane sehingga dapat memudahkan pekerjaan dinding precast di ketinggian tertentu.

Gambar 7.18. Pengangkatan Wall Façade precast Sumber : Foto Proyek, 2017

3. Proses seting kelurusan pemasangan dinding precast dengan menggunakan alat bantu theodolite, sehingga dapat mendapatkan hasil yang di harapkan.

(14)

Gambar 7.19. Proses seting kelurusan precast Sumber : Foto Proyek, 2017

4. Proses joint dinding precast dengan pelat lantai dilakukan dengan pemasangan baut,mur dan pengelasan besi siku dengan plat penjepit baja antara beton konvesiona dan precast , Setelah pengerjaan pengelasan selesai dilanjutkan dengan menutup pelat sambung tersebut dengan adukan beton dengan tujuan melindungi pelat dari korosi.

Gambar 7.20. Pemasangan/Joint dengan pelat lantai Sumber : Foto Proyek, 2017

5. Proses joint dinding precast dengan balok dilakukan dengan pemasangan baut dan mur dan pengelasan besi siku dengan plat penjepit baja antara

(15)

beton konvensional dan precast, Setelah pengerjaan pengelasan selesai dilanjutkan dengan menutup pelat sambung tersebut dengan adukan beton dengan tujuan melindungi pelat dari korosi.

Gambar 7.12. Pemasangan/Joint dengan balok Sumber : Foto Proyek, 2017

6. Pemasangan wall façade dilapangan dengan menggunakan alat bantu tower crane dan dilakukan sesuai dengan zona kerja yang telah di

tentukan. Adapun untuk pemasangan dinding precast area tower-C dapat dilihat dari gambar 7.23 di bawah ini.

Gambar 7.22. Pemasangan Wall Façade precast Sumber : Foto Proyek, 2017

7. Jika terjadi deviasi antara elemen yang satu dengan elemen yang lain,maka perlu dilakkuan penutupan celah dengan back up Rod dan sealant sehingga

(16)

terlihat rapih dalam pemasangan di lapangan.

Gambar 7.23. Pemasangan back up rod Sumber : Foto Proyek, 2017

8. Setelah menutup deviasi atau celah dinding precast dengan menggunakan back up road, untuk tahap selanjutnya adalah melapisi sambungan precast dengan menggunakan sealent agar terlihat rata dan rapih.

Gambar 7.24. Pemasangan sealent Sumber : Foto Proyek, 2017

7.11 Hal Yang Harus Diperhatikan Setelah Pemasangan Precast

Adapun setelah proses pemasangan dinding precast sebaiknya dilakukan pengecekan ulang kembali untuk mendapatkan hasil yang maksimal dilapangan dan hal-hal yang perlu diperhatikan setelah erection diantaranya :

1) Nad atau joint secara horinzontal dan vertical harus saling bertemu. 2) Nad atau joint tersebut harus selalu sama pada setiap tempat.

(17)

3) Semua conection harus dicek kembali setelah selesai pemasangannya. 4) Conection yang tidak di grout atau dicor harus di beri zink cromate. 5) Perubahan conection harus diketahui dan disetujui oleh kedua belah pihak. 6) Kerusakan yang terjadi (retak rambut dan gompal harus diperhatikan dan

dilakukan finishing).

7.12 Perawatan (Curing)

Reaksi kimiawi antara semen dan air membutuhkan waktu. Fungsi semen sebagai perekat mulai berkembang pada saat umur beton masih muda, makanya untuk pekerjaan beton baik konvensional maupun precast perlu dilakukan perawatan beton. Tujuan perawatan beton yaitu :

1. Mencegah kehilangan moisture pada beton (tidak kurang dari 80%)

2. Mempertahankan suhu yang baik selama durasi waktu tertentu (diatas suhu beku dan dibawah 50 derajat Celcius)

7.11.1. Cara Perawatan Beton 1. Gunakan air secukupnya 2. Jangan dibiarkan kering

3. Beton kering = semua reaksi berhenti

4. Beton tidak dapat direvitalisasi setelah kering

5. Pertahankan suhu yang sedang (20-30 derajat Celcius)

6. Beton yang mengandung abu terbang membutuhkan waktu perawatan lebih lama

(18)

7.11.2. Pengaruh temperatur terhadap beton

1. Semakin tinggi suhu, semakin cepat terjadinya reaksi hidrasi 2. Suhu ideal adalah suhu ruang

3. Bila beton membeku selama 24 jam pertama, maka beton tersebut tidak akan pernah mencapai kembali sifat awalnya

4. Suhu perawatan diatas 50 derajat C dapat merusak beton karena semen mengeras terlalu cepat

5. Perawatan yang dipercepat dapat menghasilkan beton yang lebih kuat namun memiliki durabilitas yang rendah

7.11.3. Jenis-jenis perawatan beton

Dalam menjaga mutu dan kualitas beton sehingga beton dapat digunakan,maka ada beberapa jenis perawatan yang harus dilakukan,diantaranya adalah sebagai berikut : Ferdinand Fassa (2016).

