• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Jagung Pulut Menunjang Diversifikasi Pangan dan Ekonomi Petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengolahan Jagung Pulut Menunjang Diversifikasi Pangan dan Ekonomi Petani"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Jagung merupakan salah satu komodi-tas tanaman pangan potensial, karena peman-faatan-nya tidak hanya sebagai bahan pangan yang dikonsumsi langsung tetapi juga sebagai pakan dan bahan baku industri. Di beberapa daerah penghasil jagung di Indonesia, jagung digunakan sebagai bahan pangan pokok se-hingga harus selalu tersedia. Sulawesi Selatan termasuk salah satu daerah penghasil utama jagung di Indonesia, pada tahun 2008 memili-ki luas panen jagung 261.490 ha, produksi 994.981 ton dengan produktivitas 3,81 t/ha, mengalami peningkatan sebesar 10,76% bila dibandingkan dengan produktivitas jagung pada tahun 2004 (3,44 t/ha) (BPS Indonesia

2009). Khusus di Kabupaten Gowa salah satu sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan memiliki luas panen 34.485 ha dengan ting-kat produksi 172.610 ton (BPS Sulsel 2009).

Dalam diversifikasi konsumsi pangan, jagung merupakan komoditas alternatif yang dapat diandalkan sebagai pengganti atau sub-titusi beras. Jagung mengandung kalori yang cukup tinggi karena kandungan karbohidrat-nya sekitar 75,8% (Coopeland dan Mc Donald 1985). Umumnya jenis jagung yang disenangi masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pa-ngan pokok adalah jagung putih varietas lo-kal. Masyarakat kurang menyenangi jagung kuning karena selain faktor rasa juga lebih keras. Salah satu jenis jagung putih varietas

Pengolahan Jagung Pulut Menunjang

Diversifikasi Pangan dan Ekonomi Petani

Syuryawati, Margaretha, dan Hadijah Peneliti Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak

Diversifikasi konsumsi pangan dan gizi perlu diupayakan peningkatan jumlah dan jenis pangan olahan yang menggunakan bahan baku jagung. Jagung mengandung kalori yang cukup tinggi se-hingga dapat dijadikan pengganti atau suplemen beras. Selain itu, juga sebagai sumber protein dan serat pangan yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan. Umumnya jagung yang disukai masyarakat sebagai pangan pokok adalah jagung putih varietas lokal. Jagung pulut salah satu jenis jagung putih yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi sehingga tekstur dan rasanya lunak, pulen, dan enak. Berbagai jenis makanan hasil olahan jagung pulut diantaranya jagung rebus yang dapat dikonsumsi langsung dari hasil panen jagung pulut muda. Jenis olahan tersebut banyak dijumpai di Sulawesi Selatan termasuk di Kabupaten Gowa sebagai lokasi penelitian. Tujuan penelitian untuk mengetahui pemanfaatan jagung pulut sebagai diversifikasi pangan, penpadatan yang diperoleh dan keuntungan dari kegiatan pengolahan jagung pulut. Jagung pulut muda yang diolah dalam bentuk pangan jagung rebus banyak digemari masyarakat perkotaan. Pemasarannya sudah banyak dan nilai jualnya cukup terjangkau Rp. 500/biji. Olahan jagung pulut ini bermanfaat dikonsumsi karena mempunyai kandungan nutrisi yang dapat berfungsi untuk pencegahan berbagai penyakit. Usaha pengolahan jagung rebus juga memberikan keuntungan sebesar Rp. 1.354.500,-/ bulan dengan R/C ratio 1,35. Hal ini memunjukkan bahwa usaha olahan pangan jagung rebus me-mungkinkan untuk dikembangkan dalam mendukung diversifikasi pangan dan usaha ini juga men-guntungkan sehingga menambah pendapatan petani atau pengelolah jagung pulut.

(2)

lokal adalah jagung pulut (waxy corn). Kan-dungan endosperm jagung pulut hampir se-muanya amilopektin (Iriany et al. 2006). En-dosperm jagung biasa terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28% amilosa (Jugen-heimer 1985). Selanjutnya, menurut Singh et

al. (2005), jenis jagung biasa mengandung 74

– 76% amilopektin dan 24 – 26 % amilosa, sedangkan jenis jagung waxy hampir tidak beramilosa.

