Universitas Gadjah Mada 1 2. BUDIDAYA AZOLLA
A) Bibit
Bibit yang akan digunakan untuk budidaya dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan vegetatif atau anakan dan dengan spora (sporocarp).
1. Vegetatif
Bibit dari anakan atau vegetatif (Gambar 6) lebih cepat dan lebih efisien pertumbuhannya daripada bibit yang berasal dart spora.
Gambar 6.Ilustrasi pertumbuhan bibit vegetatif (Sumber : Khan, 1983)
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa anakan yang dipisahkan dari induknya dalam waktu 1-3 hart memiliki akar 1 batang dan setelah 3-5 hari tumbuh akar menjadi 2 batang dan selanjutnya setelah mencapai umur 13-15 hari akan menjadi induk dengan akar 4-5 batang. Bila lingkungan optimal maka dalam waktu 3-5 hari beratnya mencapai dua kali lipat.
2. Spora
Selain budidaya menggunakan anakan atau vegetatif dapat pula menggunakan spora, tapi cara ini prosesnya lebih sulit. Spora Azolla disebut
Universitas Gadjah Mada 2 Gambar 7. Ilustrasi sporocarp tumbuh pada kelopak daun pertama
(Sumber : Tieu, 1930 dan Shen, 1960)
Sporocarp tumbuh pada pangkal cabang seluruh batang terutama muncul dan kelopak daun pertama (Tieu, 1930 dan Shen, 1960). Sporocarp terdiri dari dua jenis kelamin yaitu sporocarp jantan (rnicrosporocarp) dan sporocarp betina
(rnegasporocarp) (Gambar 8). Sporocarp tumbuh berpasangan dan pasangan ini mungkin jenis kelaminnya sama mungkin berbeda. Spora jantan (mikrosporocarp) berisi 7-10 tangkai mikrosporangia (Gambar 9). Di dalam setiap mikrosporangium akan tumbuh 3-10 masula yang berisi kumpulan mikrospor. Setiap mikrosporangium berisi 32-64 mikrospor (Svenson, 1944). Masula dilengkapi dengan bulu kait (glochidia) atau trichome yang digunakan untuk mengikatkan diri pada megaspora,
Universitas Gadjah Mada 3 Gambar 8. Pasangan sporangia Azolla (Sumber : Strasburger, 1973)
Universitas Gadjah Mada 4 Gambar 10. Organ reproduksi betina Azolla
(Sumber : Bierhorst, 1971; Konar dan Kapoor, 1974)
Proses pembuahan spora seperti berikut (Gambar 10) : Megasporocarp
atau spora betina hanya menghasilkan satu megasporangium dan tumbuh menjadi gametofit betina. Kedua jenis sporocarp yaitu spora betina clan spora. jantan setelah masak akan tenggelam ke dasar perairan (Konar dan Kapoor, 1974) dan pembuahan terjadi di dasar perairan (Bierhorst, 1971). Selanjutnya bibit yang baru akan muncul ke pemukaan dan akan tumbuh menjadi Azolla sebagai induk. Perlu diingat bahwa pembenihan dengan spora memerlukan waktu lebih lama dan prosesnya lebih sulit bila dibandingkan dengan vegetatif.
B) Pupuk
Pada umumnya tidak semua tanah dan perairan sebagai media hidup memerlukan pupuk untuk pertumbuhan Azolla.
Penambahan pupuk perlu dilakukan setelah Azolla dipanen misalnya setiap minggu dilakukan panen maka sehabis panen perlu diberi tambahan pupuk. Jenis pupuk yang menjadi pembatas bagi Azolla adalah pupuk P. Media budidaya berupa tanah dan air bila kekurangan elemen mikro terutama Fe, Co yaitu pada waktu pH media budidaya meningkat mencapai 7,8 dan Mo pada waktu pH media budidaya di bawah 4,5 , maka Fe, Co dan Mo harus diberikan agar dapat membantu pertumbuhan dan fiksasi N2
Universitas Gadjah Mada 5 yang mahal maka pupuk pabrik tersebut dapat diganti dengan pupuk organik misalnya kotoran ayam, kambing, sapi dan lainnya. Pupuk organik ini sebagai pupuk dasar dan digunakan 7-10 hari sebelum bibit Azolla ditaburkan.