1. Steam Curing

 Menguntungkan bila menginginkan kekuatan awal

 Panas tambahan dibutuhkan untuk menyelesaikan hidrasi (misal pada musim dingin)

 Ada 2 metoda, yaitu Live steam (tekanan atmosferik) & Autoclave (tekanan tinggi)

2. Penyemprotan/ Fogging

 Metoda yang baik untuk kondisi dgn suhu diatas suhu beku dan humiditas rendah

(19)

yang baru mengeras

3. Penggenangan/Perendaman

 Ideal untuk mencegah hilangnya moisture  Mempertahankan suhu yang seragam

 Kekurangannya yaitu membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan perlu pengawasan & tidak praktis untuk proyek yang besar

4. Lembaran Plastik (sesuai ASTM C171)  Lapisan Polyethylene dgn ketebalan 4 mm

 Kelebihannya yaitu ringan, efektif sbg penghalang hilangnya moisture,& mudah diterapkan

 Kekurangannya yaitu dapat menyebabkan discoloration permukaan, lebih terlihat bila lapisan plastik bergelombang, & diperlukan penambahan air secara periodik

5. Penutup Basah (sesuai ASTM C171)

 Menggunakan bahan yang dapat mempertahankan moisture, spt. burlap (karung goni) yang dibasahin

 Kelebihannya yaitu tidak terjadi discoloration & tahan terhadap api

 Kekurangannya yaitu memerlukan penambahan air secara periodik & diperlukan lapisan plastik penutup burlap untuk mengurangi kebutuhan penambahan air

7.13 Perbandingan Harga Dan Bahan

Penggunaan precast sangat mudah di laksanakan dibandingkan menggunakan hebel sebagai pekerjaan finishing pada proyek puri orchard

(20)

apartement. Dan dari segi biaya pemasangan dinding precast memang lebih mahal dibandingkan dengan pemasangan dinding konvensional/hebel, Tetapi dari segi mutu dinding precast sangat baik dan perapihanya sangat mudah dilaksanakan sehingga dapat mempercepat proses pekerjaan finishing.

Adapun untuk perhitungan biaya pemasangan dinding precast dan penggunaan material atau bahan konvensional hebel 10x20x60 cm dapat dilihat dari gambar 7.26 di bawah ini.

Gambar 7.25. Perbandingan Harga Precast dengan Hebel Sumber : Data Proyek, 2017

Dapat dilihat dari gambar 7.25 diatas, perbandingan harga penggunaan material finishing menggunakan hebel dan beton precast. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan material hebel lebih murah yaitu Rp. 123.510.415, Sedangkan penggunaan material dengan menggunakan beton precast yaitu Rp. 9.776.067.138.

(21)

7.14 Analisa Perhitungan Waktu Pekerjaan

Perhitungan durasi waktu kegiatan sangat berhubungan dengan produktivitas pekerjaan finishing. Tinjauan perhitungan durasi waktu kegiatan pekerjaan meliputi pekerjaan wall façade precast dan pekerjaan hebel/bata ringan pada proyek puri orchard apartement Jakarta barat.

Rumus perhitungan durasi :

7.14.1. Hebel / Bata Ringan

Pada pelaksanaan pekerjaan dinding hebel 10x20x60 cm diperlukan ketelitian dan kerapihan pekerjaan,sehingga dapat menghasilkan mutu dan kualitas yang diharapkan. Adapun untuk perhitungan durasi pekerjaan dinding hebel 10x20x60 cm pada proyek puri orchard apartement dapat dilihat dari tabel 7.27 di bawah ini.