Jagung pulut di Sulawesi Selatan me-rupakan jagung khas lokal, dapat dikonsumsi dalam berbagai jenis olahan makanan untuk mendukung diversifikasi pangan. Data SUSE-NAS menyatakan bahwa produk jagung yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga di perkotaan adalah dalam bentuk jagung ba-sah dengan kulit, sedangkan di pedesaan ada-lah jagung pipilan atau beras jagung (Ariani 1998). Kondisi jagung, seiring dengan men-ingkatnya ketuaan biji jagung maka kandun-gan gula menurun dan kadar pati meningkat. Olehnya itu, jagung muda yang dikonsumsi langsung lebih disukai daripada jagung tua, karena manis (Suarni dan Widowati, 2007).

Bentuk olahan jagung basah dengan kulit adalah jagung rebus dari jagung pulut muda yang umumnya diusahakan oleh indus-tri rumah tangga. Pemanfaatan jagung pulut muda dalam berbagai jenis makanan dige-mari masyarakat karena rasanya enak dan gurih seperti jagung marning, binte, baro’bo, bassang, jagung rebus dan jagung bakar. Kan-dungan nutrisi jagung pulut cukup tersedia, sehingga baik untuk dikonsumsi dalam upaya diversifikasi pangan. Bagi penderita penyakit gula atau diabetes misalnya dianjurkan meng-konsumsi jagung sebagai pengganti pangan-nya. Olahan jagung termasuk jagung pulut dapat dijadikan sebagai pengganti konsumsi

nasi dari beras dan kebutuhan pangan lain-nya. Selain itu, nilai tambah yang dapat di-peroleh dari usaha pengolahan jagung pulut adalah menguntungkan karena menambah pendapatan petani sehingga kegiatan terse-but memberi harapan untuk dikembangkan. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku in-dustri akan memberi nilai tambah bagi usa-hatani komoditas tersebut.

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pengembangan komoditas jagung un-tuk menunjang diversifikasi konsumsi pangan prospeknya cukup baik. Oleh karena itu dila-kukan penelitian (survei) mengenai diversifi-kasi pangan melalui pemanfaatan produk jagung khususnya jagung pulut. Survei bertu-juan untuk mengetahui pemanfaatan jagung pulut sebagai diversifikasi pangan, penda-patan yang diperoleh dan keuntungan dari kegiatan pengolahan tersebut.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa pada bulan Mei 2010. Di kabupaten ini yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Kecamatan Bontomarannu dengan pertim-bangan bahwa wilayah ini penghasil jagung yang cukup potensil selain Kecamatan Biring-bulu, Bontolempangan, TompoBiring-bulu, dan Bun-gaya (BPS Kab. Gowa 2008). Di Kecamatan Bontomarannu yang banyak menghasilkan jagung pulut salah satunya yaitu Desa Pa-katto. Kaitannya dengan pengolahan jagung pulut, di daerah ini terdapat sekitar 20 usaha pengolahan jagung pulut muda menjadi pan-gan jagung rebus dan jagung bakar yang ber-jualan sepanjang jalan Desa Pakatto. Peneli-tian dilakukan dengan menggunakan pende-katan survei. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani/pengelolah jagung

(3)

pulut. Data yang dikumpulkan adalah jumlah dan harga input yang digunakan, proses pengolahan jagung pulut muda, serta jumlah dan harga output yang dihasilkan. Data se-kunder untuk melengkapi data primer diper-oleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan BPS.