Azolla memerlukan pupuk mikro dan makro. Jenis pupuk mikro antara lain Fe, Co, Mo, Zn sedangkan pupuk makro antara lain pupuk N, P, dan K
Gambar 11. Nutrisi utama untuk pertumbuhan Azolla (Sumber Khan, 1983)
Unsur C diambil oleh Azolla dari udara lewat stomata, hidrogen atau H diambil dan air dan oksigen diambil dari udara. Unsur N sebagian kecil (10%) diambil lewat akar dan media tanah dan air, sedangkan sebagian besar N (90%) diambil dan udara bekerjasama dengan ganggang hijau biru (Anabaena azollae) yang bersimbiosis di dalam rongga daun Azolla (Gambar 12.).
Ganggang hijau biru (A. azollae) merupakan satu-satunya ganggang yang bersimbiosis dengan Azolla. A. azollae memiliki tiga macam sel, yaitu 1) sel vegetatif untuk fotosintesis, 2) sel heterocys untuk fiksasi N2 dan 3) sel akinet berdinding tebal
sebagai tempat pembentukan spora dari sel vegetatif (Gambar 13).
Gambar 12. Irisan memanjang daun Azolla berisi 50.000 - 80.000 A. azollae
Universitas Gadjah Mada 6 Gambar 13. Ilustrasi A. azollae dengan tiga macam bentuk sel.
(Sumber : Fogg dkk., 1973) Pupuk P
Gambar 14. Dosis pupuk P untuk Azolla
Universitas Gadjah Mada 7 Pupuk P tidak digunakan bagi Azolla apabila media hidupnya telah mengandung unsur P lebih dari 30 ppm (30 mg/kg tanah). Tetapi pupuk P diperlukan bagi Azolla pada jenis tanah yang kekurangan unsur P. Dosis yang diperlukan tergantung dari kegiatan budidaya. Apabila sebagai pupuk dasar tunggal dibutuhkan pupuk P2O5 sehanyak 15-30 kg/ha (Khan, 1983). Apabila dipanen setiap 4 hari sekali
diperlukan pupuk P2O5 1 kg/ha (Watanabe dkk.,1980). Bila Azolla dipanen setiap minggu
maka perlu ditambahkan pupuk P2O5 sehanyak 4-6 kg/ha (Singh, 1979). Sedangkan
untuk setiap habis panen dapat diberi tambahan pupuk P2O5 sebanyak 1-2 kg/ha (Tuan
dkk.,1979).
Pupuk K
Pupuk K tidak diperlukan pada media tanah yang telah cukup mengandung bahan organik (Khan, 1983), tetapi pada media tanah yang telah mengalami degradasi sehingga kandungan bahan organiknya rendah maka diperlukan pupuk K2O 5-8 kg / ha /
5hari (Singh, 1977b; Thuyet dan Tuan , 1973)
Gambar 15. Dosis pupuk K untuk Azolla.
Universitas Gadjah Mada 8 Pupuk Ca dan Mg
Unsur Ca dan Mg pada umumnya telah cukup bagi Azolla di dalam media alami. Unsur Ca, Mg, P dan K merupakan unsur-unsur essensial yang diserap oleh akar Azolla untuk pertumbuhan.
Pupuk mikro
Pupuk mikro yang diperlukan oleh Azolla antara lain Fe, Co dan Mo
Gambar 16. Pupuk mikro (Fe, Co, Mo) untuk Azolla
(Sumber : Talley dkk., 1977; Bortel, 1930; Johnson dkk., 1966)
Pupuk Fe dalam bentuk ferry chelate dengan dosis 0,8 kg Fe/ha dapat meningkatkan pertumbuhan Azolla dengan nyata (Talley dkk., 1977). Pupuk Co dan Mo dapat merangsang enzim nitrogenase. Penambahan Mo pada Azolla meningkatkan fiksasi N2 sebesar 18% (Bortel, 1930), sedangkan penambahan Co dapat meningkatkan
produksi Azolla segar sampai 500% (Johnson dkk., 1966). Pupuk mikro dapat diperoleh dengan mudah berupa limbah comberan atau dari kotoran hewan beserta urinnya.
Universitas Gadjah Mada 9 Gejala Azolla yang kekurangan P, Ca, Mg dan Fe
Kekurangan P
Apabila kandungan unsur P dalam media kurang dari 2 mol/l maka pertumbuhan Azolla akan terganggu. Secara umum kekurangan unsur P menyebabkan warna daun menjadi merah kecoklatan, akar menjadi lebih panjang tapi mudah pecah dan patah akibatnya pertumbuhan terhambat.