Tabel 7.26. Perbandingan Harga Precast dengan Hebel Sumber : Data Proyek, 2017

(22)

Dari hasil perhitungan pekerjaan metode diatas didapat bahwa perhitungan produktivitas dengan menggunakan dinding hebel/bata ringan dalam satu minggu produktivitas pekerjaan kurang lebih dapat diselesaikan dalam waktu 348 hari, karena semakin kecil hitungan produktivitas maka semakin lama proses pekerjaanya.

7.14.2. Wall Façade Precast

Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan dinding precast Berdasarkan perhitungan pada analisa data, bahwa produksi alat per hari kerja efektif dapat menyelesaikan volume sebesar 50 m2 per hari. Apabila dihitung secara matematis dengan mengabaikan faktor cuaca, kendala, dan faktor lainya dilapangan maka akan diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Tabel 7.27. Perbandingan Harga Precast dengan Hebel Sumber : Data Proyek, 2017

Dari hasil perhitungan durasi pekerjaan dinding panel menggunakan precast dapat dilihat dari tabel 7.28, bahwa pekerjaan menggunakan precast lebih cepat yaitu diselesaikan dalam 251 hari dibandingkan menggunakan hebel durasinya 348 hari, karena semakin kecil hitungan produktivitas maka semakin lama proses pekerjaanya.

(23)

7.15 Pembahasan Masalah dan Solusi

Dalam suatu proyek konstruksi sering sekali terjadi kesalahan pada pelaksanaan pekerjaan, sehingga perlu adanya koordinasi dari berbagai staf atau devisi yang terkait di dalamnya sehingga dengan adanya koordinasi yang baik dapat meminimalisir kesalahan dilapangan. Adapun permasalahan yang terjadi pada pemasangan wall façade precast pada proyek puri orchard apartement dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilihat dati tabel 7.28 dibawah ini adalah sebagai berikut :

No. Uraian Kegiatan

Masalah

Solusi

1

Desain Cetakan

Precast

Ukuran kolom dan pelat serta openingan yang berbeda-beda. Jika berdasarkan hal tersebut kontraktor harus membuat banyak tipe wall façade

precast. Hal ini dikarenakan ukuran yang berbeda-beda mengikuti ukuran real dilapangan.

Jika dilakukan sesuai pernyataan diatas maka kontraktor harus membuat banyak tipe cetakan, hal ini dapat menimbulkan

keborosan. Maka dari itu solusi yang

dilakukan ialah tipe wall façade precast yang dibutuhkan dibuat setipe dari lantai 3 sampai 33. Agar dalam pembuatan cetakan tidak

(24)

membutuhkan terlalu banyak tipe/bentuk. Lalu sebelum tahap pemasangan, barulah dilakukan cutter menyesuaikan ukuran real di lapangan. 2 Stock Yard Precast PT. Beton Elemindo Perkasa melakukan pabrikasi wall precast di dalam area proyek, hal ini dilakukan agar lebih mudah

mengontrol juga meminimalisir biaya pengangkutan jika pabrikasi ini dilakukan diluar pagar proyek atau dibeda tempat terlebih dalam proyek ini sangat

membutuhkan banyak beton wall precast. Namun dalam

Solusi dari hal diatas, akhirnya dilakukan pembersihan lahan di tepi area pekerjaan (proyek) yang masih dapat dipakai untuk dipergunakan sebagai stock yard sehingga semua precast yang berada diluar pagar proyek atau tidak pada tempatnya dipindahkan menggunakan tower crane menuju tempat yang telah disiapkan dan menjadi rapih. Karena jika hal tersebut

(25)

pembuatan precast dan precast yang diambil untuk digunakan tidaklah imbang, maka terjadi penumpukkan diluar stock yard yang disediakan.

dibiarkan akan bernilai buruk bagi Kontraktor.

3

Pemasangan wall

façade precast

Adanya celah antar sambungan precast pelat lantai dan wall façade precast jika dilihat dari bawah (lantai bawah). Hal ini dikarenakan

permukaan precast tidak berbentuk persegi atau menyiku disetiap sisinya.

Dilakukannya perapihan dengan cara skim coat dan perataan pelat dengan menambahkan beton cair di area

tersebut agar pelat lantai tersebut menjadi

keliatan rapih.

Tabel 7.28. Pembahasan maslah & solusi Sumber : Penulis

Gambar

Gambar 7.1. Perbandingan Mutu
Gambar 7.3. Sheet Pile
Gambar 7.6. PC1 Girder
Gambar 7.9. Proses Mouding
+7

Referensi

Dokumen terkait