Data yang terkumpul selanjutnya dita -bulasi dan dianalisis dengan menggunakan analisisi biaya dan keuntungan (∏) serta R/C ratio dengan rumus (Soekartawi 1995) seba-gai berikut:

∏ = TR – TC dimana:

∏ = Keuntungan (Rp)

TR = Total penerimaan adalah jumlah hasil olahan jagung pulut dikalikan dengan harga satuannya (Rp)

TC = Total biaya adalah penjumlahan biaya usaha pengolahan jagung pulut (Rp) R/C = TR/TC

jika:

R/C < 1 = tidak menguntungkan R/C > 1 = menguntungkan

Hasil dan Pembahasan

Jagung putih pulut yang tongkol mu-da, banyak disukai oleh masyarakat untuk di-olah dalam bentuk jagung rebus. Bentuk ola-han jagung tersebut mempunyai prospek ke depan yang cukup baik karena pengelola-annya menguntungkan. Petani yang berusa-hatani jagung pulut dalam waktu relatif sing-kat dapat memperoleh hasil usahatani de-ngan memanen tanaman jagungnya dalam bentuk tongkol jagung muda. Di daerah Ban-timurung Kabupaten Maros, petani sudah dapat panen jagung pulut umur 65–75 hari untuk dapat dikonsumsi sebagai jagung re-bus, jagung bakar dan bentuk olahan lainnya.

Pemasaran jagung pulut muda ini, petani ter-sebut dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 12.807.500,- per ha dengan R/C ratio 4,33 (Syuryawati dan Faesal, 2009).

Jagung pulut muda yang diolah men-jadi pangan jagung rebus memiliki rasa yang khas. Hal ini disebabkan oleh kandungan ami-lopektin jagung pulut yang tinggi. Widowati

et al. (2006) menjelaskan bahwa semakin

tinggi kandungan amilopektin, tektur dan rasa jagung semakin lunak, pulen, dan enak.

Pengolahan Jagung Pulut

Usaha pengolahan jagung pulut dalam bentuk pangan jagung rebus yang terdapat di Sulawesi Selatan ada dibeberapa daerah, se-perti Kabupaten Maros, Barru, Takalar, dan Gowa. Khusus di Kabupaten Gowa, Kecama-tan Bontomarannu Desa Pakatto dari hasil wawancara dengan pengelolah usaha jagung pulut sebagai responden, bahwa usaha terse-but yang ada di daerahnya sudah berjalan cukup lama sekitar 15 – 26 tahun. Usaha jagung pulut ini pada waktu tertentu yaitu hari-hari libur (hari minggu, setelah hari raya dan tahun baru) penggemar jagung rebus sangat banyak sehingga hasil penjualannya lebih tinggi mencapai dua kali lipat dibanding hari-hari biasa. Disamping itu, tersedia juga olahan jagung bakar, biasanya diproses saat ada konsumen yang memesan/membeli se-hingga jagung bakar tetap masih panas, dan rasanya tetap enak dan gurih. Usaha ini mem-beri harapan karena pendapatan yang diper-oleh cukup signifikan. Khusus untuk Bulan Suci Ramadhan tidak berjualan waktunya se-kitar dua minggu, sebagai penghormatan menyambut dan menjalani bulan suci ini.

(4)

Bahan

Bahan baku jagung pulut muda di-peroleh dari petani yang bertanam jagung pulut disekitar wilayah usaha ini. Tanaman jagung pulut yang sudah siap untuk dipanen muda yang ada dipertanaman dibeli oleh pen-gusaha jagung rebus sesuai kebutuhannya. Pengambilan jagung muda tersebut panennya dilakukan beberapa kali/bertahap. Dengan cara panen secara bertahap maka bahan baku jagung rebus dapat tersedia terus dalam ben-tuk segar. Hal ini dilakukan agar olahan jagung pulut muda yang dibuat seperti jagung rebus hasil pangannya rasanya lebih enak dan gurih dibanding dari hasil jagung pulut muda yang dipanen sudah agak lama wak-tunya.

Jagung pulut muda sebagai bahan baku jagung rebus ketersediaannya sangat menentukan keberadaan dan keberhasilan usaha ini. Oleh karena itu jika persediaan di wilayah usaha ini tidak ada atau terbatas seperti pada bulan Oktober maka mereka membelinya di tempat lain di Bantimurung Kabupaten Maros atau di daerah lain pengha-sil jagung pulut. Kondisi ini akan berpengaruh pula pada harga penjualan jagung rebus yang tentunya lebih tinggi dari biasanya misalnya Rp 600/biji, disesuaikan biaya pengeluaran yang digunakan.