Kekurangan Ca
Apabila kandungan Ca dalam media mencapai 0, mol/l akan menyebabkan daun menjadi lebih kecil, A. azollae tidak dapat hidup dalam daun Azolla (Espinas dkk., 1979).
Kekurangan Mg
Apabila media mengandung Mg sekitar 0,4 mol/l menyebabkan pertumbuhannya terganggu daun menjadi lebih kecil dan warnanya menjadi kuning pucat dan A. azollae tidak dapat hidup dalam daun Azolla (Yatazawa dkk., 1980).
Kekurangan Fe
Gejala kekurangan Fe bagi Azolla adalah warna daun menjadi kekuningan akibatnya pertumbuhan terhambat.
C) Lingkungan
Parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan Azolla antara lain tanah, air, suhu, cahaya, kelembaban, pH dan salinitas.
1. Tanah
Kesuburan tanah dasar perairan yang baik secara alami bagi Azolla terutama telah cukup mengandung unsur P (P unsur pembatas bagi Azolla).
Azolla dapat hidup dengan baik pada tanah aluvial netral yang kaya unsur P daripada di tanah aluvial asam yang miskin unsur P (Yuan dkk., 1979).
Tanah yang baik bagi Azolla bila mengandung P 30 ppm (30 mg/kg tanah) (Gambar 17).
Universitas Gadjah Mada 10 Gambar 17. Pertumbuhan Azolla pada tanah dasar kurang subur (A) dan pada tanah
subur (B).
(Sumber : Khan, 1983) 2. Air
Air merupakan faktor kritis bagi Azolla, seperti namanya tanpa air akan mati. Azolla dapat hidup pada tanah yang lembab sampai air yang dalam (Garnbar 18).
Gambar 18. Azolla dapat tumbuh pada tanah lembab (B), perairan yang dalam (C) dan mati pada tanah kering (A).
Universitas Gadjah Mada 11 3. Suhu
Suhu berperan penting bagi Azolla, setiap species memerlukan suhu yang berlainan. Pada umumnya suhu optimum untuk pertumbuhan Azolla 22-25°C. Beberapa jenis Azolla dapat hidup pada suhu 40°C tetapi pertumbuhannya terhambat. A. filiculoides dapat hidup pada suhu 5-45°C tetapi suhu optimumnya 27,5°C (Ashton, 1979).
Jika suhu terlalu tinggi wama Azolla berubah menjadi kecoklatan atau kemerah-merahan. Pada permukaan air yang membeku Azolla akan mati.
4. Cahaya
Seperti halnya tumbuhan hijau lain, Azolla membutuhkan cahaya untuk fotosintesis dan fiksasi N2 oleh simbionnya (A. azollae). Di daerah tropis cahaya yang
langsung pada tengah hari berpengaruh kurang baik terhadap Azolla tetapi cahaya yang terhalang awan merupakan kondisi cahaya yang optimum bagi Azolla (Gambar 19).
Gambar 19. Pengaruh intensitas sinar matahari terhadap pertumbuhan Azolla. . A = terlalu teduh ( < 40.000 lux)
B = terlalu papas (80.000 - 115.000 lux) C = optimum (40.000 - 60.000 lux) (Sumber : Khan, 1983)
Secara normal Azolla hanya membutuhkan intensitas sinar 50% dari sinar matahari yang penuh sepanjang hari, oleh karena itu bila terlalu terik dapat dilindungi dengan plastik putih tembus cahaya.
Universitas Gadjah Mada 12 Cahaya, matahari yang optimum untuk Azolla 40.000-60.000 lux. Pada siang hari bila cahaya bersinar penuh intensitasnya 80.000-115.000 lux (lampu TL 40W = 4000 lux).
5. Kelembaban
Kelembaban udara berpengaruh terhadap pertumbuhan AzoIla. Kelembaban yang rendah <60% menyebabkan daun menjadi kering dan rapuh akibatnya kurang menguntungkan. Sedangkan kelembaban yang terlalu tinggi >90% menyebabkan banyak embun yang menempel pada daun akan tinggal lebih lama dan menyebabkan mudah timbulnya penyakit. Di daerah tropis pada saat musim hujan kurang menguntungkan bagi Azolla karena kelembaban terlalu tinggi. Kelembaban yang optimum untuk Azolla 85-90%.