Kebutuhan jagung pulut muda ber-gantung juga pada kondisi konsumen dan waktu. Pada hari-hari libur kebutuhan jagung pulut muda lebih banyak daripada hari-hari biasa. Hal ini terkait dengan keadaan ma-syarakat pada hari libur banyak keluarga dari perkotaan pergi rekreasi, yang mempenga-ruhi pemasaran jagung rebus yang dijual pada tempat-tempat strategis termasuk se-panjan jalan daerah disekitar Desa Pakatto.

Bahan lainnya yang diperlukan selain jagung pulut muda adalah garam, jeruk purut, dan lombok. Bahan-bahan ini di-campur men-jadi satu sebagai pelengkap untuk menambah selera makan dalam mengkonsumsi jagung rebus sehingga terasa lebih nikmat.

Proses pembuatan

Jagung pulut muda dari hasil panen, daun kelobotnya dikupas dan disisakan tiga – lima helai daun kelobot. Dalam pengola-hannya menjadi jagung rebus yang siap untuk disajikan dan dipasarkan proses pembua-tannya diuraikan berikut:

 Tongkol jagung pulut muda yang telah disiapkan sebelumnya dimasukkan dalam wadah (panci) yang telah diisi air ke-mudian dimasak. Wadah yang digunakan ini dapat memuat sampai 150 tongkol jagung dan bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar.

 Dalam proses memasak jagung pulut tersebut waktu yang digunakan sampai jagungnya matang sekitar 1,5 jam dan untuk proses masak selanjutnya wak-tunya sudah lebih cepat, dibutuhkan seki-tar 0,5 jam. Jagung rebus tersebut sudah siap untuk dikonsumsi.

 Jagung rebus yang sudah masak, untuk pemasarannya digunakan wadah seperti ember/baskom yang berukuran + 25 liter dan ditutup agar jagungnya tetap hangat dan dari sisi kesehatan juga aman.

 Sebagai pelengkap mengkonsumsi jagung rebus, disiapkan berupa garam, lombok, dan jeruk purut yang telah diolah menjadi satu sehingga menambah rasa yang lebih enak dalam mengkonsumsi olahan jagung pulut tersebut.

(5)

Biaya pengolahan jagung pulut

Biaya yang dikeluarkan selama waktu sebulan dalam proses pengolahan jagung re-bus sebagai bentuk olahan diversifikasi pan-gan, yang banyak digemari oleh masyarakat perkotaan, dapat dilihat pada Tabel 1.

Dalam waktu satu bulan biaya pengo-lahan jagung rebus yang harus dikeluarkan oleh pengusaha jagung pulut rata-rata sebe-sar Rp. 3.895.500,-. Harga bahan baku jagung pulut muda yang dibeli di lahan petani sekitar Rp. 800.000,-/petak. Bahan baku ini diguna-kan untuk kebutuhan pengolahan jagung re-bus selama seminggu, sehingga untuk kebutu-han sebulan rata-rata diperlukan biaya se-banyak Rp. 3.200.000,-. Untuk bahan

penun-jang lainnya sebagai penyedap rasa seperti lombok dan jeruk rata-rata pengeluarannya per minggu masing-masing Rp 7.500 dan Rp 10.000,- sehingga untuk kebutuhan sebulan biayanya sebanyak Rp 30.000 dan Rp 40.000,

Keuntungan Usaha Jagung Pulut

Jagung rebus yang merupakan olahan pangan produk jagung pulut yang sudah siap dikonsumsi banyak dipasarkan pada wilayah penghasil jagung pulut di Sulawesi Selatan. Pemasaran pangan olahan ini di daerah Pa-katto misalnya, pada hari minggu atau setelah hari raya dan tahun baru jumlah penjual-annya lebih banyak dapat mencapai 500 biji/ hari dibandingkan hari-hari biasa yang jum-Tabel 1. Analisis biaya rata-rata selama sebulam pada pengolahan jagung rebus

dari jagung pulut muda. Pakatto Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, 2010

Sumber: Data primer 2010 Keterangan:

- Harga jagung pulut muda = Rp 800.000/petak - Harga garam = Rp 1.000/bungkus

- Harga kantong plastik = Rp 3.000/bal

- Biaya Lain-lain: biaya transportasi, bensin, sabun cuci, korek api, dan karung plastik

Uraian Fisik Nilai (Rp)

Jagung pulut muda 4 petak 3.200.000,-

Garam 15 bungkus 15.000,-

Lombok - 30.000,-

Jeruk purut - 40.000,-

Kayu bakar - 350.000,-

Kantong plastik 25 bal 75.000,-

Lain-lain (5%) - 185.500,-

(6)

lahnya sekitar 200 – 300 biji/hari. Jagung re-bus dijual dengan harga Rp. 500/biji (tong-kol). Adapun analisis keuntungan pengolahan jagung pulut yang diperoleh oleh pengelolah usaha jagung tersebut dapat dilihat pada Ta-bel 2.

Jika dihubungkan dengan penerimaan yang diperoleh oleh pengelolah usaha jagung pulut, ternyata bahwa dalam waktu selama sebulan dapat diterima keuntungan sebesar Rp. 1.354.500,- dengan R/C ratio 1,35. Keada-an ini menggambarkKeada-an bahwa pengolahKeada-an ja-gung pulut ini menunjukkan efisiensi biaya sehingga menguntungkan, yang tentunya memberi tambahan pendapatan petani atau

pengelolah usaha jagung pulut. Disamping itu, dalam hal diversifikasi pangan sangat menun-jang karena jagung merupakan sumber kalori pengganti atau suplemen bagi beras untuk dikonsumsi. Selain sebagai sumber karbo-hidrat, jagung juga merupakan sumber pro-tein yang penting dalam menu makanan. Kan-dungan gizi utama jagung adalah pati dengan nisbah amilosa dan amilopektin pada jagung pulut 0-7% : 93-100%. Pati merupakan kom-ponen karbohidrat yang terbesar pada ja-gung, dan komponen lainnya adalah gula se-derhana (glukosa, sukrosa, dan fruktosa) 1-3% dari bobot biji (Suarni dan Widowati 2007). Kandungan nutrisi lain yang dimiliki jagung pulut dijelaskan oleh Suarni et al. (2005), diuraikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Kandungan serat pangan pada jagung memegang peranan penting dalam memeli-hara kesehatan dan pencegahan berbagai penyakit. Oleh karena itu, serat pangan meru-pakan salah satu komponen pangan fung-sional yang dewasa ini mendapat perhatian masyarakat luas. Penambahan serat pangan yang berasal dari serealia (termasuk jagung), kacang-kacangan, dan sayuran sangat ber-manfaat bagi penderita diabetes (Sardesai 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa, serat pangan, selain dapat membantu mencegah kanker, terutama kanker usus, juga dapat Tabel 2. Analisis keuntungan selama sebulan

dan R/C ratio usaha jagung pulut yang diolah menjadi jagung rebus. Pakatto Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, 2010

Sumber: Data primer 2010

Keterangan: Harga jagung rebus = Rp. 500,-/biji Uraian Fisik Nilai (Rp) Penerimaan 10.500 biji 5.250.000,- Biaya usaha

jagung pulut - 3.895.500,-

Keuntungan - 1.354.500,-

R/C ratio 1,35 -

Tabel 3. Kandungan nutrisi biji, beras, dan tepung jenis jagung pulut (varietas Lokal Pulut)

Sumber Suarni et al. (2005)

Uraian Air

(%) Abu (% bb) Lemak (% bb) Protein (% bb) Serat kasat (% bb) Karbohidrat (% bb)

Biji 11,12 1,99 4,97 9,11 3,02 72,81

Beras jagung 10,45 1,89 3,25 7,22 1,88 77,23

Tepung metode basah 11,00 0,98 1,78 6,80 1,15 79,46

(7)

membantu menurunkan kolesterol total dan LDL, serta kadar glukosa darah (Suarni dan Widowati 2007).