6. pH
pH berpengaruh terhadap pertumbuhan Azolla, mereka dapat hidup pada pH 3,5-10,0. Ukuran pH yang optimum 4,0-7,0. Intensitas cahaya dan pH berpengaruh terhadap pertumbuhan Azolla. Intensitas cahaya 40.000-60.000 lux dengan pH 9,0-10,0 atau intensitas cahaya rendah sekitar 15.000 lux dengan pH 5-6 merupakan kondisi yang maksimum bagi pertumbuhan Azolla (Ashton, 1974).
7. Salinitas
Azolla sangat peka terhadap konsentrasi garam-gararn mineral atau salinitas. Apabila salinitas semakin meningkat maka pertumbuhan Azolla semakin menurun. Salinitas optimum bagi Azolla sekitar 90-150 mg/1 (Thuyet dan Tuan, 1974).
D) Hama
Hama Azolla tersebar luas di dunia. Jenis-jenisnya antara lain ngengat, nyamuk, kumbang air dan keong air. Larva ngengat dan nyamuk dapat merusak daun Azolla secara serius. Larva ngengat dapat menghabiskan Azolla 9-14 batang setiap hari. Larva ini menggulung daun Azolla menggunakan benang liurnya sehingga menjadi rumah baginya sekaligus memakannva. dari dalam. Jenis ngengat dewasa adalah
Universitas Gadjah Mada 13 Gambar 20. Jenis - jenis ngengat dewasa
(Sumber : Lumpkin dkk., 1980)
1. Pyralis sp.
Daur hidup Pyralis sp. sbb : Pyralis dewasa meletakkan telur pada bagian bawah daun Azolla. Telur menetas menjadi larva dan akan memakan daun-daun Azolla. Larva akan berubah menjadi pupa dan akhirnya berubah menjadi dewasa. Seluruh proses mulai dari telur hingga dewasa memerlukan waktu 16-20 hari (Chu, 1979) (Gambar2).
Gambar 21 Daur hidup Pyralis
Universitas Gadjah Mada 14 2. Kumbang air
Kumbang air sebagai hama Azolla pada tingkatan dewasa dan larva, kumbang ini dapat hidup lebih dari 1 tahun (Chu, 1979).
Gambar 22. Daur hidup kumbang air (Bagous sp.)
(Sumber : Chu, 1979) 3. Keong, air
Keong air (Radix swinhoer) sebagai hama Azolla pada tingkatan muda hingga dewasa. Bagian Azolla yang dimakan adalah daun dan akarnya. Pada saat suhu mencapai 25-27°C mereka aktif bertelur (Chu, 1979) (Gambar 23).
Gambar 23 Keong air memakan daun dan akar Azolla (Sumber : Chu, 1979)
Universitas Gadjah Mada 15 4. Pengendalian hama
Hama pemakan Azolla dapat dikendalikan menggunakan insektisida sistemik seperti Carbofuran 2-3 kg/ha setelah panen. Penggunaan Carbofuran tidak dianjurkan bila basil panen Azolla digunakan untuk pakan hewan. Selain itu pengendalian dapat digunakan DHC, DDT tetapi tidak dianjurkan bila basil panen untuk pakan hewan.
Untuk membunuh larva dapat disemprotkan Azodrin 0,75 kg/ha. Sedangkan untuk memberantas keong air digunakan Thiodan 0,75 kg/ha tapi tidak dianjurkan bila bersama Azolla dipelihara ikan.
E) Teknik budidaya
Langkah-langkah untuk teknik budidaya Azolla sebagai beiikut :
1.
Pilih lokasi yang cocok yaitu mendapat sinar yang cukup, tanahnya subur, pengairan cukup, bukan daerah banjir, tidak tercemar, mudah dijangkau dan aman.2.
Bersihkan lokasi tersebut dan rerumputan dan tumbuhan pesaing utama (Lemnaminor).
3.
Lakukan pengolahan tanah kemudian ratakan dan bersamaan dengan itu berikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha atau 0,5 kg/m2. Bila pupuk kandang tidak ada dapat diganti dengan pupuk P 30 kg P2O5 tiap ha.Gambar 24. Langkah-langkah teknik budidaya Azolla. (Proses pemilihan lokasi sampai siap panen) (Sumber : Khan, 1983)
Universitas Gadjah Mada 16 Gambar 25. Proses panen Azolla
(Sumber: Khan, 1983)