Manfaat yang dimiliki jagung sebagai-mana kandungan nutrisinya, menunjukkan bahwa sangat mendukung dalam upaya pen-ganekaragaman pangan yang berbahan baku jagung termasuk jagung pulut yang diolah menjadi pangan jagung rebus, yang memung-kinkan untuk dikembangkan dalam menun-jang diversifikasi pangan.

Kesimpulan

1. Jagung pulut yang diolah menjadi jagung rebus dapat menjadi pangan pengganti atau substitusi beras sehingga sangat me-mungkinkan untuk dijadikan sebagai ben-tuk olahan pangan unben-tuk menunjang di-versifikasi pangan.

2. Jagung rebus digemari oleh masyarakat utamanya masyarakat perkotaan. Maka-nan ini memiliki kandungan nutrisi yang dapat membantu dalam pemeliharaan kesehatan. Penderita diabetes misalnya sangat bermanfaat untuk mengkonsum-sinya, yang sudah dibatasi mengkonsumsi pangan dari bahan baku beras.

3. Usaha pengolahan jagung rebus dapat menambah pendapatan petani/pengelo-lahnya, dalam waktu sebulan memberi keuntungan sebesar Rp. 1.354.500,- den-gan R/C ratio 1,35. Denden-gan demikian pen-golahan jagung pulut dalam bentuk pan-gan yang siap dikonsumsi layak untuk dikembangkan.

Daftar Pustaka

Ariani, Mewa. 1998. Pengembangan komodi-tas jagung untuk menunjang diversifi-kasi konsumsi pangan. Wartai

Peneli-tian dan Pengembangan Pertanian, XX (6). Badan Litbang Pertanian. Hal. 4-5. Biro Pusat Statistik (BPS). 2009. Statistik

In-donesia 2009. Biro Pusat Statistik. Ja-karta, Indonesia.

BPS Kabupaten Gowa. 2008. Gowa Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Ka-bupaten Gowa Provinsi Sulawesi Sela-tan.

BPS Sulawesi Selatan. 2009. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2009. Badan Pusat Sta-tistik Provinsi Sulawesi Selatan. Makas-sar.

Coopeland, L.W. and M.B. Mcdonald. 1985. Principles of Seed Science and Technol-ogy. Second Edition. Burger Publishing Company, Minneopolis, Minnesota, USA. 321 p.

Iriany R, Neni, A. Takdir M., N. A. Subekti, M. Isnaini, M. Dahlan. 2006. Perbaikan potensi hasil populasi jagung pulut. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Hal. 41-45.

Jugenheimer, R.W., 1985. Corn Improvement. Seed Production and Uses. Evaluating Inbred Lines. Robert E. Kringer. Pu-blishing Company. Malabar Florida. p. 142.

Sardesai, V. 2003. Introduction to clinical nu-trition. New York: Marcel Dekker Inc., 339-354.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta. Suarni, A. Upe, dan Tj. Harlim. 2005. Karak-teristik sifat fisik dan kandungan nu-trisi bahan setengah jadi dari jagung.

Dalam Prosiding Seminar Nasional

Tek-nologi Inovatif Pascapanen untuk Pe-ngembangan Industri Berbasis Per-tanian. Hal. 521-526.

Suarni dan S. Widowati. 2007. Struktur, komposisi, dan nutrisi jagung. Dalam Jagung: Teknik Produksi dan

(8)

Pengem-bangan. Sumarno et al. (Editor). Badan Penelitian dan Pengembangan Perta-nian. Pusat Penelitian dan Pengemba-ngan Tanaman PaPengemba-ngan. Hal. 410-426. Syuryawati dan Faesal. 2009. Usahatani

ja-gung pulut mendukung kemandirian pangan dan peningkatan pendapatan petani. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Serealia: Inovasi Tek-nologi Serealia Menuju Kemandirian Pangan dan Agroindustri. Balitsereal, 28-30 Juli 2009. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Ba-dan Penelitian Ba-dan Pengembangan Per-tanian. Kementerian PerPer-tanian.

Widowati, S., S. Santosa, dan Suarni. 2006. Mutu gizi dan sifat fungsional jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Na-sional Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Ba-dan Litbang Pertanian. Deptan. p. 343-350.

Referensi

Dokumen terkait